Prosiding Seminar Nasional Biologi: Inovasi Biologi dan Pembelajaran Biologi untuk Membangun Karakter Bangsa, Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI
1-2 juli 2011 ISBN 978-602-95207-1-2
BIOLIQUEFAKSI LIGNIT HASIL INTERAKSI MIKROBA INDIGENOS DENGAN Trichoderma asperellum Irawan Sugoro1,4 Sandra Hermanto2 Dwiwahju Sasongko3, Dea Indriani Astuti4 Pingkan Aditiawati4 Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi – BATAN1 Prodi Kimia FST – UIN Syarif Hidayatullah2 Dept. Teknik Kimia – FTI ITB3 Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati – ITB4
[email protected] ABSTRAK Bioliquefaksi batubara adalah proses untuk mengubah batubara padat menjadi bahan bakar cair dengan bantuan mikroorganisme. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui interaksi kapang Trichoderma asperellum dengan mikroba indigenos batubara dalam bioliquefaksi lignit. Metode yang digunakan adalah submerged culture dengan perlakuan terdiri dari A (lignit mentah + T.asperellum) dan B (lignit steril + T.asperellum). Parameter yang diukur adalah kolonisasi, pH dan produk bioliquefaksi berdasarkan nilai absorbansi pada 250nm dan 450nm serta analisis GC-MS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapang T. asperellum dapat tumbuh dengan baik dalam medium batubara lignit mentah (A) maupun kontrol (B) dan pH medium mengalami penurunan setelah inkubasi. Tingkat bioliquefaksi perlakuan A, berdasarkan nilai absorbansi supernatan pada λ250nm dan λ450nm lebih tinggi dibandingkan B selama waktu inkubasi. Analisis GC-MS memperlihatkan adanya perbedaan produk bioliquefaksi antara perlakuan A dan B. Jumlah senyawa yang terdeteksi pada perlakuan A sebanyak 35 buah dan 4 senyawa utama yang mendominasi adalah 2,6-di-tertbutil-4-[(2-oktadesiloksikarbonil)etil]fenol, dibutilphtalat, naftalen dan bis(2-etilheksil) phthalat, sedangkan pada perlakuan B hanya terdeteksi 4 senyawa, yaitu 2,6-di-tert-butil-4[(2-oktadesiloksikarbonil)etil]fenol, isobutilphthalat, bis-(2-etilheksil)phthalat dan n-tetrakosan. Berdasarkan hasil di atas, bahwa terjadi konsorsium antara mikroba indigenos dengan T. asperellum dan memiliki potensi untuk digunakan dalam meningkatkan bioliquefaksi lignit. Kata kunci: Bioliquefaksi, lignit, interaksi, Trichoderma asperellum, GC-MS. ABSTRACT Bioliquefaction of coal is a potential technology of converting solid coal to liquid fuel by microorganism. The objective of this research was to know the interaction between Trichoderma asperellum and indigenous microbial on lignite bioliquefaction. The method used was sub-merged culture and the treatments were A (raw lignite + T.asperellum) and B (sterilized lignite + T.asperellum). The parameters observed were colonization and bioliquefaction product based on absorbance value at 250nm and 450nm and GC/MS analysis for the best treatment. The result showed that T. asperellum could growth well at raw lignite (A) or controll (B) and the medium of pH was decreased after incubation. The bioliquefaction rate of A has higher than B based on the absorbance value at 250nm and 450nm for incubation time. GC-MS analysis showed that the bioliquefaction of A and B have different product. The number of compound which has detected was 35 and 4 main compound i.e. 2,6-di-tert-butyl4-[(2-octadesiloksicarbonil)etil]phenol, dibutilphtalate, naftalene dan bis(2-ethylhexyl) phthalate for A treatment, but only 4 compounds, i.e. 2,6-di-tert-butil-4-[(2oktadesiloksikarbonil)etil]phenol, isobutilphthalat, bis-(2-etilheksil)phthalat dan n-tetrakosan 334
Prosiding Seminar Nasional Biologi: Inovasi Biologi dan Pembelajaran Biologi untuk Membangun Karakter Bangsa, Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI
1-2 juli 2011 ISBN 978-602-95207-1-2
for B treatment. Based on the result, the concortium between indigenous microbial and T. asperellum was occurred and has potency to increased bioliquefaction product. Key words : Bioliquefaction, lignite, interaction, Trichoderma asperellum, GC-MS.
