BILANGAN RADIO PADA GRAF SIKEL DENGAN šŖšÆš¶š¹š«šŗ DAN GRAF SIKEL TENGAH Meivita Nur Arifiani1, R. Heru Tjahyana 2, Bayu Surarso 3 1,2,3
Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang
[email protected] [email protected]
ABSTRACT.Let šŗ = (š šŗ , šø šŗ ) be a simple connected graph and š(š¢, š£) denote the distance between any two vertices in šŗ. The maximum distance between any pair of vertices is called the diameter denoted by šššš(šŗ). A radio labeling for šŗ is an injectif function š: š šŗ ā š āŖ {0} such that for any vertices š¢ dan š£ it is satisfied that š š¢ ā š(š£) ā„ šššš(šŗ) ā š š¢, š£ + 1. The span of an radio labeling š is max {š š¢ ā š š£ ā¶ š¢, š£ ā š šŗ }. The minimum span of a radio labeling of šŗ is called radio number denoted by šš (šŗ). In this Thesis we study radio number of cycle with šššššš and šššššš graph of cycle š¶š . Keywords : radio labeling, cycle with chords, middle graph of cycle š¶š , diameter, radio number.
I.
PENDAHULUAN
Ada banyak jenis pelabelan yang telah dikembangkan, salah satunya adalah pelabelan radio. Pelabelan radio dapat dianggap sebagai perluasan dari jarak dua pelabelan yang termotivasi dari permasalahan penugasan frekuensi. Untuk satu set kota (atau stasiun radio) masalahnya adalah untuk menetapkan frekuensi untuk masing ā masing kota, yang merupakan bilangan bulat positif sehingga gangguan dapat dihindari. Tingkat gangguan berkaitan erat dengan lokasi geografis dari stasiun, letak stasiun yang lebih dekat memungkinkan adanya gangguan yang semakin besar. Untuk menghindari gangguan, pemisahan antara frekuensi yang ditugaskan untuk sepasang stasiun terdekat harus cukup besar. Secara umum, dimodelkan dengan memisalkan stasiun pemancar sebagai titik pada sebuah graf šŗ dan dua titik dihubungkan dengan sisi jika lokasi geografis dari stasiun pemancar tersebut sangat dekat. Bilangan radio šŗ didefinisikan sebagai rentang minimum dari pelabelan radio šŗ dan dilambangkan sebagai šš (šŗ). Bilangan radio untuk path dan cycle telah dibahas dalam [10] oleh Liu dan Zhu. Batas bawah pelabelan radio adalah 0 untuk semua graf, dianggap disini pelabelan dimulai dari 0. Sekarang jelas bahwa setiap perubahan batas bawah akan mempengaruhi optimalitas (bilangan radio) dari label.
II.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Definisi 3.1 [5] Misalkan š adalah bilangan bulat positif dan š(š¢, š£) menotasikan jarak antara titik š¢ dan š£. Radio k-labeling graf šŗ adalah suatu fungsi, š ā¶ š šŗ ā 0, 1, 2, ā¦ , sedemikian hingga untuk setiap titik š¢ dan š£ berlaku, š š¢ ā š(š£) ā„ š + 1 ā š(š¢, š£) Definisi 3.2 [7] Pelabelan Radio graf šŗ adalah suatu fungsi injektif š ā¶ š šŗ ā {0, 1, 2, ā¦ } sehingga untuk setiap dua titik š¢ dan š£ berlaku, š š¢ ā š(š£) ā„ šššš šŗ ā š š¢, š£ + 1 Definisi 3.3 [7] Diketahui graf šŗ = š šŗ , šø šŗ , Pelabelan L (2,1) ( jarak dua pelabelan ) dengan rentang k adalah sebuah pemetaan š: š šŗ ā {0,1, ā¦ , š } sedemikian sehingga kondisi berikut terpenuhi : (1) āš š„ ā š(š¦)ā ā„ 2 jika š š„, š¦ = 1 (2) āš š„ ā š(š¦)ā ā„ 1 jika š š„, š¦ = 2 Definisi 3.4 [7] Rentang (span) fungsi š dinotasikan sp š = maxā” {š š¢ ā š š£ ā¶ š¢, š£ ā š šŗ }. Rentang minimum dari pelabelan radio pada graf šŗ disebut bilangan radio dan dinotasikan rš šŗ . Definisi 3.5 [5] Diberikan himpunan titik pada graf šŗ yaitu š šŗ = {š„0 , š„1 , ā¦ , š„šā1 }, dimana š„0 , š„1 , ā¦ , š„šā1 = š(š¶š ) adalah urutan titik pada sikel š¶š dan berlaku 0 = š(š„š ) ā¤ š(š„1 ) ā¤ š(š„2 ) ā¤ āÆ ā¤ š(š„šā1 ), sehingga rentang š adalah š(š„šā1 ). Definisi 3.6 [10] Untuk š = 0, 1, 2, ā¦ , š ā 2, ditetapkan distance gap ( šš ) dan color gap ( šš ) sebagai berikut, šš = š š„š , š„š+1 dan šš = š(š„š+1 ) ā š(š„š ) Definisi 3.7 [7] Sebuah ššššš dari sikel š¶š adalah sebuah sisi yang bukan termasuk šø(š¶š ), dimana sisi tersebut mempunyai titik akhir pada sikel š¶š . Teorema 3.8 [7] Misalkan šŗ adalah graf sikel dengan šššššš . Maka
šš (šŗ) =
Bukti.
