PENGARUH PENAMBAHAN NUTRIEN TERHADAP PRODUKSI TUBUH BUAH DAN METABOLIT BIOAKTIF Pleurotus ostreatus
,,*,*lHiill,'IlHx?=* jHff il3ffi;lil:F|l-or"no Email :
[email protected]
ABSTRAK namun Budidaya jamur Pleurotus osfreafus telah lama dilakukan di lndonesia, maupun negeri dalam belum mencukupi untuk,produksi sampai saat ini produksinya 'Sefain jamur pangan (ediple mushroom), jamur ini juga s6Oagai ekspor. sebagai ".tri. O"rpotenri'sebagai lamur oOit (ieaicinat mushroom), salah satunya adalah. yang intimikroba. Tul-uan penelitian ini adalah (1) Mendapatkan komposisi nutrien potensi ekslrak metabolit iepat untuf produksitlUun buah P. ostreatus, (2) mengetahui typhi dan Bacillus pada Salmonella p.osfreafus bakteri sebagai antimikroba bioaktif rancangan dengan cereus. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental, jagung pada tepung acaf tengfap. Perlakuan yani diberikan adalah penambahan nutrien medium 6uOiOaya fadat 6ngin dosis 0%, 1o/o, 2o/o dan 3%, dan komposisi piOa medium clir. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis Vrng b"tb"Oa -an penelitian ditanjutkan dengan uji Dunian pada tingkat kesalahan 5olo. Hasil r.g;; produksitubuh terhadap nyata mJnunlukran oahwj p"n"ilb"hin nutrien berpengaruh perlakuan buah dan aktivitas aniimikroba. produksi tubuh buah tertinggi diperoleh dari pertama' Aktivitas panen penambahan tepung jagung 3% sebesar 94 g/baglog untuk jagung, antimikroba tertingJi'Oiperonn dari perlakuan tanpa penambahan tepung O"ng.n daya hambit sebesar 28,75 * 3,23 mm untuk S- typhidan 13,63 1,89 mm untuk B. cereus.
t
Kata
kunci: Pleurotusosfrcafus, metabolit bioaktif,
edible mushroom, medicinal
mushroom, antimikroba
Pendahuluan pleurotus osfreafus (Jacq.) P. Kumm. merupakan salah satu jenis jamur pangan
yang sudah dibudidayakan di beberapa daerah di lndonesia. Budidaya jamur p.osfreafus telah lama dilakukan di lndonesia, namun sampai saat ini produksinya belum mencukupi untuk produksi dalam negeri maupun untuk ekspor. Selain sebagai jamur pangan (edibte mushroom), jamur ini juga berpotensi sebagai jamur obat
(medicinat mushroom), salah satunya adalah sebagai antimikroba. Lindequist et al. (2005), Poucheret et at. (20O6), Gregori et al. (2007) dan Kai ?AAT\ menyatakan bahwa
p.
ostreatu.s tidak hanya berpotensi
sebagaijamur pangan (edible mushroom\,
bio.unsoed.ac.id
namun juga sebagaijamur obat (medicinal mushroom)' Jamur tiram putih merupakan bahan pangan yang sangat baik untuk dikonsumsi
karena kandungan proteinnya mencapai 24,66a/o. Kandungan protein ini mendekati jenis sayuran lainnya. kandungan protein hewani dan lebih tinggi dibandingkan dengan Keunggulan lainnya adalah kandungan asam aminonya yang lengkap, kandungan
serat mencap?i7,7o/o, mengandung mineral (Ca, P, Fe, Na, K), asam folat, tiamin (B1), riboflavin (B2), niacin, dan vitamin C (Patil et al',2010).
