Bioakumulasi dan Toksisitas Logam Timbal Terhadap Ikan Plati (Oryzias latipes) (Bioaccumulation and Toxicity of Lead to Freshwater Fish, Oryzias latipes) Suhendrayatna, Muhammad Zaki, Arief Rahman Hakim, dan Al Harist Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Jalan Tgk. Syech Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111, Indonesia E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Berkaitan dengan pengaruh logam timbal pada ekosistem perairan, studi tentang toksisitas dan akumulasi logam timbal ada ikan Plati (Oryzias latipes) dilakukan pada skala laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lethal concentration 50 % (LC50) logam timbal terhadap ikan Plati (Oryzias latipes) adalah sebesar 947,7 ppm. Pada saat ikan Plati (Oryzias latipes) dihidupkan pada air yang mengandung timbal, jumlah timbal yang diakumulasikan pada sel meningkat sejalan meningkatnya konsentrasi timbal pada air. Selama 3 hari pemaparan, sebanyak 80% dari timbal yang terakumulasi dalam sel tersebut diekskresikan pada air.
ABSTRACT In the context of lead impact in aquatic ecosystem, toxicity and metabolism of lead on freshwater fish, Oryzias latipes were investigated. The investigating data show that, under laboratory conditions, lethal concentration for 72 hours (LC50) of Oryzias latipes against lead was 947.7 ppm. When Oryzias latipes were exposed to a medium containing lead, total lead concentration accumulated by organisms nearly increased with an increase in the lead concentration in the medium and 80% of accumulated arsenic partially were excreted to water phase during 3 days exposure time. Kata kunci : Toksisitas, Bioakumulasi, dan Ikan Plati (Oryzias latipes).
PENDAHULUAN Meningkatnya pemakaian bahan bakar bensin untuk sarana transportasi dan berkembangnya industri-industri kimia akan meningkatkan pencemaran udara oleh hasil buangannya, antara lain timbal. Keadaan ini secara tidak langsung akan mempengaruhi komponen lingkungan lainnya (Hamid, 1991). Asap-asap buangan kendaraan bermotor yang mengandung racun timbal tersebut paling banyak terjadi di wilayah perkotaan yang dipadati banyak kenderaan hilir mudik seperti kota Banda Aceh yang mencapai 1,6-1,8 μ/Nm3 (Bapedalda NAD, 2002). Timbal akan membentuk senyawa kompleks dengan komponen organik yang terdapat di dalam tanah. Senyawa kompleks ini berperan penting dalam menentukan arus timbal di dalam tanah, khususnya pada tanah yang mengandung komponen organik yang tinggi. Pada tanah yang asam, transpor timbal utama adalah pembentukan
senyawa kompleks antara komponen timbal yang larut dengan komponen organik tanah. Sedangkan pada tanah yang netral atau mendekati netral, komponen timbal yang tidak larut membentuk senyawa kompleks dengan komponen organik yang terdapat pada lapisan permukaan tanah dan menetap di sana. Jelas terlihat bahwa pH tanah, jumlah komponen organik dan anorganik yang terdapat di dalam tanah, serta arus penyaringan oleh air sangat menentukan arus timbal di dalam tanah (Hamid, 1991). Di samping hal di atas, ternyata timbal juga akan mengubah komposisi tanah dan menimbulkan dampak negatif terhadap jumlah populasi jamur, cacing, dan binatang artropoda yang bertindak sebagai pengurai bahan-bahan sisa di dalam tanah. Sejenis binatang artropoda menurun populasinya