ā² š + 2 2š ā 1 + 1 + šā2 š=0 šš ā š š , š ā” 0 (ššš 4) šā2 ā² 2š(š + 2) + 1 + š=0 šš ā š š , š ā” 2 (ššš 4) ā² 2š(š + 1) + šā2 š ā š , š ā” 1 (ššš 4) š š š=0 šā2 ā² (š + 2)(2š + 1) + š=0 šš ā š š , š ā” 3 (ššš 4)
ļ· ļ·
Misalkan š¶š menunjukkan sikel dengan š titik dan V(š¶š ) = {š£0 , š£1 , š£2 , ā¦ š£šā1 } sedemikian sehingga š£š adjacent dengan š£š+1 dan š£š ā1 adjacent dengan š£0 . Label yang diberikan menggunakan bantuan dua urutan berikut : urutan ššš š”šššš ššš š· = (š0 , š1 , ā¦ ššā2 ) urutan ššššš ššš š¹ = (š0 , š1 , ā¦ šš ā2 ) Urutan ššš š”šššš ššš adalah bilangan bulat positif digunakan untuk menghasilkan urutan titik dari š¶š dimana setiap šš ā¤ š . Diberikan š ā¶ {0,1, ā¦ , š ā 1} ā {0,1, ā¦ , š ā 1} . Didefinisikan š 0 = 0 dan š š + 1 = š š + šš (ššš š), Disini š adalah permutasi yang memenuhi pelabelan radio. Didefinisikan š„š = š£š(š) untuk š = 0,1,2, ā¦ š ā 1 . Kemudian {š„0 , š„1 , ā¦ š„šā1 } adalah urutan titik dari š¶š . Jarak antara titik š„š dan š„š+1 adalah šš = š(š„š , š„š+1 ) . Urutan ššššš ššš š¹ digunakan untuk menetapkan label dari setiap titik pada š¶š . Misalkan š menjadi label yang didefinisikan oleh š(š„0 ) = 0 dan untuk š ā„ 1, š(š„š+1 ) = š(š„š ) + šš . Sesuai definisi pelabelan radio berlaku šš ā„ š ā šš + 1 untuk semua š . Dengan menambahkan šššššš dalam sikel š¶š sehingga diameter sikel tetap tidak berubah. Misalkan jarak baru antara š„š dan š„š+1 adalah šāš = š(š„š , š„š+1 ), kemudian karena šššššš dalam sikel itu jelas bahwa šš ā„ šāš . Kasus 1 : š = šš , š
ššš (š®) = šš . Permutasi yang sesuai dengan pelabelan radio š š + 1 = š š + šš (ššš š) Dengan šš yaitu urutan ššš š”šššš ššš yang didefinisikan sebagai berikut : šš = 2š jika š genap = š jika š ā” 1 (ššš 4) = š + 1 jika š ā” 3 (ššš 4) Dan urutan ššššš ššš diberikan oleh : šš = 1 jika š genap = š + 1 jika š ganjil Urutan ššššš ššš untuk sikel dengan šššššš yaitu šāš = šš + (šš ā šāš ) , 0 ā¤ š ā¤ š ā 2 Melabelkan sebanyak š titik yaitu š„0 , š„1 , š„2 , ā¦ , š„šā1 menggunakan permutasi yang sesuai dengan pelabelan radio adalah sebagai berikut : š 4š = 2šš + š (ššš š) š 4š + 1 = 2š + 2 š + 1 (ššš š) š 4š + 2 = 2š + 3 š + š (ššš š) š 4š + 3 = 2š + 1 š + š (ššš š) Rentang šā² untuk sikel dengan šššššš adalah = š ā² 0 + š ā² 1 + š ā² 2 + āÆ + š ā² šā2 šā2
šš ā š ā² š
= 2š ā 1 š + 2 + 1 + š=0
Yang merupakan bilangan radio untuk sikel dengan šššššš untuk š = 4š Kasus 2 : š = šš + š , š
ššš š® = šš + š . Permutasi yang sesuai dengan pelabelan radio š š + 1 = š š + šš (ššš š)