PENDAHULUAN
dari
jenis
kalori
rendah
seperti
lignit
merupakan batubara yang kurang ekonomis Indonesia
cadangan
karena memiliki kadar air yang sangat tinggi
batubara sebesar 20,98 miliar ton atau
(di atas 30%) dan nilai kalor di bawah 5.000
0,5% dari total cadangan batubara terbukti
kcal/kg serta mengandung abu tinggi. Hal
di dunia. Cadangan batubara Indonesia
tersebut menyebabkan batubara dari jenis
didominasi oleh jenis lignit (kandungan
ini
kalori rendah) sebesar 59%, subbituminus
peningkatan
(kandungan kalori sedang) sebesar 27%,
digunakan, antara lain dengan teknologi
dan bituminus mencapai 14%, sedangkan
gasifikasi atau liquifaksi. Batubara lignit
antrasit kurang dari 0,5% (ESDM, 2010).
banyak digunakan untuk pembangkit tenaga
Ketersediaan
terutama
listrik dan panas sebesar 96,4%. Namun,
untuk
pembakaran lignit mengakibatkan polusi
batubara
memiliki
sumber
membuka
energi peluang
tidak
dimanfaatkan
dan
kualitasnya
untuk
yang
alternatif yang ramah lingkungan.
menghasilkan sulfur oksida (SOx), nitrogen
tahun
karena
diperkirakan
oksida (NOx), karbon dioksida (CO2) dan
batubara akan memegang peranan sebesar
logam berat (Xu dkk., 2000). Dampak yang
25 % dari total kebutuhan energi domestik.
tidak
Hal ini didukung oleh pemerintah melalui
pertimbangan yang harus dipikirkan dalam
Peraturan Presiden. No.5 Tahun 2006
pemakaian jenis batubara ini. Pembakaran
mengenai Kebijakan Energi Nasional (KEN),
batubara perlu dihindari dan menerapkan
dimana
alternatif
penggunaan
2010
berbahaya
dapat
mengembangkannya menjadi suatu energi Pada
cukup
diperlukan
batubara
akan
baik
untuk
lingkungan
pemanfaatannya
menjadi
merupakan
ditingkatkan menjadi 33% dan batubara
solusi aman penggunaan batubara sebagai
yang dicairkan sebesar 2 % pada tahun
sumber energi.
2025 untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi (ESDM, 2010).
Pada awalnya pencairan batubara dianggap menjadi alternatif pemanfaatan
Pemanfaatan batubara terutama di
batubara yang baik dimana menggunakan
Indonesia berasal dari jenis batubara kalori
metode kimia dan fisika yaitu proses
rendah dan sedang, sedangkan batubara
sintesis
kalori tinggi kebanyakan diekspor. Batubara
Brown Coal Liquefication Technology (BCL).
Fischer-Tropsch,
Bergius
dan 335
Prosiding Seminar Nasional Biologi: Inovasi Biologi dan Pembelajaran Biologi untuk Membangun Karakter Bangsa, Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI
Namun,
penerapan
1-2 juli 2011 ISBN 978-602-95207-1-2
metode
ini
yang dihasilkan berupa senyawa yang
membutuhkan
biaya
operasional
yang
setara dengan minyak bumi, tetapi masih
cukup
karena
dilakukan
dalam
dalam jumlah yang sangat kecil. Diperlukan
tinggi
temperatur dan tekanan yang tinggi serta
penelitian
memerlukan instalasi yang cukup rumit
interaksi kapang terseleksi dengan mikroba
(Yoshida, 2007). Alternatif lainnya adalah
indigenos batubara seperti bakteri, khamir
pencairan batubara dengan memanfaatkan
atau kapang lainnya. Diharapkan akan
mikroba
terbentuk
atau
yang
dikenal
dengan
bioliquefaksi.