pada daerah yang berada dalam radius 1,2 kilometer dari tempat peleburan timbal, dimana limbah timbal pada tanah mencapai 12.000 ppm atau lebih. Teracunnya kehidupan invertebrata yang hidup pada lapisan humus tanah akan mempunyai banyak dampak negatif terhadap lingkungan hidup. Dengan demikian, makanan bagi manusia dan hewan-hewan yang lebih besar akan berkurang atau dapat terkontaminasi secara langsung dengan timbal yang sudah mencemari kehidupan lainnya seperti tanaman, air minum, dan lain sebagainya. Dengan perkataan lain, timbal dapat memutuskan rantai nutrisi pada kehidupan di alam. Bioakumulasi, biokonsentrasi dan biomagnifikasi merupakan proses yang saling berkaitan pada rantai makanan di lingkungan khususnya yang berkaitan dengan kemampuannya dalam pengambilan logam-logam berat. Bioakumulasi adalah kemampuan suatu organisme untuk mengakumulasi zat kimia dari lingkungan-nya dengan suatu cara tertentu. Bioakumulasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu: bio-akumulasi langsung baik dari udara, air dan sedimen dan bioakumulasi tidak langsung atau bioakumulasi yang terjadi melalui jalur rantai makanan. Sementara itu biomagnifikasi merupakan munculnya sisa-sisa zat kimia melalui rantai makanan, dan kemampuan zat kimia untuk berpindah melalui suatu rantai makanan yang meng-hasilkan konsentrasi zat kimia yang lebih tinggi pada setiap levelnya (Baudo, 1975). Krishnan, dkk (1987) melakukan investigasi terhadap bioakumulasi garam-garam etil timbal pada hati burung puyuh Jepang (Cotunix cotunix japonica). Burung tersebut diberi air minum yang mengandung 250 mg/l timbal nitrat [Pb(NO3)2], 25 mg/l etil (II) timbal klorida (Et2PbCl2), dan 0,25 mg/l etil (III) timbal klorida (Et3PbCl) selama 9 kali dalam seminggu. Kemudian burung tersebut menetaskan telur-telur yang telah terakumulasi oleh garam-garam alkil timbal. Senyawa alkil timbal merupakan logam yang beracun dan sangat cepat berpindah ke dalam telur-telur tersebut. Senyawa etil (II) timbal (Et2Pb2+) dapat melakukan metabolisme menjadi etil (III) timbal (Et3Pb2+), metil (II) timbal (Me2Pb2+) dan metil (III) timbal (Me3Pb+) pada tingkat konsentrasi yang rendah. Racun yang paling dominan ditemukan pada hati burung tersebut adalah etil (II) timbal (Et 3Pb+). Hal ini disebabkan karena terjadinya metabolisme dealkilasi dari Et3Pb+ yang merupakan proses yang kecil atau minor (Maeda, 1995). Gazi, dkk (1999) melakukan penelitian tentang akumulasi senyawa timbal nitrat [Pb(NO3)2] oleh Lemna minor dan menemukan konsentrasi letal timbal selama tiga hari sebesar 5 mg/l dan konsentrasi akhir antara 4,2 – 4,7 mg/l. Diperkirakan timbal terserap di dalam larutan atau mungkin menempel pada tumbuhan alga. Penelitian ini dimaksudkan agar Lemna minor dapat memindahkan timbal dari larutan, keberadaan Lemna minor sangat berguna pada sistem karena berpotensi tinggi untuk hidup di air limbah. Laju
2