Dengan šš yaitu urutan ššš š”šššš ššš yang didefinisikan sebagai berikut : šš = 2š + 1 jika š genap = š + 1 jika š ganjil Dan ššššš ššš diberikan oleh šš = 1 jika š genap = š + 1 jika š ganjil Urutan ššššš ššš untuk sikel dengan šššššš yaitu šāš = šš + (šš ā šāš ) , 0 ā¤ š ā¤ š ā 2 Melabelkan sebanyak š titik yaitu š„0 , š„1 , š„2 , ā¦ , š„šā1 menggunakan permutasi yang sesuai dengan pelabelan radio adalah sebagai berikut : š 2š = 3š + 2 š ššš š š 2š + 1 = 3š + 2 š + 2š + 1 (ššš š) Rentang šā² untuk sikel dengan šššššš adalah = š ā² 0 + š ā² 1 + š ā² 2 + āÆ + š ā² šā2 šā2
šš ā š ā² š
= 2š š + 2 + 1 + š=0
Yang merupakan bilangan radio untuk sikel dengan šššššš untuk š = 4š + 2 Kasus 3 : š = šš + š , š
ššš š® = šš . Permutasi yang sesuai dengan pelabelan radio š š + 1 = š š + šš (ššš š) Dengan šš yaitu urutan ššš š”šššš ššš yang didefinisikan sebagai berikut : š4š = š4š+2 = 2š ā š š4š+1 = š4š+3 = š + 1 + š Dan urutan ššššš ššš diberikan oleh šš = 2š ā šš + 1 Urutan ššššš ššš untuk sikel dengan šššššš yaitu šāš = šš + (šš ā šāš ) , 0 ā¤ š ā¤ š ā 2 Melabelkan sebanyak š titik yaitu š„0 , š„1 , š„2 , ā¦ , š„šā1 menggunakan permutasi yang sesuai dengan pelabelan radio adalah sebagai berikut : š 2š = š 3š + 1 (ššš š) š 4š + 1 = 2š š + 1 (ššš š) š 4š + 3 = 2š + 1 š (ššš š) Rentang dari šā² untuk sikel dengan šššššš adalah = š ā² 0 + š ā² 1 + š ā² 2 + āÆ + š ā² šā2 šā2
šš ā šā² š
= 2š(š + 1) + š=0
Yang merupakan bilangan radio untuk sikel dengan sembarang jumlah šššššš , untuk š = 4š + 1 Kasus 4 : š = šš + š , š
ššš š® = šš + š . Permutasi yang sesuai dengan pelabelan radio š š + 1 = š š + šš (ššš š) Dengan šš yaitu urutan ššš š”šššš ššš yang didefinisikan sebagai berikut :
š4š = š4š+2 = 2š + 1 ā š š4š+1 = š + 1 + š š4š+3 = š + 2 + š Dan urutan ššššš ššš diberikan oleh šš = 2š ā šš + 2 jika š ā” 3(ššš 4) = 2š ā šš + 3 lainnya Urutan ššššš ššš untuk sikel dengan šššššš yaitu šāš = šš + (šš ā šāš ) , 0 ā¤ š ā¤ š ā 2 Melabelkan sebanyak š titik yaitu š„0 , š„1 , š„2 , ā¦ , š„šā1 menggunakan permutasi yang sesuai dengan pelabelan radio adalah sebagai berikut : š 4š = 2š(š + 1) (ššš š) š 4š + 1 = š + 1 (2š + 1) (ššš š) š 4š + 2 = 2š ā 1 (š + 1) (ššš š) š 4š + 3 = š 2š + 1 + š (ššš š) Rentang šā² untuk sikel dengan šššššš adalah = š ā² 0 + š ā² 1 + š ā² 2 + āÆ + š ā² šā2 šā2
šš ā š ā² š
= š + 2 2š + 1 + š=0
Yang merupakan bilangan radio untuk sikel dengan sembarang jumlah šššššš , untuk š = 4š + 3 Definisi 3.9 [7] Graf tengah š(šŗ) dari sebuah graf šŗ adalah graf yang himpunan titiknya adalah š(šŗ) āŖ šø(šŗ) dimana dua titik saling adjacent jika hanya jika titik-titik tersebut adjacent dengan titik yang sama pada š(šŗ) atau salah satu merupakan sebuah titik pada š(šŗ) dan yang lainnya adalah titik pada šø(šŗ) yang adjacent dengan titik tersebut. Teorema 3.10 [7] Untuk beberapa sikel šŖš , šš š š¶š
