Biomassa, kandungan klorofil dan nitrogen daun dua varietas cabai (capsium annum L) pada berbagai perlakuan pemupukan
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Program Studi Biosains
DISUSUN OLEH SUHARJA S 900906009
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
72
BIOMASSA, KANDUNGAN KLOROFIL DAN NITROGEN DAUN DUA VARIETAS CABAI (Capsicum annum L) PADA BERBAGAI PERLAKUAN PEMUPUKAN
Tesis Disusun Oleh SUHARJA NIM : S 900906009
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Pada tanggal 27 Januari 2009
Dewan Pembimbing Jabatan Tanggal
Pembimbing I 01-2009
Nama
Prof. Drs. Sutarno,M.Sc.,Ph.D
TandaTangan
....................... 27-
NIP. 131649948 Pembimbing II 01-2009
Dr. Sugiyarto, M.Si.
....................... 27-
NIP.132007622
Mengetahui Ketua Program Studi Biosains
Dr. Sugiyarto, M.Si NIP. 132007622
73
BIOMASSA, KANDUNGAN KLOROFIL DAN NITROGEN DAUN DUA VARIETAS CABAI (Capsicum annum L) PADA BERBAGAI PERLAKUAN PEMUPUKAN Tesis Disusun Oleh SUHARJA S 900906009
Telah disetujui oleh Tim Penguji Pada tanggal 27 Januari 2009 Jabatan
Nama
Tanda tangan
Dr. Edwi Mahajoeno, M.Si.
......................
Prof. Dr. Ir. Supriyono, M.P,
….……………
1. Prof. Sutarno, M.Sc.,Ph.D.
......................
Tanggal Ketua ............. Sekretaris ……….. Anggota .............
74
2. Dr.Sugiyarto, M.Si.
.......................
.............
Mengetahui
Ketua Program Studi Biosains ……………………………… Dr. Sugiyarto, M.Si. NIP.132007622
Direktur Program
Pascasarjana
……………………………… Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D NIP. 131472792
PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS
Saya
menyatakan
dengan
sebenar-benarnya
bahwa
sepangnjang
pengetahuan saya, di dalam naskah tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan serta daftar pustaka.
75
Apabila ternyata di dalam naskah tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsurunsur jiplakan, saya bersedia tesis (Magister) dibatalkan, serta diproses sesuia dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).
Surakarta, 27 Januari 2009 Yang membuat pernyataan
Meterai Rp. 6.000,-
Suharja S. 900906009
PERSEMBAHAN
76
Karya ini kupersembahkan untuk Para Pembaca, Peneliti dan Pecinta Ilmu Biologi
UCAPAN TERIMA KASIH
77
Alhamdullillah Robbil ‘Alamin atas segala rahmat dan inayah Alloh SWT yang senantiasa tercurah pada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis dengan judul
“Biomassa, Kandungan Klorofil dan Nitrogen Daun Dua Varietas
Cabai (Capsicum anum L) pada Berbagai Perlakuan Pemupukan”. Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada: 1. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan segala fasilitas selama Penulis belajar di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bupati Klaten yang telah memberikan ijin bagi Penulis untuk mengikuti pendidikan Magister di Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D selaku Direktur Pascasarjana, yang senantiasa memberikan dorongan moril dan spirituil selama mengikuti pendidikan di Program Studi Biosains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Prof Dr. Sutarno, M.Sc., Ph.D., yang senantiasa memberikan bimbingan dengan
penuh
kesabaran
selama
menyusun
proposal,melakukan
penelitian dan menyusun laporan di Program Studi Biosains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Dr. Sugiyarto, M.Si. selaku Dosen
pembimbing II, yang senantiasa
memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran selama menyusun proposal,melakukan penelitian dan menyusun laporan di Program Studi Biosains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
78
6. Kepala SMA Negeri 1 Klaten yang telah memberikan kesempatan Penulis dalam menyelesaikan Magister Biosains di Universitas Sebelas Maret Surakarta. 7. Ketua Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Maret beserta
Universitas Sebelas
jajarannya, atas dukungannya sehingga Penulis dapat
melaksanakan penelitian dengan lancar. 8. Bapak Sudadi Ahmad dan Sukarjo,
Nunhem Seeds Indonesia yang
banyak membantu Penulis dalam melaksanakan penelitian di desa Gathak Klaten. 9. Orang-Orang tercinta yang senantiasa mencurahkan perhatian untuk penulis, agar segera menyelesaikan tesis ini.. 10. Teman-teman Program Studi Biosains yang selalu memberi dukungan dengan penuh kesabaran dan tak pernah lelah membantu Penulis. 11. Saudara M. Rosyid dan seluruh staf administrasi Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu memperlancar sarana administrasi kami selama di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 12. Teman-teman Guru SMA Negeri 1 Klaten serta semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materiil yang sangat berarti bagi Penulis, sehingga secara tidak langsung memberikan andil yang sangat besar dalam penyelesaian studi S2 Penulis. Semoga Alloh SWT memberikan imbalan atas segala keikhlasan yang diberikan kepada penulis dan menjadi amal ibadah yang diridloi Allah SWT. Amin.
79
Surakarta,
27 Januari 2009
Penulis
Suharja. 2009. BIOMASSA, KANDUNGAN KLOROFIL DAN NITROGEN DAUN DUA VARIETAS CABAI Capsicum annum L PADA BERBAGAI PERLAKUAN PEMUPUKAN. Komisi Pembimbing. 1. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D. 2. Dr. Sugiyarto, M.Si. Program Studi Biosains. Program Pascasarjana. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Upaya memenuhi kebutuhan unsur hara pada tanaman cabai dapat dilakukan melalui pemupukan. Keterpenuhan unsur hara yang berasal dari pemberian pupuk kandang dan pupuk kimia dan atau perpaduan keduanya baik dalam bentuk pupuk padat maupun cair pada tanaman cabai dapat muncul sebagai respon fisiologis yang dapat berupa biomassa, kandungan klorofil dan kandungan nitrogen daun tanaman cabai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai perlakuan pemupukan terhadap biomassa, kandungan klorofil dan nitrogen daun dari cabai sakti dan fantastic. Penelitian dilakukan di Desa Gatak, Kecamatan Karangnongko, Kabupaten Klaten pada Bulan September 2006 sampai bulan Maret 2007. Rancangan penelitian ini adalah rancangan factorial menggunakan rancangan blok lengkap dengan dua factor yaitu varietas cabai dan perlakuan pemupukan. Varietas cabai yang digunakan dalam penelitian ini ádalah cabai besar varietas fantastic dan cabai keriting varietas sakti. Sedangkan perlakuan pemupukan yang dilakukan meliputi Tanpa pupuk (Kelompok Control) (P1); Penggunaan Pupuk Kandang 2 kg/ tanaman (P2), Penggunaan Pupuk Kandang (1 kg/tanaman) + pupuk kimia (ZA, SP-36, KCl = 2 : 1 : 1) + kocor NPK Mutiara (P3); dan Pupuk Kandang (1 kg/ tanaman) + Pupuk Kimia (SP-36 : KCl = 1 :1) + Kocor Pupuk Organik Cair Bathari Sri (P4). Pada akhir panen biomassa (bobot
80
basah, bobot kering tanaman dan bobot buah per tanaman ), kandungan klorofil (klorofil a, Klorofil b dan total klorofil) dan kandungan nitrogen daun diukur. Pengukuran bobot basah tanaman dilakukan menggunakan neraca. Pengukuran kandungan klorofil didasarkan atas metode Harborne (1987), sedangkan pengukuran kandungan nitrogen dilakukan melalui metode kjeldal. Teknik Analisis Data menggunakan Analisis Varians dilanjutkan Uji DMRT (Duncan,s Multi Range Test) Hasil penelitian menunjukkan Pelakuan berbagai macam pemupukan berpengaruh terhadap biomassa (bobot basah dan kering tanaman serta bobot buah basah per tanaman cabai fantastik. Perlakuan pupuk kandang + Pupuk Kimia (SP-36 : KCl = 1 : 1) + kocor POC Bathari Sri memiliki bobot kering tanaman dan bobot buah terbaik. Perlakuan berbagai macam pemupukan perpengaruh terhadap peningkatan kandungan klorofil a tanaman cabai fantastic, tidak berpengaruh terhadap kandungan klorofil b dan total klorofil. Kandungan klorofil a tertinggi dimiliki oleh perlakuan perlakuan pupuk kandang + pupuk kimia (ZA : SP-36 : KCl = 2 :1 : 1) + kocor NPK Mutiara. Perlakuan berbagai macam pemupukan berpengaruh terhadap bobot basah tanaman tidak berpengaruh terhadap berat kering dan bobot basah buah per tanaman cabai. Perlakuan pupuk kandang + pupuk kimia (SP-36 : KCl = 1 : 1) + kocor POC Bathari Sri memiliki bobot basah tanaman maupun buah terbaik Perlakuan berbagai macam pemupukan berpengaruh terhadap peningkatan kandungan klorofil a dan total klorofil tanaman cabai sakti, tidak berpengaruh terhadap kandungan klorofil b. Kandungan Klorofil a dan total klorofil tertinggi dimiliki oleh perlakuan Perlakuan pupuk kandang + pupuk kimia (ZA : SP-36 : KCl = 2 :1 : 1) + kocor NPK Mutiara. Perlakuan berbagai macam pemupukan tidak berpengaruh terhadap peningkatan kandungan N total daun cabai Fantastic dan Sakti. Perlakuan pupuk kandang + pupuk kimia (ZA : SP-36 : KCl = 2 :1 : 1) + kocor NPK Mutiara tidak berbeda nyata dengan Perlakuan Pupuk Kandang + Pupuk Kimia (SP-36 : KCl = 1 : 1) + Kocor POC Bathari Sri ditinjau dari biomassa, kandungan klorofil maupun kandungan nitrogen daunnya untuk Cabai fantastic, bahkan perlakuan pupuk kandang + pupuk kimia (SP-36 : KCl = 1 : 1) + kocor POC Bathari Sri memiliki kondisi yang lebih baik ditinjau dari ketiga aspek tersebut. Peneliti merekomendasikan untuk menggunakan formulasi pemupukan dengan perlakuan pemupukan yaitu pemberian pupuk kandang + pupuk kimia (SP-36 : KCl = 1 : 1) + kocor POC Bathari Sri sebagai alternativ baru budidaya cabai yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan. Kata Kunci : biomassa, kandungan klorofil, kandungan nitrogen daun, tanaman cabai
Suharja. 2009. BIOMASS, CHLOROPHYLL AND NITROGEN CONTENT ON LEAVES OF TWO VARIETIES CHILLY (Capsicum annum L) ON VARIOUS FERTILIZING TREATMENT. Promotors 1. Prof. Drs. Sutarno M.Sc., Ph.D. 2. Dr. Sugiyarto M.Si. Bioscience Postgraduate. Sebelas Maret University, Surakarta
An effort to fulfill nutrient elements on chilly crops can be done through fertilization. The fullfilment of nutrient element by giving organic and chemical fertilizers or the combination of both; either in the form of solid or
81
liqufied fertilizers, on chilly crops can result as physiological response in the form of biomass, chlorophill and nitrogen content on chilly leaves. This research aims to know the influence of various feirtilizing on biomass, chlorophyll and nitrogen content on chilly leaves 'sakti' and 'fantastic'. The research is done in Gatak village, Karangnongko subdistrict, Klaten regency; from September 2006 till March 2007. The research design is factorial design using complete factorial design using complete block of 2 (two ) factors that is chilly varieties and fertilizing treatment. Chilly varieties used in this research are big chilly of 'fantastic' variety and curly chilly of 'sakti' variety. Meanwhile the fertilizing treatment used in this research include without using fertilizer (P 1); Using organic fertilizer 2 kilograms/each plant (P 2); Using organic fertilizer 1 kilogram/each plant + chemical fertilizer (ZA, SP-36, K Cl.= 2:1:1) + pour down NPK Mutiara (P 3); and Organic fertilizer 1 Kilogram/each plant + Chemical Fertilizer (SP 36 : K Cl = 1 : 1) + pour down Liquid Organic Fertilizer Bathari Sri (P 4). When harvest comes (the wet and the dried weight and the fruit crops of each plant ), the chlorophyll content are measured.The measurement of the wet plant uses a pair of scales. The measurement of chlorophyll content is based on Harborne method (1987), while the nitrogen content measurement uses Kjeldal method. Data Analyzes Technique uses Variant Analyzis followed by DMRT test (Duncan's Multi Range Test). The research output shows that various fertilizing treatment has influenced on the wet and dried weight and wet crops weight of each 'Fantastic' chilly plant. Organic + Chemical fertilizer treatment (SP36 : K Cl = 1 : 1) + pouring down POC Bathari Sri resulted the best weight of dried plant and the crops weight. Various fertilizing treatment influences on the increases chlorophyll content a of 'Fantastic' chilly; but it does not influence on chlorophyll content b and the total chlorophyll. The highest chlorophyll content a can be seen on the fertilizing uses organic + chemical fertilizer (ZA : SP-36 : K Cl = 2:1:1) + pouring down NPK Mutiara. Various fertilizing treament which influences on the plant wet weight does not influence the dried weight and the crops wet weight for each plant.Fertilizing treatment uses organic + chemical fertilizer (SP- 36 : K Cl = 1 : 1) + pouring down POC 'Bathari Sri' has the best weight of wet plant and fruit. Various fertilizing treatments influence on th increase of chlorophyll content a and total chlorophyll of chilly plant 'Sakti', does not influence on the chlorophyll content b. The highest chloropile content a and the total chloropill can be seen on the fertilizing treatment Using organic + chemical fertilizer (ZA : SP36 : K Cl = 2:1:1) + pouring down NPK Mutiara. Various fertilizing treatment does not influence on the increase of the total nitrogen content on the leaves of 'Fantastic' and 'Sakti' chilly. Fertilizing treatment using organic + chemical fertilizer (ZA : SP-36 : K Cl = 2:1:1) + pouring down NPK Mutiara does not significantly different on the treatment using organic + chemical fertilizer (SP- 36 : K Cl = 1 : 1) + pouring down POC Bathari Sri from the biomass side, chlorophyll and nitrogen content on the leaves of 'Fantastic' chilly, moreover fertilizing treatment using organic + chemical fertilizer (SP- 36 : K Cl = 1 : 1) + pouring down POC Bathari Sri has better condition from the three aspects. The researcher recommends fertilizing with the formulae organic fertilizer + chemical fertilizer (SP 36 : K Cl = 1 : 1) + pouring down POC Bathari Sri as a new alternative in planting chilly which is economical and environment friendly. Key words : Biomass, chlorophyll content, nitrogen content, chilly crops
82
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Suharja, dilahirkan di Klaten 11 Juni 1971 dari pasangan Rochin dan Mardiyem. Tahun 1984 penulis menyelesaikan pendidikan di SDN 3 Jogosetran. Selanjutnya tahun 1984-1987, menempuh pendidikan di SMP Negeri 1 Klaten. Tahun 1987-1990 melanjutkan studi di SMA Negeri 2 Klaten. Pada tahun 1990 melanjutkan studi di IKIP Yogyakarta pada program Diploma 3 Biologi, dan menjadi lulusan terbaik tahun 1993, dan mendapatkan kesempatan transfer pada Pendidikan Biologi S1 di IKIP Yogyakarta. Terhitung sejak tanggal 1 desember 1994 Penulis tercatat sebagai Guru di SMP Negeri 16 Tegal. Penulis baru dapat menyelesaikan S1 Pendidikan biologi dari IKIP Yogyakarta tahun 1997. Selama menempuh pendidikan di Jurusan Pendidikan Biologi IKIP Yogyakarta, Penulis pernah menjadi Asisten untuk mata kuliah Biologi Umum dan Fisiologi Tumbuhan. Selama mengikuti pendidikan di Jurusan Pendidikan Biologi Diploma 3, penulis mendapatkan bea siswa dari Proyek Pelita(1991-1993). Setelah mengikuti pendidikan S1 Penulis mendapatkan Bea siswa PPA dari Dikti (19931994). Penulis pernah menjabat sebagai Sie Akademik ”Arwana” Kelompok Mahasiswa Pecinta Alam (1992-1993), Ketua Kelompok Ilmiah Jurusan Biologi IKIP Yogyakarta ( 1993-1994), Ketua Srawung Ilmiah Jurusan Pendidikan biologi IKIP Yogyakarta (1994), dan pernah mendapat Juara 2 Lomba Karya Tulis Mahasiswa Biologi tahun1993 Selama menjadi guru di SMP Negeri 16 Tegal, penulis pernah menjadi Sekretaris MGMP IPA Kotamadya Tegal (1999-2000), pernah mendapatkan Blockgrant Action Research dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (1999). Tahun 2000 mengikuti pelatihan Standarisasi Tes Prestasi Tingkat Nasional dengan hasil Amat Baik. Tahun 1998-1999 mendapatkan nota tugas untuk mengajar di SMA N 3 Tegal. Dan terhitung sejak 31 Januari 2001 tercatat sebagai Guru SMA Negeri 1 Klaten. Selama menjadi guru di SMA Negeri 1 Klaten penulis pernah menjadi Narasumber Sosialisasi KBK di SMA Negeri 1 Gantiwarno (2004), Narasumber MGMP Biologi SMA Kabupaten Klaten (2004), Narasumber Pemusatan Latihan OSN Biologi SMA Provinsi Jawa Tengah di Salatiga (2007,2008), Yuri Lomba Karya Tulis Remaja SMP/SMA Kabupaten Klaten (2004,2005,2006,2007), Yuri Lomba Karya Tulis Ilmiah Biologi Lingkungan di Universitas Atmajaya Yogyakarta (2004), Juara 3 Guru Berprestasi Kabupaten Klaten (2004), Finalis Lomba Inovasi Pembelajaran Guru Propinsi Jawa Tengah (2003-2007). Tahun 2008 mengikuti Pelatihan Pembimbing OSN di P4TK Bandung dengan hasil Amat Baik. Sekretaris MGMP Biologi SMA Kabupaten Klaten (2005-2007). Ketua MGMP Biologi SMA Kabupaten Klaten (2007-2009). Sekretaris Forum Ilmiah Guru Kabupaten Klaten (2007-2009). Penulis Buku Biologi kelas VII, VIII dan IX Penerbit CV Sahabat Klaten (2007-2008). Pernah menjadi Pemakalah pada Seminar Lokal, Regional, maupun Nasional (2008 di UNS ). Tercatat sebagai Guru Pemandu untuk Guru Biologi SMA Kabupaten Klaten (2008, Hasil seleksi LPMP Jateng).
83
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyajikan tulisan tesis yang berjudul ” “Biomassa, Kandungan Klorofil dan Nitrogen Daun Dua Varietas Cabai (Capsicum annum L) pada Berbagai Perlakuan Pemupukan”. Dalam tulisan ini disajikan pokok-pokok kajian pokok tentang Biomassa, Kandungan klorofil dan Kandungan Nitrogen
daun pada berbagai perlakuan
pemupukan. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam tulisan ini, walaupun segala kemampuan telah dikerahkan.
Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Surakarta,
27
Januari
2009
84
Penulis
DAFTAR ISI Halaman JUDUL ..................................................................................................................
i PERSETUJUAN ...................................................................................................
ii IDENTITAS TIM PENGUJI ...................................................................................
iii
85
PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS ...............................................................
iv PERSEMBAHAN ..................................................................................................
v UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................................
vi ABSTRAK .............................................................................................................
viii ABSTRACT ...........................................................................................................
ix KATA PENGANTAR ..............................................................................................
x DAFTAR ISI ...........................................................................................................
xi DAFTAR TABEL ....................................................................................................
xiii
86
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................
xiv DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................
xv BAB
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah........................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5 C. Tujuan Penelitian.................................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
BAB
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR........................... 7 A. TINJAUAN PUSTAKA 1.Biologi Cabai......................................................................................... 7 2.Biomassa........................... ................................................................... 10 3.Klorofil ................................................................................................... 12
87
4.Kandungan dan Serapan Nitrogen padaTanaman................................. 15 5.Pupuk..................................................................................................... 17 a. Pupuk Organik.................................................................................
20 b. Pupuk Organic Cair Bathari Sri........................................................
23 c. Pupuk ZA..........................................................................................
25 d. Pupuk SP-36....................................................................................
26 e. Pupuk KCl.........................................................................................
26 f.
Pupuk NPK.......................................................................................
26 g. Dolomit.............................................................................................
32
88
B. Kerangka Berpikir.............................................................................. 33 C. Hipotesis ............................................................................................. 34 BAB
III. METODE PENELITIAN ........................................................................ 35 A. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 35 B. Bahan dan Alat ..................................................................................... 35 C. Rancangan Penelitian........................................................................... 36 1. Homogenitas Bibit Cabai dan Tanah................................................37 2. Pelaksanaan penelitian.....................................................................39 3. Parameter dan Pengukuran Parameter............................................42 D. Teknik Analisis Data .............................................................................. 43
BAB
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 44 A. Biomassa............................................................................................... 44
89
B. Kandungan Klorofil................................................................................. 55 C. Kandungan N daun............................................................................... 66 BAB
V. PENUTUP .............................................................................................. 70 A. Kesimpulan ...........................................................................................