pertumbuhannya cepat, mudah dikembangbiakkan, memiliki toleransi temperatur yang lebih luas, pertumbuhan meluas, dan memiliki periode perkembangbiakan. Penelitian tentang biakumulasi dan toksisitas logam timbal terus dilakukan oleh para peneliti. Penelitian ini menfokuskan pada studi tentang toksisitas dan bioakumulasi senyawa logam timbal pada ikan Plati (Oryzias latipes) dengan mencari nilai pendugaan lethal concentration (LC50) atau konsentrasi yang menyebabkan kematian organisme sebanyak 50 persen. LC50 merupakan salah satu parameter yang dapat menentukan derajat toksisitas logam timbal terhadap ikan. Selanjutnya, jumlah kandungan logam timbal yang diakumulasi oleh ikan dan jumlah kandungan logam timbal yang diekskresikan ke lingkungannya juga dipelajari.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Bahan Kimia Bahan kimia yang digunakan pada penelitian diperoleh secara komersial; Pb(NO3)2 dan HNO3 dari Wako Pure Chemical Industries, LTD. Bahan kimia tersebut dipersiapkan sebagai larutan stock (1000 ppm) di laboratorium. Kulturisasi Organisme dan Uji Toksisitas Ikan Plati, Oryzias latipes (panjang 10 – 15 cm) diambil dengan menggunakan jarring dari selokan di daerah Perumnas Lingke, Banda Aceh. Ikan selanjutnya dipelihara di laboratorium dalam bak penampungan berukuran 80 x 50 x 40 cm pada suhu kamar 30 + 2 oC dan pH 7,6 – 7,8. Aklimasi dilakukan di laboratorium selama dua minggu dan setiap harinya diberikan makanan ikan komersial yang bebas kandungan timbal. Metode uji toksisitas timbal terhadap ikan dilakukan dengan mengacu pada metode OECD Guidelines for Testing of Chemicals, 1998. Pengujian dilakukan selama 7 hari yang diekspresikan dengan nilai LC50-72 jam dan hasilnya dianalisis dengan menggunakan Analisa Probit (Koestoni, 1985). Analisa Konsentrasi Timbal Sampel ikan yang telah dikeringkan pada oven (60 oC), ditumbuk sampai halus dan ditempatkan pada botol sample dalam desikator. Metode analisa timbal dilakukan berdasarkan metode standar. Sampel tepung ikan sebanyak 0,5 gram ditambahkan HNO3 dengan kemurnian 65 % sebanyak 10 ml, kemudian campuran digest dengan menggunakan Microwave Star System 2 dengan metode mild digestion. Larutan sample selanjutnya dianalisa dengan menggunakan AAS Shimadzu-6200 (Atomic Absorption Spectrophotometer-6200). HASIL DAN PEMBAHASAN Toksisitas Timbal terhadap Ikan Plati (Oryzias latipes) Selama 72 jam berturut-turut Ikan Plati (Oryzias latipes) dikondisikan pada akuarium yang mengandung limbah 400, 500, 600, 700, 800, 900, 1000, 1100, 1200, dan 1300 ppm. Ikan mengalami respon racun timbal terhadap fisik dan tingkah lakunya, seperti timbulnya warna kemerah-merahan pada pangkal sirip, ekor dan mulut. Pada 1 jam pemaparan, ikan mengalami ketidakseimbangan tubuh untuk bergerak bebas seperti biasanya di dalam air,
3
pengaruh ini terindikasi dengan gerakan tubuh yang berputar-putar tidak terarah. Gejala ini menunjukkan bahwa ikan mengalami gangguan saraf akibat sifat racun dari timbal atau neurotoksisitas. Hasil uji toksisitas yang ditabulasikan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa kenaikan konsentrasi senyawa timbal searah dengan kenaikan jumlah kematian ikan. Hal ini menunjukkan bahwa untuk konsentrasi 400 ppm, efek dari senyawa timbal terhadap organisme sangat kecil dan tidak mengakibatkan gejala keracunan yang mematikan. Sebaliknya, untuk konsentrasi 1400 ppm menunjukkan efek letal atau akut karena ikan-ikan tersebut mati dalam waktu lebih kurang 24 jam. Selama jangka waktu tersebut racun timbal yang toksit menyerang sangat cepat pada sistem saraf dan pencernaan organisme. Pada tingkat konsentrasi tersebut, ikan tidak mampu melakukan metabolisme sehingga ikan mengalami