Produksi jamur pangan
di Cina pada tahun 2008 masih menduduki
urutan
tertinggi di dunia, yaitu mencapai 70o/o dari produksi dunia, sedangkan lndonesia belum masuk dalam 10 besar (Vostrovsky dan Jablonski,2011). Masih rendahnya produksi jamur pangan khususnya
P. ostreatus dikarenakan kemampuan
teknologi
budidaya yang masih rendah, dan hanya menggunakan bahan baku medium dengan kandungan selulosa dan hemiselulosa yang tinggi tanpa memperhatikan kebutuhan
nutrisi lainnya. Oie (1996) menyatakan bahwa untuk mendapatkan produksi tubuh buah yang tinggi diperlukan penambahan beberapa nutrisi pada medium. Ekowati et al. (ZO11a) melaporkan bahwa komposisi nutrisi yang berbeda pada medium tanam, dapat mempengaruhi produksi jamur Shiitake (L. edodes). Selanjutnya Ekowati et al-
(2011b) menyatakan bahwa dengan penambahan mineral pada medium fermentasi cair, memberikan hasil produksi senyawa bioaktif L. edodes lebih tinggi dibandingkan medium standartanpa penambahan mineral.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai pengayaan nutrisi pada medium tanam padat dan cair dengan sumber bahan organik maupun anorganik, untuk meningkatkan produksi tubuh buah maupun Mendapatkan ostreatus. . Tujuan penelitian ini adalah senyawa bioaktif
(1)
P
komposisi nutrien yang tepat untuk produksi tubuh buah P. osfreafus, (2) Mengetahui potensi ekstrak metabolit bioaktif P.osfreafus sebagai antimikroba pada bakteri Salmonella typhi dan Baeillus cereus.
illetode Penelitian
A. Materi Penelitian Bahan yang digunakan adalah: biakan murni P. osfreafus, medium PDA, ekstrak yeast, ekstrak malt, glukosa, pepton, kloroform, etil asetat, streptomycine,
kloramfenikol, magnesium sulfat, natrium nitrat, besi (ll) sulfat, kalium dihidrogen fosfat, kalium klorida, natrium klorida, mangan klorida, zing klorida, besi (lll) klorida, kupri sulfat, ammonium sulfat, dimethylsulfoxide (DMSO), biji jagung, tepung jagung, serbuk gergaji kayu sengon, bekatul, kalsium karbonat, dan gibs-
bio.unsoed.ac.id
Alat yang digunakan adalah g/ass ware, pompa vacum, lampu spiritus, jarum inokulasi, laminar air flow, desikator, kompor, tangki minyak, pompa, sekop, higrometer, termometer, kumbung (rumah jamur), shaker orbital, rotary evaporator, oven, freeze dryer, water bafh, sentrifus (Sorvall, MC12V), tabung sentrifus 15 ml, refrigerator (Sanyo, SR-LV239N), inkubator (Jeio-Tech, lB-600M), otoklaf (Hirayama
HV-25/Hiclave), pH meter, mikropipet, timbangan analitik (Ohaus, E0551119062956), dan kamera digital.
B.
Metode Penelitian
Metode penelitian adalah eksperimental dengan rancangan acak lengkap. Tahap penelitian ini adalah budidaya P. ostreatus pada medium padat untuk mendapatkan
tubuh buah. Perlakuan yang diberikan adalah penambahan tepung jagung dengan empat taraf konsentrasi:
1. 2. 3.
4.
Penambahan tePung jagung 0% Penambahan tepung jagung 1% Penambahan tePung iagung2o/o Penambahan tePung jagung 3%
Masing-masing perlakuan dengan ulangan
4 kali. Pengamatan dilakukan
pada
panen pertama. Variabel yang diamati adalah bobot segar tubuh buah.
Metode penelitian tahap
2
(budidaya pada medium cair untuk mendapatkan
biomassa miselium dan filtrat kultur) menggunakan metode eksperimental dengan rancangan acak lengkap. Budidaya pada medium fermentasi cair (MFC), dengan perlakuan sebagai berikut:
1.
Medium fermentasi cair (MFC)
2. 3.
Medium fermentasi cair (MFC) 2
1
Medium fermentasicair (MFC) 3
Keterangan: Medium fermentasi cair (MFC):
= (MFC) 2 =
(MFC) 1
(g/l) kentang 200,0; dekstrosa 20,0; ekstrak bijijagung10,O.
(g/l) glukosa 20,0; pepton 5,0; ekstrak yeast 2,0; KHzPO+ 1,0; MgSOa. THzO 0,5; dan NaCl 0,06; MnGlz'4HzA 0-4; ZnClz 0.2; FeClg.OHzO 0.8; CuSOa'SHzO 0.1.
