ABSTRAK Setiabudi, Deby. Model Pembelajaran Membaca Pemahaman Bahasa Jerman Tingkat A1. Skripsi. Bandung: Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FPBS UPI 2014. Membaca merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh pembelajar bahasa asing. Dengan memahami teks yang dibaca, pembelajar dapat mengumpulkan informasi dari teks tersebut. Dalam proses pembelajaran membaca pemahaman dibutuhkan model pembelajaran yang cocok dan langkahlangkah pembelajaran yang sesuai. Tujuan dari penelitian ini yaitu menemukan model pembelajaran membaca pemahaman dan langkah-langkah pembelajarannya. Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif yang digunakan untuk menemukan model pembelajaran beserta langkahnya. Ada 6 pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Jerman, yaitu: GÜM (die Grammatik-ÜbersetzungsMethode), DM (die direkte Methode), ALM (die audiolinguale Methode), AVM (die audiovisuelle Methode), KD (die komunikative Didaktik) dan interkulturelle Ansatz. Kebanyakan dari metode tersebut dapat diterapkan pada model pembelajaran membaca pemahaman. Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau pola yang digunakan oleh guru untuk membantu interaksi antara guru dan peserta didik pada saat proses pembelajaran agar tujuan dari pembelajaran yang sudah direncanakan dapat tercapai. Terdapat 3 model pembelajaran yang dikembangkan oleh Ende et al. (2013) yakni lineares Modell, Boomerang Modell dan zyklische Modell. Ketiga model pembelajaran tersebut dapat diterapkan dalam proses pembelajaran membaca pemahaman. Langkahlangkah pembelajaran yang terdapat dalam 3 model tersebut pada dasarnya sama yakni memiliki Einstieg ‘pendahuluan’, Erarbeitung ‘pengembangan’ dan Anwendung ‘penerapan’ hanya saja alurnya yang berbeda. Pada lineares Modell, fase Einstieg merupakan tahap awal kemudian dilanjutkan dengan Erarbeitung dan diakhiri Anwendung. Pada Boomerang Modell, urutannya sebagai berikut; Einstieg, Anwendung dan Erarbeitung. Pada zyklische Modell alurnya adalah sebagai berikut: fase awal adalah Anwendung dilanjutkan dengan Erarbeitung kemudian menuju Einstieg dan diakhiri dengan Erarbeitung. Atau juga dapat diawali dengan Anwendung dilanjutkan dengan Einstieg kemudian menuju Erarbeitung dan diakhiri oleh Einstieg. Pencapaian tingkat membaca pemahaman dalam model ini adalah tingkat A1. Guru dapat memilih model dan langkah pembelajaran apa yang cocok diterapakan pada materi yang dipelajari. Peneliti hanya memilih 2 model pembelajaran, yakni lineares Modell dan Boomerang Modell. Materi untuk lineares Modell adalah tema Wohnung yang diambil dari buku ajar Studio D A1. Tema untuk materi dalam Boomerang Modell adalah Schule yang besumber dari buku ajar Jung 1. Penelitian ini menyarankan guru agar dapat menggunakan kedua model pembelajaran tersebut dalam pembelajaran membaca pemahaman.