keracunan dan akhirnya diikuti dengan kematian. Hasil ini menunjukkan bahwa organisme yang terkontaminasi senyawa timbal telah mengalami peningkatan efek toksisitas searah dengan kenaikan konsentrasi senyawa timbal di air. Fenomena ini juga ditemukan pada ikan Plati (Oryzias latipes) yang hidup pada air terkontimanasi logam lain seperti Arsen trivalen (Suhendrayatna, dkk, 2002) dan Arsen pentavalen (Kuroiwa, dkk, 1994). Tabel 1 Hasil analisis pendugaan LC50 Persentas Konsentras Log Probit Probit e Probit yang Probit yang No i Konsentras Empiri Sementar Kematian Diharapkan Dikerjakan (ppm) i k a (%) 1. 1400 100 4,143 2. 1300 86,66 4.111 5.72 5.7 6.054 5.80 3. 1200 76,66 4.076 5.55 5.5 5.727 5.62 4. 1100 63,33 4.038 5.34 5.3 5.331 5.39 5. 1000 46,66 3.997 5.11 5.1 4.924 5.14 6. 900 43,33 3.950 4.86 4.8 4.817 4.86 7. 800 26,66 3.899 4.57 4.6 4.394 4.55 8. 700 16,66 3.840 4.25 4.2 4.057 4.20 9. 600 13,33 3.772 3.88 3.9 3.877 3.79 10. 500 6,66 3.692 3.44 3.4 3.541 3.31 11. 400 0 3.593 Kondisi pemaparan: waktu 72 jam; pH 7,6 – 7,8; temperatur 30 + 2 oC; jumlah ikan 10 ekor
7,00
probit
6,00
probit empirik probit yg dikerjakan
probit yg diharapkan pers. garis regresi
5,00 4,00 3,00 3,650
3,700
3,750
3,800
3,850
3,900
3,950
4,000
4,050
4,100
4,150
log konsentrasi + 1
4
Gambar 1 Hubungan probit dengan log konsentrasi dalam perhitungan LC50 logam timbal terhadap ikan Oryzias latipes (waktu pemaparan 72 jam; pH 7,6 – 7,8; temperatur 30 + 2 oC; jumlah ikan 10 ekor) Nilai toksisitas (LC50) ikan Plati (Oryzias latipes) terhadap logam timbal dihitung dengan menggunakan metode probit menurut Busvine Nash (Koestani, 1985). Hasil analisis pendugaan nilai LC50 ditabulasikan pada Tabel 1. Hasil ini merupakan dugaan awal nilai LC50 yang selanjutnya ditranformasikan ke dalam bentuk grafik seperti yang diilustrasikan pada Gambar 1. Gambar 1 menunjukkan bahwa proses regresi linier terjadi melalui metode statistik probit yang dikembangkan oleh Busvine Nash dimana setiap probit dibandingkan dengan logaritma konsentrasi yang menghasilkan garis lurus. Fenomena ini menunjukkan bahwa data LC50 penelitian dan perhitungannya dapat dipercaya sehingga pendugaan nilai LC50 dapat digunakan sebagai dasar penentuan nilai LC50 yang sebenarnya. Berdasarkan hasil ini maka LC50 senyawa timbal pada ikan Plati (Oryzias latipes) ditemukan sebesar 947,7 ppm. Dengan pengertian bahwa sebanyak 50 % biota ikan akan mati bila hidup pada air yang terkontaminasi timbal dengan konsentrasi sebesar 947,7 mg Pb/liter. Berdasarkan penemuan ini, ikan Plati (Oryzias latipes) memiliki daya tahan yang tinggi terhadap efek keracunan dari timbal bila dibandingkan dengan efek racun yang diberikan oleh logam arsen (As). Suhendrayatna, dkk (2002) menemukan nilai LC50 logam arsen trivalen terhadap Ikan Plati (Oryzias latipes) adalah 14,6 mg As/liter, sementara sebelumnya Kuroiwa, dkk (1994) mendapatkan nilai LC50 logam arsen pentavalen terhadap Ikan Plati (Oryzias latipes) adalah 20 mg As/liter seperti ditabulasikan pada Tabel 2. Tabel 1 Perbandingan derajat toksid logam berat terhadap ikan Plati (Oryzias latipes) Logam Berat Arsen (As) As(III) As(V) Timbal Pb(II)
LC50 (ppm) 14,6 20 947,7
Literatur Suhendrayatna, dkk. (2002) Kuroiwa, dkk (1994) Hasil penelitian ini
Konsentrasi Pb padaO.latipes (mg Pb/gr berat kering)
