12
Bimbingan Karir untuk Mempersiapkan Anak Tunagrahita Memasuki Dunia Kerja Putri Bensu, S.Pd Guru SLB Mardi Mulyo Kretek Bantul Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana layanan bimbingan karir dapat menjadikan anak tunagrahita siap memasuki dunia kerja. Layanan BK di SLB dilaksanakan oleh Guru Kelas yang diberikan tugas merangkap tugas bimbingan dan konseling di kelasnya. Guru BK harus memahami pola pendidikan bagi anak tunagrahita, dan memahami pula arah atau muara yang akan dituju dari proses pendidikan bagi anak tunagrahita tersebut. Keterbatasan kemampuan intelektual anak tunagrahita menuntut dikembangkannya potensi lain yaitu kemampuan keterampilan vokasionalnya. Tujuan akhir dari pendidikan bagi anak tunagrahita adalah mewujudkan anak tunagrahita untuk mampu bekerja atau berkarya bersama masyarakat di lingkungannya. Bagi anak tunagrahita mewujudkan ini tidak mudah, sehingga sangat membutuhkan guru pembimbing atau pendamping. Untuk menyiapkan anak tunagrahita yang siap kerja diperlukan kerjasama dengan pengusaha, hal ini untuk memudah pelaksanaan program PKL, magang kerja dan penyaluran kerja. Kata Kunci : Layanan Bimbingan Karir, Tunagrahita, Dunia Kerja
bimbingan dan konseling, sehingga guru
PENDAHULUAN Pendidikan bagi anak tunagrahita
kelas juga melaksanakan tugas sebagai
di Sekolah Luar Biasa (SLB) mulai dari
guru
jenjang Taman Kanak-Kanak Luar Biasa
dipahami
(TKLB), Sekolah Dasar Luar Biasa
pemerintah
(SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar
bimbingan
Bias (SMPLB), dan Sekolah Menengah
dilaksanakan oleh guru kelas. Guru kelas
Atas
sesuai
dalam ketugasannya sebagai guru BK juga
kurikulum 2013 menggunakan sistem
mendapatkan nilai kredit poin dengan
guru
nilai sesuai dengan tingkat jabatan guru.
Luar
kelas.
Biasa
(SMALB)
Sedangkan
pendekatan
pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran
tematik
integratif
BK
di
kelasnya.
oleh
Kondisi
ini
pemerintah,
sehingga
menyampirkan
tugas
dan
konseling
agar
Kebijakan atau regulasi sudah memberikan ruang untuk terlaksananya
fungsional. Dengan sistem ini menuntut
layanan
BK,
sehingga
guru kelas memiliki kelihaian dalam
kegiatan BK di SLB mulai dari jenjang
meramu pembelajaran dengan mengaitkan
TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB
semua matapelajaran ke dalam tema yang
dapat terlaksana dengan baik oleh guru
dipilih.
kelas
masing-masing.
diharapkan
Dalam
Sedangkan yang berkaitan dengan
pelaksanaannya perlu dilakukan kordinasi
guru bimbingan dan konseling (BK),
berkala agar bisa terkontrol jalannya
sebagian besar SLB tidak memiliki guru
kegiatan BK. Bagi guru pemula yang
Jurnal Psikologi Konseling Vol. 7 No.1, Desember 2015
13
belum memahami ketugasannya seebagai
yang harus dilakukan, kemudian karena
guru BK, dengan adanya koordinasi
terpaksa harus melakukan, maka akan
secara
membantu
melakukan dengan asal-asalan. Dengan
pemahaman tentang tugas-tugas guru BK.
minimnya pemahaman sangat mungkin
Karena di SLB belum memiliki guru BK
apa yang dilakukan guru tidak membantu
dan tugas BK dilaksanakan oleh guru
memecahkan
kelas, untuk menjamin agar kegiatan BK
menimbulkan masalah yang baru.
dapat
berkala
dapat
terkendali
dengan
baik
maka
diperlukan seorang koordinator.