70 B. Saran ....................................................................................................
70 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 72 LAMPIRAN.............................................................................................................. 77
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1 Kandungan Gizi Cabai Merah Besar................................................ 8
90
Tabel 2 Kandungan Hara Pupuk Organik dari Kotoran Ternak.................... 21 Tabel 3 Kandungan Unsur Hara Makro dan Mikro POC Bathari Sri ........... 24 Tabel 4 Bobot Segar Tanaman Dua Varietas cabai ................................... 46 Tabel 5 Bobot Kering Tanaman Dua Varietas cabai .................................. 49 Tabel 6 Bobot Segar Buah per Tanaman Dua Varietas cabai.................. 51 Tabel 7 Kandungan Klorofil a Dua Varietas Cabai ..................................... 57 Tabel 8 Kandungan Klorofil b Dua Varietas Cabai ..................................... 59 Tabel 10 Kandungan Klorofil total Dua Varietas Cabai .............................. 62 Tabel 11 Kandungan Nitrogen Daun Dua Varietas Cabai ......................... 66
91
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1 Kerangka Berpikir 33 Gambar 2 Denah Percobaan 36 Gambar 3 Grafik Kandungan Bobot Segar Dua Varietas Cabai 45 Gambar 4 Grafik Kandungan Bobot Kering Dua Varietas Cabai 47 Gambar 5 Grafik Kandungan Bobot Buah Segar Dua Varietas Cabai 50 Gambar 6 Grafik Kandungan Klorofil a Tanaman Dua Varietas Cabai 58 Gambar 7 Grafik Kandungan Klorofil b Tanaman Dua Varietas Cabai 60
92
Gambar 8 Grafik Kandungan Klorofil total Tanaman Dua Varietas Cabai 61 Gambar 9 Pembentukan Klorofil dengan Bahan Dasar Asam glutamat 66 Gambar 10 Grafik Kandungan Nitrogen Daun Dua Varietas Cabai 69
DAFTAR LAMPIRAN
93
Halaman Lampiran 1 Pengukuran kandungan klorofil menurut Harborne (1987) 78 Lampiran 2 Pengukuran kandungan nitrogen daun menurut Metode Kjeldal 79 Lampiran 3 Data Hasil Penelitian 80 Lampiran 4 Hasil Analisis Data Penelitian 81 Lampiran 5 Hasil Analisis Korelasi Antar variabel 107 Lampiran 6 Foto-Foto Penelitian
cabai
108
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
CABAI (CAPSICUM ANNUM L) MERUPAKAN SALAH SATU JENIS SAYURAN YANG PENTING
DI DAERAH TROPIS DAN UMUMNYA DIPAKAI SEBAGAI BUMBU MASAK.
DISAMPAIKAN ALLABI (2005) BAHWA CABAI MEMBERIKAN KONTRIBUSI DALAM DIET, SEBAGAI BAHAN
PENTING PADA SOUP DAN DAGING SAPI REBUS
(STEWS) DAN
DIKETAHUI MENGANDUNG VITAMIN DAN BEBERAPA MINERAL BAGI TUBUH MANUSIA.
94
DITAMBAHKANNYA BAHWA KANDUNGAN VITAMIN C CABAI LEBIH TINGGI DARIPADA TOMAT.
PERMINTAAN AKAN BUAH CABAI SELALU MENINGKAT SEJALAN DENGAN PENAMBAHAN PABRIK MAKANAN UNTUK KEPERLUAN SEBAGAI BAHAN BAKU YANG JUMLAHNYA RELATIF BESAR UNTUK BERBAGAI KEPERLUAN KELUARGA DAN INDUSTRI MIE INSTAN, SAOS, DAN SAMBAL.
HASIL CABAI BESAR TAHUN 2007 SEBESAR 6,30
TON/HA, LEBIH RENDAH DARIPADA TAHUN ITU IMPOR CABAI TAHUN
2006 SEBESAR 6,51 TON/HA, SEMENTARA
2006 SEBESAR 11.885.501 TON DAN EKSPOR CABAI TAHUN
2006 SEBESAR 8.004.450 TON.
(WWW.HORTIKULTURA.DEPTAN.GO.ID, (2008)
KONDISI INI MENGISYARATKAN BAHWA PRODUKSI PER HEKTAR HASIL KOMODITAS CABAI BESAR PERLU DITINGKATKAN.
OLEH KARENA ITU PERLU DITEMUKAN TEKNOLOGI
BUDIDAYA YANG DAPAT MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL CABAI
MENURUT NYAKPA DKK. (1988) SUKSES
SUATU USAHA PERTANIAN
HAKEKATNYA SANGAT DITENTUKAN OLEH PERTUMBUHAN YANG DIUSAHAKAN.
PADA
SERTA HASIL TANAMAN
JIKA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MEMUASKAN MAKA
DIKATAKAN PETANI ITU SUKSES.
DITAMBAHKAN ALLABI (2005), CABAI MEMBERIKAN
HASIL BAIK JIKA KEBUTUHAN UNSUR-UNSUR ESENSIAL TERPENUHI.
UNSUR-UNSUR
ESENSIAL YANG DIKENAL SEBAGAI UNSUR HARA MAKRO DAN MIKRO YANG SEBANYAK
16 UNSUR. UNTUK MEMENUHI
KEBUTUHAN
UNSUR-UNSUR ESENSIAL, DAPAT
DILAKUKAN MELALUI PEMUPUKAN.
MENURUT SUNTORO (2003), SALAH SATU LANGKAH KESUBURAN TANAH ADALAH PENGGUNAAN KEMBALI BAHAN ORGANIK.
PEMELIHARAAN
BAHAN ORGANIK
PENTING DALAM MENUNJANG PRODUKTIFITAS TANAMAN DAN SEKALIGUS MEMULIHKAN KONDISI LAHAN
PRODUKTIF DAN BERKELANJUTAN.
PUPUK ORGANIK MEMASOK
BERBAGAI MACAM HARA TERUTAMA BERUPA SENYAWA ORGANIK BERKONSENTRASI
95
RENDAH YANG TIDAK MUDAH LARUT SEHINGGA TIDAK AKAN KETIMPANGAN HARA DALAM TANAH, BAHKAN
MENIMBULKAN
DAPAT MEMPERBAIKI NERACA
HARA.
PASOKAN PUPUK ORGANIK DAPAT MENYEHATKAN KEHIDUPAN FLORA DAN FAUNA TANAH ALAMI, JUGA DAPAT MENINGKATKAN DAN MEMELIHARA PRODUKTIVITAS TANAH
(NURYANI DAN SUTANTO, 2002) KEBERHASILAN
PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK
PRODUKSI TANAMAN TIDAK DIRAGUKAN LAGI.
DALAM MEMACU HASIL
MENURUT ALLABI (2005), PEMBERIAN
PUPUK ORGANIK DAPAT MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL CABAI LEBIH BAIK DIBANDINGKAN
DENGAN PEMBERIAN FOSPOR.
MENYAMPAIKAN JENIS PEMUPUKAN CAMPURAN
SEMENTARA ITU SADEWA (2008)
(N : P : K = 8,31 G : 12,21G : 8,81G )
DAPAT MEMPERBAIKI PERTUMBUHAN MORFOLOGIS DAN FISIOLOGIS TINGGI TANAMAN, PANJANG AKAR DAN KANDUNGAN KLOROFIL TIGA VARIETAS CABAI MERAH BESAR PADA FASE VEGETATIF. ORGANIK
SEDANGKAN MENURUT
310 DAN 400 KG N/HA DAPAT MENYEBABKAN PENURUNAN PRODUKSI CABAI
DAN TOMAT, BAHKAN PEMBERIAN TANAH,
CHELLEMI (2002) PEMBERIAN PUPUK
560 KG N/HA
MENYEBABKAN PENINGKATAN
PH
NH3 DAN JUMLAH TOTAL JAMUR, YANG DAPAT MERUPAKAN RACUN DAN
DAPAT MENYEBABKAN KEMATIAN PADA TANAMAN CABAI.
SEMENTARA ITU MENURUT
KUSUMAINDERAWATI DKK. (2003) PUPUK NPK PHONSKA
DIIKUTI
ZA
DAPAT
MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TANAMAN CABAI BESAR YANG HASILNYA SETARA DENGAN
PEMUPUKAN
TUNGGAL
PADA
DOSIS
N, P DAN K YANG SAMA.
DITAMBAHKANNYA PADA TINGKAT KESUBURAN TANAH SEDANG, PEMBERIAN 1100 NPK PHOSKA
+ 917 ZA/HA DAPAT MEMBERIKAN PRODUKSI
MAKSIMUM DAN MENINGKATKAN HASIL
CABAI BESAR SECARA
94,4% DIBANDING KONTROL. PRODUKSI CABAI
VARIETAS HERO TERBESAR DAPAT DICAPAI PADA PEMUPUKAN DENGAN KOMPOSISI
150 KG UREA + 450 KG ZA + 250 KG SP-36 + 200 KCL/HA (KUSUMAINDERAWATI
96
DKK.
(1997)).
DITAMBAHKAN SANTI (2002),
BAHWA ADA INTERAKSI PEMBERIAN
MAGNESIUM DAN EKSTRAK KOTORAN SAPI TERHADAP PENINGKATKAN HASIL TANAMAN CABAI
BESAR.
MENINGKATKAN
DIJELASKANNYA PEMBERIAN EKTRAK KOTORAN SAPI ASIMILISAI
KARBON,
SEHINGGA
BERPERAN
DALAM
FOTOSINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KARBOHIDRAT, SEHINGGA
DAPAT PROSES
HASIL TANAMAN
CABAI BESAR JUGA MENINGKAT.
FOTOSINTESIS MERUPAKAN PROSES METABOLISME PENTING YANG DILAKUKAN TUMBUHAN TINGKAT TINGGI, TERMASUK TUMBUHAN CABAI.
PROSES FOTOSINTESIS
TERJADI DI DALAM KLOROPLAS YANG MENGANDUNG PIGMEN KLOROFIL DALAM FOTOSINTESIS.
PERANGKAT PENYERAP ENERGI CAHAYA DISERAP OLEH KLOROFIL
DITERUSKAN KE FOTOSISTEM.
SEBAGAI
ENERGI CAHAYA
SELANJUTNYA ENERGI
TERSEBUT DIGUNAKAN UNTUK MEMECAH
H2O SEHINGGA DIHASILKAN O2, H+ DAN
ELEKTRON.
RANTAI TRANSPORT ELEKTRON MENUJU
AKSEPTOR DAN
ELEKTRON AKAN MELEWATI
NADP. MOLEKUL KLOROFIL DISUSUN OLEH UNSUR MAKRO SEPERTI N
MG, SEHINGGA KANDUNGAN KLOROFIL DAPAT DIGUNAKAN SEBAGAI INDIKATOR
TUMBUHAN TERHADAP DEFISIENSI MINERAL
(GARDNER, DKK. 1991). KANDUNGAN
NUTRIEN YANG RENDAH BERPENGARUH TERHADAP FOTOSINTESIS TERUTAMA DENGAN CARA MEMPENGARUHI PERALATAN FOTOSINTESIS. MAGNESIUM
BILA PERSEDIAAN NITROGEN DAN
TERBATAS, MAKA KLOROFIL TIDAK MUDAH
TERBENTUK.
SELAIN
BERPERAN SEBAGAI PENYUSUN KLOROPHIL, NITROGEN JUGA MERUPAKAN KOMPONEN PENYUSUN HORMON SITOSIN DAN AUKSIN (LAKITAN, 2004), KOMPONEN UTAMA BAHAN KERING YANG BERASAL DARI BAHAN PROTOPLASMA TUMBUHAN
(SALLISBURY DAN
ROSS, 1992) DAN FAKTOR PEMBATAS UTAMA DALAM PRODUKSI TANAMAN BUDIDAYA (GARDNER DKK., 1991).
97
TANAMAN SELAMA MASA HIDUPNYA
SELAMA
MASA
TERTENTU
UNTUK MEMBENTUK BAGIAN-BAGIAN
MEMBENTUK BIOMASSA YANG DIGUNAKAN TUBUHNYA.
ATAU
PRODUKSI BIOMASSA MENGAKIBATKAN PERTAMBAHAN BERAT YANG
DAPAT DINYATAKAN SEBAGAI BIOMASSA VOLUME, BIOMASSA BERAT BASAH, BIOMASSA BERAT KERING DAN ORGANO BIOMASSA (MICHAEL,1994). BERAT BASAH MERUPAKAN TOTAL BERAT TANAMAN YANG MENUNJUKKAN HASIL AKTIVITAS METABOLIK TANAMAN
(SALLISBURRY DAN ROSS, 1991) DITAMBAHKAN SITOMPUL DAN GURITNO (1995) MENYATAKAN
BIOMASSA, BERAT KERING DIUKUR UNTUK MENDAPATKAN PENAMPILAN
KESELURUHAN PERTUMBUHAN TANAMAN.
PENGUKURAN AKUMULASI BERAT KERING
DIANALOGIKAN UNTUK MENGETAHUI POLA DISTRIBUSI ASIMILASI TARGET
DARI SUMBER KE
(GARDNER DKK., (1991)
DAUN DAN JARINGAN HIJAU LAINNYA ASIMILASI.
MERUPAKAN SUMBER ASAL HASIL
SEBAGIAN HASIL ASIMILASI TETAP TETINGGAL DALAM JARINGAN UNTUK
PEMELIHARAAN SEL, DAN BILA TRANSLOKASI LAMBAT, DAPAT DIUBAH TEPUNG
ATAU
DITRANSLOKASIKAN
BENTUK
CADANGAN
MAKANAN
LANILLA,
DAN
MENJADI SISANYA
KE DAERAH PEMANFAATAN VEGETATIF YANG TERIDIRI DARI
FUNGSI-FUNGSI PERTUMBUHAN, PEMELIHARAAN DAN CADANGAN MAKANAN.
SEGERA
SETELAH INISIASI BIJI, BIJI MENJADI DAERAH PEMANFAATAN YANG DOMINAN UNTUK TANAMAN SEMUSIM.
OLEH KARENA ITU, SELAMA PENGISIAN BIJI, SEBAGIAN BESAR
HASIL ASIMILASI YANG BARU TERBENTUK MAUPUN YANG DISIMPAN, DIGUNAKAN UNTUK MENINGKATKAN BERAT BIJI. PERMUKAAN
(GARDNER DKK., 1991). DITAMBAHKANNYA KARENA
DAUN MERUPAKAN
ORGAN UTAMA TUMBUHAN
UNTUK MELAKUKAN
FOTOSINTESIS, MAKA PERTUMBUHAN DAPAT DIUKUR BERDASARKAN LUAS DAUN.
BERDASARKAN HASIL PENELITIAN SADEWO (2008), ALLABI (2005), CHELLEMI (2002), DAN KUSUMAINDERAWATI DKK. (2003 DAN 1997) DAPAT DISAMPAIKAN BAHWA
98
TANAMAN CABAI MEMERLUKAN
UNSUR
HARA MAKRO DAN MIKRO
PERTUMBUHAN DAN PENINGKATAN PRODUKSINYA.
UNTUK
KEBUTUHAN AKAN UNSUR-UNSUR
HARA ITU, DAPAT DIPENUHI MELALUI PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN AN ORGANIK.
FORMULASI
JENIS
PUPUK YANG SESUAI
DAPAT
BERPENGARUH TERHADAP
BIOMASSA, KANDUNGAN KLOROFIL DAN NITROGEN DAUN. SEBAGIAN MASYARAKAT YANG MENYATAKAN DAPAT MENINGKATKAN
ADANYA ANGGAPAN DARI
BAHWA PEMBERIAN PUPUK ORGANIK
PRODUKSI PERTANIAN TIDAK SELURUHNYA BENAR.
HANYA
FORMULASI YANG TEPATLAH YANG DAPAT MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN DAN HASIL CABAI.
OLEH KARENA ITU PENELITIAN UNTUK MENCARI FORMULASI PUPUK ORGANIK
DAN ANORGANIK
DAN ATAU PERPADUANNYA
SERTA PENGARUHNYA
TERHADAP
TANAMAN CABAI PERLU DILAKUKAN.
B. RUMUSAN MASALAH BAGAIMANA PENGARUH BERBAGAI PERLAKUAN PEMUPUKAN TERHADAP BIOMASSA, KANDUNGAN KLOROFIL DAN NITROGEN DAUN PADA DUA VARIETAS ANNUM L)
CABAI (CAPSICUM
?
C. TUJUAN PENELITIAN MENGETAHUI PENGARUH BERBAGAI PERLAKUAN PEMUPUKAN TERHADAP BIOMASSA, KANDUNGAN KLOROFIL DAN NITROGEN DAUN PADA DUA VARIETAS
CABAI (CAPSICUM
ANNUM L).
D. MANFAAT PENELITIAN
99
1. TEORITIS PENGEMBANGAN ILMU BUDIDAYA CABAI KHUSUSNYA YANG TERKAIT DENGAN PENGGUNAAN PUPUK ORGANIC
DAN
AN ORGANIC,
DAN ILMU FISIOLOGI
TUMBUHAN KHUSUSNYA YANG TERKAIT DENGAN PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK ORGANIC DAN ANORGANIK TERHADAP BIOMASSA, KANDUNGAN KLOROFIL DAN
NITOGEN DAUN CABAI.
2. PRAKTIS A. PETANI
MEMBERI INFORMASI
KEPADA
ORGANIC DAN KIMIA YANG
TEPAT
PETANI FORMULASI PEMBERIAN PUPUK UNTUK MENINGKATKAN
PERTUMBUHAN
DAN HASIL CABAI B.PEMULIA TANAMAN
MEMBERIKAN
MASUKAN
KEPADA
PARA
PEMULIA
TANAMAN
DALAM
MENEMUKAN DAN MENGEMBANGKAN VARIETAS CABAI YANG SESUAI DENGAN LINGKUNGANNYA
100
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. TINJAUAN PUSTAKA 1. BIOLOGI CABAI TANAMAN CABAI BESAR (CAPSICUM ANNUM) ADALAH TERGOLONG TANAMAN SEMUSIM YANG BERBENTUK PERDU DENGAN TINGGI MENCAPAI CM.
60-75
TANAMAN INI MEMPUNYAI BATANG YANG HALUS, BERCABANG BANYAK, DAN
PANGKALNYA BERKAYU.
DIAMETER BATANG DAPAT MENCAPAI UKURAN 1 – 2,5 CM.
PERAKARANNYA TERDIRI DARI AKAT TUNGGANG YANG TUMBUH HALUS KE BAWAH, DAN SELANJUTNYA MEMBENTUK PERCABANGAN YANG BERUPA AKAR LATERAL
(TUMBUH MENYAMPING). DARI AKAR LATERAL AKAN KELUAR AKAR-AKAR SERABUT. DAUNNYA MERUPAKAN DAUN TUNGGAL BERBENTUK BULAT TELUR YANG UJUNGNYA
MERUNCING
DENGAN
UKURAN
BERMACAM-MACAM.
TUNGGAL, MENUNDUK, MAHKOTA BUNGA BERWARNA PUTIH.
BUNGANYA
BUAHNYA BERBIJI
BANYAK YANG BENTUKNYA BULAT PANJANG DENGAN UJUNG MERUNCING.
RASA
DAGING BUAHNYA PEDAS (TISDALL, 1983 ; NONNECKE, 1989).
MENURUT TJITROSUPOMO (2000), KEDUDUKAN TANAMAN CABAI SECARA TAKSONOMIS ADALAH SEBAGAI BERIKUT :
DIVISIO
:
SPERMATOPHYTA
SUB DIVISO
:
ANGIOSPERMATE
KLAS
:
DICOTYLEDONEAE
SUB KLAS
:
SYMPETALAE
ORDO
:
TUBIFLORAE (SOLANALES)
FAMILI
:
SOLANANCEAE
GENUS
:
CAPSICUM
SPESIES
:
CAPSICUM ANNUM.
101
MENURUT SAMADI (2004) BESAR
KEMUNGKINAN GIZINYA, BUAH CABAI MERAH
MEMILIKI KALORI CUKUP TINGGI TERUTAMA TERDAPAT PADA CABAI MERAH
BESAR YANG TELAH DIKERINGKAN.
ADAPUN KANDUNGAN GIZI BUAH CABAI MERAH
BESAR DAPAT DILIHAT PADA TABEL 1
TABEL 1. KANDUNGAN GIZI CABAI MERAH BESAR
NO
NILAI GIZI
CABAI MERAH BESAR
CABAI MERAH
(SEGAR)
BESAR (KERING)
1.
KALORI (KAL)
31
311
2.
PROTEIN (GR)
1,0
15,9
3.
LEMAK (GR)
0,3
6,2
4.
HIDRAT ARANG (GR)
7,3
61,8
5.
KALSIUM (GR)
29
160
6.
FOSFOR (GR)
24
370
7.
BESI (MGR)
0,5
2,3
8.
VITAMIN A (SI)
470
576
9.
VITAMIN B (MGR)
0,05
(0,40)
10.
VITAMIN C (MGR)
18
50
11.
AIR (MGR)
90,9
10,0
12.
BAHAN DAPAT DIMAKAN (%)
85
85
SUMBER : DIREKTORAT GIZI, DEPT. KESEHATAN RI (1979)
CABAI BESAR (C. ANNUUM) ATAU LOMBOK BESAR MEMILIKI BANYAK VARIETAS. BEBERAPA VARIETAS CABAI BESAR ANTARA LAIN; CABAI MERAH PANJANG (C. ANNUUM VAR. LONGUM
(DC.) SENDT), CABAI BULAT (C. ANNUUM VAR. CERASIFORME (MILLER)
IRISH), CABAI MANIS ATAU PAPRIKA (C. ANNUUM VAR GROSSUM) DAN CABAI HIJAU (C. ANNUUM VAR. ANNUUM) DAN MASIH BANYAK VARIETAS YANG LAIN. MERUPAKAN SALAH SATU JENIS DARI MERAH PANJANG
CABAI KERITING
(C. ANNUUM VAR LONGUM
(DC.) SENDT) (PRACAYA, 2000; SETIADI, 1993).
102
TANAMAN CABAI YANG DIPERGUNAKAN DALAM PENELITIAN INI ADALAH CABAI KERITING HIBRIDA VARIETAS SAKTI DAN CABAI MERAH BESAR VARIETAS FANTASTIC.