lanjutan
untuk
mengetahui
konsorsium
yang
menguntungkan. Hal ini penting karena
Bioliquefaksi
proses
kompleksitas dan heterogenitas senyawa
mengubah padatan batubara menjadi fase
penyusun batubara. Satu jenis mikroba
cair
mempunyai
dengan
adalah
bantuan
mikroba,
seperti
kemampuan
bakteri dan jamur (Faison dkk., 1989).
terbatas,
Bioliquefaksi memiliki beberapa kelebihan
batubara
diantaranya produk yang dihasilkan tidak
dilakukan oleh satu jenis (Brenner dkk.,
menghasilkan SOx dan NOx selama proses
2007).
pembakaran
dengan
(Fakoussa,
1999).
sehingga
metabolisme
proses
kemungkinan
Hal
tersebut
bioliquefaksi tidak
dapat
melakukan
dapat
dibuktikan
penelitian
Bioliquefaksi batubara sangat ditentukan
membandingkan
oleh agen biologi, jenis batubara dan
mentah dan batubara steril dalam proses
kondisi
bioliquefaksi.
lingkungan.
kompleksitas disetiap
Struktur
batubara
yang
sedangkan
mikroba mikroba
Batubara
batubara
lignit
mentah
berbeda
mengandung mikroba berupa Prokariota
mempengaruhi
dan Eukariota (fungi). Disamping itu, bila
pengsolubilisasi,
aplikasi dilakukan dalam kondisi tidak steril
daerah
pertumbuhan
dan
penggunaan
yang
berperan
sebagai
maka akan menghemat biaya operasional.
katalis atau penghasil enzim dalam proses
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
bioliquefaksi (Wise, 1999). Sejumlah strain
mengetahui interaksi kapang Trichoderma
jamur dan bakteri filamentous diketahui
asperellum
mampu
batubara
berinteraksi
dengan
batubara
dengan dalam
mikroba
indigenos
bioliquefaksi
lignit.
kualitas rendah dengan proses ekstraselular
Diharapkan jika produk yang dihasilkan
(Faison dkk., 1989).
dalam proses ini terutama pada batubara
Hasil
isolasi
pada
yang mentah tanpa melalui proses sterilisasi
penelitian sebelumnya telah diperoleh isolat
(autoklaf) sebanding atau lebih baik dari
kapang
produk dengan batubara steril hal ini akan
Trichoderma
berpotensi
sebagai
dan
seleksi
asperellum. agen
yang
bioliquefaksi
menjadi
suatu
gagasan
baru
dalam
batubara lignit (Sugoro dkk., 2011). Produk 336
Prosiding Seminar Nasional Biologi: Inovasi Biologi dan Pembelajaran Biologi untuk Membangun Karakter Bangsa, Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI
penerapan
teknologi
bioliquefaksi
yang
lebih ekonomis.
1-2 juli 2011 ISBN 978-602-95207-1-2
agitasi 120 rpm, pada suhu ruang selama 28
hari.
Pencuplikan
sampel
kultur
dilakukan pada hari ke-0, 2, 7, 14, 21, dan METODE PENELITIAN
28.
Parameter
yang
diukur
adalah
kolonisasi, pH dan produk bioliquefaksi Alat dan Bahan
berdasarkan nilai absorbansi pada 250nm
Alat - alat utama yang digunakan
dan 450nm serta analisis GC-MS.
adalah kromatografi gas - Spektrometer massa
(GC-MS)
Laminar
Air
Shimadzu
Flow
Spektrofotometer
QP
Cabinet
UV-VIS
2010,
Analisis data
(LAFC),
Data penelitian ini dianalisis secara
Spectronic
visual dalam bentuk kurva menggunakan
Genesys 2, mikroskop berkamera Nikon, pH
program Excel 2007.