(MFC)3= (g/l) glukosa 40,0; pepton 1,0; ekstrak yeast 2,0; KHzPO+
1,0;
MgSO+. THzO 0,2; (NHI)SO+ 5,0.
bio.unsoed.ac.id
Masing-masing perlakuan dengan ulangan 5 kali. Pengamatan dilakukan pada waktu inkubasi hari ke 21 setelah inokulasi. Variabel yang diamati adalah bobot kering biomassa miselium, dan aktivitas antimikroba.
Tubuh buah dan filtrat kultur P.ostreatus diekstraksi dengan pelarut organik yaitu
etil asetat, kemudian pelarut diuapkan menggunakan rotary evaporator,
sampai
diperoleh ekstrak kental atau kering, kemudian ekstrak ditimbang. Ekstrak yang sudah bebas pelarut (etil asetat) dilarutkan kembali dalam DMSO 2%, kemudian dilakukan uji aktivitas antimikroba pada setiap perlakuan dengan metode cakram kertas diameter 6 mm. Setiap perlakuan dilakukan tiga kali ulangan. Zona jernih yang terbentuk diukur, dan dinyatakan sebagai diamete( zona hambat bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Selanjutnya dilakukan u1i Minimal lnhibitory concentration (MlC) menggunakan metode dilusi (lwalokun, 2007).
Analisis Data:
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji Duncan pada tingkat kesalahan 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil percobaan penanaman P. osfreafus pada medium padat
dengan
penambahan tepung jagung dengan berbagai konsentrasi menunjukkan hasil yang yang nyata bervariasi. Penambahan nutrien yaitu tepung jagung memberikan pengaruh
terhadap bobot tubuh buah P. ostreatus. Pengaruh tersebut disebabkan oleh pada bertambahnya nutrien penting terutama protein dan mineral yang terkandung tepung jagung. Hasil pengukuran bobot basah tubuh buah disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Bobot basah tubuh buah P.osfreafus pada medium tanam padat dengan penambahan tePung jagung
Perlakuan jagung lsPurrYJqvur.v Penarnbahan tepung l-titlallltJallall Penambahan tepung jagung Penambahan tepung jagung Penambahan
No
1I 2 3 4 -
0% v'v 1%
a * 9,07 vt 67,33 v' tvY t 85,33 1'1,93 ab 2olo 90,33 15,31 b 3o/o 94,00 * 8,89 b huruf yang sama tidak berbeda nyata pada P < 0'05' taraf Duncan uji berdasarkan
t t
Bobot basah tubuh buah P.osfreafus yang diperoleh dari panen pertama saja, menunjukkan bahwa penambahan tepung jagung 3olo memberikan hasil tertinggi yaitu sebesar 94,00 g, dan nilai Biotogical Efficiency Rafio (BER) sebesar 62,670/o' Hal ini menunjukkan bahwa penambahan nutrien pada medium tanam dapat meningkatkan
bio.unsoed.ac.id
produksi tubuh buah. Tepung jagung digunakan pada penelitian ini karena bahan tersebut mengandung gizi yang dibutuhkan gleh jamur tiram, terutama kandungan protein dan mineral yang masih kurang tersedia pada media tanam utamanya' Menurut Suarni (2009), kandungan gizi iagung per 100 g adalah: protein 9,2 g, lemak 3,9 g,
vitamin A 510 Sl, dan karbohidratTg,T g, kalsium 10 mg, fosfor 256 mg, besi 2,4 mg,
Bl 0,38 mg. Hasil percobaan kultivasi P. osfreafus pada medium cair,
vitamin
menunjukkan
pada umur 20 hari' pertumbuhan yang lebih cepat, karena sudah dapat dipanen hasil bobot miselium Kultivasi P.ostreauspada medium cair yang berbeda memberikan dikarenakan komposisi medium memberikan pengaruh
yang bervariasi, hal ini
pepton' yeast terhadap pertumbuhan miselium pada medium cair' Penambahan miserium P. osfreafusekstrak dan beberapa minerar dapat meningkatkan bobot kering berbeda nyata dan Perlakuan MFC2 dan MFG3 menunjukkan hasil yang tidak tersebut kaya akan menunjukkan bobot miselium yang tinggi, karena kedua medium proses metabolisme' Nilai sumber karbon, nitrogen dan mineralyang akan melengkapi pada Tabel 2' rerata bobot kering miselium P.ostreatusditampilkan Tabel2. Nilai rataan bobot kering miselium P. ostreafus No
Perlakuan
1
MFCl
miselium Bobot 353,33 t 71,48 a 508,28 * 48,86 b r 58.51 b
MFC2
2 3
5@
MFC3
rbeda nYata berdasarkan
ujibuncan Pada taraf P < 0,05.