KEDUANYA BERASAL
DARI
APRIANTONO (2006)
CABAI
NUNHEMZ ZADEN PVT. LTD., INDIA. KERITING
HIBRIDA
MENURUT
VARIETAS SAKTI TERGOLONG
VARIETAS YANG BERASAL DARI HIBRIDA SILANG TUNGGAL, UMUR MULAI PANEN
95-
100 HARI SETELAH TANAM, TINGGI TANAMAN 105-110 CM, KERAPATAN KANOPI RAPAT, WARNA BATANG HIJAU, WARNA DAUN HIJAU TUA, UKURAN DAUN; PANJANG SEDANGKAN LEBARNYA
12-14 CM,
4 – CM. TEPI DAUN RATA, DENGAN UJUNG DAUN MERUNCING,
PERMUKAAN DAUN AGAK MENGKILAP DAN UMUR MULAI BERBUNGA KIRANG LEBIH HARI SETELAH TANAM. MAHKOTA
BUNGA
35
DENGAN WARNA MAHKOTA PUTIH, JUMLAH HELAI
5-6, WARNA KOTAK SARI UNGU, JUMLAH KOTAK SARI 5-6 BUAH, WARNA
KEPALA PUTIK KUNING, WARNA KELOPAK BUNGA HIJAU, PANJANG BUAH KURANG LEBIH
15 CM DENGAN DIAMETER KURANG LEBIH 1 CM, BUAH YANG MASIH MUDA BERWARNA HIJAU SEDANGKAN YANG TUA BERWARNA MERAH. TEBAL KULIT BUAH KURANG LEBIH
PERMUKAAN KULIT BUAH HALUS,
0,8 MM, BERAT BUAH PER BIJI 5-6 GRAM, BERAT
BUAH PER TANAMAN KURANG LEBIH
1 KG, HASIL CABAI 18 TON/HA, DAN BERADAPTASI 600-900 M
DENGAN BAIK DI DATARAN SEDANG SAMPAI TINGGI DENGAN KETIGGIAN DPL.
SEDANGKAN
CABAI BESAR HIBRIDA VARIETAS FANTASTIC
VARIETAS HIBRIDA SILANG TUNGGAL, UMUR MULAI PANEN TANAM,
MERUPAKAN
90-95 HARI SETELAH
TINGGI TANAMAN 100-105 CM, KERAPATAN KANOPI RAPAT, W ARNA BATANG
HIJAU, W ARNA DAUNHIJAU,
BENTUK DAUN MEMANJANG, UKURAN DAUN PANJANG 12 –
14 CM, LEBAR 4 – 6 CM, TEPI DAUN
RATA, UJUNG DAUN
MERUNCING,
PERMUKAAN DAUN AGAK MENGKILAP, UMUR MULAI BERBUNGA +35 HARI SETELAH TANAM, W ARNA MAHKOTA BUNGA PUTIH, JUMLAH HELAI MAHKOTA
5-6,
W ARNA
103
KOTAK SARI BIRU KEUNGUAN,
JUMLAH KOTAKSARI 5-6 BUAH, W ARNA KEPALA PUTIK
KUNING, W ARNA KELOPAK BUNGA BUAH
MEMANJANG,
HIJAU, W ARNA TANGKAI BUNGA HIJAU,
BENTUK
UKURAN BUAH PANJANG + 15 CM , DIAMETER + 1 CM, W ARNA
BUAH MUDA HIJAU, W ARNA BUAH TUA MERAH, PERMUKAAN KULIT BUAH
HALUS,
TEBAL KULIT BUAH + 2,0 MM, BERAT PER BUAH 12 – 15 G, BERAT BUAH PER TANAMAN + 1,5 KG, RASA BUAH
PEDAS,
HASIL CABAI KURANG LEBIH 27 TON/HA,
DAN
BERADAPTASI DENGAN BAIK DI DATARAN SEDANG SAMPAI TINGGI DENGAN KETIGGIAN 600-900 M DPL
(APRIANTONO, 2006)
2. BIOMASSA MENURUT MICHAEL (1994) BIOMASSA DIDEFINISIKAN SEBAGAI JUMLAH TOTAL BAHAN HIDUP PADA SUATU WAKTU TERTENTU SUATU LUAS TERTENTU.
BIOMASSA
DAPAT DINYATAKAN SEBAGAI BIOMASSA VOLUME, BIOMASSA BERAT BASAH, BIOMASSA BERAT KERING DAN ORGANO BIMASSA. MELIPUTI SELURUH TUBUH MAKHLUK
DITAMBAHKAN SUTJIPTO (1992) BIOMASSA
YANG HIDUP WALAUPUN BAGIAN TUBUH ITU
SEPERTI CABANG ATAU DAUN PADA POHON
ASALKAN MASIH
MELEKAT
PADA
TUMBUHAN TERSEBUT.
MENURUT SITOMPUL DAN GURITNO (1995) PENGUKURAN BIOMASSA TOTAL TANAMAN MERUPAKAN PARAMETER YANG BAIK YANG DAPAT DIGUNAKAN SEBAGAI INDIKATOR PERTUMBUHAN TANAMAN.
HAL INI DIDASARKAN PADA KENYATAAN BAHWA
TAKSIRAN BIOMASSA TANAMAN RELATIF MUDAH DIUKUR DAN MERUPAKAN INTEGRASI DARI
HAMPIR
SEMUA
PERISTIWA
DITAMBAHKANNYA PERBEDAAN DALAM DISEBABKAN
KARENA PERBEDAAN
YANG
DIALAMI
TANAMAN
PRODUKSI BIOMASSA
KEMAMPUAN DALAM
SEBELUMNYA.
TANAMAN DAPAT
MENGHASILKAN KARBON
REDUKSI YANG DIGUNAKAN UNTUK MEMBENTUK BIOMASSA TANAMAN.
DITAMBAHKAN
104
CURTIS & CLARK (1950) BERAT BASAH TANAMAN MERUPAKAN
SALAH SATU
PARAMETER PERTUMBUHAN YANG DAPAT MENUNJUKKAN PERBEDAAN VOLUME DAN YANG DITIMBANG SESAAT SETELAH PANEN.
UKURAN BAHAN
DITAMBAHKAN
SALISBURRY DAN ROSS (1995) BAHWA MASSA SEGAR DITENTUKAN DENGAN CARA MEMANEN SELURUH TUMBUHAN ATAU BAGIAN YANG DIINGINKAN DAN MENIMBANGNYA CEPAT-CEPAT SEBELUM AIR
TERLALU BANYAK
MENGUAP DARI BAHAN TERSEBUT.
SEKITAR 75 % BIOMASSA TANAMAN DIHASILKAN BEBERAPA MINGGU MENJELANG PANEN SEHINGGA PADA
SAAT INI
KEBUTUHAN HARA MENJADI LEBIH TINGGI DAN
PENYERAPAN PUPUK MENJADI LEBIH EFISIEN (RUBATZKY & YAMAGUCHI , 1995),
SEMENTARA ITU SALISBURY DAN ROSS, (1995) SERTA SITOMPUL DAN GURITNO (1995) SEGAR.
MENYEBUT BIOMASSA BERAT BASAH
DENGAN ISTILAH BERAT
DIJELASKANNYA BAHWA BERAT BASAH MERUPAKAN TOTAL BERAT TANAMAN METABOLIK TANAMAN.
PARAMETER BERAT
YANG MENUNJUKKAN
HASIL AKTIVITAS
SEGAR MERUPAKAN
HASIL PENGUKURAN MASSA SEGAR TANAMAN TERMASUK
KANDUNGAN AIR DI DALAMNYA.
NILAI BERAT SEGAR DIPENGARUHI OLEH HASIL
PENGUKURAN AIR, UNSUR HARA DAN METABOLISME TANAMAN BERAT SEGAR DAPAT DIGUNAKAN
UNTUK MENGGAMBARKAN
DITAMBAHKANNYA
BIOMASSA TANAMAN
APABILA HUBUNGAN BERAT SEGAR DENGAN BERAT KERING BERSIFAT LINIER.
MENURUT SALISBURRY DAN ROSS (1995) PENGUKURAN BIOMASSA DAPAT DAPAT PULA MENGGUNAKAN MASSA KERING. MASSA TIMBUL
DIJELASKANNYA BAHWA PENGUKURAN
KERING PERLU DILAKUKAN, KARENA ADANYA DARI KANDUNGAN AIR
MENGGUNAKAN
DIPANEN SELAMA
MAKA PRODUKTIVITAS
MASSA KERING TUMBUHAN.
DIPEROLEH DENGAN CARA
BERBAGAI MASALAH YANG
MENGERINGKAN
TANAMAN
BUDIDAYA
MASSA KERING TUMBUHAN DAPAT BAHAN TUMBUHAN
YANG BARU SAJA
24 JAM HINGGA 48 JAM PADA SUHU 70 – 80 0C. MASSA KERING
105
MENJADI TAKSIRAN YANG LEBIH SAH DARIPADA MASSA SEGAR UNTUK MENENTUKAN PERTUMBUHAN. MERUPAKAN
MENURUT LARCHER (1975) BERAT
KERING TOTAL HASIL PANEN
HASIL DARI PENIMBUNAN HASIL BERSIH ASIMILASI
KARBON ADALAH BUKTI KENAIKAN
BERAT KERING DAN DAPAT DIDETERMINASIKAN
LANGSUNG DENGAN PENIMBANGAN KUMPULAN TANAMAN KERING. MENURUT
OLEH KARENA ITU
SITOMPUL DAN GURITNO(1995) BIOMASSA, BERAT KERING DIUKUR UNTUK
MENDAPATKAN
PENAMPILAN
KESELURUHAN
DITAMBAHKAN GARDNER DKK. (1991)
PERTUMBUHAN
PENGUKURAN
TANAMAN.
AKUMULASI BERAT KERING
DIANALOGIKAN UNTUK MENGETAHUI POLA DISTRIBUSI ASIMILASI TARGET.
CO2. AKUMULASI
DARI SUMBER KE
KARENA PERMUKAAN DAUN MERUPAKAN ORGAN UTAMA TUMBUHAN UNTUK
MELAKUKAN FOTOSINTESIS, MAKA PERTUMBUHAN DAPAT DIUKUR BERDASARKAN LUAS DAUN..
3. KLOROFIL KLOROFIL
ADALAH SUATU MAGNESIUM PORFIRIN YANG MELEKAT PADA
PROTEIN
(LEHNINGER, 1991). MENURUT HARBORNE (1987) KLOROFIL
ADALAH KATALISATOR
FOTOSINTESIS PENTING
TILAKOID
YANG TERDAPAT PADA
MEMBRAN
SEBAGI PIGMEN HIJAU DALAM JARINGAN TUMBUHAN BERFOTOSINTESIS,
YANG TERIKAT LONGGAR DENGAN PROTEIN TETAPI MUDAH DIEKSTRAKSI KE DALAM PELARUT LIPID MISALNYA ASETON DAN ETER.
DALAM TUMBUHAN SEKURANG-KURANGNYA TERDAPAT 5 JENIS KLOROFIL YANG BERSTRUKUR SAMA TETAPI MENUNJUKKAN BERMACAM-MACAM SIFAT SESUAI DENGAN RANTAI SAMPING MEMPUNYAI
ALIFATIK YANG TERIKAT PADA INTI PORFIRIN.
RUMUS
MOLEKUL
C55H72O5N4MG
SEDANGKAN KLOROFIL B MEMILIKI RUMUS KIMIA
BERWARNA
KLOROFIL
HIJAU
A
KEBIRUAN,
C55H70O5N4MG BERWARNA HIJAU
106
KEKUNINGAN
(KOESOEMO,1993). TUMBUHAN TINGGI MENGANDUNG
KLOROFIL YAITU KLOROFIL A DAN KLOROFIL B.
DUA MACAM
KLOROFIL A ADALAH SUATU SENYAWA
KOMPLEKS ANTARA MAGNESIUM DAN PORFIRIN YANG MENGANDUNG SIKLONTANON (CINCIN
CINCIN
V). KEEMPAT ATOM NITROGENNYA DIHUBUNGKAN SECARA
IKATAN KOORDINASI DENGAN ION
MG
2+
MEMBENTUK SENYAWA PLANAR YANG
MANTAP. RANTAI SAMPINGNYA YANG BERSIFAT HIDROFOB ADALAH SUATU TERPENOID ALKOHOL,
FITOL, YANG DIHUBUNGKAN SECARA IKATAN ESTER
PROPIONAT DARI CINCIN DALAM TUMBUHAN
DENGAN GUGUS
IV. KLOROFIL B ADALAH KLOROFIL KEDUA YANG TERDAPAT
(W IRAHADIKUSUMAH, 1985). STRUKTUR KLOROFIL B BERBEDA
DENGAN KLOROFIL A KARENA KLOROFIL A MEMPUNYAI PENYULIH METIL, SEDANGKAN KLOROFIL B PIROL.
MEMPUNYAI GUGUS ALDEHIDA
YANG TERIKAT DI KANAN ATAS CINCIN
KLOROFIL A DAN B TERDAPAT PADA TUMBUHAN TINGGI, PAKU-PAKUAN DAN
LUMUT; KLOROFIL C SAMPAI E HANYA DITEMUKAN
DALAM ALGA,
KLOROFIL LAIN SECARA KHAS HANYA PADA BAKTERI TERTENTU
SEDANGKAN
(HARBORNE, 1987).
KLOROFIL ADALAH MOLEKUL AMFIFILIK, RANTAI FITOL HIDROKARBONNYA SANGAT HIDROFOBIK, SEDANGKAN SEBAGIAN DARI CINCIN PORFIRIN TEMPAT GUGUS HIDROFILIK.
C = O ITU
AGAKNYA CINCIN FITOL DAN SEBAGIAN CINCIN PORFIRIN TERBENAM DI
DALAM DWI LAPIS LIPID DENGAN SISA CINCIN PORFIRIN YANG MENCUAT KE ATAS.
(
KIMBAL, 1994). KEBANYAKAN TUMBUHAN TINGKAT TINGGI MENGANDUNG KURANG LEBIH DUA KALI LEBIH BANYAK KLOROFIL A DIBANDING KLOROFIL B
(LEHNINGER,
1991). PADA KLOROFIL TERDAPAT IKATAN SELANG-SELING KOVALEN GANDA DAN TUNGGAL MENGITARI ATOM
MG DAN MEMBENTUK CINCIN PORFIRIN. ELEKTRON-
ELEKTRON YANG TERDAPAT PADA IKATAN GANDA TIDAK TERTAMBAT PADA PASANGAN ATOM
C
YANG KHUSUS MANAPUN, MELAINKAN
BERPINDAH-PINDAH DI SELURUH SISTEM.
ELEKTRON ITU DAPAT BEBAS
SIFAT INILAH
YANG MEMUNGKINKAN
107
MOLEKUL-MOLEKUL
INI
MENYERAP CAHAYA TAMPAK BEGITU KUATNYA YAKNI
(KIMBALL, 1994). DITAMBAHKAN DEVLIN (1975)
BERTINDAK SEBAGAI PIGMEN KLOROFIL PENTING BEBERAPA
PROSES
FOTOSINTESIS. ENERGI
KARENA DAPAT MENANGKAP DAN
SISTEM
ENZIM
ENERGI CAHAYA YANG MEMACU
YANG
TERLIBAT
CAHAYA DAN KLOROFIL MENGGALAKKAN
YANG AKAN DIGUNAKAN
RAKAIAN
PROSES PENGADAAN
UNTUK SINTESIS MAKROMOLEKULER DALAM SEL
MISALNYA KARBOHIDRAT DENGAN CARA MEREDUKSI DAN MENGHASILKAN
DALAM
CO2 YANG BERASAL DARI UDARA
O2. PORSI O2 YANG DIHASILKAN DAN INPUT CO2 OLEH TANAMAN
MENJADI UKURAN UNTUK
MENENTUKAN LAJU FOTOSINTESIS SEBAGAI AKIBAT
PENERIMAAN CAHAYA MATAHARI.
DALAM SINTESISNYA KLOROFIL DIBENTUK PROTOPORFIRIN, PREKUSORNYA
DALAM
TIGA BAHAN
YAITU
MG PROTOPORFIRIN DAN PROTOCHLOROPHYCIDE A DENGAN GLISIN
DAN SUCCINIL KOENZIM
PEMBENTUKAN KOLOROFIL
A (LEHNINGER, 1991). PROSES
ADALAH PEMBENTUKAN
TETRAPIROL
YANG JUGA
MERUPAKAN AWAL DARI PROSES PEMBENTUKAN SITOKROM MAUPUN HAEMOGLOBIN DALAM
SEL
DARAH
MERAH.
PEMBENTUKAN TETRAPIROL DIAWALI DENGAN
PEMBENTUKAN ASAM Α AMINOLEVULINAT (ALA) (STRYER (1981).
PEMBENTUKAN ALA ADA DUA JALUR YAITU JALUR GLUTAMAT DAN JALUR YANG DIAWALI
DENGAN REAKSI ANTARA SUKSINIL
KO A DAN GLISIN. PADA TUMBUHAN
EUKARYOTIK KARENA TIDAK DIJUMPAI ADANYA ENZIM PEMBENTUKAN
ALA SINTETASE MAKA JALUR
ALA MELALUI GLUTAMAT. PEMBENTUKAN ALA MELALUI JALUR
GLUTAMAT MELALUI TAHAPAN PEMBENTUKAN GLUTAMAT T-RNA DARI GLUTAMAT KEMUDIAN
DIUBAH
MENJADI
SEMIALDEHIDE
SELANJUTNYA
MENJADI
Α
KETOGLUTALDEHID UNTUK KEMUDIAN
DENGAN ENZIM TRANSAMINASE ATAU ENZIM
AMINO TRANSFERASE TERBENTUKLAH
ALA (BONNER & VARNER, 1965; KROGMAN,
108
1979). DARI 2 MOLEKUL ALA DENGAN MELIBATKAN ENZIM ALA DEHIDRASE AKAN TERBENTUK PORFOBILINOGEN MOLEKUL
4
PBG DENGAN MELIBATKAN ENZIM UROPORFIRINOGEN III. DECARBOKSILASI
MERUBAH UROPORFIRINOGEN ENZIM
(PBG) YANG MENGANDUNG CINCIN PIROL DARI
III. DI BAWAH KONDISI AEROB DENGAN MELIBATKAN
CAPROPORFIRINOGEN
SELANJUTNYA
DEKARBOKSILASE,
AKAN MEMBENTUK
PROPORFIRINOGEN
PROPORFINOGEN
CAPROPORFIRINOGEN
III
IX. OKSIDASI TERHADAP
IX AKAN MENGHASILKAN PROPORFIRIN IX YANG BELUM MEMILIKI
MG. SETELAH PROTOPORFIRIN IX BERGABUNG DENGAN MG TERBENTUKLAH MG PROTOPORFIRIN
IX. PENAMBAHAN GUGUS METIL PADA MG PROTOPORFIRIN IX
DENGAN BANTUAN
MG PROTOPORFIRIN ESTERASE AKAN MEMBENTUK MG PORFIRIN
IX MONOMETIL ESTER. SELANJUTNYA ADALAH PERUBAHAN MONOMETIL ESTER MENJADI PROKLOROFILIDE
MG PORFIRIN IX
(BONNER AND VARNER, 1965; DEVLIN
1975; KROGMAN, 1979). PADA ANGIOSPERMEAE ADANYA CAHAYA SANGAT DIPERLUKAN UNTUK
PERUBAHAN
DARI
BENTUK PROTOKLOROFILIDE
MENJADI
KLOROFIL A, SEDANGKAN PADA BEBERAPA ANGGOTA GYMNOSPERMEAE MAUPUN ALGA DAPAT MENSINTEIS KLOROFIL SECARA LENGKAP DELAM KONDISI GELAP MELALUI AKTIVITAS ENZIM (DEVLIN, 1975, MOHR & SCHOPFER, 1995).
PERUBAHAN PROTOCLOROFILIDE MENJADI KLOROFIL A TERJADI MELALUI TERBENTUKNYA PROTOCLOROFILDE HOLOCROME YANG BERIKATAN DENGAN PROTEIN MENGIKAT ION
2H+. DUA ION TERSEBUT DISUMBANGKAN PADA CINCIN KEEMPAT
SEHINGGA TERBENTUKLAH PROTOKLOROFILIE A HOLOCROME, YANG SELANJUTNYA DAPAT BERUBAH MENJADI KLORFIL A DENGAN MELEPASKAN HOLOCROME BERSAMA APOPROTEIN
(MOHR &SCHOPFER, 1995). DARI KLOROFIL A DENGAN BANTUAN ENZIM
KLOROFILASE
YANG
MENGKATALISIS
ESTERIFIKASI
SENYAWA
FITOL
AKAN
TERBENTUKLAH KLOROFIL A (BONNER AND VARNER, 1965; DEVLIN 1975)
109
PEMBENTUKAN KLOROFIL B DIMUNGKINKAN DARI
KLOROFIL
A
YANG
MENGALAMI OKSIDASI GUGUS METIL PADA CINCIN KEDUANYA MENJADI GUGUS ALDEHID ATAUPUN DIMUNGKINKAN DARI SENYAWA PORFIRIN YANG DAPAT DIUBAH KLOROFIL A MAUPUN B
MENJADI
(BONNER AND VARNER, 1965), (MOHR & SCHOPFER), (1995)
BERPENDAPAT BAHWA PORFIRIN
DALAM KLOROFILIDE A ADALAH PREKURSOR
KLOROFIL A MAUPUN B
4. KANDUNGAN DAN SERAPAN NITROGEN PADA TANAMAN DALAM JARINGAN TUMBUHAN, N MERUPAKAN KOMPONEN PENYUSUN DARI BANYAK SENYAWA ESENSIAL SEPERTI PROTEIN, ASAM AMINO, AMIDA, ASAM NUKLEAT, NUKLEOTIDA, KOENZIM DAN BANYAK SENYAWA PENTING UNTUK METABOLISME
(LOVELESS,1987), PENYUSUN KLOROPHIL SERTA HORMON SITOSIN DAN AUKSIN (LAKITAN, 2004), DAN KOMPONEN UTAMA BAHAN KERING YANG BERASAL DARI BAHAN PROTOPLASMA TUMBUHAN
(SALISBURY DAN ROSS, 1992).