masalah,
Selanjutnya
tetapi
guru
juga
justru
harus
memahami arah pendidikan bagi anak
Berdasarkan hasil survei kondisi di
tunagrahita secara utuh, hal ini penting
lapangan tidak seperti yang diharapkan,
agar dapat mendampingi anak tunagrahita
kenyataan
mencapai
bahwa
bimbingan
dan
prestasi
yang
seharusnya
konseling tidak dapat terlaksana dengan
dicapai. Sehubungan anak tunagrahita
baik hampir di semua SLB. Sebenarnya
memiliki hambatan
guru menyadari bahwa dirinya disampiri
pengembangan pendidikannya diarahkan
tugas
untuk
sebagai
guru
bimbingan
dan
intelektual, maka
mengembangkan
potensi
konseling, bahkan dalam penilaian angka
keterampilan. Dengan fokus pendidikan
kredit unsur proses belajar mengajar ada
pada keterampilan diharapkan anak akan
nilai untuk tugas melaksanakan kegiatan
memiliki kompetensi keterampilan yang
bimbingan dan konseling. Namun karena
dapat digunakan sebagai bekal untuk
tidak
masuk di dunia kerja. Sesuai arah
memahami
apa
yang
harus
dilakukan dengan tugas bimbingan dan
pendidikan
konseling
konsekuensi guru kelas yang juga sebagai
tersebut,
mengakibatkan
tersebut,
maka
menuntut
pelaksanan tidak optimal.
guru BK harus memahami dan dapat
Tujuan Penelitian
memerankan dirinya sebagai pendamping
Tujuan penulisan artikel ini untuk memberikan pemahaman bagi guru kelas
bagi anak, baik di sekolah maupun saat memasuki dunia kerja.
agar memahami ketugasannya sebagai
Memasuki dunia kerja bagi anak
guru BK di kelasnya, dan mampu
normal mungkin tidak terlalu bermasalah,
melaksanakan tugas sebagai guru BK
tapi
kelas dengan baik. Pemahaman ini juga
merupakan masalah yang sangat besar.
menghindarkan kesalahan yang dilakukan
Untuk itu guru BK harus bekerja keras
oleh guru. Jika guru belum memahami apa
mendampingi
bagi
anak-anak
anak
Jurnal Psikologi Konseling Vol. 7 No.1, Desember 2015
tunagrahita
tunagrahita
agar
14
memiliki keberanian masuk di lingkungan
danmendampingi dalam bekerja
usaha
Anak
atau berkarya.
diharapkan tidak hanya berani saja, tetapi
KAJIAN PUSTAKA
atau
di
dunia
kerja.
dapat bekerja atau berkarya bersama
Bimbingan
dan
konseling
orang-orang yang ada di lingkungannya.
merupakan tugas yang sangat strategis
Selain anak yang dilatih untuk berani,
dalam upaya membantu siswa meraih
tentunya keberhasilan anak untuk bisa
prestasi
bkerja atau berkarya bersama masyarakat
sekolah-sekolah umum diangkat guru BK
tergantung juga kepada orang-orang yang
dengan beban kerja pembimbingan 1 guru
berada
dalam
BK untuk 150 siswa. Di SLB guru BK
memahami anak tunagrahita dan seberapa
belum ada sehingga guru kelas diberikan
besar mereka memberikan dukungan.
tugas sebagai guru BK di kelasnya. Bagi
Manfaat Penelitian
SLB yang memiliki guru kelas, rasio
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah
perbandingan antara guru dengan siswa
sebagai berikut.
adalah 1 : 12.
di
a. Guru
lingkungannya,
dapat
belajar
secara
optimal.
Di
melaksanakan
Dalam Peraturan Menteri Negara
tugasnya sebagai guru BK di
Pendayagunaan Aparatur Negara dan
kelasnya
Reformasi Birokrasi Nomor 16 tahun
dengan
baik.
Melaksanakan tugas dengan baik
2009
yang dimaksudkan adalah sesuai
memiliki tugas membuat perencanaan
dengan rambu-rambu ketugasan
pembelajaran,
guru
nyaman
pembelajaran, mengevaluasi, menganalisis
sesuai
hasil evaluasi, membuat program dan
yaitu
melaksanakan perbaikan/pengayaan, serta
memecahkan
melaksanakan pembimbingan di kelasnya.