meter, dan saringan berukuran 100 mesh. Bahan – bahan yang digunakan adalah
HASIL DAN PEMBAHASAN
batubara jenis lignit dengan ukuran 100 mesh yang berasal dari Sumatera Selatan,
Media kultur perlakuan yang diuji
Minimal Salt Solution (MSS/ 1 g (NH4)2SO4,
dalam proses bioliquefaksi menunjukkan
0,52 g Mg(SO4).7H2O, 5 g KH2PO4, 0,005 g
terjadinya perubahan pH selama inkubasi
FeSO4, 0,003 g ZnSO4.7H2O dan 0,003 g
hingga hari ke-28 (Gambar 1). pH medium
MnCl2
perlakuan A (lignit mentah + T. asperellum)
lalu
ditambah
akuades
hingga
volumenya mencapai 1000 ml ), sukrosa,
memiliki
ekstrak ragi, dan kultur spora isolat kapang
dibandingkan dengan B (lignit steril + T.
Trichoderma asperellum. Komposisi media
asperellum). Hal tersebut disebabkan pada
penelitian adalah A (MSS + sukrosa 0,1% +
medium perlakuan A dipengaruhi
oleh
ekstrak ragi 0,01% + lignit mentah 5% ) dan
keberadaan
yang
B (MSS + sukrosa 0,1% + ekstrak ragi
berinteraksi dengan T. asperellum.
0,01% + lignit steril).
nilai
pH
yang
mikroba
lebih
indigenos
rendah
Nilai pH awal medium kultur perlakuan A, yaitu 3,97 lebih rendah dibandingkan B,
Bioliquefaksi Batubara Penelitian
ini
yaitu 3,98. Diduga penambahan inokulum
dilakukan
dua
kali
spora berperan secara langsung untuk
pengulangan (duplo). Media A dan B
menciptakan
ditambahkan
T.
dibandingkan pada media kultur tanpa
asperellum sebanyak 10% (10 sel/ml v/v).
inokulum spora. Selanjutnya pH kedua
Kemudian
perlakuan
perlakuan mengalami penurunan hingga ke-
diinkubasi di atas shaking inkubator dengan
2 dan kembali naik hingga hari ke-7.
kultur
inokulum
spora
6
semua
kultur
kondisi
yang
lebih
asam
337
Prosiding Seminar Nasional Biologi: Inovasi Biologi dan Pembelajaran Biologi untuk Membangun Karakter Bangsa, Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI
Kondisi
yang
sama
terulang
kembali
setelahnya, dimana penurunan pH terjadi
1-2 juli 2011 ISBN 978-602-95207-1-2
hingga hari ke-21 dan kembali naik hingga hari ke-28.
4 3.9 pH
3.8 3.7
A
3.6
B
3.5 0
7
14
21
28
Waktu (hari)
Gambar 1. pH medium perlakuan A (lignit mentah + T.asperellum) dan B (lignit steril + T.asperellum).
Keadaan tersebut menunjukkan telah
lanjut menjadi asam karboksilat. Keton juga
terjadinya aktifitas metabolisme di dalam
bersifat asam karena terbentuk dari oksidasi
media yang dilakukan baik oleh mikroba
alkohol sekunder. Keberadaan senyawa
indigenos
kapang
asam organik terkait erat dengan aktivitas
Trichoderma sp. bahkan kolaborasi diantara
degradasi kapang yang melibatkan enzim
keduanya. Penurunan pH dapat disebabkan
diantaranya
oleh pembentukkan asam-asam organik
oksidase, dan mangan peroksidase (Sugoro
berupa asam karboksilat, asam fulvat yang
dkk., 2011).