7.0 6.0 5.0 4.0 3.0 2.0 1.0 0.0 392
692
992 Konsentrasi timbal di air (ppm)
1292
5
Gambar 2 Bioakumulasi logam timbal oleh ikan Oryzias latipes dari air yang terkontaminasi timbal (waktu pemaparan 72 jam; pH 7,6 – 7,8; temperatur 30 + 2 oC) Bioakumulasi Logam Timbal Ikan Plati (Oryzias latipes) dihidupkan pada air yang terkontaminasi senyawa timbal. Setelah 3 hari pemaparan, ikan diambil dan dikeringkan dan senyawa timbal yang terdapat pada selnya dianalisa, hasilnya diilustrasikan pada Gambar 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada saat ikan Plati (Oryzias latipes) dihidupkan pada air terkontaminasi timbal, konsentrasi timbal yang terakumulasi pada ikan cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya konsentrasi timbal pada permukaan air. Selanjutnya, konsentrasi timbal yang terakmulasi pada sel ikan ditemukan relatif konstan (6,07 – 6,21 mg Pb/gr-berat kering) pada saat ikan dihidupkan pada air terkontaminasi timbal antara 1200 – 1300 ppm. Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan akumulasi logam timbal oleh ikan mencapai konstan pada konsentrasi timbal di air hingga 1300 ppm. Kecenderungan akumulasi oleh ikan yang meningkat sejalan dengan mening-katnya konsentrasi timbal pada permukaan air ini juga diindikasikan terhadap logam lain seperti arsen (Kuroiwa, dkk, 1994 dan Suhendrayatna, dkk, 2002). Demikian juga untuk biota lainnya seperti ikan Carossius auratus (Maeda, dkk, 1990) dan ikan Poecilia reticulata (Kuroiwa, 1994). Ekskresi Logam Timbal Sepuluh ekor Ikan Plati (Oryzias latipes) yang dihidupkan pada air terkontaminasi timbal 400 ppm dipaparkan selama 3 hari. Setelah tiga hari, lima ekor ikan dipindahkan dan dihidupkan pada akuarium yang bebas timbal selama 3 hari, sementara lima ekor yang lainnya dikeringkan dalam oven (60oC) dan dianalisa untuk mengetahui kandungan timbal pada selnya. Selama 3 hari ikan yang terkontaminasi timbal melakukan ekskresi pada lingkungan yang bebas timbal, dan ditemukan air tersebut mengandung senyawa timbal seperti ditabulasikan pada Tabel 3. Ikan yang terkontaminasi timbal melakukan ekskresi pada air bersih masing-masing sebesar 3,801 mg Pb (72,4 %) pada hari pertama kemudian mengalami peningkatan pada hari ke dua sebesar 4,01 mg Pb (76,4 %) dan pada hari ke tiga ebesar 4,20 mg Pb (80 %). Peningkatan konsentrasi ekskresi senyawa timbal pada air searah dengan bertambahnya waktu. Air yang bebas timbal dalam hal ini adalah lingkungan yang bersih dari racun timbal telah terkontaminasi oleh racun timbal melalui proses ekskresi. Dengan pengertian lain bahwa ikan Plati (Oryzias latipes) tersebut telah membuang atau melepas senyawa timbal pada air melalui kotorannya. Seperti hasil ekskresi logam arsen oleh ikan Plati (Oryzias latipes) yang telah diteliti oleh Suhendrayatna, dkk (2002) ditemukan ekskresi sebesar 4,5 g As (III)/g-berat kering dari ikan Plati (Oryzias latipes) yang terakumulasi senyawa arsen trivalen sebesar 5,5 gAs (III)/g dan ekskresi sebesar 2,6 g As (V)/g-berat kering dari
6
senyawa arsen pentavalen sebesar 6,2 gAs (V)/g-berat kering. Pada penelitian ini ditemukan persentase ekskresi senyawa timbal lebih besar dibandingkan persentase ekskresi senyawa arsen trivalen atau pentavalen oleh ikan Plati, Oryzias latipes (Kuroiwa, dkk, 1994).