=
2 š + 2 2š ā 1 + š + 3 4š š + 2 + š + š + 3 4š š + 1 + š + š 4š + 5 š + 1 + š
š ā” 0(ššš 4) š ā” 2(ššš 4) š ā” 1(ššš 4) š ā” 3(ššš 4)
Bukti. Diberikan titik š£0 , š£1 , š£2 , ā¦ š£šā1 menjadi titik-titik dari sikel š¶š dan š£ā²0 , š£ā²1 , š£ā²2 , ā¦ š£ā²š ā1 menjadi titik ā titik baru yang disisipkan sesuai dengan sisi dari š¶š untuk menghasilkan š š¶š . Dalam š š¶š diameter naik 1. Disini š š£š , š£š ā„ š(š£š , š£ā²š ) untuk š ā” 0,2(ššš š) dan š š¢š , š¢š = š(š¢š , š¢ā²š ) untuk š ā” 1,3(ššš š). Pertama melabelkan titik ā titik š£0 , š£1 , š£2 , ā¦ š£šā1 kemudian titik ā titik baru yang disisipkan yaitu š£ā²0 , š£ā²1 , š£ā²2 , ā¦ š£ā²šā1 , dengan menggunakan dua kali skema permutasi seperti pada Teorema 3.9 akan diperoleh pelabelan titik yang sesuai dengan permutasi yang berlaku dalam pelabelan radio. Kasus 1 : š = šš
urutan ššš š”šššš ššš yang digunakan untuk melabelkan titik yang asli pada graf š(š¶š ) diberikan oleh: šš = 2š + 1 jika š genap = š + 1 jika š ā” 1 (ššš 4) = š + 2 jika š ā” 3 (ššš 4) Dan urutan ššššš ššš diberikan oleh : šš = 1 jika š genap = š + 1 jika š ganjil Diberikan titik š£ā²0 menjadi titik yang ditambahkan didalam sikel š¶š sehingga š š£š , š£ ā² 0 = š + 1 dan š = š + 1 , dimana š£š adalah titik yang asli pada graf š(š¶š ) yang menjadi titik terakhir yang diberi label. urutan ššš š”šššš ššš yang digunakan untuk melabelkan titik-titik yang ditambahkan pada graf š(š¶š ) diberikan oleh: šš = 2š jika š genap = š jika š ā” 1 (ššš 4) = š + 1 jika š ā” 3 (ššš 4) Dan urutan ššššš ššš diberikan oleh : šā²š = 2 jika š genap = š + 1 jika š ganjil = š + 1 jika š ganjil Melabelkan titik ā titik yang asli pada graf š(š¶š ) sebanyak š titik yaitu š„0 , š„1 , š„2 , ā¦ , š„š ā1 dan titik ā titik yang ditambahkan sebanyak n titik yaitu š„ā²0 , š„ā²1 , š„ā²2 , ā¦ , š„ā²šā1 menggunakan permutasi yang sesuai dengan pelabelan radio, untuk š = 0,1,2, ā¦ š ā 1 seperti pada teorema sebelumnya. Jadi rentang f untuk graf sikel tengah adalah = š0 + š1 + š2 + āÆ + šš ā2 + š + 1 + šā²0 + šā²1 + šā²2 + āÆ + šā²šā2 = 2 2š 2 + 3š ā 2 + 3 + š Kasus 2 : š = šš + š Untuk semua š urutan ššš š”šššš ššš yang digunakan untuk melabelkan titik yang asli pada graf š(š¶š ) diberikan oleh: šš = 2š + 2 jika š genap = š + 2 jika š ganjil Dan urutan ššššš ššš diberikan oleh : šš = 1 jika š genap = š + 1 jika š ganjil Diberikan titik š£ā²0 menjadi titik yang ditambahkan didalam sikel š¶š sehingga š š£š , š£ ā² 0 = š + 1 dan š = š + 2 , dimana š£š adalah titik yang asli pada graf š(š¶š ) yang menjadi titik terakhir yang diberi label. urutan ššš š”šššš ššš yang digunakan untuk melabelkan titik-titik yang ditambahkan pada graf š(š¶š ) diberikan oleh: šš = 2š + 1 jika š genap = š + 1 jika š ganjil Dan urutan ššššš ššš diberikan oleh :
šā²š = 2 jika š genap = š + 2 jika š ganjil Melabelkan titik ā titik yang asli pada graf š(š¶š ) sebanyak š titik yaitu š„0 , š„1 , š„2 , ā¦ , š„š ā1 dan titik ā titik yang ditambahkan sebanyak n titik yaitu š„ā²0 , š„ā²1 , š„ā²2 , ā¦ , š„ā²šā1 menggunakan permutasi yang sesuai dengan pelabelan radio, untuk š = 0,1,2, ā¦ š ā 1 seperti pada teorema sebelumnya. Jadi rentang f untuk graf sikel tengah adalah = š0 + š1 + š2 + āÆ + šš ā2 + š + 2 + šā²0 + šā²1 + šā²2 + āÆ + šā²šā2 = 4š š + 2 + š + 3 + š Kasus 3 : š = šš + š Untuk semua š urutan ššš š”šššš ššš yang digunakan untuk melabelkan titik yang asli pada graf š(š¶š ) diberikan oleh: š4š = š4š+2 = 2š + 1 ā š š4š+1 = š4š+3 = š + 2 + š Dan urutan ššššš ššš diberikan oleh : šš = (2š + 1) ā šš + 1 Diberikan titik š£ā²0 menjadi titik yang ditambahkan didalam sikel š¶š sehingga š š£š , š£ ā² 0 = š + 1 dan š = š + 1 , dimana š£š adalah titik yang asli pada graf š(š¶š ) yang menjadi titik terakhir yang diberi label. urutan ššš š”šššš ššš yang digunakan untuk melabelkan titik-titik yang ditambahkan pada graf š(š¶š ) diberikan oleh: š4š = š4š+2 = 2š ā š š4š+1 = š4š+3 = š + 1 + š Dan urutan ššššš ššš diberikan oleh : šš = 2š ā šš + 2 Melabelkan titik ā titik yang asli pada graf š(š¶š ) sebanyak š titik yaitu š„0 , š„1 , š„2 , ā¦ , š„š ā1 dan titik ā titik yang ditambahkan sebanyak n titik yaitu š„ā²0 , š„ā²1 , š„ā²2 , ā¦ , š„ā²šā1 menggunakan permutasi yang sesuai dengan pelabelan radio, untuk š = 0,1,2, ā¦ š ā 1 seperti pada teorema sebelumnya. Jadi rentang f untuk graf sikel tengah adalah = š0 + š1 + š2 + āÆ + šš ā2 + š + 1 + šā²0 + šā²1 + šā²2 + āÆ + šā²šā2 = 4š š + 1 + š + š Kasus 4 : š = šš + š Untuk semua š urutan ššš š”šššš ššš yang digunakan untuk melabelkan titik yang asli pada graf š(š¶š ) diberikan oleh: š4š = š4š+2 = 2š + 2 ā š š4š+1 = š + 2 + š š4š+3 = š + 3 + š Dan urutan ššššš ššš diberikan oleh : šš = 2š ā šš + 3 Diberikan titik š£ā²0 menjadi titik yang ditambahkan didalam sikel sehingga š š£š , š£ ā² 0 = š + 1 dan š = š + 2 , dimana š£š adalah titik yang asli pada graf š(š¶š ) yang menjadi titik terakhir yang diberi label.