maupun
oleh
merupakan senyawa humat yang terdapat
lignin
peroksidase,
fenol
Peningkatan nilai pH kemungkinan
dalam batubara (Arianto dkk., 2005) dan
disebabkan
terjadinya
pelarutan
ammonia hasil penguraian senyawa piridin
sulfur ke dalam media cair dalam bentuk ion
dalam batubara yang larut dalam media dan
sulfat
desulfurisasi
(SO42-)
yaitu
terbentuknya
senyawa
sehingga terbentuk asam
bereaksi dengan air membentuk ammonium
sulfat (Hammel, 1996). Keasaman media
hidroksida (NH4OH) yang bersifat basa
juga disebabkan dalam proses bioliquefaksi
lemah (Ying dkk., 2010). Nilai pH yang
batubara terbentuknya produk berupa fenol,
meningkat
aldehid dan gugus keton (Shi dkk., 2009).
lisisnya sel di dalam media kultur akibat
Fenol
yang
mulai terbentuknya zat sisa metabolit yang
mengandung gugus benzena dan hidroksi,
bersifat racun untuk sel. Sel yang mati di
bersifat asam dan mudah dioksidasi lebih
dalam
merupakan
senyawa
juga
media,
mungkin
kemudian
disebabkan
terdeaminasi 338
Prosiding Seminar Nasional Biologi: Inovasi Biologi dan Pembelajaran Biologi untuk Membangun Karakter Bangsa, Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI
1-2 juli 2011 ISBN 978-602-95207-1-2
kembali sebagai sumber nitrogen untuk
berdasarkan
metabolisme mikroba yang masih bertahan
terbentuk dengan mengukur absorbansi
sehingga terjadi efek buffering (Kirk, 1993).
pada panjang gelombang 250 dan 450 nm
Keberadaan
senyawa
menggunakan
ammonium
dapat
hidrofisilitas
sehingga
bercampur
dengan
alkali
seperti
meningkatkan batubara air
dan
dapat
panjang
media
mengukur
spektrofotometer
yang
UV-Vis
gelombang adanya
250
nm
senyawa
untuk fenolik
sedangkan panjang gelombang 450 nm
Tingkat bioliquefaksi pada masingmedia
kromofor
(Gambar 2). Pengukuran absorbansi pada
(Fakoussa dan Hofrichter, 1998).
masing
gugus
perlakuan
untuk mengukur adanya senyawa aromatik
diamati
terkonjugasi
(Selvi
dkk.,
2009).
1 0.8 A250nm
0.6 0.4
A
0.2
B
0 0
7
14
21
28
Waktu (hari) 0.2 0.15 A450nm
0.1 A 0.05
B
0 0
7
14
21
28
Waktu (hari)
Gambar 2. Nilai absorbansi medium perlakuan A (lignit mentah + T.asperellum) dan B (lignit steril + T.asperellum).
Pengukuran dengan
panjang
menunjukkan
hasil
bioliquefaksi
gelombang
bahwa
nilai
250
0,528.
Meningkatnya
nilai
absorbansi
nm
diduga telah terjadinya proses bioliquefaksi
absorbansi
batubara lignit padat yang diurai menjadi
tertinggi terjadi pada hari kedua inkubasi
batubara
terlarut.
untuk perlakuan A dan B, yaitu 0,876 dan
mengandung
Batubara
senyawa
fenol
terlarut yang 339
Prosiding Seminar Nasional Biologi: Inovasi Biologi dan Pembelajaran Biologi untuk Membangun Karakter Bangsa, Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI
1-2 juli 2011 ISBN 978-602-95207-1-2
merupakan hasil penguraian senyawa lignin
Trichoderma sp. Nilai absorbansi pada hari
penyusun
Senyawa
inkubasi selanjutnya, hampir semua media
lignin diuraikan oleh adanya aktivitas enzim
perlakuan menunjukkan penurunan hingga
lignin
hari ke-28 inkubasi..
terbesar
batubara.
peroksidase
mengoksidasi (Hammel,
unit
yang non
1996).
mampu
fenolik
Penurunan
nilai
absorbansi
pada
senyawa
panjang gelombang 450 nm, disebabkan
fenol didukung pula dengan kondisi pH
senyawa humat yang terlarut didegradasi
yang menurun pada hari inkubasi ke-2.
lebih lanjut menjadi senyawa turunannya
Senyawa fenol merupakan senyawa yang
berupa asam fulvat melalui penguraian
mengandung gugus benzen dan hidroksi
ikatan konjugasi pada senyawa aromatik.
yang bersifat asam dan mudah dioksidasi.