7
Tabel 4.3 Ekskresi logam timbal oleh ikan Plati, Oryzias latipes pada air Waktu (Hari)
Timbal yang terakumulasi dan diekskresi (mg Pb) (%)
Timbal yang terakumulasi
5,250 100 1 3,801 72,4 Timbal yang diekskresikan ke 2 4,010 76,4 badan air 3 4,200 80,0 Sepuluh ekor ikan dipaparkan dalam air yang mengandung 400 ppm timbal selama 3 hari. Selanjutnya lima ekor ikan dipindahkan dan dihidupkan pada akuarium yang bebas timbal, konsentrasi timbal yang diekskresikan ke air dianalisa setiap harinya.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Konsentrasi senyawa timbal yang mengakibatkan kematian 50 % (LC50) pada ikan Plati (Oryzias latipes) adalah 947,7 mgPb/liter. 2. Akumulasi senyawa timbal oleh ikan Plati (Oryzias latipes) meningkat sejalan dengan meningkatnya konsentrasi timbal pada permukaan air. Ikan Plati (Oryzias latipes) mampu mengakumulasi senyawa timbal hingga 6,27 mg/gr-berat kering. 3. Ekskresi senyawa timbal oleh ikan Plati (Oryzias latipes) meningkat searah dengan waktu ekskresi di lingkungannya. Persentase ekskresi selama 3 hari mencapai 4,20 mg Pb (80 %). DAFTAR PUSTAKA Anonimaous, 2002, Uji Toksisitas Caracteristic Leaching Procedure (TLCP) dan Lethal Dose 50 Percent (LD50 dari Sludge LL-KK/PLM Pertamina Daerah Operasi Hulu Rantau). Universitas Syiah Kuala, Pusat Penelitian Hidup dan Sumberdaya Alam. Banda Aceh. Baudo, R., 1975, Is Analitically-defined Chemical Speciation The AnswersWe Need to Understand Trace Elemen Transfer Along A TrophicChain, Trace Element Transfer Along A trophic Chain, Instuto Italiano di Idrobiologia : 276. Bapedalda NAD, 2002, Laporan Kualitas Udara Kota Banda Aceh 2001 - 2002, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Propinsi Nanggroe Aceh Darusalam. Connell, D.W., dan Miller, G.J., 1995, Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran, UI Press, Jakarta. Gazi, N.H.R. dan Steven, P.K.S., 1999, Bioremoval of Lead from Water Using Lemna Minor, Bioresource Technology, 70 : 225 – 230. Hamid, Z.R., 1991, Dampak Polutan Plumbun (Timbal) Terhadap Lingkungan Hidup dan Kesehatan Manusia, Lingkungan dan Pembangunan, 11, 173 – 182. Holgate, M.W., 1979. A Perspective odf Envoronmental Pollution, Cambridge University Press. Cambridge London New York New Rochelle Melbourne Sydney, 48, 57. Dalam
8
Hamid, Z. R., 1991, Dampak Polutan Plumbun (Timbal) Terhadap Lingkungan Hidup dan Kesehatan Manusia, Lingkungan dan Pembangunan, 11, 173 – 182. Odenbro, A., Greenberg, N., Vroegh, K., Bederka, J., and Kihistrom, J.E., 1983. Functional Disturbances in Lead Exposed Children. AMBIO (J. Hum. Environ.), 12 : 40-43. dalam Hamid, Z. R., 1991, Dampak Polutan Plumbun (Timbal) Terhadap Lingkungan Hidup dan Kesehatan Manusia, Lingkungan dan Pembangunan, 11, 173 – 182. Ratcliffe, J.M., 1981. Lead in Man the Enviroment, Ellis Horwood Limited, Chichester. Dalam Hamid, Z. R., 1991, Dampak Polutan Plumbun (Timbal) Terhadap Lingkungan Hidup dan Kesehatan Manusia, Lingkungan dan Pembangunan, 11, 173 – 182. Koestani, T., 1985, Analilsis Probit, Pendugaan LD50 dan LC50 serta Metode Perhitungannya, Kelompok Peneliti Hama, Balai Penelitian Holtikultura Lembang, Lembang. Kuroiwa, T., Ohki, A., Nakajime, T., dan Maeda, S., 1994, Biomethylatine and Biotransformation of Arsenic in Freshwater Food Chain: Green Algae (C. Vulganis) Killfish (O. latipes) Shrimp (N. denticulate), Applied Organometallic Chemistry, 8: 325 – 333. Maeda, S., 1995, Safety and Environmental Effect, John Wiley and Son Ltd. Maeda, S., Inoue, R., Kosono, T., Tokus, T., Ohki, A., dan Takeshi, T., 1990, Arsenic Metabolism in a Freshwater Food Chain, Chemosphere, 20, 101. Maeda, S., dan Sakaguchi, T., 1998, Accumulation and Detoxification Metal Element by Algae, Akatsuka (ed), SPB, Academic Publishing, 118 - 119. OECD, 1998, OECD Guidelines for Test of Chemical, USA. Peltier, W. H., 1978, Methods for Measuring The Waste Toxicity to Freshwater and Marine Organism, Webu (Ed.) EPA/600/14 – 88/013. Suhendrayatna, Ohki, A., Naka, K., dan Maeda, S., 2002, Studies on The Accumulation and Transformation of Arsenic in Freshwater Organism I. Accumulation and Transformation and Toxicity of Arsenic Component on The Japanese Medaka, (Oryzias latipes), Chemosphere, 46 : 319 – 324
9