BK,
melaksanakannya
dan
dengan
sasarannya
membantu
siswa
permasalahan yang dihadapi. b. Siswa mendapatkan layanan yang
disebutkan
Anak berbagai
bahwa
guru
kelas
melaksanakan
tunagrahita
memiliki
istilah tergantung dari sudut
semestinya, sehingga siswa merasa
pandang para ahli memberikan definisi
membutuhkan guru BK untuk
tentang anak tunagrahita. Istilah yang
membantu mencarikan alternatif
umum dipakai dalam pendidikan luar
solusi
biasa antara lain
dari
permasalahan-
anak mampu didik
permasalahan yang dihadapinya,
(educable, mild, debil) dan tunagrahita
termasuk
ringan (trainable).
membantu
Jurnal Psikologi Konseling Vol. 7 No.1, Desember 2015
15
Purwanta (2012: 103) mengatakan bahwa
perkembangan mentalnya lebih lambat
anak tunagrahita ringan merupakan salah
dari perkembangan usia kronologisnya.
satu dari anak yang mengalami gangguan
Gap
perkembangan
mentalnya,
kronologisnya tergantung berat ringannya
kecerdasan
hambatan mental yang dialami. Termasuk
antara 50-75. Selain itu mereka memiliki
mereka itu anak lamban belajar (slow
kemampuan sosialisasi dan motorik yang
learner), tunagrahita ringan, tunagrahita
kurang baik, dan
kemampuan
sedang, tunagrahita berat. Anak yang
akademis masih dapat menguasai sebatas
lamban belajar masih memungkinkan
pada bidang tertentu.
pada tingkat sekolah dasar dan lanjutan
Mudjito, Harizal & Elfindri (2012: 27)
pertama berada di sekolah umum, hanya
mengemukakan bahwa anak tunagrahita
perlu pembelajaran secara khusus. Anak
adalah individu yang memiliki intelegensi
yang tunagrahita ringan mendekati slow
yang signifikan berada di bawah rata-rata
learner masih dimungkinkan dilayani di
dan disertai dengan ketidakmampuan
sekolah umum, tetapi tunagrahita ringan
dalam adaptasi perilaku yang muncul
hampir sampai mendekati berat sebaiknya
dalam masa perkembangan. Klasifikasi
dilayani di lembaga khusus.
dalam
mereka memiliki tingkat
dalam
tunagrahita berdasarkan pada tingkatan
kelambatan
itu
dengan
usia
Istilah anak berkelainan mental
IQ. Definisi ini mengandung maksud
subnormal
bahwa anak tunagrahita ringan adalah
disebut pula dengan terbelakang mental,
seseorang yang karena perkembangannya
lemah
di bawah normal tidak sanggup untuk
subnormal, dan tunagrahita. Semua istilah
menerima pelayanan dari sekolah umum,
tersebut memiliki makna yang sama,
tetapi masih memiliki potensi untuk
yakni menunjuk kepada seseorang yang
berkembang dalam bidang akademik.
memiliki kecerdasan mental di bawah
Penyesuaian sosialnya mendukung untuk
normal. Diantara istilah tersebut, istilah
hidup mandiri dalam masyarakat dan
yang banyak digunakan adalah anak
kemampuan bekerja terbatas untuk dapat
tunagrahita (Efendi, 2005: 88).
menolong diri sendiri sebagian atau keseluruhan.
hambatan
ingatan,
beberapa
feblimended,
referensi
mental
Sujarwanto (2005: 73) banyak istilah yang muncul berkaitan dengan
Mumpuniarti menyebutkan
dalam
(2007:
bahwa:
mental
anak
adalah
anak
2)
istilah anak retardasi mental. Ada yang
dengan
menyebut dengan anak tunagrahita dan
yang
anak retardasi mental, mental deviasi dan
Jurnal Psikologi Konseling Vol. 7 No.1, Desember 2015
16
lainnya. Pada perkembangan terakhir
Subyek penelitian ini adalah guru kelas
untuk lebih memberikan sebutan yang
sebagai guru BK, siswa anak tunagrahita,
lebih manusiawi anak yang mengalami
orangtua/keluarganya, dan pengusaha.
retardasi mental/tunagrahita disebut juga
Langkah-langkah Pemecahan Masalah.
dengan anak yang mengalami gangguan
1. Survei lapangan atau identifikasi
intelektual.
Pada
mengacaukan
sebagian
pengertian
intelektual/retardasi
orang
permasalahan
gangguan
keterampilan.
mental
dengan
a.
penyakit mental.
Pemahaman
Seseorang yang sakit mental mungkin
tinggi dan mungkin pendidikan tinggi.
b.
yang menimbulkan stress atau suatu yang
menyerang
c.
Kesiapan
d.