Senyawa
Nilai
Keberadaan
lignin
yang
terbentuk
berangsur-angsur
didegradasi menjadi senyawa alifatik (Ralph
menurun pada hari inkubasi selanjutnya
dan Catcheside, 1994). Pendegradasian
meskipun ada pula sedikit kenaikan nilai
senyawa
absorbansi
penyusun
utama
didegradasi
menjadi senyawa naftalena
dianggap
absorbansi
aromatik
namun tidak
perubahan
signifikan,
tersebut
perubahan
aromatik
berupa
naftasena
senyawa
humat
tersebut disebabkan proses bioliquefaksi
(Zylstra dan Kim, 1997). Secara kualitatif
terus
terdapat perbedaan kekeruhan supernatan
berlangsung.
Dibuktikan
dengan
adanya fluktuasi pertumbuhan baik pada
selama
mikroba
kapang
umumnya berwarna kuning bening hingga
mengindikasikan
berwarna cokelat. Perbedaan warna ini
terjadi aktifitas bioliquefaksi. Diduga aktifitas
menunjukkan telah adanya batubara yang
mikroba
enzim
terlarut kemudian bercampur dengan media
lakase yang mampu mendegradasi unit
dan mengubah warna media menjadi lebih
fenolik (Perez dkk., 2002).
gelap (Cohen dkk.,1990).
indigenos
Trichoderma
sp.
maupun
yang
tersebut
menghasilkan
Pengukuran absorbansi pada panjang
masa
inkubasi.
Supernatan
Perbedaan tingkat bioliquefaksi pada
gelombang 450 nm menunjukkan nilai
kedua
tertinggi pada perlakuan A terjadi pada hari
keberadaan agen pengsolubilisasi yang
ke-7, yaitu 0,149, sedangkan perlakuan B
bervariasi.
terjadi pada hari ke-2 inkubasi, yaitu 0,171.
pengsolubilisasi
sangat
menentukan
Nilai
pembentukkan
maupun
penguraian
absorbansi
yang
tinggi
diduga
perlakuan
ini
disebabkan
Keberadaan
agen
disebabkan terjadinya pelepasan senyawa-
senyawa
senyawa seperti asam humat yang terdapat
metabolismenya. Kondisi batubara mentah
pada permukaan batubara oleh aktifitas
yang
mikroba
ditambah lagi induksi kapang Trichoderma
indigenos
maupun
kapang
pada
oleh
batubara oleh aktivitas
mengandung
mikroba
indigenos
340
Prosiding Seminar Nasional Biologi: Inovasi Biologi dan Pembelajaran Biologi untuk Membangun Karakter Bangsa, Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI
sp.
menunjukkan
tertinggi
aktifitas
dibandingkan
solubilisasi
hanya
mikroba
1-2 juli 2011 ISBN 978-602-95207-1-2
senyawa.
Senyawa
utama
yang
mendominasi pada perlakuan A adalah 2,6-
indigenos maupun kapang Trichoderma sp.
di-tert-butil-4-[(2-
saja. Diduga terdapat hubungan yang positif
oktadesiloksikarbonil)etil]fenol,
diantara
yang
dibutilphtalat, naftalen dan bis(2-etilheksil)
ditunjukkan pada nilai absorbansi panjang
phthalat, sedangkan pada perlakuan B,
gelombang 250 dan 450 nm.