UNSUR NITROGEN DALAM BENTUK
TANAMAN MENYERAP
NO3- DAN NH4+ (NYAKPA DKK. (1988).
MENURUT NYAKPA DKK (1988) SECARA UMUM PERGERAKAN HARA KE AKAR TANAMAN ADALAH MELALUI
DIFUSI ION DALAM LARUTAN TANAH DAN GERAKAN ION
BERSAMA GERAKAN MASSA DARI AIR DALAM TANAH.
MEKANISME SERAPAN HARA OLEH TANAMAN ADALAH MELALUI PERTUKARAN ION, DIFUSI DAN DIBANTU
OLEH PENGANGKUTAN
METABOLISME YANG MENARIK ION.
(CARRIER) ATAU SENYAWA
KETIGA MEKANISME INI AKAN BERKAITAN ERAT
DENGAN ADANYA RUANG LUAR ATAU RUANG BEBAS DAN RUANG DALAM PADA AKAR TANAMAN.
MASUKNYA ION KE RUANG LUAR AKAN BERLANGSUNG SECARA DIFUSI DAN
PERTUKARAN (PASIF).
SEDANGKAN KE RUANG DALAM BERGANTUNG PADA KEGIATAN
METABOLISME KARENA MEMERLUKAN ENERGI PENGANGKUT AKTIF
. SEMENTARA ITU
110
GERAKAN ALIRAN MASSA TERJADI BERSAMA
GERAKAN AIR KE AKAR TANAMAN
TERUTAMA DISEBABKAN OLEH ADANYA TRANSPIRASI.
PERGERAKAN ION MELALUI
DIFUSI DAN ALIRAN MASSA ADALAH YANG TERBANYAK DARI JUMLAH TOTAL HARA YANG DISERAP TANAMAN.
PERGERAKAN SECARA DIFUSI BERPERAN UNTUK H2PO4- DAN K+.
SEDANGKAN ALIRAN MASSA BERPERAN UNTUK NO3-, CA2+ DAN MG 2+ . (NYAKPA DKK., (1988). HANYA 2 % DARI BOBOT KERING TUMBUHAN TERDIRI DARI NITROGEN. DALAM TUMBUHAN NITRAT
, NITROGEN MULA-MULA DAPAT BERASAL DARI AMMONIA ATAU REDUKSI
YANG DISERAP PADA PUCUK DAN DAUN
(HARBORNE, (1987), NYAKPA,
(1988)). NITROGEN YANG TERSEDIA DI DALAM TANAH YANG DAPAT DISERAP AKAR TANAMAN IALAH DALAM BENTUK ION-ION NITRAT DAN AMONIUM. DIPEROLEH SEBAGAI HASIL DEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK.
KEDUA BENTUK N INI
NITRAT YANG DIABSORBSI
AKAR MENUJU KE ATAS BAGIAN TANAMAN AKIBAT PROSES TRANSPIRASI KE BAGIAN DAUN.
DENGAN DEMIKIAN ASIMILASI NITRAT
UMUMNYA
TERJADI PADA DAUN.
PADA TANAMAN TINGKAT TINGGI,
TETAPI APAKAH YANG TERJADI PADA AKAR DAN
DAUN, LANGKAH PERTAMA ADALAH REDUKSI
NITRAT
MENJADI AMONIA.
LANGKAH
KEDUA, DIMANA TERJADI REAKSI NITRIT MENJADI NITRAT YANG TERJADI PADA HIJAU DAUN YAITU DI DALAM KLOROPLAST.
SEDANGKAN ASIMILASI AMONIA PADA SEBAGIAN
BESAR TANAMAN MENJADI ASAM GLUTAMAT.
ASAM GLUTAMAT BERFUNGSI SEBAGAI
BAHAN DASAR DALAM BIOSINTESIS ASAM AMINO DAN ASAM NUKLEAT. PERTAMA BIOSINTESIS INI ADALAH
REAKSI TRANSAMINASI
ENZIM TRANSAMINASE ATAU AMINO TRANSFERASE ASPARTAT
DAN ASAM
Α KETOGLUTARAT.
YANG DIAKTIFKAN OLEH
MENGHASILKAN BENTUK ASAM
SELANJUTNYA ASAM ASPARTAT AKAN
DIUBAH MENJADI ASPARAGIN YANG TERDAPAT PADA SEL TANAMAN. BERSAMA SEJUMLAH KECIL
LANGKAH
ASAPARAGIN
ASAM AMINO SEPERTI ASAM GLUTAMAT MERUPAKAN
111
BENTUK NITROGEN
YANG DITRANSLOKASIKAN
DARI PHLOEM KE BAGIAN TANAMAN
YANG LAIN (NYAKPA DKK., (1988).
5. PUPUK PUPUK ADALAH SEMUA BAHAN YANG DIBERIKAN PADA TANAH DENGAN TUJUAN UNTUK MEMPERBAIKI KEADAAN FISIK, KIMIA DAN BIOLOGI TANAH
(SUBAGIO, 1970).
SUTEJO (2002) MENYATAKAN BAHWA PUPUK ADALAH BAHAN YANG DIBERIKAN KE DALAM
TANAH BAIK
ORGANIK
MAUPUN ANORGANIK DENGAN
MAKSUD
UNTUK
MENGGANTI KEGILANGAN UNSUR HARA DARI DALAM TANAH DAN MENINGKATKAN PRODUKSI TANAMAN, DIMANA FAKTOR KELILING ATAU LINGKUNGAN BAIK.
BERDASARKAN ASAL DAN SUSUNAN SENYAWANYA DIKENAL DUA GOLONGAN PUPUK ALAM ATAU PUPUK ORGANIK DAN PUPUK BUATAN ATAU PUPUK ANORGANIK.
PUPUK ANORGANIK YAITU PUPUK YANG DIBUAT OLEH PABRIK. PUPUK INI DAPAT DIGOLONGKAN BERDASARKAN JENIS DAN KANDUNGAN HARA DALAM PUPUK TUNGGAL DAN
MAJEMUK
(SUBAGYO, 1970). PUPUK TUNGGAL ADALAH PRODUK YANG
MENGANDUNG SATU MACAM UNSUR HARA, MISALNYA PUPUK
N, P DAN K, SEDANGKAN
PUPUK MAJEMUK ADALAH PUPUK YANG MENGANDUNG LEBIH DARI SATU MACAM UNSUR HARA MISAL N+P, P+K, N+K, N+P+K (HARDJOWIGENO, 1995).
PUPUK BERDASARKAN KANDUNGAN UNSUR HARA DIBEDAKAN MENJADI PUPUK BERKADAR HARA TINGGI, SEDANG DAN RENDAH.
PUPUK HARA TINGGI MEMPUNYAI
UNSUR HARA LEBIH DARI
30% MISAL UREA-15 N, PUPUK BERKADAR HARA SEDANG
MEMPUNYAI KADAR HARA
20 – 30 % MISAL ZA-21% N, DAN PUPUK BERKADAR HARA
RENDAH DI BAWAH 20% MISAL NPK (16-16-16) (SUTEJO, 2002).
SETIAP TANAMAN DIKETAHUI MEMERLUKAN PALING SEDIKIT 16 UNSUR PENTING ATAU ESENSIAL UNTUK PERTUMBUHANNYA YANG NORMAL DAN SEHAT.
KEENAM BELAS
112
UNSUR ESSENSIAL INI DISEBUT UNSUR HARA TANAMAN YAITU UNSUR-UNSUR YANG DIAMBIL TANAMAN UNTUK PERTUMBUHANNYA YANG SEHAT DAN DIPERGUNAKAN UNTUK MENGHASILKAN MAKANAN DAN JARINGAN-JARINGAN TANAMAN.
TIGA UNSUR KARBON
(C), HIDROGEN (H) DAN OKSIGEN (O) MENYUSUN 94-99% BAHAN ORGANIK TANAMAN, SEDANGKAN TANAH
1-6% SISANYA TERDIRI DARI 13 UNSUR YANG SELURUHNYA DIAMBIL DARI
(W INARSO, 2005). DINYATAKAN PULA BAHWA KETIGA BELAS UNSUR HARA DARI
TANAH BERDASARKAN JUMLAH YANG DIAMBIL DAN PERANNYA DALAM TANAMAN DIBAGI DALAM :
1.
UNSUR HARA MAKRO ATAU UNSUR HARA MAYOR ATAU PRIMER YAITU NITROGEN (N), FOSFAT (P) DAN KALIUM (K).
2.
UNSUR HARA SEKUNDER YAITU KALSIUM (CA), MAGNESIUM (MG) DAN BELERANG (S).
3.
UNSUR HARA MIKRO ATAU UNSUR HARA MINOR YAITU CHLOR (CI), BESI (FE), MANGAN (MN), TEMBAGA (CU), SENG (ZN), BORIUM (B) DAN MOLIBDENIN (MO). DISEBUT UNSUR HARA MAKRO DAN SEKUNDER KARENA DIBUTUHKAN TANAMAN
DALAM JUMLAH RELATIF BANYAK.
SEDANGKAN DISEBUT UNSUR HARA MIKRO KARENA
DIBUTUHKAN TANAMAN DALAM JUMLAH RELATIF SEDIKIT.
DUA KRITERIA DIGUNAKAN UNTUK MENETAPKAN PETINGNYA 16 UNSUR ESENSIAL UNTUK
TANAMAN
TERTENTU
BUDIDAYA
MENGANDUNG
KETERBATASAN
DAN
KUALIFIKASI
(1) SATU UNSUR DINYATAKAN ESENSIAL APABILA TUMBUHAN GAGAL
TUMBUH DAN MELENGKAPI DAUR HIDUPNYA DALAM KONDISI MEDIUM TANPA UNSUR TERSEBUT, DIBANDINGKAN DENGAN PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI NORMAL DALAM KONDISI
MEDIUM YANG
MENGANDUNG UNSUR
TERSEBUT.
(2) SUATU UNSUR
DINYATAKAN ESENSIAL APABILA UNSUR TERSEBUT MERUPAKAN PENYUSUN METABOLIT
113
YANG DIPERLUKAN, SEPERTI BELERANG
(S) DALAM ASAM AMINO METIONIUM
(GARDNER, ET, AL. (1985), SALLIBURRY & ROSS, (1995), LAKITAN, (2004)). DALAM MEMASOK HARA TANAMAN YANG ESENSIAL BAGI PRODUKSI TANAMAN YANG
TINGGI,
PUPUK
TELAH
MENJADI
VITAL
UNTUK
PRODUKSI
TANAMAN
(ENGENLSTAD, 1985). PRODUKSI TERTINGGI TANAMAN PADA SEBIDANG TANAH DITENTUKAN OLEH MENENTUKAN
: I) SIFAT GENETIKA ATAU SIFAT KETURUNAN TANAMAN YANG
POTENSI
PRODUKSI
SUATU
VARIETAS
TANAMAN,
II)
KEADAAN
LINGKUNGAN SEPERTI CURAH HUJAN, SUSUNAN UDARA, ATMOSFER TEMPERATUR UDARA, BESARNYA PANCARAN SINAR MATAHARI, III) KEADAAN MEDIUN TANAH SEPERTI SIFAT-SIFAT FISIKA, KIMIA DAN BIOLOGI TANAH (SUBAGYO, 1970).
PUPUK TELAH SENANTIASA BERADA DI LINI DEPAN DENGAN USAHA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI PANGAN DUNIA DAN MUNGKIN LEBIH DARI PADA JENIS INPUT YANG LAIN, SECARA LUAS BERTANGGUNGJAWAB BAGI KEBERHASILAN YANG DICAPAI.
PERKIRAAN SUMBANGAN PUPUK YANG DIGUNAKAN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI PANGAN BERKISAR
50 - 70 % ATAU LEBIH DI BEBERAPA NEGARA BERKEMBANG
PEMBERIAN JENIS PUPUK YANG BERBEDA DAPAT MEMPENGARUHI PENUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN.
PALING TIDAK HAL ITU DILAPORKAN OLEH GUERTAL (2000),
HASIL DAN KUALITAS CABAI PAPRIKA BERBEDA SESUAI PEMBERIAN JENIS PUPUK YANG BERBEDA.
N
DALAM PENELITIAN INI JENIS PUPUK N YANG DIGIUNAKAN ADALAH
PCU (POLY OLEFIN RESIN COATED UREA) DAN SCU (SULFUR COATED UREA).
A.
PUPUK ORGANIK
PUPUK ORGANIK ADALAH PUPUK YANG SEBAGIAN BESAR ATAU SELURUHNYA TERDIRI DARI BAHAN ORGANIK YANG BERASAL DARI SISA TANAMAN, HEWAN ATAU MANUSIA, (RINSEMA,
1983).
114
PUPUK ORGANIK MEMPUNYAI PERANAN DALAM MEMPENGARUHI SIFAT FISIK, KIMIA DAN AKTIFITAS BIOLOGI DALAM TANAH.
PUPUK ORGANIK DAPAT MEMPERBAIKI
SIFAT FISIK TANAH MELALUI PEMBENTUKAN STRUKTUR DAN AGREGAT TANAH YANG MANTAP DAN BERKAITAN ERAT DENGAN KEMAMPUAN TANAH MENGIKAT AIR, INFILTRASI AIR, MENGURANGI RISIKO TERHADAP ANCAMAN EROSI, MENINGKATKAN KAPASITAS PERTUKARAN ION
(KTK) DAN SEBAGAI PENGATUR SUHU TANAH YANG SEMUANYA
BERPENGARUH BAIK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN DAN
(KONONOVA, 1999; FOTH
TURK, 1972). PUPUK ORGANIK MENGANDUNG SENYAWA-SENYAWA KIMIA BERUPA
HARA YANG SANGAT DIPERLUKAN UNTUK PERTUMBUHAN TANAMAN
TANDISAU DAN SARIUBANG, 1995).
PENGGUNAAN
(RAUF, 1995;
BAHAN
ORGANIK
SEBAGAI PUPUK DISAMPING AKAN MEMBERIKAN PENGARUH PADA PENANAMAN PERTAMA,
JUGA
BERIKUTNYA
AKAN
MEMBERIKAN
PENGARUH
RESIDUAL
PADA
PENANAMAN
(SUNTORO, 2001). MELALUI PROSES DEKOMPOSISI DAN MENERALISASI
BAHAN ORGANIK BARU AKAN MELEPAS UNSUR HARA TANAMAN, SEHINGGA AKAN MENINGKATKAN KETERSEDIAAN HARA TANAH TERUTANA
N, P, K DAN S (STEVENSON,
1982). KECEPATAN BAHAN
ORGANIK UNTUK MELEPASKAN HARA DALAM TANAH
SANGAT TERGANTUNG KUALITAS BAHAN ORGANIK. DENGAN
BAHAN YANG BERKUALITAS TINGGI
C/N DAN C/P RENDAH PROSES MINERALISASI N DAN P AKAN SEGERA
BERLANGSUNG DAN AKAN SEGERA MEMASOK HARA DALAM TANAH
(STEVENSON,
1982). WONG DAN SWIFT (1994) MENGATAKAN BAHWA BAHAN ORGANIK YANG MENGALAMI DEKOMPOSISI AKAN MELEPASKAN ASAM-ASAM ORGANIK YANG MAMPU MENGHAMBAT TERJADINYA FIKSASI
P OLEH BESI ATAU ALUMUNIUM.PERAN BAHAN
ORGANIK TERHADAP KETERSEDIAAN HARA DALAM TANAH TIDAK TERLEPAS DENGAN
115
PROSES MINERALISASI YANG MERUPAKAN TAHAP AKHIT DARI PROSES PEROMBAKAN BAHAN ORGANIK.
DALAM PROSES MINERALISASI AKAN DILEPAS MINERAL-MINERAL : N, P, K, CA, MG, S DAN HARA MIKRO. HARA N, P DAN S
HARA TANAMAN LENGKAP
MERUPAKAN HARA YANG RELATIF LEBIH BANYAK UNTUK DILEPAS DAN DAPAT DIGUNAKAN TANAMAN.
BAHAN ORGANIK SUMBER NITROGEN (PROTEIN), PERTAMA-TAMA AKAN MENGALAMI PERURAIAN MENJADI ASAM-ASAM AMINO YANG DIKENAL DENGAN PROSES AMINISASI, SELANJUTNYA OLEH SEJUMLAH BESAR MIKROBA HETETROFIK MENGURAI MENJADI AMONIUM YANG DIKENAL SEBAGAI PROSES AMONIFIKASI.
AMONIFIKASI INI
DAPAT BELANGSUNG HAMPIR PADA SETIAP KEADAAN, SEHINGGA AMONIUM DAPAT MERUPAKAN BENTUK NITROGEN AN ORGANIK (MINERAL) YANG UTAMA DALAM TANAH
(TISDALLE DAN NELSON, 1974). NAMUN DARI AMONIUM INI ANTARA LAIN DAPAT SECARA LANGSUNG DISERAP DAN DIGUNAKAN TANAMAN UNTUK PERTUMBUHANNYA.
KOMPOSISI HARA DALAM PUPUK ORGANIK SANGAT TERGANTUNG DARI SUMBERNYA, YAKNIK PERTANIAN DAN NON PERTANIAN. SUMBER
PERTANIAN
HEWAN/TERNAK.
DAPAT
BERUPA
SISA
BAHAN YANG BERASAL DARI
PROSES
PANEN
DAN
KOTORAN
SEDANGKAN DARI NON PERTANIAN DAPAT BERASAL DARI SAMPAH
ORGANIK KOTA, LIMBAH INDUSTRI.
KOMPOSISI HARA PUPUK ORGANIK YANG BERASAL DARI KOTORAN HEWAN DAPAT DILIHAT PADA TABEL BERIKUT :
TABEL 2. KANDUNGAN HARA PUPUK ORGANIK DARI BEBERAPA TERNAK (%)
SUMBE
SUMBER
N
P
K
CA
MG
S
FE
0,5. 0,7 0 1,5 0
0,35 0,10 0,77 0,19
0,41 0,58 0,89 0,93
0,28 0,14 0,88 0,19
0,1 1 0,1 4 0,8
0,05 0,07 0,00 1 0,09
0,004 0,010 0,100 0,020
R
SAPI KUDA UNGGA S
DOMBA
116
1,2 8
8 0,1 9 SUMBER : DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA DEPARTEMEN PERTANIAN (2004).
PUPUK ORGANIK YANG BERASAL DARI KOTORAN HEWAN SERING DINAMAKAN PUPUK KANDANG.
PUPUK
KANDANG
(MANURE)
ADALAH
SISA
PROSES
PENCERNAAN MAKANAN DALAM TUBUH HEWAN BERSAMA DENGAN SAMPAH KANDANG YANG TERUTAMA BERASAL DAN SISA RANSUM YANG TIDAK TERMAKAN DAN JEJABAH YANG
DI
"RECYCLE"
DENGAN
CARA
MENGEMBALIKAN
KE
DALAM
TANAH
(WWW.DAMANDIRI.OR.ID) PUPUK KANDANG SANGAT MEMBANTU DALAM MEMPERBAIKI SIFAT-SIFAT TANAH SEPERTI PERMEABILITAS TANAH, POROSITAS TANAH, STRUKTUR TANAH, DAYA MENAHAN AIR DAN KAPASITAS TUKAR KATION TANAH.
PEMBERIAN BAHAN ORGANIK
DAPAT MENINGKATKAN KETERSEDIAAN HARA DI TANAH, MENGURANGI TINGKAT KEPADATAN TANAH, MENAMBAH KEMAMPUAN TANAH MENGELUARKAN AIR DAN MENINGKATKAN “KAPASITAS TUKAR KATION” HANYA MENYEDIAKAN
N, P, K DAN HARA LAIN TETAPI JUGA MEMBERI PENGARUH YANG
BAIK TERHADAP FISIK TANAH. ADALAH
(KTK) TANAH. PUPUK KANDANG TIDAK
KOMPOSISI N, P DAN K PUPUK KANDANG (DOMBA)
(0.95%), (0.35%) DAN (1%). DISAMPING ITU PUPUK KANDANG TERNYATA
MENURUNKAN
NILAI
BOBOT
ATAU
MENINGKATKAN
MENINGKATKAN LAJU PERMEABILITAS TANAH.
POROSITAS
TANAH
DAN
PERBAIKAN SIFAT FISIK TANAH INI
MEMUNGKINKAN AKAR TANAMAN TUMBUH LEBIH BAIK.
PUPUK KANDANG JUGA DAPAT
MEMPERBAIKI SIFAT BIOLOGIS DAN KIMIA TANAH. (WWW.DAMANDIRI.OR.ID)
PUPUK KANDANG BISA MENGANDUNG UNSUR-UNSUR CA, MG, S, MN, ZN, CU, CO, DAN MO. KOMPOSISI HARA PUPUK KANDANG CUKUP BERVARIASI DAN
117
TERGANTUNG PADA JENIS HEWAN, UMUR HEWAN, PAKAN YANG DIKONSUMSI DAN PENANGANAN LIMBAHNYA.
SEMAKIN BANYAK PUPUK KANDANG YANG DIBERIKAN PADA
TANAH, MAKA KANDUNGAN BAHAN ORGANIK DI DALAM TANAH SEMAKIN MENINGKAT, MENGAKIBATKAN VOLUME TANAH SEMAKIN BESAR, BOBOT ISI TANAH MENJADI RINGAN.
PUPUK KANDANG DAPAT BERTINDAK SEBAGAI BAHAN ORGANIK, AKAN BERANGSURANGSUR MEMBENTUK HUMUS.
PENINGKATAN KADAR HUMUS INILAH YANG DAPAT
MENINGKATKAN JUMLAH PORI, SEHINGGA AIR TERSEDIA DI DALAM TANAH.