urutan ššš š”šššš ššš yang digunakan untuk melabelkan titik-titik yang ditambahkan pada graf š(š¶š ) diberikan oleh: š4š = š4š+2 = 2š + 1 ā š š4š+1 = š + 1 + š š4š+3 = š + 2 + š Dan urutan ššššš ššš diberikan oleh : šš = 2š ā šš + 3 Melabelkan titik ā titik yang asli pada graf š(š¶š ) sebanyak š titik yaitu š„0 , š„1 , š„2 , ā¦ , š„š ā1 dan titik ā titik yang ditambahkan sebanyak n titik yaitu š„ā²0 , š„ā²1 , š„ā²2 , ā¦ , š„ā²šā1 menggunakan permutasi yang sesuai dengan pelabelan radio, untuk š = 0,1,2, ā¦ š ā 1 seperti pada teorema sebelumnya. Jadi rentang f untuk graf sikel tengah adalah = š0 + š1 + š2 + āÆ + šš ā2 + š + 2 + šā²0 + šā²1 + šā²2 + āÆ + šā²šā2 = 4š + 5 š + 1 + š Aplikasi Pelabelan Radio Dalam hal ini akan diberikan aplikasi dari Pelabelan Radio. Pelabelan Radio dapat digunakan untuk menetapkan frekuensi untuk masing ā masing kota, yang merupakan bilangan bulat positif sehingga gangguan dapat dihindari. Tingkat gangguan berkaitan erat dengan lokasi geografis dari stasiun ,letak stasiun yang lebih dekat memungkinkan adanya gangguan yang semakin besar. Untuk menghindari gangguan, pemisahan antara frekuensi yang ditugaskan untuk sepasang stasiun terdekat harus cukup besar. Secara umum, dimodelkan dengan memisalkan pemancar sebagai titik pada sebuah graf šŗ. Contoh 3.9 : Dibawah ini diberikan daftar stasiun radio di kota Semarang sebagai berikut : 1. Radio TRAX FM 106 MHz Jl. Sultan Agung No.63 Semarang ( Titik A ) 2. Radio Rasika FM 100,1 MHz Jl. Yos Sudarso No.1 Arteri Utara ( Titik B ) 3. Radio Trijaya FM 89,8 MHz Jl. Setiabudi Semarang ( Titik C ) 4. Radio RHEMA FM 88,6 Mhz Jl. Permata Hijau BB 36 Pondok Hasanudin ( Titik D ) 5. Radio GajahMada FM 102,4 MHz Jl. MT Haryono 161 A Semarang ( Titik E ) 6. Radio Suara Semarang FM 96,9 MHz Jl. Sendangsari Utara IX No. 140-141 Pedurungan Semarang ( Titik F ) 7. Radio Sonora FM 89,9 MHz Jl. Pemuda No. 138 Semarang ( Titik G ) 8. Radio Suara Sakti FM 105,2 MHz Jl. Kawi 29 Semarang ( Titik H ) 9. Radio Smart FM 93,4 MHz Jl. Soekarno Hatta Graha Spirit Arteri Semarang ( Titik I ) 10. Radio RCT FM 101,2 MHz Jl. Bukit Ratih 1 Bukitsari Semarang ( Titik J ) Stasiun radio diatas dimisalkan dengan sebuah titik yaitu nomer pertama Radio TRAX FM menjadi titik A, Radio Rasika FM menjadi titik B dan seterusnya sehingga dapat digambarkan sebagai sebuah graf seperti berikut :
B
I
D
F
G
J
E
C A
H
Gambar 3.39 Representasi stasiun radio di Semarang dalam graf š = 10 sehingga šššš š¶10 = 5 Syarat Pelabelan Radio yaitu setiap dua titik š¢ dan š£ berlaku š š¢ ā š(š£) ā„ šššš šŗ ā š š¢, š£ + 1. Dengan mengambil beberapa titik dari graf š¶10 diperoleh : ļ· Titik A dan B 100,1 ā 90,2 ā„ 5 ā 4 + 1 9,9 ā„ 2 ļ· Titik B dan C 100,1 ā 89,8 ā„ 5 ā 4 + 1 10,3 ā„ 2 ļ· Titik C dan F 96,9 ā 89,8 ā„ 5 ā 2 + 1 7,1 ā„ 4 ļ· Titik G dan H 105,2 ā 98,9 ā„ 5 ā 3 + 1 6,3 ā„ 3 ļ· Titik D dan G 98,9 ā 88,6 ā„ 5 ā 1 + 1 10,3 ā„ 5 Dari beberapa contoh perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa frekuensi beberapa radio di Semarang memenuhi Pelabelan Radio yang berlaku dalam Graf. III.