yaitu
agen
Analisis
pengsolubilisasi
GC-MS
sampel
dengan
tertinggi,
yaitu
dilakukan
tingkat
pada
2,6-di-tert-butil-4-[(2-
oktadesiloksikarbonil)etil]fenol,
bioliquefaksi
isobutilphthalat,
ke-7
untuk
dan n-tetrakosan. Biosolubilisasi batubara
perlakuan A dan hari ke-2 untuk perlakuan
lignit diharapkan menghasilkan produk yang
B. Analisis GC-MS memperlihatkan adanya
setara
perbedaan
Berdasarkan
pada
produk
hari
bioliquefaksi
antara
dengan
bis-(2-etilheksil)phthalat
bensin
American
Testing
Society
memiliki
potensi
(2009),
yang
mentah
sebagai solar (C10-C24) sebesar 64% dan
ditambahkan dengan kapang Trichoderma
bensin (C7-C11) sebesar 3%, sedangkan
sp.
perlakuan B hanya menunjukkan 25%.
terdeteksi
batubara
sebanyak
35
senyawa,
A
solar.
perlakuan A dan B (Gambar 3). Perlakuan A mengandung
perlakuan
dan
sedangkan perlakuan B hanya terdeteksi 4
Gambar 3. Kromatogram hasil bioliquefaksi perlakuan A (lignit mentah + T.asperellum) dan B (lignit steril + T.asperellum).
Meskipun seperti itu, sesuai dengan jumlah
senyawa
penggunaan proses
yang
batubara
biosolubilisasi
ditemukan
mentah
dalam
perlakuan
A
menunjukkan potensi produk setara dengan bensin dan solar lebih baik dibandingkan B. Hal tersebut disebabkan akibat adanya aktifitas dari kapang Trichoderma sp. yang 341
Prosiding Seminar Nasional Biologi: Inovasi Biologi dan Pembelajaran Biologi untuk Membangun Karakter Bangsa, Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI
diduga
memanfaatkan
hasil
bioliquefaksi perlakuan A, berdasarkan nilai
degradasi batubara sebagai sumber energi
absorbansi supernatan pada λ250nm dan
untuk kelangsungan hidupnya sehingga
λ450nm lebih tinggi dibandingkan B selama
produk
waktu
yang
terditeksi
senyawa
1-2 juli 2011 ISBN 978-602-95207-1-2
dihasilkan
lebih
dibandingkan
sedikit
inkubasi.
Analisis
GC-MS
kontrol.
memperlihatkan adanya perbedaan produk
baru
bioliquefaksi antara perlakuan A dan B.
dalam perlakuan B disebabkan oleh adanya
Jumlah senyawa yang terdeteksi pada
proses sterilisasi dengan suhu yang tinggi
perlakuan A sebanyak 35 buah dan 4
dan mengakibatkan teroksidasinya batubara
senyawa utama yang mendominasi adalah
selain itu proses agitasi pun ikut andil dalam
2,6-di-tert-butil-4-[(2-
penguraian struktur batubara. Wise (1990)
oktadesiloksikarbonil)etil]fenol,
menyatakan
agitasi
dibutilphtalat, naftalen dan bis(2-etilheksil)
mengakibatkan terurainya struktur batubara
phthalat, sedangkan pada perlakuan B
dan terlepasnya sulfur anorganik.Senyawa
hanya terdeteksi 4 senyawa, yaitu 2,6-di-
yang
tert-butil-4-[(2-
Terbentuknya
senyawa-senyawa
bahwa
terdeteksi
senyawa
proses
sebagian
dengan
rantai
besarberupa karbon
yang
oktadesiloksikarbonil)etil]fenol,
panjang. Diduga pengukuran biosolubilisasi
isobutilphthalat,
pada hari inkubasi hari ke-2
dan n-tetrakosan
dan ke-7
bis-(2-etilheksil)phthalat
menyebabkan senyawa penyusun batubara belum
terdegradasi
secara
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan pengukuran produk biosolubilisasi pada hari selanjutnya agar diperoleh senyawa yang setara dengan bensin dan solar. Akan tetapi, hasil yang diperoleh menunjukkan potensi dari konsorsium antara mikroba indigenos dengan T. asperellum dalam meningkatkan bioliquefaksi lignit.
American Testing Society. 2009. Coal. http://www.ats.org.