HUMUS
BERSIFAT SEBAGAI KOLOID ORGANIK BERPERAN AKTIF DALAM PENYERAPAN MOLEKUL AIR YANG BERADA DI DALAM TANAH. PEMBERIAN PUPUK KANDANG SEBESAR PADA
HASIL PENELITIAN MENUNJUKKAN BAHWA
2 TON/HA MAMPU MENINGKATKAN HASIL JAGUNG
8%. SELANJUTNYA DILAPORKAN PULA BAHWA PEMBERIAN PUPUK KANDANG
RUMPUT
GAJAH
(PENISETUM
PURPUREUM
SCHUMACH)
CENDERUNG
MENINGKATKAN PRODUKSI BAHAN KERING, PERTUMBUHAN TANAMAN DAN INDEKS LUAS DAUN. B. PUPUK ORGANIK CAIR (POC)
BATARI SRI
MENURUT PT BATARI SRI (2005), PUPUK ORGANIK CAIR (POC) BATARI SRI ADALAH PUPUK ORGANIC MURNI YANG BAHANNYA TERBUAT DARI SAPI DAN
97% AIR KENCING
3% BAHAN ALAMI YANG DIPROSES FERMENTASI SEHINGGA MENGHASILKAN
FORMULA PUPUK CAIR AJAIB DAN TIDAKMENGANDUNG UNSUR
SENG (ZN), TEMBAGA
(CU), TIMBAL (PB). POC BATARI SRI MENGANDUNG UNSUR MAKRO (N,P,K) DAN UNSUR MIKRO YANG DIBUTUHKAN TANAMAN SERTA TIDAK MERUSAK
STRUKTUR TANAH TAPI
SEBALIKNYA AKAN MEMPERBAIKI STRUKTUR TANAH SEHINGGA TANAH AKAN MUDAH DIOLAH, TIDAK LENGKET, TIDAK KERAS, GEMBUR, SUBUR.
BERDASAR KANDUNGAN
118
POC BATHARI SRI (TABEL 3), MAKA PT BATHARI SRI MENYATAKAN BAHWA POC BATHARI SRI (2005) BERGUNA UNTUK 1.
MENSTABILKAN PH TANAH SEHINGGA UNSUR HARA YANG ADA DALAM TANAH AKAN MUDAH DISERAP TANAMAN.
2.
MEMPERBAIKI STRUKTUR TANAH SEHINGGA TANAH MENJADI GEMBUR, SUBUR DAN MUDAH DIOLAH (TIDAK LENGKET DAN TIDAK KERAS).
3.
MENGURANGI TUMBUHNYA RUMPUT LIAR.
4.
MENINGKATKAN DAYA TAHAN TANAMAN TERHADAP SERANGAN HAMA DAN (MENGURANGI PENGGUNAAN FUNGISIDA DAN INSEKTISIDA/OBAT
PENYAKIT SEMPROT).
5.
BIAYA PEMUPUKAN JADI LEBIH MURAH DENGAN HASIL PANEN LEBIH BANYAK.
6.
MENINGKATKAN KWALITAS DAN PRODUKSI PANEN.
7.
MENGHASILKAN PRODUK PERTANIAN ORGANIK.
8.
DAPAT DIGUNAKAN UNTUK SEGALA MACAM TANAMAN DAN SEGALA MACAM LAHAN (SAWAH, LADANG, KEBUN, HIDROPONIK, AEROPONIK). TABEL 3 : KANDUNGAN UNSUR HARA MAKRO DAN MIKRO POC BATARA SRI NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
PARAMETER
KADAR
PH 8,48 K 0,26 NTOTAL 2,57 TOM/ 344,55 C/N 0,02 MO 2,96 B 18,41 P TOTAL 58,65 ZN TIDAK ADA S TOTAL 693,07 CU TIDAK ADA PB TIDAK ADA FE 4,60 CA 29,17 MN 14,10 MG 190,90 SUMBER : LAB. UNIBRA MALANG NO : P.086/RT.5T.1/RO
SATUAN % % PPM
% % PPM PPM PPM PPM PPM PPM PPM PPM PPM PPM
119
HASIL KAJIAN MENGINDIKASIKAN BAHWA PENGGUNAAN EKSTRAK ORGANIK (PUPUK CAIR ORGANIK) DENGAN KONSENTRASI 2 – 3 CC.L-1 AIR MAMPU MENINGKATKAN HASIL BERBAGAI TANAMAN SEPERTI CABAI, TOMAT, DAN JAGUNG SEKITAR
25 % (SIMARMATA, 1999). EKSTRAK ORGANIK YANG MENGANDUNG
SENYAWA ORGANIK
(ASAM-ASAM AMINO) DAN NUTRISI (HARA MAKRO MAUPUN
MIKRO) MUDAH MENYEBAR DALAM TANAH DAN DAPAT LANGSUNG MENINGKATKAN DEKOMPOSISI PUPUK KANDANG, PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MIKROBA TANAH
(PENAMBAT N, PENGHASIL HORMON TUMBUH DAN PELARUT FOSFAT).
SELAIN ITU, SENYAWA HORMON TUMBUH YANG TERDAPAT DALAM EKSTRAK ORGANIK TERSEBUT MERANGSANG PERTUMBUHAN DAN REGENERASI PERAKARAN TANAMAN.
BERBAGAI ASAM-ASAM ORGANIK, VITAMIN, DAN LAIN-LAINNYA YANG
DIEKSKRESIKAN AKAR TANAMAN DAPAT MENINGKATKAN AKTIVITAS MIKROFLORA DAN FAUNA YANG MENGUNTUNGKAN DI RHIZOSFIR TANAMAN SEHINGGA TERDAPAT SUATU HUBUNGAN TIMBAL BALIK YANG SALING MENGUNTUNGKAN ANTARA TANAMAN DENGAN MIKROBA TERSEBUT
(REEVES, 1997). PEMBERIAN EKSTRAK
ORGANIK DENGAN INTERVAL RELATIF PENDEK
(7 HARI), SECARA LANGSUNG DAPAT
MENJAGA PASOKAN NUTRISI DAN VITAMIN MIKROBA TANAH YANG BERPERAN DALAM DEKOMPOSISI
BAHAN ORGANIK
TANAH
MAUPUN
MEMPERTAHANKAN
KESEHATAN TANAH (DIVER, 2002).
C. PUPUK ZA (ZWAVELZUURE AMONIAK)
ZA MERUPAKAN JENIS PUPUK TUNGGAL KARENA HARA VANG DIKANDUNG HANYA SATU, YAITU NITROGEN NITROGEN.
(N) SEHINGGA ZA TERGOLONG DALAM PUPUK
BENTUK SENYAWA N YANG TERKANDUNG UNIUMNYA BERUPA NITRAT,
AMMONIUM, AMIN DAN SIANIDA, DALAM PUPUK
ZA, SENYAWA BERUPA AMMONIUM
120
[(NH4)3P04]. PUPUK INI DIBUAT DARI GAS AMONIAK DAN ASAM BELERANG
FOSFAT
PERSENYAWAAN KEDUA ZAT INI RNENGHASILKAN PUPUK ZA DENGAN KANDUNGAN N SEBANYAK
20, 5-21 %, DENGAN ANGKA KEMURNIAN 97%. SIFAT PUPUK INI SEDIKIT
HIGROSKOPIS ATAU MENARIK AIR, TETAPI MENARIK UAP AIR PADA KELEMBABAN DAN SUHU
80%
30°C. KOMPOSISI UNSUR DALAM PUPUK ZA ADALAH; N (21%), S (24%)
(SALISBURY DAN ROSS, 1995; LINGGA DAN MARSONO, 2002).
D. SP-36
SP-36 TERMASUK KEDALAM PUPUK TUNGGAL YANG MENGANDUNG FOSFOR. KOMPOSISI UNSUR DALAM PUPUK YANG DIGUNAKAN DALAM PENELITIAN INI ADALAH; P205 (36%), S (5%). FOSFOR DISERAP TUMBUHAN DALAM BENTUK H2PO4 ATAU HP04 2-
. FOSFAT DAHUN TANAH TERIKAT KUAT DALAM SUATU KOMPLEKS MINERAL SEPERTI
KALIUM.
FOSFOR SANGAT PENTING SEBAGAI PENYUSUN MEMBRAN PLASMA, ASAM
NUKLEAT, DAN SENYAWA
BERENERGI TINGGI
(ATP).
KETERSEDIAAN P YANG
BERLEBIHAN DARI PUPUK AKAN MENURUNKAN PENYERAPAN
ZN DAN CU SEHINGGA
TUMBUHAN AKAN MENGALAMI DEFISIENSI KEDUA UNSUR TERSEBUT
(AAK., 1983;
ANGGARWULAN DAN SANTOSA, 2000), MENURUT HARYANTI DAN SANTOSO (2001) PEMBERIAN PUPUK
P MELALUI TANAH DAPAT MENINGKATKAN PERTUMBUHAN
TANAMAN CABAI.
E.
KCL (KALIUMKLORIDA) MENGANDUN,G KALIUM.
KCL
TERMASUK
KEDALAM
PUPUK
TUNGGAL
VANG
KOMPOSISI UNSUR DALAM PUPUK KCL ADALAH K2O (60 %).
KALIUM MERUPAKAN SALAH SATU UNSUR MAKRO YANG BERPERAN SEBAGAI
121
PENGAKTIF BEBERAPA ENZIM TERLIBAT DALAM PENGENDALIAN POTENSIAL OSMOSIS SEL, TERUTAMA SEL PENGAWAL.
KLOR MERUPAKAN HARA MIKRO YANG BERPERAN
DALAM REAKSI FOTOSINTESIS, METABOLISME KARBOHIDRAT, DAN PENGATURAN KANDUNGAN AIR DALAM SEL.
KLOR DISERAP DAN TETAP SEBAGAI ION KLORIDA DI
DALAM TUMBUHAN (LOVELESS, 1991).
F. PUPUK
NPK
PUPUK NPK TERMASUK PUPUK MAJEMUK, KARENA MENGANDUNG UNSUR N, P, DAN
K. KOMPOSISI UNSUR DALAM PUPUK INI ADALAH; N (16%), P2O5 (16 %), K2O
(16 %), MGO (1,5%), CAO (5%). SUMBER N DAPAT DIBERIKAN DALAM BERBAGAI BENTUK PUPUK BAIK ORGANIK DAN ANORGANIK MAUPUN TUNGGAL ATAU MAJEMUK.
MASING-MASING JUGA DAPAT MEMILIKI KOMPOSISI YANG BERBEDA. KUANTITAS TOTAL YANG DIBUTUHKAN UNTUK PRODUKSI TANAMAN BUDIDAYA, 16 UNSUR ESENSIAL. BIOMASSA
NITROGEN TERMASUK PERINGKAT KEEMPAT DARI TANAMAN RATA-RATA MENGANDUNG
NITROGEN SEBESAR 1-2 DAN MUNGKIN SEBESAR
4 SAMPAI 6% (RACHIE DAN ROBERT, 1974 CIT ASHLEY, 1992). DAN KEBUTUHAN N TANAMAN TERLIHAT DALAM PENENTUAN PUPUK KONSUMEN
N, KARENA TANAMAN ADALAH
N UTAMA DAN MENGASIMILASI 30%-70% DARI PUPUK YANG DIBERIKAN
(ENGELSTAD, 1985). TANAMAN-TANAMAN YANG MENGHASILKAN BAHAN KERING DALAM JUMLAH BESAR UMUMNYA MEMBUTUHKAN LEBIH BANYAK
N DARI PADA TANAMAN-TANAMAN
YANG MEMPRODUKSI LEBIH RENDAH; TANAMAN BIJI-BIJIAN LEBIH KECIL BIASANYA LEBIH SEDIKIT N DARI PADA JAGUNG (ENGELSTAD, 1985).
122
TANAMAN BUDIDAYA MENGAMBIL NITROGEN DALAM BENTUK ION-ION NO3 DAN NH3 DAN MENGASIMILASIKANNYA (GARDNER, DKKK, 1991). TANAMAN MENYERAP DALAM BENTUK
NO3 SEBAB NH4 SEGERA DIOKSIDASI MENJADI NO3 OLEH BAKTERI
NITRIFIKASI. SEDANGKAN TANAMAN MENYERAP NH4 DIKARENAKAN NITRIFIKASI DIHAMBAT OLEH PH TANAH YANG RENDAH ATAU OLEH TANIN DAN SENYAWA FENOL
(SALISBURY DAN ROSS, 1992). PERANNYA ADALAH MERANSANG PERTUMBUHAN VEGETATIF DAN MEMBERI WARNA HIJAU GELAP PADA TANAMAN DAN MERUPAKAN BAHAN PENYUSUN KLOROFIL TANAMAN, PROTEIN DAN LEMAK (SUBAGYO, 1970).
SECARA FISIOLOGI BAIK NO3 DAN NH4 DAPAT BERPERAN SEBAGAI SUMBER N YANG
MEMADAI
UNTUK
UMUMNYA GARAM-GARAM
PERTUMBUHAN
DAN
PRODUKTIVITAS
TANAMAN,
PADA
NO3, DIANGGAP PUPUK YANG LEBIH AMAN (ENGELSTAD,
1985). MENURUT W OIFE, ET AL (1998), AKUMULASI YANG BESAR PADA FASE PERTUMBUHAN DAPAT
(1) MENYEBABKAN PENUNDAAN PENUAAN DAUN, SEHINGGA
BIOMASSA DAN HASIL BIJI MENINGKAT,
(2) AKIBAT DARI PENUNDAAN PENUAAN, MAKA
ASIMILASI NITROGEN PADA AKAR DAN PERTUMBUHAN AKAT MENJADI LEBIH AKTIF PADA PERIODE YANG LEBIH LAMA,
(3) MENINGKATNYA BIOMASSA TAJUK, BERKORELASI
POSITIF DENGAN SISTEM PERAKARAN YANG EKTENSIF.
SESUAI DENGAN HASIL
PENELITIAN. BREGARD, ET, AL (2000), MELAPORKAN BAHWA PERBEDAAN HASIL BAHAN KERING HIJAUAN ANTARA PEMBERIAN NITROGEN YANG TINGGI DENGAN PEMBERIAN NITROGEN YANG RENDAH TERLETAK PADA PEMBAGIAN BIOMASSA ANTARA TAJUK DAN AKAR, KARENA PADA SELURUH TINGKAT TANAMAN TIDAK BERBEDA PADA BIOMASSA TOTAL.
DEFISIENSI NITROGEN MENGGANGGU PROSES PERTUMBUHAN TANAMAN, TANAMAN MENJADI KERDIL, MENGUNING DAN BERKURANG HASIL PANEN BERAT
123
(GARDNER, ET AL, 1985). PADA TANAMAN DEWASA PERTUMBUHAN YANG
KERINGNYA
TERLAMBAT INI AKAN BERPENGARUH PADA PEMBENTUKAN BUAH, DALAM HAL INI PERKEMBANGAN BUAH TIDAK SEMPURNA, UMUMNYA KECIL-KECIL DAN CEPAT MATANG
(SUTEJO, 2002). MENURUT GARDNER DKKK. (1991 : 151-154) FOSFOR BERASAL DARI PECAHAN ORGANIK
DAN
ANORGANIK
TANAH
SEBAGAI
MENGANDUNG SEJUMLAH SANGAT KECIL
BERIKUT
: (1) LARUTAN TANAH
P YANG DAPAT LARUT, SEPERTI ORTOFOSFAT
(HPO42- ATAU H2PO-4); (2) MINERAL YANG BERISI P SEPERTI APATIT DAN CA-, MG-, FE, ALUMUNIUM (AL)-FOSFOT; (3) GENANGAN LABIL YANG MENGANDUNG P YANG OLEH
FE- DAN AL-FOSFOT DALAM
KESEIMBANGAN DENGAN FOSFAT DALAM LARUTAN.
JUMLAH P DALAM LARUTAN ITU
DIADSORBSI
OLEH
KOLOID
TANAH
DAN
SANGAT RENDAH, RELATIF TERHADAP PECAHANNYA YANG LABIL.
KARENA ALASAN INI.
P UMUMNYA MERUPAKAN NUTRICIEN NOMOR DUA SETELAH N YANG PALING TERBATAS UNTUK PERTUMBUHAN TANAMAN.
FOSFOR DISERAP TERUTAMA DALAM BENTUK ION BERVALENSI TUNGGAL H2PO-4 DAN KURANG DALAM ABENTUK ION BERVALENSI DUA PADA PH NETRAL ATAU DI ATAS PH NETRAL) LARUTAN TANAH YANG KONSENTRASI
HPO2-4 (LEBIH BANYAK DIJUMPAI
AKAR SECARA AKTIF MENYERAP P DARI
P-NYA SANGAT RENDAH DAN MENYIMPANNYA
DALAM TUBUH TANAMAN PADA KONSENTRASI SAMPAI LEBIH DARI
1000 KALINYA
(RUSSEL DAN BARBER, 1960). KAPASITAS PENYERAPAN P PADA AKAR KEDELAI BERGANTUNG PADA UMUR; PENYERAPAN OLEH AKAR YANG BERUMUR
18 HARI ITU
EMPAT KALI SEBESAR AKAR YANG BERUMUR 73 HARI (EDWARDS DAN BARBER, 1976).
GEJALA DEFISIENSI P YANG TAMPAK, AGAK BERLAWANAN DENGAN GEJALA DEFISIENSI
N ATAU S, YAITU DAUN TIDAK MENGUNING MELAINKAN BERWARNA HIJAU
GELAP ATAU HIJAU KEBIRU-BIRUAN.
TANAMAN JUGA TERBANTUT. JUMLAH TANAMAN
124
YANG MENGALAMI DEFISIENSI
P TERJADI PENIMBUNAN GULA, YANG DITUNJUKKAN
DALAM BENTUK PIGMENTASI ANTONSIANIN PADA BAGIAN DASAR BATANG DAN URAT DAUN.
TERUTAMA PADA JAGUNG, SEPERTI PADA DEFISIENSI N, DAUN TUA
MENUNJUKKAN GEJALA PERTAMA DEFISIENSI
P, KARENA ADANYA REDISTRIBUSI P KE
JARINGAN-JARINGAN MUDA.
SECARA RINGKAS GARDNER DKK.. (1991) MENYATAKAN, P MERUPAKAN KOMPONEN PENTING PENYUSUN SENYAWA UNTUK TRANSFER ENEGERI NUKLEOPROTEIN LAIN), UNTUK SISTEM INFORMASI GENETIK MEMBRAN SEL
(ATP DAN
(DNA DAN RNA), UNTUK
(FOSFOLIPID), DAN FOSFOPROTEIN. FOSFOR ITU BERGERAK DAN
DIRETRIBUSIKAN DARI JARINGAN TUA KE JARINGAN MUDA, SEHINGGA GEJALA DEFISIENSI PERTAMA KALI DITUJUKAN OLEH DAUN-DAUN TUA.
MENURUT GARDNER DKK. (1991) KALIUM BERASAL DARI MINERAL PRIMER DAN MINERAL SEKUNDER SEPERTI MISALNYA TANAH LIAT.
UMUMNYA, TANAH YANG
KANDUNGAN TANAH LIATNYA TINGGI CENDERUNG UNTUK MENGANDUNG
K YANG
RELATIF TINGGI JUGA, SEDANGKAN TANAH ORGANIK DAN TANAH BERPASIR UMUMNYA RENDAH
K-NYA. SUMBER UTAMA K UNTUK TUMBUHAN BERASAL DARI PELAPUKAN
MINERAL YANG MENGANDUNG
K. K TANAH DIJUMPAI DALAM TIGA KEMUNGKINAN : (1)
SECARA KIMIA TERIKAT DALAM MINERAL TANAH PRIMER DAN SEKUNDER, DIPERTUKARKAN, DIADSORBSI DAN PARTIKEL TANAH, DAN
(2) DAPAT
(3) DALAM LARUTAN TANAH.
PENGAMBILAN K DILAKUKAN DALAM BENTUK KATION K+ YANG MONOVALEN. PENGAMBILAN DILAKUKAN SECARA AKTIF DAN TRANSLOKASI MUNGKIN BERLANGSUNG DENGAN DENGAN MELAWAN LANDAIAN LISTRIK DAN KIMIA YANG KUAT
(BOAGLAND,
1994). HALL DAN BAKER (1972) MENUNJUKKAN BAHWA K MENYUSUN 80% DARI KATION YANG DIDAPATI DALAM FLOEM. DAN
TRANSPOR TERUTAMA AKROPTELA (KE ATAS),
K MENGGALAKKAN TRANSPOR NITRAT (BLEVINS DKK., 1978). REDISTRIBUSI K
125
DARI ORGAN YANG LEBIH TUA KE ORGAN YANG LEBIH MUDA TERJADI;
K MERUPAKAN
NUTRISI TANAMAN YANG PALING BANYAK BERGERAK.
WALAUPUN K PENTING UNTUK SEMUA TANAMAN TINGKAT TINGGI DAN TINGKAT RENDAH,
K BUKANLAH BAGIAN PENYUSUN TUBUH TANAMAN. K DISIMPAN
DALAM JUMLAH BESAR DI DALAM VAKUOLA.
K TIDAK MEMBENTUK LIGAN (MOLEKUL
ORGANIK KOMPLEKS), YANG TERUTAMA BERFUNGSI SEBAGAI AKTIVATOR SUATU ENZIM ATAU
KOFAKTOR
DARI
SEKITAR
46 ENZIM (EVANTS DAN SORGER, 1966).
PENGGUNAAN SEBAGAI KOFAKTOR INI HANYA MENERANGKAN SEBAGIAN SAJA MENGENAI KEBUTUHAN DAN
K YANG SANGAT TINGGI; KARENA SELAIN K, MIKRONUTRIEN
MG JUGA BERTINDAK SEBAGAI AKTIVATOR ENZIM UNTUK ENZIM KOFAKTOR TIDAK
HABIS DIPAKAI DALAM REAKSI KIMIA; SEDIKIT SAJA DAPAT TERUS-MENERUS DIPAKAI.