KESIMPULAN
Bilangan radio pada sikel dengan šššššš ā² š + 2 2š ā 1 + 1 + šā2 š=0 šš ā š š , š ā” 0 (ššš 4) ā² 2š(š + 2) + 1 + šā2 š ā” 2 (ššš 4) š=0 šš ā š š , šā2 ā² 2š(š + 1) + š=0 šš ā š š , š ā” 1 (ššš 4) šā2 ā² (š + 2)(2š + 1) + š=0 šš ā š š , š ā” 3 (ššš 4)
šš šŗ =
Bilangan radio pada graf sikel tengah šš š š¶š
=
2 š + 2 2š ā 1 + š + 3, 4š š + 2 + š + š + 3, 4š š + 1 + š + š, 4š + 5 š + 1 + š,
š ā” 0(ššš 4) š ā” 2(ššš 4) š ā” 1(ššš 4) š ā” 3(ššš 4)
Pada graf sikel tengah, pembuktian sebelumnya yang telah dibahas pada [7] dapat diperbaiki untuk š ā” 3 (ššš 4) sehingga diperoleh : urutan ššš š”šššš ššš yaitu š4š = š4š+2 = 2š + 2 ā š š4š+1 = š + 2 + š š4š+3 = š + 3 + š š š£š , š£ ā² 0 = š + 1 serta š = š + 2 Dan bilangan radio diperbaiki menjadi : šš š š¶š = 4š + 5 š + 1 + š Aplikasi pelabelan radio pada graf yaitu penetapan frekuensi pada stasiun radio di sebuah kota, stasiun radio yang memiliki jarak yang dekat harus memiliki rentang frekuensi yang besar, sedangkan stasiun radio yang memiliki jarak yang cukup jauh memungkinkan rentang frekuensinya sedikit, di Kota Semarang frekuensi beberapa radio telah memenuhi pelabelan radio pada graf.
V. [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11]
DAFTAR PUSTAKA
Bird, John. 2002. Matematika Dasar Teori dan Aplikasi Praktis. Edisi ke-3. Jakarta : Erlangga. Johnsonbaugh, Richard. 2009. Discrete Mathematics. New Jersey : Pearson Education, Inc. Munir, Rinaldi. 2007. Matematika Diskrit. Bndung : Informatika Bandung. Rosen, Kenneth H. 2007. Discrete Mathematics and Its Application. edisi ke8. New York: McGraw. Hill. Su-tzu Juan, Justie dan Daphne Der-Fen Liu. Antipodal Labelings for Cycles.Ars Combinatoria103(2006), hal : 1-2. Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah Aljabar I. 2006. Buku Ajar Aljabar I. FMIPA UNDIP. Semarang. Vaidya,S.K. dan Vihol, P.L. Radio Labeling for some cycle related graphs. IJMSC, 2(2)(2012), hal : 11-24. Wilson, J.Robin dan John J.Watkins. 1990. Graphs an Introductory Approach. New York : University Course Graphs, Network, and Design. Yismianto, Bambang dan Bambang Irawanto. 2003. Buku Ajar Matematika Diskret I. FMIPA UNDIP. Semarang. Zhu, Xuding danDaphne Der-Fen Liu. Multi-level Distance Labelings for Paths and Cycles. SIAM J Discrete Math, 19(2005), hal : 610-621. http://www.seputar-semarang.com/cat/radio ( 2 Juli 2013 )