Diakses
pada
tanggal 5 Maret 2011 Pukul 16.00 WIB. Brenner, K. Lingchong, Y., and Frances, H.A.
2008.
Consortia
Engineering
:
a
New
Microbial
Frontier
in
Synthetic Biology. Cell Press. 483 – 490.
KESIMPULAN
Catcheside D. E., Mallett K J. 1991. Kapang T. asperellum dapat tumbuh dengan baik dalam medium batubara lignit mentah (A) yang mengandung mikroba indigenos maupun kontrol
(B). Tingkat
Solubilization of Australian lignites by fungi
and
other
microorganisms.
Energy &Fuels, 5(1): 141–145. Cohen
M
S,
Gabriele
P
D.
1982.
Degradation of coal by the fungi 342
Prosiding Seminar Nasional Biologi: Inovasi Biologi dan Pembelajaran Biologi untuk Membangun Karakter Bangsa, Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI
Polyporus
versicolor
Poriamonticola.
Appl.
and
and
from
Env.
Brown
and
Coal
by
Thermotolerant
Aerobic Microorganisms. Fuel Proc
ESDM. 2010. Hand Book of Energy & Statistics
Morewell
Mmesophilic
Microbiol., 44(1): 23–27.
Economic
1-2 juli 2011 ISBN 978-602-95207-1-2
of
Indonesia
Techn 40:193–203 Shi Kai Yi, Tao Xiu-xiang, Yin Su-dong, Du
2010.
Ying
and
Lv
Zuo-peng.
2009.
Faison, B. D., C. D. Scott, dan N. H.
Bioliquefaction of Fushun Lignite :
Davison. 1989. Biosolubilization of
characterization of newly isolated ligite
coal in aqueous and non-aqueous
liquefying
fungus
liquefaction
th
media. . Abstract Paper American
products.
Chemical Society 85: 196.
Conference on Mining Science &
Fakoussa
R
M,
Hofrichter
M.
1999.
6
International
Tech. Procedia earth and Planetary
Biotechnology and microbiology of coal degradation. Appl. Microbiol. and
The
and
Science (2009) 627-633. Sugoro, I., D. Indriani, D. Sasongko, P.
Biotech., (52): 25–40.
Adiatiawati. 2011. Isolasi dan seleksi
Hammel K.E. 1997. Fungal Degradation of
fungi dari pertambangan batubara
Lignin. Di Dalam: Cadisch G, Giller
sebagai agen biosolubilisasi. Biota
KE, Editor. Driven By Nature: Plantt
UNIKA Atmajaya. Jakarta.
Litter
Quality
And
Decompostion.
Wise,
D.L.
1990.
Bioprocessing
and
London: CAB International. hlm. 33-
Biotreatment of Coal. Marcel Dekker
45.
Inc., New York.
Kirk, T. K., S. Croan, M. Tien, K. E.
Xu X H, Chen C H, Qi H Y. 2000.
Murtagh, and R. L. Farrell. 1986.
Development
Production of Multiple Ligninases by
pollution control for SO2 and NOx in
Phanerochaete chrysosporium: Effect
China. Fuel Processing Technology,
of Selected Growth Conditions and
62(2/3): 153–160.
Use of Mutant Strain. Enzyme Microb. Technol. 8:27–32. and J. Martinez. 2002. Biodegradation
combustion
Yoshida, H. 2007. Coal Liquefaction Pilot
Development
Organization. Tokyo. Ying D, T Xiuxiang, K Shi, and L Yang.
Cellulose, Hemicellulose and Lignin:
2010.Degradation of Lignite Model
An Overview. Int. Microbiol. 5:53-63.
Compounds by the Action of White
JP,
Catcheside
Treatments
Technology
of
Ralph
Biological
coal
Plant. New Energy and Industrial
Perez J., J. Munoz-Dorado, T. de la Rubia
and
of
DEA.
1994.
Depolymerization of Macromolecules
Rot
Fungi.
Mining
Science
and
Technology 20: 0076–0081. 343