KALIUM PENGAMBILAN AIR
JUGA
MEMBANTU
MEMELIHARA
POTENSIAL
OSMOTIS
DAN
(EPSTEINT, 1972). TANAMAN YANG CUKUP K HANYA KEHILANGAN
SEDIKIT AIR KARENA
K MENINGKATKAN POTENSIAL OSMOTIK DAN MEMPUNYAI
PENGARUH POSITIF JUGA TERHADAP PENUTUPAN STOMATA
(HUMBLE DAN HSIAO,
1969). KALIUM DAPAT JUGA BERFUNGSI UNTUK MENYEIMBANGKAN MUATAN-MUATAN ANION DAN MEMPENGARUHI PENGAMBILAN DAN TRANSPOR ANION TERSEBUT.
DILAPORKAN BAHWA K MENGURANGI BERJANGKITNYA PENYAKIT-PENYAKIT TERTENTU DAN JATUH REBAH YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA PADA JAGUNG
(LIEBHARDT DAN
MUNSON, 1976), KARENA ALASAN-ASALAN FISIOLOGIS YANG MASIH PERLU DIJELASKAN.
MISALKAN, K SECARA BERARTI MENGURANGI KEHADIRAN VERTICILLIUM
YANG MENYEBABKAN LAYU PADA TANAMAN KAPAS
TELAH
DIKETAHUI
BAHWA
KALIUM
(HAFES, DKK., 1975). BERPERANAN
PENTING
DALAM
FOTOSINTESIS KARENA SECARA LANGSUNG MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN INDEKS LUAS DAUN, DAN KARENANYA JUGA MENINGKATKAN ASIMILASI
CO2 SERTA
126
MENINGKATKAN TRANSLOKASI HASIL FOTOSINTESIS KELUAR DAUN (W OLF DKK., 1976).
TRANSLOKASI MENINGKAT KARENA PEMBENTUKAN LEBIH BANYAK ATP YANG PENTING UNTUK PEMUATAN HASIL ASIMILASI KE DALAM FLOEM.
PADA SEJUMLAH TANAMAN
BUDIDAYA, TERUTAMA PADA BIT DAN KAPAS, NATRIUM DAPAT MENGGATIKAN SEBAGIAN DARI
K; SUBTITUSI INI PADA TUMBUHAN LAIN, SEPERTI JAGUNG DAN SORGUM, SANGAT
KURANG EFEKTIF (MARSCHNER, 1971).
TINGKAT KRISIS K DALAM JARINGAN TUMBUHAN ITU RELATIF TINGGI, BIASANYA SEKITAR
1,0% ATAU 4 KALI LIPAT LEBIH TINGKAT KRISIS P. HAMPIR SELURUH K
DISERAP SELAMA PERTUMBUHAN ATAU BIJI.
VEGETATIF, SEDIKIT YANG DITRANSFER KE BUAH
PENAMBAHAN K PADA GANDUM SELAMA TAHAP REPRODUKTIF MEMPUNYAI
PENGARUH KECIL TERHADAP HASIL PANEN BIJI
(CHAPMAN DAN KEAY, 1971).
DEFISIENSI K PADA JAGUNG BERAKIBAT MENINGKATNYA JATUH REBAH BATANG DAN AKAR
(LIEBHARDT DAN MURDOCK, 1965), YANG MENUNJUKKAN KEMUNGKINAN
ADANYA HUBUNGAN DENGAN PENYAKIT. JUMLAH AKAR PENUNJANG MENURUNKAN DAN PARANKIM BATANG MENGALAMI DESINTEGRASI PUPUK K DIHILANGKAN.
DEFISIENSI KALIUM BIASANYA DIMULAI DENGAN ADANYA BINTIK KLO,OSIS YANG KHAS PADA DAUN DEWASA, KEMUDIAN MERAMHAT KE DAUN YANG LEBIH RNUDA.
KALIUM TERMASUK SALAH SATU UNSUR YANG SANGAT MOBIL PADA TUMBUHAN. DAERAH-DAERAH NEKROTIK BERKEMBANG SEPANJANG PINGGIRAN DAUN SAMPAI KE UJUNG DAUN DAN DAPAT MENYEBABKAN DAAN MENJADI KERITING, MANJADI HITAM, DAN
HANGUS.
DEFISIENSI KALIUM MENYEBABKAN TUMBUHAN MENGNASILKAN
PERTUMBUHAN ROSET ATAU SEPERTI SERNAK.
PERTUMBUHAN BATANG TEREDUKSI,
MENJADI LEMAH DAN RESISTENSINYA TERHADAP PATOGEN MENURUN SEHINGGA MUDAH TERSERANG PENYAKIT
(LOVELESS, 1991 ) G). DOLOMIT
127
DOLOMIT MERUPAKAN JENIS PUPUK TUNGGAL YANG DIGIMAKAN DALAM PROSES PENGAPURAN UNTUK MENAMBAHKAN UNSUR HARA MG DALAM TANAH. RUMUS
KIMIANYA ADALAH CACOMGC03. UNSUR UTAMA YANG TERKANDUNG DI DALAM PUPUK INI ADALAH
MG (5-20%) DAN CAO (20-450/0). PENGARUH KAPUR TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN DAPAT DITINJAU DARI DUA SEGI; LANGSUNG, SEBAGAI SUMBER UNSUR HARA
(1) PENGARUH
CA DAN MG. (2). PENGARUH TIDAK
LANGSUNG, SEBAGAI PERBAIKAN SIFAT KIMIA TANAH SEPERTI: PH, CA DAN . AL.
FUNGSI PEMBERIAN DOLOMIT DIANTARANYA MENGURANGI KEJENUHAN AL YANG BERSIFAT RACUN TERHADAP TANAMAN. OLEH TANAH YANG TERLALU ASAM.
KERACUNAN AL SERING DIRANGSANG
SELAIN ITU PENAMOAHAN KAPUR JUGA UNTUK
MENCIPTAKAN SUASANA TUMBUH YANG BAIK BAGI AKAR, KARENA MERUPAKAN
FAKTOR
UTAMA
YANG
RNEMPENGARUHI
MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN NUTRISI TANAMAN. BANYAK TERSEDIA DALAM NILAI PH ANTARA
DAYA
PH TANAH
LARUT
DAN
KEBANYAKAN NUTRISI LEBIH
6,0 DAN 7,0.PENAMBAHAN DOLOMIT
DAPAT MENINGKATKAN PH, SEHINGGA KEASAMAN TANAH DAPAT DITURUNKAN.
PENGARUH PENAMBAHAN KAPUR INI ADALAH JANGKAUAN PERAKARAN YANG LUAS, SERAPAN HARA MENJADI LEBIH BAIK, AKIBATNYA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENINGKAT
(GARDNER, 1991 DAN RAHAYU, 2002).KANDUNGAN KIMIA DOLOMIT
ADALAH CAO (80%), MGO (18%), DAN FE (0,02%)
B. KERANGKA BERPIKIR
DEWASA INI KOMBINASI
FORMULASI
PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK DAN
PUPUK KIMIAWI BANYAK DILAKUKAN DALAM BUDIDAYA TANAMAN, TERMASUK BUDIDAYA
128
TANAMAN CABAI.
HANYA KOMBINASI FORMULASI PEMUPUKAN YANG TEPAT, YANG
AKAN MENGHASILKAN KUALITAS PERTUMBUHAN DAN HASIL CABAI YANG BAIK.
PERLAKUAN PEMUPUKAN
ORGANIK
ANORGANIK
KOMBINASI ORGANIK + AN ORGANIK
KETERSEDIAAN UNSUR HARA DALAM TANAH
SERAPAN HARA
Biomassa tanaman kandungan klorofil kandungan nitrogen daun
LINGKUNGAN
GAMBAR 1 : KERANGKA BERPIKIR
RESPON TANAMAN CABAI AKIBAT PEMUPUKAN JUGA AKAN SANGAT BERAGAM KARENA JUMLAH SERAPAN UNSUR HARA DARI DALAM TANAH PUN BERBEDA-BEDA.
KONDISI INI AKAN BERPENGARUH TERHADAP PERBEDAAN KANDUNGAN KLOROFIL DAN NITROGEN DAUN
DALAM BIOMASSA,
(GAMBAR 1). JIKA JUMLAH UNSUR HARA
YANG ADA DALAM TANAH MENCUKUPI KEBUTUHAN DAN DIDUKUNG OLEH FAKTOR LINGKUNGAN DAPAT
YANG
DISERAP
SESUAI, MAKA
OLEH
TANAMAN
UNSUR HARA YANG TERSEDIA DALAM TANAH DAN
BERDAMPAK
TERHADAP
PENINGKATAN
129
PERTUMBUHAN
DAN HASIL TANAMAN.
SEBALIKNYA JIKA
TANAMAN
MENGALAMI
DEFISIENSI UNSUR HARA, MAKA HAMBATAN DALAM PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN DAPAT TERJADI.
C. HIPOTESIS BERBAGAI PERLAKUAN PEMUPUKAN BERPENGARUH TERHADAP BIOMASSA, KANDUNGAN KLOROFIL DAN NITROGEN DAUN PADA DUA VARIETAS
CABAI (CAPSICUM ANNUM L).
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2006 sampai dengan Maret 2007 pada lahan tanah sawah Desa Gathak, Karangnongko, Kabupaten Klaten, yang memiliki ketinggian ± 256 m dpl, dengan suhu harian 27-30 o C. B. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan Benih cabai besar varietes Fantastic dan Benih Cabai Keriting Varietas Sakti dari indukan yang sama,Pupuk NPK (Phonska), Pupuk NPK Mutiara, Pupuk Kandang Sapi, Pupuk Organik
Cair
Batari Sri, Pupuk ZA, Pupuk SP-36, Pupuk KCl, Mulsa plastic dan Jerami padi,Turus /Ajir dengan tinggi 1,25 m, Tali Rafia, Insektisida: Curacron 500 EC, Decis, Fungisida: Dithane M-45, Benlate, Antracol. 2. Alat Cangkul, garpu, sabit dan parang, Meteran, Tali plastic, Tangki spryer kapasitas 14 liter, Pelubang plastic, Kantong plastic, Mistar,
130
Oven, Timbangan Roti kapasitas 2 kg, Neraca analitis, 1 set spektrofotometer, satu set alat analisis nitrogen dengan Metode Kjeldal
C.
Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian faktorial yang dilakukan dengan rancangan acak kelompok lengkap/RCBD (Randomize Completely Block Design) dengan faktor 2 faktor yaitu Pemupukan (empat taraf), dengan
(1)
Varietas (dua taraf) (2)
3 ulangan dan
setiap
ulangan
ditanami 20 tanaman cabai. Faktor Varietas Cabai terdiri dari dua taraf yaitu: M1 = Cabai Keriting Sakti M2 = Cabai Besar Fantastic Faktor formulasi pupuk terdiri dari empat taraf yaitu P1 = Tanpa pupuk (kontrol) P2 = Pupuk Kandang (2 kg /tanaman) P3 = Pupuk kandang + Pupuk Kimia (ZA : KCl : SP 36 = 2 : 1 : 1) + Kocor NPK mutiara P4 = Pupuk Kandang + Pupuk Kimia (KCl : SP 36 = 1 : 1) + Kocor Pupuk Organik Cair Bathari Sri Dengan demikian kombinasi perlakuannya adalah sebagai berikut: M1P1
M1P2
M1P3
M1P4
M2P1
M2P2
M2P3
M2P4
131
Secara khusus denah percobaan ini adalah sebagai berikut P1
P1
P3
P2
P4
6o cm
0,4 Penelitian m 2. Pelaksanaan Gambar 2 : Denah Percobaan Prosedur kerja dalam pelaksanaan penelitian ini terbagi dalam beberapa tahapan yaitu Pembentukan bedengan tanam, Pengolahan tanah, Pemupukan dan Kocor, Pemasangan Mulsa, Penyemaian dan Penanaman benih, Pemeliharaan tanaman, Panen 3. Parameter dan Pengukuran Parameter Penelitian a. Parameter Penelitian Parameter penelitian ini adalah : Biomassa (Bobot segar tanaman, Bobot kering tanaman, dan Bobot segar buah per tanaman), Kandungan Klorofil ( Klorofil a, Klorofil b dan Total Klorofil) dan Kandungan Nitrogen daun tanaman b. Pengukuran Parameter Penelitian Pengukuran variabel penelitian untuk parameter dilakukan dengan mengambil diukur pada
3 buah tanaman per blok tiap perlakuan ditandai dan akhir panen.
Adapun variabel (peubah) yang diamati
dalam penelitian ini meliputi : a. Bobot basah tanaman diukur dengan cara mengambil seluruh tanaman dan menimbangnya
132
b. Bobot Brangkasan kering
tanaman diukur dengan cara
mengeringkan brangkasan basah dan dikeringkan
dalam oven
selama 48 jam (hingga diperoleh berat konstan) c. Bobot
basah buah ditimbang tiap kali panen dilakukan (mulai
panen ke 1 sampai selesai). Bobot total buah diperoleh dengan cara menjumlahkan berat basah buah pada tiap panen. Bobot buah per tanaman dihitung dengan cara menghitung bobot total buah dibagi dengan jumlah total tanaman tiap petak (20 tanaman) d. Kandungan
klorofil
tanaman
diukur
dengan
menggunakan
Spektrofotometer menurut Harborne (1987) (Lampiran 1) e. Kandungan
N daun tanaman
diukur
dengan menggunakan
metode kjeldal menurut Sudarmaji (1992) (lampiran 2) f.
Pengukuran Kandungan klorofil dan Nitrogen Daun, dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UNS Surakarta
D. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis melalui
analisis
varians dan dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan’s Multiple range test) dengan menggunakan Program SPSS
10,05
for Windows. Menurut
Hanafiah (2005), Pratista (2002) Dalam analisis varians, Jika F hitung lebih besar dari F tabel atau probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 dterima. Ditambahkannya pada Uji DMRT (Duncan) populasi-populasi yang mempunyai rata-rata sama dikelompokkan menjadi satu subset. Dalam satu subset dapat dikatakan bahwa perlakuan itu tidak berbeda.
BAB IV
133
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemupukan telah lama diakui sebagai faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman, termasuk tanaman cabai. merupakan upaya untuk menyediakan unsur-unsur tanaman. Penyediaan
unsur hara
Pemupukan
hara yang diperlukan
berpengaruh terhadap kadar senyawa-
senyawa organik dan anorganik tanaman (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Diantara parameter yang dapat diamati sebagai gejala fisiologis sebagai efek pemupukan diantaranya bobot segar, bobot kering, kandungan klorofil
dan
nitrogen daun. (Marschner, 1986). A. Biomassa Biomassa dalam penelitian ini meliputi bobot basah tanaman dan bobot kering pada akhir panen serta bobot basah total buah per tanaman 1. Bobot segar aktivitas
Bobot Segar Tanaman
merupakan total berat tanaman yang menunjukkan hasil
metabolik tanaman. Pemupukan dapat mempengaruhi bobot segar
tanaman melalui kemampuannya dalam menyediakan hara dari dalam tanah. Bobot segar tanaman
pada berbagai perlakuan pemupukan bervariasi
(Gambar 3).
134
665.65 607.49
700
656.62 602.11
600 Bobot (g)
496.01 500 327.57
400 277.16 300
Sak ti
228.93
Fantas tic
200 100 0 P1
P2
P3
P4
Pe rlak uan
P1 : Kontrol P2 : Pupuk Kandang (2kg/tnm) P3 : Pupuk Kandang (1Kg/tnm) + Pupuk Kimia (ZA : KCl : Sp-36= 2 : 1 : 1) + kocor NPK Mutiara P4 : Pupuk Kandang + Pupuk Kimia (KCl : Sp-36= 1 : 1) + kocor POC Bathari Sri
Gambar 3 : Bobot Segar Dua Varietas Tanaman Cabai
Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan secara significan berpengaruh terhadap bobot segar tanaman cabai (tabel 4). Bobot segar kelompok kontrol sama dengan bobot segar perlakuan pupuk kandang (2 kg/ tanaman), dan tidak satu kelompok dengan bobot segar tanaman cabai pada perlakuan pupuk kandang (1 kg/tanaman) + pupuk kimia (ZA, SP-36, KCl = 2 : 1 : 1) + kocor NPK Mutiara, dan juga tidak satu kelompok dengan pupuk kandang (1 kg/tanaman) + pupuk kimia (SP-36 : KCl = 1 :1) + Kocor Pupuk Organik Cair Bathari Sri.
Tabel 4 : Bobot Segar Tanaman Dua Varietas Cabai Rerata
P1
P2
P3
P4
Keterangan
Bobot segar
228,93 a
496,01 ab
602,11 b
665,65 b
Fantastic
(g)
277,16 c
508,33 cd
607,56 d
656,52 d
Sakti
Keterangan : Angka yang bernotasi sama pada baris yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut Uji DMRT pada P = 0,05 Keterangan P1 : Kontrol : Pupuk Kering Kandang (2 kg/tnm) 2.P2Bobot P3 : Pupuk Kandang (1 Kg/tnm) + Pupuk Kimia (ZA : KCl : SP-36= 2 : 1 : 1) + kocor NPK Mutiara P4 : Pupuk Kandang (1 Kg/tnm) + Pupuk Kimia (ZA : KCl : SP-36= 2 : 1 : 1) ditambah POC Bathari Sri
Hasil penelitian terhadap bobot kering tanaman cabai pada berbagai
135
2. Bobot Kering Tanaman Bobot kering kedua varietas cabai bervariasi (Gambar 4). 155.33 160 140
157 139.67
126.67 123.33
120.33 111.11
120
Bobot (g)
100 68.33
80
Sakti
60
Fantastic
40 20 0 P1
P2
P3
P4
Perlakuan
P1 : Kontrol P2 : Pupuk Kandang (2kg/tnm) P3 : Pupuk Kandang (1Kg/tnm) + Pupuk Kimia (ZA : KCl : Sp-36= 2 : 1 : 1) + kocor NPK Mutiara P4 : Pupuk Kandang + Pupuk Kimia (KCl : Sp-36= 1 : 1) + kocor POC Bathari Sri
Gambar 4 : Bobot Kering Dua Vrietas Cabai
Perlakuan berbagai macam pemupukan sangat signifikan berpengaruh terhadap peningkatan bobot kering tanaman cabai
fantastic, tetapi
tidak
signifikan terhadap bobot kering cabai sakti (tabel 5). Perlakuan pemupukan berpengaruh signifikan terhadap bobot kering cabai fantastic, namun tidak significan untuk cabai sakti. Sekalipun perlakuan pemupukan tidak berbeda nyata
dalam bobot kering tanaman cabai sakti,
namun dapat diketahui bahwa ada kecenderungan perlakuan pemupukan mampu meningkatkan bobot kering kedua varietas cabai (tabel 5). Ini berarti
136
ada kecenderungan fotosintat meningkat, karena adanya penambahan unsur hara dari dalam tanah sebagai akibat dari proses pemupukan. Tidak adanya pengaruh berbagai perlakuan pemupukan terhadap bobot kering tanaman cabai sakti merupakan indikasi bahwa pemupukan belum cukup mampu memenuhi kebutuhan unsur hara yang diperlukan tanaman cabai. Perlakuan pemupukan pada varietas cabai yang berbeda menunjukkan pengaruh yang tidak sama. Hal itu senada dengan pernyataan Abdul Rahim dan Jumiati (2007) kebutuhan tanaman akan bermacam-macam unsur hara selama pertumbuhan dan perkembangannya adalah tidak sama, membutuhkan waktu yang berbeda dan tidak sama banyaknya . Tabel 5 : Bobot Kering Tanaman Dua Varietas Cabai pada Berbagai Perlakuan Pemupukan Rerata Bobot kering (g)
P1
P2
P3
P4
Keterangan
126,59a
155,41a
354,28a
407,72a
Sakti
68,33b
111,11c
139,67cd
157 d
Fantastic
Keterangan : Angka yang bernotasi sama pada baris yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut Uji DMRT pada P = 0,05 Keterangan P1 : Kontrol P2 : Pupuk Kandang (2 kg/tnm) P3 : Pupuk Kandang (1 Kg/tnm) + Pupuk Kimia (ZA : KCl : SP-36= 2 : 1 : 1) + kocor NPK Mutiara P4 : Pupuk Kandang (1 Kg/tnm) + Pupuk Kimia (ZA : KCl : SP-36= 2 : 1 : 1) ditambah POC Bathari Sri
3.
Bobot Buah Total per tanaman
Bobot buah total per tanaman kedua varietas cabai karena berbagai perlakuan pemupukan bervariasi (Gambar 5).
137
990.83 1000
878.33
900
805
770.83 705.83
800
Bobot (g)
700 600 530.83
606.67
546.68
500
Sakti
400
Fantastic
300 200 100 0 P1
P2
P3
P4
Perlakuan
P1 : Kontrol P2 : Pupuk Kandang (2kg/tnm) P3 : Pupuk Kandang (1Kg/tnm) + Pupuk Kimia (ZA : KCl : Sp-36= 2 : 1 : 1) + kocor NPK Mutiara P4 : Pupuk Kandang + Pupuk Kimia (KCl : Sp-36= 1 : 1) + kocor POC Bathari Sri
Gambar 5 : Bobot Buah Cabai per Tanaman
Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan tidak cukup signifikan mempengaruhi bobot buah per tanaman cabai sakti (Tabel 6). Hal ini memberikan indikasi penggunaan pupuk kandang (1 kg/tanaman) + pupuk kimia (ZA, SP-36, KCl = 2 : 1 : 1) + kocor NPK Mutiara (P3) tidak selamanya menjadi solusi untuk meningkatkan hasil. Hanya formulasi yang tepatlah yang
dapat
meningkatkan bobot buah cabai. Sementara itu perlakuan pemupukan secara signifikan berpengaruh terhadap bobot buah per tanaman cabai fantastic (Tabel 6). Ketersediaan unsur N, P, K dan bahan organik yang berasal dari pupuk kimia dan pupuk organik cair pada perlakuan, secara bersama-sama mampu meningkatkan bobot buah cabai. Ini berarti bahwa kombinasi pupuk kandang, pupuk kimiawi dan pupuk organik cair (P4), dapat dimanfaatkan untuk menggantikan formulasi pupuk kimia yang selama ini digunakan petani di Klaten.