selanjutnya Tubuh buah dan filtrat kultur cair P. ostreatus yang telah diperoleh, Metabolit diekstrasi menggunakan etil asetat untuk mendapatkan metabolit bioaktifnya. typhi dan bioaktif tersebut diujikan aktivitas antimikrobanya pada bakteri Salmonella pada Tabel 3 dan 4. cereus. Zona hambat kedua bakteritersebut disajikan Bacittus
Tabel
3. Nitai rataan diameter zona hambat dari ekstrak etil asetat P. ostreatus terhadaP bakteri S. tYPhi Rata-rata diameter zona harnbat (mm)
Perlakuan
No
I
Ekstrak etil asetat
2
Ekstrak etil asetat 2
28,75t3,2d 20,75 * 7,8 bc
3
Ekstrak etil asetat 3
23,00
t 0,6 c
4
Ekstrak etil asetat 4
17 ,75
t
1,5 b
5
Ekstrak etil asetat 5
10,75
t
0,5 a
6
Ekstrak etilasetat 6
11,88
t 1,0 a
7
Ekstrak etil asetat 7
1
bio.unsoed.ac.id8,63 t 0,7 a
feterangan:
@
berbeda nyata berdasarkan Angka-angkaYang uji buncan pada taraf P < 0,05. jagqnq (1). Ekstrak tubuh birah dari medium yalg_ditambah tepung i""f dari (6). filtrat Ekstrak "Litr"k, (s). zr/", 1i1. 3o/o, (5). Ekstrak filtrat dari MFcl, d;i, (zl.i;t", MFC2, (7). Ekstrak filtrat dari MFC3.
5
P' Tabel4. Nilai rataan diameter zona hambat dari ekstrak etil asetat
ostreatus
terhadaP bakteri B' cereus
ffiahambat(mm)
Perlakuan
t 1,8 c 12,88 t 1,5 bc 13,63
1
Ekstrak etil asetat
2
Ekstrak etil asetat 2
3
Ekstrak etil asetat 3
4
Ekstrak etil asetat 4
5
Ekstrak etil asetat 5
6
Ekstrak etil asetat 6
11,63
7
Ekstrak etil asetat 7
11,25
1
t 0,9 b 11,69 t 0,6 bc 8,88 t 0,9 a 11,13
t 1,9 bc t
0,6 b a nyata berdasarkan
-
P:9'95: r L r--: r{iramhah ranrnd ieduno t:puns jasuns v?$-!it11q1 -^ii..r .,^^a i,ioui' uu"n dari medium dari filtrat (6)' Ekstrak iktt'"k filtrat oari n/lrct' oYo, Q).1%, (3). 2%, 6;: iT.,gf nrb),'tzl. Ekstrak filtrat dari MFC3'
uji buncan
padataraf
NH:''H''ffiil.'ei.t,"r
Hasilujiaktivitasantibakteriekstraketilasetatdaritubuhbuahdanfiltratkultur cereus menggunakan metode difusi P.ostreatus terhadap bakteri s. typhidan B' pada bakteri uji. Hasil penelitian cakram kertas ditunjukkan oleh adanyazonahambat
menunjukkanbahwasenyawaantimikrobayangdihasilkanolehP.osfreafusmemiliki bakteri Gram positif (8' cereus) spektrum luas karena terlcukti mampu menghambat dan Gram negatif
(s.