Sikap
2. Focus
tidak normal, itu biasanya anak belum
menentukan
mempelajari cara berperilaku benar karena
lanjutnya.
tunagrahita
perlu
dibimbing dan dilatih secara intensif.
Penelitian
ini
menggunakan
kualitatif
deskriptif.
Pendekatan kualitatif deskriptif penelitian
yang
bermaksud
adalah untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami
subyek
Discution
hasil
temuan
program
penelitian,
misalnya
para
(FGD) dan tindak
a. Pemahaman guru kelas tentang ketugasannya sebagai guru BK di kelasnya. b. Penguasaan
METODE PENELITIAN
memasuki
penerimaan
Group
membahas
mengalami
anak
pengusaha.
yang mengalami tunagrahita berperilaku
keterbatasan intelegensi. Untuk itu anak
keterampilan
dunia kerja.
otak
perilakunya menjadi aneh. Jika seseorang
Penguasaan keterampilan.
Tetapi karena pengalaman-pengalaman
pendekatan
kelas
guru BK.
mempunyai intelegensi yang normal atau
yang
guru
tentang ketugasannya sebagai
Kedua hal tersebut sangat berbeda.
penyakit
pembelajaran
kompetensi
keterampilan. c. Kesiapan
untuk
memasuki
dunia kerja. d. Sikap
penerimaan
para
pengusaha. 3. Melaksanakan tindakan sesuai dengan
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan
program
yang
lain-lain (Moloeng, 2010:6).
melalui FGD. FGD secara berkala dilakukan
Jurnal Psikologi Konseling Vol. 7 No.1, Desember 2015
untuk
direkomendasikan
meningkatkan
17
kualitas guru BK dalam memberikan
kelasnya belum dipahami dengan baik.
layanan. Selain FGD diselenggarakan
Hal ini mengakibatkan guru BK tidak
pelatihan dengan materi khusus tugas
dapat melaksanakan fungsinya secara
bimbingan
optimal. Guru BK masih seperti pola lama
dan
dilaksanakan
konseling
oleh
yang
guru
kelas,
yaitu
berperan
sebagai
penasehat,
dikaitkan dengan penyiapan anak
memarahi bila anaknya salah, bahkan
tunagrahita memasuki dunia kerja.
menghukumnya. Dampak yang dirasakan
4. Monitoring dan Evaluasi.
anak adalah anak merasa takut bila
Koordinator BK bersama guru kelas
mendapatkan layanan dari Guru BK,
melakukan monitoring dan evaluasi
karena sudah ada image bahwa yang
secara berkala untuk
dipanggil guru BK adalah anak yang
mengetahui
hambatan atau kendala agar segera
melakukan
dilakukan
Melalui
demikian, guru BK adalah guru yang
kegiatan evaluasi akan ditemukan
memiliki peran membantu siswa dalam
capaian-capaian
mencapai
perbaikan.
dan
sekaligus
menemukan berbagai kendala yang
kesalahan.
prestasi
Padahal
yang
tidak
seharusnya
dicapai.
untuk dicarikan tindak lanjutnya.
Di sisi lain, guru BK yang juga
Focus Group Dincusion (FGD) dan
sebagai guru kelas dalam pembelajaran
pelatihan guru-guru kelas tentang
masih berorientasi pembelajaran di dalam
ketugasan
kelas.
guru
bimbingan
dan
Banyak
teori-teori
yang
konseling dalam mendampingi anak
disampaikan dan sedikit sekali waktu
tunagrahita memasuki dunia kerja.
yang dialokasikan untuk melakukan PKL
Dalam FGD dan pelatihan tersebut
atau magang kerja. Dengan pola ini
menghadirkan nara sumber konselor
sebenarnya akan sangat merugikan anak,
dan akademisi dari perguruan tinggi
karena
pada jurusan Psikologi Pendidikan
pekerjaan atau membuat karya bersama
dan Bimbingan (PPB) dan Pengusaha.
dengan para pengusaha sangat terbatas.
guru
ketugasannya
sebagai
kelas guru
melakukan
tentang
magang menyebabkan anak tidak mampu
BK
menguasai kometensi keterampilan, dan
di
pengalaman bekerja atau berkarya di
kelasnya. Pemahaman ketugasannya
untuk
Sedikitnya waktu untuk lakukan PKL dan
HASIL DAN PEMBAHASAN Pemahaman
kesempatan
sebagai
guru guru
tentang BK
di
dunia
kerja yang sebenarnya sangat
sedikit.