138
Terjadinya peningkatan dalam biomassa cabai sakti dan kecenderungan peningkatan biomassa cabai fantastic menunjukkan unsur-unsur yang diberikan melalui pemupukan dapat berfungsi dengan baik. Pupuk organik dapat menyediakan bahan organik tanah. Bahan organik tanah sangat bermanfaat dalam mengembalikan kesuburan fisika, kimia dan biologi tanah, karena berguna sebagai pengikat partikel-partikel tanah melalui proses agregasi
tanah. Agregasi tanah
dapat menghasilkan
ruang pori mikro, sehngga aerasi di dalam tanah
terbentuknya
menjadi lebih baik
dan
menciptakan keadaan optimum bagi penyerapan unsur hara yang berguna bagi tanaman (Brady, 1990). Pengaruh bahan organik terhadap kesuburan kimia tanah antara lain terhadap kapasitas pertukaran kation dan anion, meningkatkan aktifitas mikrobia tanah melalui aktivitas dekomposisi dan mineralisasi bahan organik (Suntoro, 2002). Disamping itu bahan organik mampu menyerap dan menahan air
(Sarwanto, 2002) yang pada akhirnya berpengaruh terhadap
akumulasi zat-zat makanan dan hasil metabolisme yang tersimpan dalam buah dan biji. Sementara itu pemberian pupuk kimia semakin menambah dan melengkapi unsur hara
( N, P, K, Mg, S) yang berguna dalam peningkatan
biomassa tanaman cabai. Unsur nitrogen (dari ZA dan NPK mutiara) mampu berperan sebagai penyusun dari banyak senyawa esensial seperti protein, asam amino, amida, asam nukleat, nukleotida, koenzim dan banyak senyawa penting untuk metabolisme, penyusun klorophil, penyusun hormon sitosin dan auksin dan komponen utama bahan kering tumbuhan. Unsur nitrogen akan meningkatkan warna hijau daun, mendorong pertumbuhan batang dan daun (Marschner, 1986).
139
Nitrogen erat kaitannya dengan sintesis klorofil (Sallisbury dan Ross, 1992) dan sintesis protein maupun enzim (Schaffer, 1996). Enzim (rubisco) berperan sebagai katalisator dalam fiksasi CO
2
yang dibutuhkan tanaman untuk
fotosintesis (Salisbury dan Ross, 1992 ; Schaffer, 1996). Oleh karena itu peningkatan kandungan
nitrogen tanaman dapat
berpengaruh terhadap
fotosintesis baik lewat kandungan klorofil maupun enzim fotosintetik sehingga meningkatkan fotosintat (bobot segar, bobot kering, dan bobot buah cabai) yang terbentuk. Unsur P (dari SP-36) merupakan komponen penting penyusun senyawa ATP yang berperan sebagai sumber energi pada reaksi gelap fotosintesis dan nukleoprotein, sistem informasi genetik (DNA dan RNA), membran sel (fosfolipid), dan fosfoprotein. Kalium berperan penting dalam fotosintesis karena secara langsung meningkatkan pertumbuhan dan indeks luas daun, dan karenanya juga meningkatkan asimilasi CO2 serta meningkatkan translokasi dan asimilasi hasil fotosintesis. Pemupukan KCl meningkatkan ketersediaan dan serapan P, sementara fungsi K dalam kloroplas berperan sebagai penjaga PH agar tetap tinggi (Suntoro, 2002). Unsur S (dari SP-36) dibutuhkan tanaman dalam pembentukan asamasam amino sistin, sistein dan metionin. Disamping itu S juga merupakan bagian dari biotin, tiamin, ko-enzim A dan glutationin (Marschner, 1995). Belerang juga berfungsi sebagai aktivator, kofaktor atau regulator enzim dan berperan dalam proses fisiologi tanaman. Unsur S merupakan bagian penting dari ferodoksin, suatu komplex Fe dan S yang terdapat dalam kloroplas dan terlibat dalam reaksi
140
oksidoreduksi dengan transfer elektron serta dalam reduksi nitrat dalam proses fotosintesis (Tisdalle et al. 1990). Pemberian dolomit dapat meningkatkan klorofil yang disebabkan oleh adanya suplai Mg dari dolomit yang mampu meningkatkan ketersediaan Mg tanah dan serapan Mg tanaman (Suntoro, 2002) Pupuk kimiawi buatan memasok hara tertentu berupa senyawa anorganik berkonsentrasi tinggi dan mudah larut. Pemberian berulang kali dapat membahayakan flora dan fauna tanah alami, mendatangkan ketimpangan hara dalam tanah, dan dengan sistem pengelolaan hara yang biasa dilakukan waktu ini dapat menyebabkan pencemaran air, khususnya air tanah. Pupuk organik memasok
berbagai
macam
hara
terutama
berupa
senyawa
organik
berkonsentrasi rendah yang tidak mudah larut. Karena memasok berbagai macam hara dengan konsentrasi rendah dan tidak mudah larut, pupuk organik tidak akan menimbulkan ketimpangan hara dalam tanah, bahkan dapat memperbaiki neraca hara. Pasokan bahan organik dapat menyehatkan kehidupan flora dan fauna tanah alami, yang pada gilirannya dapat meningkatkan dan memelihara produktivitas tanah (Nuryani dan Sutanto, 2002). Peningkatan
biomassa yang signifikan, merupakan efek sinergis dari
ekstrak organik dan pupuk kimia dari dalam tanah. Pasokan substrat organik melalui pemberian pupuk organik cair akan meningkatkan aktivitas organisme tanah yang berperan dalam penguraian senyawa organik dan memperbaiki kesuburan fisik (struktur tanah, agregasi dan aerasi, meningkatkan kapasitas menahan air) dan meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman (Reeves, 1997). Dalam kondisi demikian pasokan oksigen yang dibutuhkan organisme tanah untuk respirasi cukup tersedia. Oleh karena itu, perbaikan kualitas tanah
141
berlangsung secara bertahap dan berdampak terhadap peningkatan biomassa cabai sakti dan cenderung meningkatkan biomassa cabai Fantastic. Sementara itu pada pemberian pupuk kandang (1 kg/tanaman) + Pupuk Kimia (ZA : KCl : SP-36= 2 : 1 : 1) + kocor NPK Mutiara (tabel 6) memiliki bobot buah per tanaman yang lebih rendah dari perlakuan yang lain. Hal ini dapat terjadi karena optimal,
pemberian nitrogen pada perlakuan itu telah melampaui titik
sehingga
menyebabkan
sebagian
nitrogen
yang
terasimilasi
memisahkan diri sebagai amida, hanya menaikkan kandungan nitrogen tanaman, tetapi mengurangi sintesis karbohidrat (Rosmarkam dan yuwono, 2005). Oleh karena bobot segar buah yang terbentuk relative lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya.
Tabel 6 : Bobot buah per Tanaman Dua Varietas Cabai Rerata
P1
P2
P3
P4
Keterangan
Bobot buah per
805,00 a
878,33 ab
770,83a
990,93 b
fantastic
tanaman (g)
530,83 c
546,67 c
606,67 cd
705,83 d
sakti
Keterangan : Angka yang bernotasi sama pada baris yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut Uji DMRT pada P = 0,05 Keterangan P1 : Kontrol P2 : Pupuk Kandang (2 kg/tnm) P3 : Pupuk Kandang (1 Kg/tnm) + Pupuk Kimia (ZA : KCl : SP-36= 2 : 1 : 1) + kocor NPK Mutiara P4 : Pupuk Kandang (1 Kg/tnm) + Pupuk Kimia (ZA : KCl : SP-36= 2 : 1 : 1) ditambah POC Bathari Sri
Hasil analisis korelasi
menunjukkan bahwa Bobot segar tanaman
berhubungan positif dengan bobot kering, klorofil a, klorofil b dan klorofil total daun kedua varietas cabai.
Hal ini berarti jika bobot segar tanaman meningkat
maka bobot kering tanaman akan meningkat, demikian pula dengan kandungan klorofil a, klorofil b maupun klorofil total daun kedua varietas cabai.
142
B. Kandungan Klorofil Keberadaan klorofil sangat penting dalam mempengaruhi hasil tanaman karena pada klorofil terjadi proses fotosintesis yang akan menghasilkan buah dan biji tanaman.
Menurut Dwijoseputro (1986) pembentukan klorofil pada
tumbuhan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu (1) faktor pembawaan (2) cahaya (3) oksigen (4) karbohidrat (5) nitrogen, magnesium, besi (6) Unsur-unsur Mn, Cu dan Zn, walau dalam jumlah sedikit sekali, (7) air dan (8) temperatur. Ditambahkan Wirahadikusumah
(1985) Tumbuhan tinggi mengandung
dua
macam klorofil yaitu klorofil a dan klorofil b. Hasil penelitian kandungan Klorofil cabai varietas sakti dan fantastik adalah sebagai berikut :
1.
Klorofil a
Perlakuan pemupukan berpengaruh terhadap kandungan Klorofil a dua varietas cabai
(Tabel 7). Unsur hara (nitrogen,phosphate, magnesium, besi,
mangan, kalium, Calsium, Belerang) yang terakumulasi dalam pupuk kimia dan pupuk organik yang ditambahkan pada perlakuan pupuk
kandang (1
kg/tanaman) + pupuk kimia (ZA, SP-36, KCl = 2 : 1 : 1) + kocor NPK Mutiara dan Pupuk Kandang (1 kg/tanaman) + Pupuk Kimia (SP-36 : KCl = 1 :1) + Kocor Pupuk Organik Cair Bathari Sri secara signifikan mampu meningkatkan kandungan klorofil a pada dua varietas cabai. Kandungan klorofil a dalam daun kedua varietas cabai bervariasi. (Gambar 6). Hal ini merupakan indikator bahwa respon fisiologis kedua varietas cabai berbeda terhadap pasokan hara yang diberikan. Secara umum dapat
143
disampaikan bahwa perlakuan pasokan unsur hara dari pemupukan dapat meningkatkan kandungan klorofil a kedua varietas cabai. Tabel 7 : Kandungan Klorofil a Dua Varietas Perlakuan Pemupukan
Cabai pada Berbagai
Rerata P1 P2 P3 P4 Keterangan Kandungan 2,52 a 5,99 ab 6,99 b 6,45 b fantastic Klorofil a 2,65 a 6,29 b 7,48 bc 7,93 c sakti (mg/l) Keterangan : Angka yang bernotasi sama pada baris yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut Uji DMRT pada P = 0,05 Keterangan P1 : Kontrol P2 : Pupuk Kandang (2 kg/tnm) P3 : Pupuk Kandang (1 Kg/tnm) + Pupuk Kimia (ZA : KCl : SP-36= 2 : 1 : 1) + kocor NPK Mutiara P4 : Pupuk Kandang (1 Kg/tnm) + Pupuk Kimia (ZA : KCl : SP-36= 2 : 1 : 1) ditambah POC Bathari Sri
7.93 7.48
8 6.99
Kandungan Klorofil a Daun Cabai (mg/l)
7
6.29
6.45 5.99
Sakti Fantastic
6 5 4 2.65 3
`
P1 : Kontrol P2 : Pupuk Kandang (2kg/tnm) P3 : Pupuk Kandang (1Kg/tnm) + Pupuk Kimia (ZA : KCl : Sp-36= 2 : 1 : 1) + kocor NPK Mutiara P4 : Pupuk Kandang + Pupuk Kimia (KCl : Sp-36= 1 : 1) + kocor POC Bathari Sri
2.52
2 1 0 P1
P2
P3
P4
Perlakuan
Gambar 6 : Kandungan Klorofil A pada Dua Varietas Cabai
144
2. Klorofil b Klorofil b berfungsi sebagai antena yang mengumpulkan cahaya untuk kemudian ditransfer ke pusat reaksi. Pusat reaksi tersusun dari klorofil a. Energi cahaya akan diubah menjadi energi kimia di pusat reaksi yang kemudian dapat digunakan untuk proses reduksi dalam fotosintesis (Taiz dan Zeiger, 1991). Perlakuan pemupukan tidak signifikan berpengaruh terhadap Kandungan klorofil b
pada dua varietas cabai
(Tabel 8). Mungkin sebagian besar klorofil
masih berada pada stadium klorofil a (terbukti kandungan klorofil a kedua varietas cabai significan dipengaruhi oleh berbagai perlakuan pemupukan) dan belum menjadi klorofil b, karena diketahui klorofil a merupakan prazat klorofil b (Robinson,1995)
Tabel 8 : Kandungan Klorofil b Dua Varietas Cabai Rerata P1 P2 P3 P4 Keterangan Kandungan 1,66 a 2,80 a 3,75 a 3,80 a Fantastic Klorofil b 1,68 a 3,23 ab 5,38 b 3,84 ab Sakti (mg/l) Keterangan : Angka yang bernotasi sama pada baris yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut Uji DMRT pada P = 0,05 Keterangan P1 : Kontrol P2 : Pupuk Kandang (2 kg/tnm) P3 : Pupuk Kandang (1 Kg/tnm) + Pupuk Kimia (ZA : KCl : SP-36= 2 : 1 : 1) + kocor NPK Mutiara P4 : Pupuk Kandang (1 Kg/tnm) + Pupuk Kimia (ZA : KCl : SP-36= 2 : 1 : 1) ditambah POC Bathari Sri
Walaupun
perlakuan
pemupukan
yang
dilakukan
tidak
signifikan
berpengaruh terhadap kandungan klorofil b pada kedua varietas cabai (tabel 8), namun nampak ada kecenderungan bahwa pemupukan mampu meningkatkan kandungan klorofil b kedua varietas cabai.(Gambar 7).
145
Kandungan Klorofil b Daun Cabai (mg/l)
6
5.38 Sakti
5
Fantastic 3.75
4
3.84 3.8
3.23 2.8 3
` 2
P1 : Kontrol P2 : Pupuk Kandang (2kg/tnm) P3 : Pupuk Kandang (1Kg/tnm) + Pupuk Kimia (ZA : KCl : Sp-36= 2 : 1 : 1) + kocor NPK Mutiara P4 : Pupuk Kandang + Pupuk Kimia (KCl : Sp-36= 1 : 1) + kocor POC Bathari Sri
1.68 1.66
1
0 P1
P2
P3
P4
Perlakuan
Gambar 7 : Kandungan Klorofil b Dua Varietas Cabai
3. Total klorofil Penggunaan pupuk kandang (1 kg/tanaman) + pupuk kimia (ZA, SP-36, KCl = 2 : 1 : 1) + kocor NPK Mutiara menunjukkan kandungan klorofil total tertinggi untuk kedua varietas cabai karena pupuk kimiawi buatan memasok hara tertentu yang berkonsentrasi tinggi dan mudah larut (N, P, K, Fe, Mg, S) yang berperan dalam pembentukan klorofil (Sri Nuryani dan
Sutanto, 2002).
Kelompok kontrol memiliki kandungan klorofil total terendah untuk kedua perlakuan, karena tidak ada penambahan unsur hara dari luar, sedangkan unsur hara yang tersedia dalam tanah sudah diserap tanaman cabai selama fase vegetatif dan awal generatif. Karena ketersediaan dan serapan hara
yang
rendah maka pembentukan klorofil terganggu, Oleh karena itu kandungan klorofil
146
daun cabai kelompok control relative lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Sementara itu perlakuan pemberian pupuk kandang (1 kg/tanaman) + pupuk kimia (SP-36 : KCl = 1 :1) + Kocor Pupuk Organik Cair Bathari Sri berada pada kelompok yang sama dengan penggunaan pupuk kandang (1 kg/tanaman) + pupuk kimia (ZA, SP-36, KCl = 2 : 1 : 1) + kocor NPK Mutiara. Unsur hara (nitrogen,magnesium, besi, mangan) yang terakumulasi dalam pupuk kimia yang ditambahkan melalui pemupukan itu mampu meningkatkan kandungan klorofil total daun cabai sakti (Gambar 8). Terjadinya kondisi yang demikian karena unsur N, P, K, Mg, Fe, dan S yang merupakan unsur pembentuk klorofil
Kandungan Klorofil Total Daun Cabai (mg/l)
cukup tersedia dan dapat diserap oleh tanaman.
13.31 14 11.31
12
10.72
Sakti 10.25
Fantastic
9.51
10
8.78
8
6
` 4.33
4.17
4
2
0 P1
P2
P3
P4
P1 : Kontrol P2 : Pupuk Kandang (2kg/tnm) P3 : Pupuk Kandang (1Kg/tnm) + Pupuk Kimia (ZA : KCl : Sp-36= 2 : 1 : 1) + kocor NPK Mutiara P4 : Pupuk Kandang + Pupuk Kimia (KCl : Sp-36= 1 : 1) + kocor POC Bathari Sri
Perlakuan
Gambar 8 : Kandungan Klorofil Total pada Dua Varietas Cabai
Setelah dilakukan analisis varian diketahui bahwa, perlakuan pemupukan tidak signifikan berpengaruh terhadap kandungan klorofil total cabai varietas
147
fantastic, namun signifikan berpengaruh terhadap kandungan klorofil total cabai varietas sakti (Tabel 9).
Tabel 9 : Kandungan Klorofil Total Dua Varietas Cabai Rerata P1 P2 P3 P4 Keterangan Kandungan 4,17 a 8,78 ab 10,72 b 10,25 b Fantastic Klorofil 4,33 a 9,51 b 13,31 b 11,31 b Sakti total (mg/l) Keterangan : Angka yang bernotasi sama pada baris yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut Uji DMRT pada P = 0,05 Keterangan P1 : Kontrol P2 : Pupuk Kandang (2 kg/tnm) P3 : Pupuk Kandang (1 Kg/tnm) + Pupuk Kimia (ZA : KCl : SP-36= 2 : 1 : 1) + kocor NPK Mutiara P4 : Pupuk Kandang (1 Kg/tnm) + Pupuk Kimia (ZA : KCl : SP-36= 2 : 1 : 1) ditambah POC Bathari Sri
Adanya signifikansi pengaruh pemupukan terhadap kandungan klorofil memberi petunjuk bahwa pasokan unsur hara (N, P, K, Mg, S)
mempunyai
kontribusi positif pada proses pembentukan klorofil daun cabai sakti. Sementara itu untuk cabai fantastic pasokan unsur hara yang diberikan melalui pemupukan belum mampu meningkatkan klorofil total daun. Fenomena ini mengindikasikan bahwa respon fisiologis kedua tanaman cabai terhadap pemupukan tidak sama. Walaupun demikian dapat dikemukakan bahwa ada kecenderungan pemupukan mampu meningkatkan kandungan klorofil total daun, dan
perlakuan pupuk
kandang+pupuk kimia (ZA : KCl : SP-36= 2 : 1 : 1) + kocor NPK Mutiara ) selalu lebih tinggi dari perlakuan yang lain (tabel 9). Lengkapnya kandungan unsur hara pada formulasi pupuk tersebut mampu memberikan stimulan bagi peningkatan kandungan klorofil total untuk kedua varietas cabai. klorofil daun dan peningkatan akan semakin tinggi Penambahan bahan organik meningkatkan, jika diimbangi dengan penambahan dolomit dan KCl seperti yang dilaporkan oleh Suntoro (2002). Pemupukan KCl meningkatkan ketersediaan dan serapan P, sementara fungsi K dalam kloroplas berperan
148
sebagai penjaga PH agar tetap tinggi. Pemberian dolomit dapat meningkatkan klorofil yang disebabkan oleh adanya suplai Mg dari dolomit yang mampu meningkatkan ketersediaan Mg tanah dan serapan Mg tanaman. Magnesium berperan sangat penting di dalam sintesis klorofil (Suntoro, 2002). Pemberian ZA, NPK Mutiara, pupuk organik dapat meningkatkan klorofil karena kombinasi pupuk tersebut mampu menyediakan nitrogen dan magnesium yang diketahui sebagai unsur yang mutlak harus ada pada pembentukan klorofil (Dwijoseputro, 1986.). Nitrogen erat kaitannya dengan sintesis klorofil (Salisbury dan Ross, 1992) dan sintesis protein maupun enzim (Schaffer, 1996). Enzim (rubisco) berperan sebagai katalisator dalam fiksasi CO yang dibutuhkan tanaman untuk 2
fotosintesis (Salisbury dan Ross, 1992 ; Schaffer, 1996). Oleh karena itu jumlah kandungan nitrogen tanaman dapat berpengaruh terhadap hasil fotosintesis melalui enzim fotosintetik maupun kandungan klorofil yang terbentuk. Pada tumbuhan,
nitrogen
mula-mula berbentuk ammonia dan
selanjutnya ammonia mengalami perubahan menjadi asam glutamat, dikatalisis oleh enzim glutamine sintetase (Harborne, 1987). Asam glutamat berfungsi sebagai bahan dasar
di dalam biosintesis asam amino dan asam nukleat
(Nyakpa dkk., (1988). Robinson (1995) menyebut asam glutamat sebagai prazat cincin porfirin pembentukan klorofil. Mekanisme pembentukan kolorofil diawali dengan pembentukan asam α aminolevulinat (ALA) (Stryer (1981). Pembentukan ALA melalui jalur Glutamat melalui tahapan pembentukan glutamat t-RNA dari glutamat kemudian diubah menjadi semialdehide selanjutnya menjadi α ketoglutaldehid untuk kemudian dengan enzim transaminase atau enzim amino transferase terbentuklah ALA
149
(Bonner & Varner, 1965; Krogman, 1979). Dari 2 molekul ALA dengan melibatkan enzim ALA dehidrase akan terbentuk porfobilinogen (PBG) yang mengandung cincin pirol dari
4 molekul PBG
dengan melibatkan enzim
uroporfirinogen III. Decarboksilasi merubah uroporfirinogen III. Di bawah kondisi aerob
dengan
melibatkan
enzim
Caproporfirinogen
dekarboksilase,
caproporfirinogen III selanjutnya akan membentuk proporfinogen IX. Oksidasi terhadap proporfirinogen IX akan menghasilkan
proporfirin IX yang belum
memiliki Mg. setelah protoporfirin IX bergabung dengan Mg terbentuklah Mg protoporfirin IX. Penambahan gugus metil pada Mg Protoporfirin IX dengan bantuan Mg Protoporfirin esterase akan membentuk Mg porfirin IX monometil ester. Selanjutnya adalah perubahan Mg porfirin IX monometil ester menjadi proklorofilide (Bonner and Varner, 1965; Devlin 1975; Krogman, 1979). Perubahan
protoclorofilideae
menjadi
klorofil
a
terjadi
melalui
terbentuknya protoclorofilde holocrome yang berikatan dengan protein mengikat ion
2H+. dua ion tersebut disumbangkan pada cincin keempat sehingga
terbentuklah protoklorofilie a holocrome, yang selanjutnya dapat berubah menjadi klorfil a dengan melepaskan holocrome bersama apoprotein (Mohr &schopfer, 1995). Dari klorofil a dengan bantuan enzim klorofilase yang mengkatalisis esterifikasi senyawa fitol akan terbentuklah klorofil a. Sementara itu homogenat daun, sediaan tilakoid dan daun yang dilindungi dari cahaya dapat mengubah klorofil a menjadi klorofil b. Oleh karena itu klorofil a dapat menjadi prazat klorofil b (Gambar 9, Robinson, 1995). Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa klorofil a berhubungan positif dengan klorofil b dan klorofil total daun serta berhubungan positif bobot segar tanaman cabai. Ini berarti peningkatan klorofil a akan meningkatkan klorofil b,
150
klorofil total daun serta bobot segar tanaman. Hal ini dapat dipahami karena klorofil a merupakan prazat bagi klorofil b, sementara itu. klorofil
a dan b
merupakan komponen penyusun klorofil total daun, dan sekaligus bagian dari bobot segar tanaman.