typhi). Bakteri Gram negatif
(s'
typhD menunjukkan zona hambat
(B' cereus), hal ini disebabkan oleh yang lebih besar dibandingkan bakteri Gram positif Gram negatif lebih perbedaan komposisi dinding sel kedua bakteri tersebut' Bakteri tersebut bersifat hidrofilik peka terhadap ekstrak porar dan semi porar, karena bekteri sehingga ekstrak yang bersifat polar berupa grup protein pada lapisan membran luar Ekstrak etir asetat lebih bersifat dapat rebih mudah menembus dinding ser mikroba. (s' fyphD menunjukkan zona polar dan semi polar, sehingga bakteri Gram negatif hambat Yang lebih besar' ekstrak tubuh buah tanpa Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa zona hambat tertinggi' Tubuh buah jagung
penambahan tepung
menunjukkan
vegetatif dan generatif' sehingga P.ostreatus diperoleh setelah jamur mencapai fase
membutuhkanwaktuyanglebihlamauntukpembentukantubuhbuahdaripada
bio.unsoed.ac.id
bioaktif rebih tinggi dibandingkan miserium. Tubuh buah mampu menyimpan senyawa
denganmiseliumdanfiltratkulturnyayanghanyafasevegetatifsaia'Namundemikian,
mampu meningkatkan produksi penambahan tepung jagung pada perlakuan ini hanya metaborit bioaktif. Hal ini diduga tubuh buah saja, tetapi tidak meningkatkan sintesis sintesis metabolit primer yang nutrisi daram tepung jagung rebih memacu untuk sintesis metabolit sekunder' digunakan untuk pertumbuhan, tetapitidak memacu
Ekstrak etil asetat dari tubuh buah P.osfreafus merupakan metabolit bioaktif intraseluler, sedangkan ekstrak etil asetat darifiltrat kultur merupakan metabolit bioaktif
ekstraseluler. Kedua
jenis metabolit bioaktif tersebut mampu
menghambat
pertumbuhan bakteri Gram positif dan Gram negatif, namun bakteri Gram negatif lebih peka karena menunjukkan zona hambat yang lebih besar yaitu 28,75 S. typhidan 13,63
t
t 3,2 mm untuk
1,8 mm untuk B. cereus.
Nilai uji Minimal lnhibitory concentration (MlC) untuk bakteri S. typhiditunjukkan pada konsentrasi 400 pg/ml, dan untuk bakteri B. cereus adalah 600 pg/ml. Menurut
Gregori et at. (2O07) ekstraksi menggunakan etil asetat akan melarutkan senyawa golongan fenolik, terpenoid, flavonoid, alkaloid dan saponin yang berperan dalam merusak sel. Senyawa fenolik dapat mendenaturasi protein, yaitu kerusakan struktur
tersier protein sehingga protein kehilangan sifat-sifat aslinya. Ardananurdin et (2004); Rahman
et
al.
al. (2A09) menyatakan bahwa senyawa golongan flavonoid dapat
berefek antimikroba melalui kemampuan untuk membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler dan protein terlarut serta dengan dinding sel bakteri. Menurut Prescott ef al. (1999) alkaloid merupakan senyawa yang bersifat antimikroba, mempunyai struktur yang analog dengan Para Amino benzoic Acid (PABA) yaitu bahan dasar pembentuk
asam folat. Mekanisme kerja alkaloid dalam menghambat pertumbuhan mikroba patogen uji terjadi karena alkaloid berkompetisi dengan PABA yang digunakan untuk
sintesis purin dan asam nukleat. Senyawa golongan saponin juga dapat berperan sebagai antimikroba dengan mengganggu stabilitas membran sel bakteri sehingga menyebabkan
sel bakteri lisis. Saponin bereaksi dengan lipopolisakarida
yang
merupakan komponen terbesar dinding sel bakteri, sehingga menurunkan tegangan permukaan membran yang mengakibatkan kehancuran sel.
KESIMPULAN
1. Produksitubuh
buah P. osfreafus terbaik diperoleh pada medium padat dengan
penambahan tepung jagung 3olo, dengan produksi sebesar 91,33 g, dan nilai Biological Efficiency Rafio (BER) sebesar 60,89%.
2.
Ekstrak metabolit bioaktif dari tubuh buah dan filtrat kultur cair P.ostreafus berpotensi sebagai antimikroba, dan ekstrak tubuh buah dari media tanpa penambahan tepung jagung memberikan zona hambat tertinggi yaitu 28,75 t
bio.unsoed.ac.id
3,2 mm untuk Salmonella typhi dan 13,63
t
1
,8 mm untuk Bacillus cereus.