Jurnal Psikologi Konseling Vol. 7 No.1, Desember 2015
18
Penguasaan kompetensi keterampilan
sebenarnya. Kesempatan untuk PKL dan
oleh anak tunagrahita.
magang kerja di
Siswa
yang
pembelajaran
sebenarnya dan sangat dibutuhkan siswa
keterampilan berbagai jenis. Anak bisa
untuk mendapatkan pengalaman tidak
mengikuti semua jenis keterampilan yang
dilakukan.
ada, minimal 3 jenis keterampilan, namun
keterampilan ini mengakibatkan siswa
ada yang mengikuti 4 atau 5 jenis
gagap atau minder berhubungan dengan
keterampilan.
itu
pengusaha atau konsumen. Siswa merasa
produktif
canggung dan takut berhubungan dengan
hanya dialokasikan 4 jam pelajaran per
para pengusaha maupun dengan para
minggu. Dengan model ini menyebabkan
konsumen. Di samping itu dari pihak
siswa hanya diberikan waktu yang sangat
pengusaha juga tidak familier, bahkan
terbatas, sehingga dapat
kelihatan
pembelajaran
mengikuti
dunia kerja
Di
samping
keterampilan
menguasai
Model
takut
dengan
pembelajaran
siswa
anak
kompetensi keterampilan dengan baik.
tunagrahita ini. Kondisi itu terjadi karena
Banyak yang dipelajari tetapi tidak ada
antara siswa dengan para pengusaha atau
yang tuntas.
dengan para konsumen tidak pernah
Selanjutnya
direkomendasikan
agar dapat melaksanakan tugas dengan
dipertemukan. Direkomendasikan
agar
baik yaitu memenuhi jam sesuai standar
pembelajaran
isi
untuk
memfasilitasi siswa untuk praktek kerja
keterampilan 24 jam pelajaran. Selain
lapangan (PKL) dan/atau magang di
memberikan waktu yang cukup untuk
tempat kerja yang sebenarnya. Tujuannya
keterampilan, siswa diutamakan untuk
agar siswa memiliki keberanian dan
memilih salah satu jenis keterampilan saja
percaya diri, di sisi lain para pengusaha
supaya
dapat
ataupun konsumen juga terbiasa dengan
menguasai kompetensi tertentu dengan
keberadaan anak tunagrahita sehingga
baik.
familier dan tidak merasa terganggu.
Kesiapan untuk memasuki dunia kerja.
Sikap penerimaan pihak pengusaha
dengan
bisa
alokasi
fokus,
waktu
sehingga
Pembelajaran keterampilan yang dilaksanakan selama ini masih sebatas
keterampilan
juga
terhadap anak tunagrahita. Pengusaha atau pelaku usaha dan
praktek di dalam sekolah, sehingga tidak
masyarakat
memiliki
atau
tempat bagi siswa untuk program kerja
berkarya langsung di tempat kerja yang
lapangan (PKL), magang kerja, bahkan
pengalaman
bekerja
semestinya
Jurnal Psikologi Konseling Vol. 7 No.1, Desember 2015
memberikan
19
turut menyalurkan siswa untuk bekerja. Namun
kenyataannya
mereka
tidak
Layanan BK di SLB dilaksanakan oleh Guru Kelas yang diberikan tugas
mengenal anak tunagrahita dengan baik
merangkap
sehingga tidak peduli, bahkan merasa
konseling di kelasnya. Guru BK harus
terganggu jika kedatangan anak-anak
memahami pola pendidikan bagi anak
tunagrahita di tempat usahanya.
tunagrahita, dan memahami pula arah atau
Kondisi ini sangat memprihatinkan sehingga
perlu
solusi
untuk
tugas
bimbingan
dan
muara yang akan dituju dari proses pendidikan bagi anak tunagrahita tersebut.
memperbaikinya. Pendidikan bagi anak
Keterbatasan
kemampuan
tunagrahita akan dirasakan manfaatnya
intelektual anak tunagrahita menuntut
jika
dikembangkannya
anak-anak
berkarya
tunagrahita
bersama
diterima
lain
yaitu
di
kemampuan keterampilan vokasionalnya.