Gambar 9 Proses Pembentukan Klorofil dengan Bahan Dasar Asam Glutamat
C. Kandungan N daun Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kandungan nitrogen daun dua varietas cabai (Tabel 7). Hasil penelitian ini sekaligus menguatkan temuan penelitian
151
sebelumnya yang menyatakan kombinasi pupuk urea dan organik tidak berpengaruh terhadap kandungan nitrogen dan klorofil
Rumput Hermada
(Supriadi dan Soeharsono, 2005). Hal ini mungkin disebabkan karena pada semua kombinasi perlakuan, kebutuhan minimum nitrogen tanaman sudah terpenuhi. pemupukan
Jadi,
walaupun
cukup tinggi
kandungan
nitrogen
tetapi tumbuhan
yang
diberikan
melalui
hanya menyerap dalam jumlah
tertentu sesuai kebutuhan tanaman. Tabel 10 : Kandungan Nitrogen Daun Dua Varietas Cabai Rerata P1 P2 P3 P4 Keterangan Kandungan Nitrogen
3,64 a
3,46 a
3,85 a
4,12 a
Fantastic
3,92 b 4,23 b 4,27 b 4,25 b Sakti Keterangan : Angka yang bernotasi sama pada baris yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut Uji DMRT pada P = 0,05 Keterangan P1 : Kontrol P2 : Pupuk Kandang (2 kg/tnm) P3 : Pupuk Kandang (1 Kg/tnm) + Pupuk Kimia (ZA : KCl : SP-36= 2 : 1 : 1) + kocor NPK Mutiara P4 : Pupuk Kandang (1 Kg/tnm) + Pupuk Kimia (KCl : SP-36= 1 : 1) ditambah POC Bathari Sri
Sekalipun kandungan nitrogen daun pada berbagai perlakuan pemupukan tidak sigifikan, namun terdapat kecenderungan bahwa perlakuan pemupukan mampu meningkatkan kandungan nitrogen daun (tabel 10) Adanya kecenderungan peningkatan kandungan nitrogen daun merupakan cerminan meningkatnya nitrogen yang dapat diserap oleh tanaman. Adanya kombinasi
pemberian
pupuk
ZA,
NPK
mutiara,
dan
pupuk
organik
menyebabkan peningkatan kandungan nitrogen daun tumbuhan. Nitrogen yang tersedia
di dalam tanah
yang dapat diserap
akar
tanaman ialah dalam bentuk ion-ion nitrat dan amonium. Kedua bentuk N ini diperoleh sebagai hasil dekomposisi bahan organik. Nitrat yang diabsorbsi akar menuju ke atas bagian tanaman
akibat proses transpirasi ke bagian daun.
Dengan demikian asimilasi nitrat pada tanaman tingkat tinggi, umumnya terjadi
152
pada daun. Langkah pertama adalah reduksi nitrat menjadi amonia. Langkah kedua, terjadi reaksi nitrit menjadi nitrat yang terjadi pada hijau daun yaitu di dalam kloroplast. Sedangkan asimilasi amonia pada sebagian besar tanaman menjadi asam glutamat. Asam glutamat berfungsi sebagai bahan dasar dalam biosintesis asam amino dan asam nukleat (Harborne, 1987; Nyakpa, 1988). Kecenderungan
peningkatan
kandungan
nitrogen
tanaman
dapat
berpengaruh terhadap fotosintesis baik lewat kandungan klorofil maupun enzim fotosintetik. Jika Kandungan nitrogen daun
meningkat maka fotosintat akan
meningkat, sebaliknya jika kandungan nitrogen daun rendah maka fotosintat yang terbentuk juga rendah. Hal itu karena unsur nitrogen akan meningkatkan warna hijau daun, mendorong pertumbuhan batang dan daun (Marschner, 1986). Nitrogen erat kaitannya dengan sintesis klorofil (Sallisbury dan Ross, 1992) dan sintesis protein maupun enzim (Schaffer, 1996). Enzim (rubisco) berperan sebagai katalisator dalam fiksasi CO
2
yang dibutuhkan tanaman untuk
fotosintesis (Salisbury dan Ross, 1992 ; Schaffer, 1996). Sementara itu kandungan nitrogen daun cabai fantastic, perlakuan pupuk kandang (1 kg/tanaman) + pupuk kimia (SP-36 : KCl = 1 :1) + Kocor Pupuk Organik Cair Bathari Sri sebesar 4,12 %; diikuti penggunaan pupuk kandang + pupuk kimia (ZA, SP-36, KCl = 2 : 1 : 1) + kocor NPK Mutiara (3,85 %), diikuti kelompok kontrol (3,64 %) dan
terendah
pemberian pupuk kandang (2
kg/tanaman) sebesar 3,46 % (tabel 10)
153
Kandungan Klorofil N Daun Cabai (%l)
4.27
4.23
5 3.92 4
4.25
4.12
3.85 3.64
Sakti
3.46
Fantastic
4 3 3 2
P1 : Kontrol P2 : Pupuk Kandang (2kg/tnm) P3 : Pupuk Kandang (1Kg/tnm) + Pupuk Kimia (ZA : KCl : Sp-36= 2 : 1 : 1) + kocor NPK Mutiara P4 : Pupuk Kandang + Pupuk Kimia (KCl : Sp-36= 1 : 1) + kocor POC Bathari Sri
`
2 1 1 0 P1
P2
P3
P4
Perlakuan
Gambar 10 : Kandungan Nitrogen Daun Dua varietas Cabai
Lebih rendahnya kandungan N daun dalam perlakuan pupuk kandang dibanding kelompok kontrol pada cabai fantastic (gambar 10), dapat disebabkan karena unsur hara pada perlakuan pupuk kandang belum dapat diserap secara optimal oleh tanaman cabai. Hal ini terkait dengan sifat pupuk organik yang memasok
berbagai
macam
hara
terutama
berupa
senyawa
berkonsentrasi rendah yang tidak mudah larut (Nuryani dan Sutanto,
organik 2002).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Salim (2006) yang menyatakan bahwa jenis pengelolaan tanah dan takaran pupuk organik tidak dapat meningkatkan N total, K-dd dan serapan N daun.
154
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN
Pelakuan berbagai macam pemupukan a. berpengaruh terhadap biomassa dan klorofil a cabai fantastic, dan tidak berpengaruh
terhadap kandungan klorofil b, total klorofil dan N daun
tanaman cabai fantastic b. berpengaruh terhadap bobot segar tanaman, kandungan klorofil a dan total klorofil cabai sakti dan tidak berpengaruh terhadap bobot kering, bobot buah segar, kandungan klorofil b dan Nitrogen Daun Cabai Sakti
B. SARAN 1. Untuk
meningkatkan
bobot
segar
buah
cabai,
petani
dapat
menggunakan formulasi baru, yang mengkombinasikan pupuk kandang (1 kg/tanaman) + pupuk kimia (SP-36 : KCl = 1 : 1) + kocor POC Bathari Sri 2. Perlu diujicobakan perlakuan pemupukan dengan formulasi yang sama, namun
dengan cara memberikan
pupuk
kandang
langsung pada
tanaman cabai tidak perlu dicampur pada seluruh bedeng/areal yang ditanami tanaman cabai.
155
3. Penelitian ini dapat dilanjutkan untuk mengetahui pengaruh berbagai macam perlakuan pemupukan
terhadap
kadar vitamin C dan kadar
capcicin cabai besar varietas sakti dan fantastic ataupun jenis cabai yang lainnya, sehingga keefektifan formulasi pupuk yang dipergunakan lebih teruji di dalam budidaya tanaman cabai. 4. Hasil penelitian ini perlu diujicobakan untuk jenis tanaman cabai varietas yang lain kebutuhan
dan tanaman budidaya lainnya dengan tanaman
budidaya
memperhitungkan
yang dipergunakan sehingga akan
banyak ditemukan formulasi-formulasi baru
yang memadukan pupuk
kimia dan pupuk organik sesuai dengan kebutuhan tanaman budidaya. 5. Mengingat kondisi akhir tanaman cabai kelompok control sudah tidak berbuah dan daunnya sebagian besar sudah berwarna kuning, sementara itu untuk kelompok perlakuan yang lain masih menunjukkan kondisi yang lebih hijau dan masih terdapat buah, maka penelitian ini dapat dilanjutkan untuk mengetahui efek biologi maupun produksi cabai pada kelompok perlakuan pemupukan. 6. Hasil penelitian ini dapat dikembangkan untuk meneliti berbagai organisme
yang ada di dalamnya dengan melibatkan
disiplin ilmu
mikrobiologi, ekologi, fisiologi pembungaan dan penyerbukan serta berbagai kajian biokimianya.
DAFTAR PUSTAKA
Adin. 2004. Populasi total bakteri, derajat infeksi akar, serapan N dan hasil tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) pada Ultisols yang
156
dipengaruhi oleh aplikasi mikoriza dan pupuk organik. J. Agrikultura. 15 (2): 73-79 Anggarwulan, E., Santosa. 2000. Fotosintesis dan Pertumbuhan Ottelia alismoides (L.) Pers. Pada Tinggi Genangan dan Kadar NPK Berbeda. BioSMART (2) 2 : 43-48 Allabi. 2006. Effect of Fertilizer Phosphorus and Poultry Droppings Treatments on Growth and Nutrient Components of Pepper (Capsicum annum L) African Journal of Biotechnology Vol. 5 (8) pp. 671-677 Apriyantono, A. 2006. Surat Keputusan Menteri Pertanian No.363/Kpts/SR.120/5/2006. tentang Pelepasan Cabai Besar Hibrida Fantastic Sebagai Varietas Unggul
Jakarta : Departemen Pertanian ………………………. Surat Keputusan Menteri Pertanian No.366/Kpts/SR.120/5/2006. tentang Pelepasan Cabai Keriting Sakti Sebagai Varietas Unggul. Jakarta : Departemen Pertanian Bonner,J. &J.C. Varner.1965. Plant Biochemistry.Academic Press New York Curtis.D.F.& O.G. Clark.1950. Introduction to Plant Physiology.Mc. Graw Hill Book company inc. New York Chellemi . 2002. Effect of Organic Fertilizer Applications on Growth Yield and Pests ot Vegetable Crops. Proceedings of Florida State Horticultural Society. Lazarovits: george – Agriculture Canada Devlin,R.M. 1975. Plant Physiology.Third Edition. D. Van Nastrand Company Newyork Djukri dan Purwoko.2003. Pengaruh Naungan Paranet terhadap Sifat Toleransi Tanaman Talas (Colocasia esculenta (L.) Schott). Jurnal Ilmu
Pertanian, Vol. 10 (2) Dwijoseputro, G. 1994. Pengantar fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Diver, S. 2002. Compost teas for plant disease control. Available on line at http//:www.attra.ncat.org. Diakses tanggal 10 Juli 2003 Engelstad. 1985. Teknologi dan Penggunaan Pupuk (Edisi terjemahan GH Goenadi) Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Gardner dkk. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit UI –Press Guertal, E. A. 2000. Preplant Slow Release Nitrogen Fertilizers Produce Similar Bell Pepper Yields as Split Applications of Soluble Fertilizers. Agronomy Journal 92 : 388-393
157
Gaspersz V. 1994. Metode Perancangan Percobaan CV Armico : Bandung Gomez KA, Gomez AA. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Edisi Kedua. (Diterjemahkan oleh Endang Sjamsuddin dan Yustika S Baharsjah). Universitas Indonesia Press. Jakarta. Haryantini, B. A., Santoso, M. 2001. Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah (Capsicum annuum) Pada Andisol yang diberi Mikoriza, Pupuk Fosfor, dan Zat Pengatur Tumbuh. Biosain (1) 3 : 50-56 Hanafiah K.A. 2005. Rancangan Percobaan. Rajagrafindo Persada: Jakarta Harborne J.B.1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. Penerbit ITB Bandung Hartman H.T.W. J Floker & A.M.Kofranek.1976. Plant Science Growth Development and Cultivated Plant.Prentice hall.Inc.London Hidema J, Makino A, Kurita Y, Mae T, Ohjima K. 1992. Changes in the Level of Chlorophyll and Light-harvesting Chlorophyll a/b Protein PS II in Rice Leaves Agent Under Different Irradiances from Full Expansion Through Senescense. Plant Cell Physiol 33(8): 1209-1214. Jurnal
http://library.gunadarma.ac.id/go.php?id=jiptumm-gdl-sl-2002-santi-5832cabai&width=400
Kononova, M.M. 1999. Soil Organic Matter, Its Role in Soil Formation and Soil Fertility. Vergamon Press, Oxford, London.380 Krogman,D.W., 1979. The Biocemistry of Green Plant.Prentice Hall of India Private.Limited New Delhi. Kusumainderawati dkk. 2003. Pengaruh Pupuk NPK Phonska terhadap Pertumbuhan dan Hasil Cabai Besar. BPTP Jawa Timur : Malang Kusumainderawati dkk. 1997. Pengkajian Paket Teknologi Budidaya dalam Usaha Tani Cabai Merah Tanam di Luar Musim. Pros. Hasil Penelitian. Hal. 216-299 Lingga, P., Marsono. 2002. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar Swadaya. Loveless, A. R. 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk daerah Tropik. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Lehninger.1991. Dasar-dasar Biokimia 2. Jakarta
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Marschner, H. 1986. Mineral Nutrition of Higher Plants. London: Academic Press Inc.
158
Mitchel.1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. Penerbit UI Press Jakarta. Mohr H, & Schopfer P. 1995. Plant Physiology. Translated by Gudrun and D.W. Lawlor. Springer. MULYADI, S. ADININGSIH dan J. PURNOMO. 1999.Alternatif Pemupukan pada Tanah Inceptisol di Lereng Gunung Merapi untuk Peningkatan Hasil Cabe Varietas Hot Chilli. Prosiding Seminar Rekayasa Sistem Usaha Tani Konservasi. BPTP yogyakarta . Musofie, A. 2000. Peranan Sapi Potong Dalam Sistem Usaha Pertanian Organik. Pros. Lokakarya Sistem Integrasi Padi-Ternak.BPTP Yogyakarta. Nonnecke.I.L. 1989. Vegetable Production. Van nostrand Reinhold.New Cork Nyakpa dkk. 1988, Kesuburan Tanah. Penerbit Universitas Lampung Nuryani dan Sutanto. 2002. Pengaruh Sampah Kota terhadap Hasil dan Tahanan Hara Lombok. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. Vol. 3(1):24-28. Nyakpa dkk. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung Odum, E.P. 1983. Basic Ecology. University of Georgia : Philadelpia
Price C.A., H.E. Clark and E.A. Funkhouser. 1972. Function of Micronutrients in Plants. Dalam Mortvedt dkk., Micronutrients in Agriculture. SSSA Inc. Madison. Pracaya. 2000. Bertanam Lombok. Penerbit Kanisius : Yogyakarta Prajnata F. 1995. Agribisnis Cabai Hibrida. PT Penebar Swadaya. Jakarta Prihmantoro, H. 1996. Memupuk Tanaman Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta Prajnata F. 1995. Agribisnis Cabai Hibrida. PT Penebar Swadaya. Jakarta Prathista. A. 2004. Aplikasi SPSS 10.05 dalam Statistik dan Percobaan. Alfabeta. Bandung
Rancangan
Rahayu, H. 2002. Pengaruh Penambahan Dosis Bahan Organik dan Dolomit Terhadap Ketersediaan dan Serapan P dengan Indikator Tanaman Kacang Tanah [Arachis hypogaea L. (Merr)] Pada Tanah Latosol. Sains Tanah 2 (1) 25-34
159
Rauf A., 1995. Konstribusi Limbah Ternak dalam Agribisnis Cabai di Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmiah Penelitian Ternak Gowa. Edisi Khusus. Sub Balai Penelitian Ternak Gowa. Reeves, DW. 1997. The role of soil organic matter in maintaining soil quality in continuous cropping systems. Soil Till. Res. 43:131-167 Rinsema, W. T. 1986. Pupuk dan Cara Pemupukan (diterjemahkan oleh H. M Saleh). Penerbit Bharata Karya Aksara. Jakarta Rosmarkam, A., Yuwono, N. W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah Penerbit Kanisius. Yogyakarta Rukmana, R. 1994. Budidaya Cabai Hibrida Sistem Mulsa Plastik. Penerbit Kanisius. Yogyakarta Salim A. 2006. Pengaruh Pengelolaan Tanah dan Takaran pupuk Organik terhadap Sifat Nimia Tanah, Serapan N daun dan hHasil Tanaman teh pada Andisols. Jurnal Vol. 9 Nomor 1-2, periode Januari – Agustus 2006 Salisbury, F., & C. W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1, 2 dan (diterjemahkan oleh Diah R. Lukman). ITB. Bandung
3
Sadewa.2008. Kajian Morfologis dan Fisiologis pertumbuhan Fase Vegetatif Tiga Varietas Cabai Merah Besar (Capsicum annum L) Akibat Pemberian Jenis Pupuk. Digilibunej. F Pertanian. Universitas Jember
[email protected]
Schaffer AA. 1996. Photoassimilate Distribution in Plant and Crops. New York. Marcel Dekker, Inc. Simarmata, T. 1999. Aplikasi pupuk organik cair super bionik untuk meningkatkan efisiensi pemupukan dan produksi lahan menuju pertanian berkelanjutan (Suistanable Agriculture). Makalah dan Bahan Pelatihan Tenaga Lapangan PT. Foreverindo Insan Abadi. Simarmata dkk. 2005.Aplikasi Ekstrak Organik Untuk Meningkatkan Efisiensi Pupuk Kandang Ayam Pada Inceptisols Dengan Indikator Hasil Tanaman Tomat Agrikultura Vol. 16 (2 ) Agustus 2005 Setiadi. 1993. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta: Suntoro, 2002. Pengaruh Penambahan Bahan Organik, Dolomit dan KCL terhadap Kadar Klorofil dan Dampaknya pada Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.). BioSMART 4 (2): 36-40 Santi (2002). Pengaruh Pemberian Magnesium dan Eksrak terhadap Pertrumbuhan dan Hasil Tanaman
Kotoran Sapi Cabai besar
160
(Capsicum annuum L.). JIPTUMM. Universitas Muhammadiyah Malang Samadi, B. 2004, Budi Daya Cabai Merah Secara Komersial. Yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta. Setiadi, 1990. Bertanam Cabe. P.T Panebar Swadaya, Jakarta. Subagyo, H. 1970. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. Soeroengan. Jakarta Sutejo MM.2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta . Jakarta Sunaryo dan Suryono, Pengaruh Dosis Pupuk Dolomit Dan SP -36 Terhadap Jumlah Bintil Akar dan Hasil Tanaman Kacang Tanah di Tanah Latosol. Supriadi dan Soeharsono. 2005. Kombinasi Pupuk Urea dengan Pupuk Organik pada Tanah Inceptisol terhadap Respon Fisiologis Rumput Hermada (Shorgum bicolor). Makalah Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta, Jl. Rajawali No. 28 Demangan Baru, Yogyakarta Taiz L and Zeiger E. 1991. Plant Physiology. Tokyo. The Benyamin/Cumming Publishing Company Inc. Tjitrosoepomo, G. 2000. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gadjah Mada University Press . Yogyakarta Tisdale, S.L., W.L. Nelson and J.D. Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizer. The Macmillan Publishing Co. New York. Tandisau P. dan M. Sariubang. 1995. Pupuk Kandang dan Hubungannya dengan Kesuburan Tanah dan Produksi Kapas. Jurnal Ilmiah Penelitian Ternak Gowa. Edisi Khusus. Sub Balai Penelitian Ternak Gowa.
Williams, C.N., J.O. Uzo, dan W.T.H. Peregrine. 1993. Produksi Sayuran di Daerah Tropika. Gajah Mada University Press. Yogyakarta WWW.DAMANDIRI.OR.ID . 2008
www. hortikulturadeptan. go. Id. 2008
161