UCAPAN TERIIIIAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kemendikbud Dikti yang telah memberikan dana penelitian Riset Unggulan Perguruan Tinggi BOPTN Tahun Anggaran 2014 (Tahun kedua) melalui LPPM Unsoed. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Kepala LPPM Unsoed beserta staf yang telah memberikan
fasilitas, informasi dan kerjasama yang baik, serta Dekan Fakultas Biologi Unsoed yang telah memberikan ijin dan dukungan terhadap pelaksanaan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Ardananurdin, A., S. Winarsih, dan M. Widayat. 2004. Uji efektivitas dekok bunga belimbing wuluh (Avenhoa bilimbi) sebagai antimikroba terhadap bakteri Sal monella typhi secara in-vitro. J um al Kedokteran Brawiiaya, 20( 1 ): 3 1 -36.
Ekowati N., R. S. Kasiamdari, N. Pusposendjoio, dan C.J. Soegihardjo. 2011a. Produksi Tubuh Buah Jamur Shiitake (Lentinula edodes) pada Beberapa Jenis Kayu dengan Pengurangan Kandungan Ekstraktif Kayu. Prosiding Seminar Nasional Hari Lingkungan Hidup 2011 'Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Berbasis Kearifan Lokal" PPLH- LPPM UNSOED Punrokerto.
Ekowati N., R. S. Kasiamdari, N. Pusposendjojo, dan C.J. Soegihardjo.2011b. Daya Antimikroba Metabolit Bioaktif Jamur Shiitake (Lentinula edodes (Berk.) Pegler) yang Dikultur pada Tiga Jenis Medium Fermentasi. Majalah Obat Tradisional, 16 (3): 132-137.
A, Mirjan dan J.
Pohleven. 2007. Cultivation Techniques and Medicinal Properties of Pleurotus spp. Food Technol. Biotechnol. 45 (3) 23F247
Gregori,
lwalokun, B.A., U.A. Usen, A.A. Otunba, D.K. Olukoya. 2007. Comparative phytochemical evaluation, antimicrobial and antioxidant properties of Pleurotus osfreafus. African J oum al of Biotech nology, 6:
17 32-'17
39.
Kai, L. J. 2007. Secondary metabolites from higher fungi in China and their biological activity. Drug Discov. Ther.,1(2): 9a-103.
Lindequist, U., T.H.J. Niedermeyer and W.D. Julich. 2005. The Pharmacological Potential of Mushrooms. eCAM, 2(3) :285-299. Oie, P. 1996. Mushroom Cultivation: with special emphasis on appropriate techniques for developing countries. Tool Publications, Leiden. Patil, S. S., S. A. Ahmed, S. M. Telang, and M. M. V. Baig. 2010. The nutritional value of Pleurotus osfreafus (Jacq.:Fr.) Kumm cultivated on different lignocellulosic agrowastes . I nnov ative Romani an Food Biotechnology, 7: 66-76.
bio.unsoed.ac.id
Poucheret, P., F. Fons and S. Rapior. 2006. Biological and PharmacologicalActivity of Higher Fungi: 20-Year Retrospective Analysis. Crypto. Mycol., 27 $):31 1-333.
Prescott, L.M., J.P. Harley, & D.A. Klein. 1999. Microbiology. McGraw Hill Company lnc. USA.
Rahman, A., T. Hossan, S. M. RuhulAmin, K.A. Rahman, M. Ali Khan & L Khalil. 2009. Antimicrobial activity ol Pleurotus osfreafus (Jacq. ex Fr.) Kummer upon human pathogenic bacteria. Bangladesh J. Mushroom, 3(1): 9-13.
Suarni, 2009. Komposisi nutrisi jagung menuju hidup sehaf. Prisiding seminar Nasional Serealia. Balai Penelitian Tanaman Serealia.
Vostrovskii, V., and E. Jablonske. 2011. Geographical analysis of the mushrom Growing possibilities in the developing countries. Agricultura tropica Et S u btro p i c a, 44 (4) : 229-234
bio.unsoed.ac.id