lingkungannya. Karena masyarakat tidak
Tujuan akhir dari pendidikan bagi anak
faham dengan anak tunagrahita, dan tidak
tunagrahita adalah mewujudkan anak
pernah
pelaksanaan
tunagrahita untuk mampu bekerja atau
maka
berkarya
dilibatkan
pendidikan
di
penempatan
masyarakat
potensi
dalam
sekolah,
atau
penyaluran
saat
bersama
masyarakat
di
kerja
lingkungannya. Bagi anak tunagrahita
masyarakat juga tidak bertanggung jawab.
mewujudkan ini tidak mudah, sehingga
Direkomendasikan membangun
jejaring
agar
segera
seluas-luasnya
sangat membutuhkan guru pembimbing atau pendamping.
dengan semua pihak, khususnya dengan
Untuk
menyiapkan
anak
para pengusaha agar pelaksanaan PKL
tunagrahita yang siap kerja diperlukan
dan
dilakukan.
kerjasama dengan pengusaha, hal ini
Dengan seringnya dilakukan PKL dan
untuk memudah pelaksanaan program
magang kerja dengan waktu yang cukup,
PKL, magang kerja dan penyaluran kerja.
ini akan membantu para pengusaha bisa
Untuk mewujudkan semua ini guru BK
mengenal dekat dengan anak tunagrahita.
sebagai pendamping memiliki peran yang
Dengan mengenal secara dekat akan
sangat besar.
mempengaruhi
Saran
magang
kerja
dapat
sikap
terhadap anak tunagrahita.
penerimaannya
Membangun
jejaring
seluas-
PENUTUP
luasnya dengan berbagai pihak untuk
Kesimpulan
membuka peluang terlaksananya program PKL dan magang kerja. Selain itu akan
Jurnal Psikologi Konseling Vol. 7 No.1, Desember 2015
20
membuka peluang bagi anak tunagrahita untuk dapat bekerja atau berkarya.
Mudjito, Harizal & Elfindri (2012). Pendidikan Inklusif. Jakarta: Badouse Media.
Menyelenggarakan magang untuk pemantapan kesiapan kerja dan melatih keberanian bergaul dengan masyarakat di luar
sekolah,
sebenarnya.
atau
di
Selanjutnya
dunia
yang
melakukan
penyaluran anak tunagrahita untuk bekerja
Mumpuniarti (2007). Pendekatan pembelajaran bagi anak hambatan mental. Yogyakarta: Kanwa Publiser. Parjono (2011). Peran industri dalam pengembangan SMK. Yogyakarta: Fakultas Teknik UNY.
pada perusahaan atau di tempat para pengrajin dan/atau membentuk kelompok
Poerwanto. (2008). Budaya Perusahaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
usaha. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S & Yuliana, L. (2012). Manajemen pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media. Departemen Pendidikan Nasional (2003). Pedoman pengelolaan sekolah berbasis kecakapan hidup pada pendidikan khusus. Jakarta: Direktorat Pembinaan SLB. Departemen Pendidikan Nasional (2012). Buku panduan program transisi ke pasca sekolah bagi peserta didik berkebutuhan khusus di sekolah luar biasa dan sekolah inklusi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Hamka, A. (2010). Peran dunia usaha dan dunia Industri (DUDI) dalam dunia pendidikan. Posted June 10, 2010. Haryono. (2006). Model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains. Jurnal Pendidikan Dasar: VOL.7, NO.1, 2006: 1-13. Jerusalem, M A. (2004). Muatan industri dalam kurikulum D3 tata busana. Yogyakarta: Fakultas Teknik UNY.
Purwanta, E. (2012). Modifikasi Perilaku. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Reinhert, J. & Beach, D. M. (2004). Educational leadership Boston: Pearson Education, Inc. Smart, A. (2011). Anak Cacat Bukan Kiamat . Yogyakarta: Ar-Ruzz. Smith, M. B., Ittenbach, R. F. & Patton, J. R. (2002). Mental retardation. 6th ed. New Jersey: Merrill Prentice Hall. Sudarmanto (2009). Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sujarwanto (2005). Terapi Okupasi untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Depdiknas. Terry,
G.R. (1977). Principles of management. Illinois: Ricard D. Irwin: Inc.
Zubaedi (2012). Pendidikan Berbasis Masyarakat. Pustaka Pelajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jurnal Psikologi Konseling Vol. 7 No.1, Desember 2015