3
ABSTRAKT Setiabudi, Deby. Lermodelle zum Leseverstehen von Deutschen Texten auf dem Niveau A1. Eine Abschlussarbeit an der Deutschabteilung der Pädagogischen Fakultat für Sprachen und Kunst. UPI. 2014 Lesen ist eine der Sprachfertigkeiten, die Fremdsprachlernende üben müssen. Lernende können Informationen aus Lesetexten sammeln. Im Unterricht von Lesetexten sollten geeignete Lernmodelle und Schritte gebraucht werden. Die Ziele dieser Untersuchung sind es, Lernmodell und Lernschritte für den Unterricht zum Leseverstehen herauszufinden. In dieser Studie verwendet der Verfasser die deskriptiv-qualitative Methode, um Lermodelle und Lernschritte für den Leseunterricht herauszufinden. Es gibt sechs Methoden bzw. Ansätze, die im Deutschunterricht verwendet werden, nämlich GÜM (die GrammatikÜbersetzungs-Methode), DM (die direkte Methode), ALM (die audiolinguale Methode), AVM (die audiovisuelle Methode), KD (die komunikative Didaktik) und interkultureller Ansatz. Manche von diesen Methoden können an Lernmodelle des Leseverstehens eingesetzt werden. Das Lernmodell ist eine Planung oder ein Muster, das ein Lehrer befolgen kann, um Interaktion zwischen Lehrer und Lernenden im Lernprozess zu unterstützen, damit die Lernziele erreicht werden können. Es gibt drei Modelle, die Ende et al. (2013) entwickelt haben, nämlich das lineare Modell, das Boomerang Modell und das zyklische Modell. Diese drei Methode können im Sprachunterricht eingesetzt werden. Im Allgemein sind die Lernschritte dieser Modelle gleich. Die Modelle haben gleiche Einstieg, Erarbeitung und Anwendung aber die Reihenfolgen der Phasen sind anders. In dem linearen Modell ist der erste Schritt der Einstieg, der zweite Erarbeitung und der dritte Anwendung. In dem Boomerangs-Modell ist die Reihenfolge wie folgendes: Einstieg, Anwendung, und dann Erarbeitung. Im zyklischen Modell sind die Schritte wie folgendes: die erste Phase ist Anwendung dann Einstieg, Erarbeitung und die letzte Einstieg. Oder man kann mit Anwendung beginnen, danach Einstieg und dann Erarbeitung und mit dem Einstieg beenden. Die Lehrer können das Modell und die Lernschritte, die zu den Materialien passen, wählen. Das zu erreichende Niveau des Leseverstehens in den Modellen ist A1. Die zwei verfassten Lernmodelle sind nach dem linearen Modell und Boomerangs-Modell gerichtet. Materialien für das lineare Modell haben das Thema Wohnung. Der Text ist aus dem Lehrbuch Studio D A1. Das Thema für Materialien im Boomerangs-Modell ist Schule. DerText ist aus dem Lehrbuch Jung 1. Es würde vorgeschlagen, dass Deutschlehrer die zwei Lernmodelle im Unterricht des Leseverstehens benutzen könnten.
4
mengajar sangat dibutuhkan oleh siswa. Berdasarkan pengalaman penulis pribadi dalam membaca pemahaman bahasa Jerman ditemui kesulitan-kesulitan dalam proses membaca pemahaman. Kesulitankesulitan yang timbul antara lain terbatasnya pengetahuan kosakata penulis, situasi dan kondisi pada saat proses membaca pemahaman, menentukan ide pokok dan informasi rinci dalam wacana dan membuat kesimpulan suatu wacana. Penerapan model-model pembelajaran tertentu untuk membaca merupakan strategi guru dalam meningkatkan keterampilan pembelajaran dalam pemahaman membaca. Terdapat banyak model pembelajaran dalam dunia pendidikan. Guru dapat memilih model pembelajaran mana yang sesuai dengan situasi kelas, kondisi peserta didik dan tujuan pembelajaran. Seringkali ditemukan kasus bahwa peserta didik mampu mengerjakan latihan-latihan yang diberikan dalam pemahaman membaca wacana tetapi sama sekali tidak mengerti isi bacaan tersebut. Dengan kata lain, mereka belum dapat memahami isi teks tersebut dengan baik. Dengan demikian diperlukan langkah-langkah yang terorganisir agar pembelajaran bahasa Jerman dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi mereka. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diungkapkan, penulis tertarik untuk membuat model pembelajaran membaca pemahaman tingkat A1 dengan mengadakan penelitian yang
Pendahuluan Sebagai alat komunikasi bahasa sangat penting untuk dipelajari. Bentuk komunikasi dapat berlangsung baik secara lisan maupun tulisan. Seiring dengan berkembangnya zaman, tuntutan terhadap penguasaan bahasa asing juga semakin besar. Penguasaan bahasa asing merupakan nilai tambah bagi seseorang. Salah satu bahasa asing yang dipelajari oleh pembelajar bahasa adalah bahasa Jerman. Dalam pembelajaran bahasa Jerman dilatih empat keterampilan, yakni menyimak (Hörtfertigkeit), berbicara (Sprechfertigkeit) membaca (Lesefertigkeit) dan menulis (Schreibfertigkeit). Dengan membaca seseorang dapat memperoleh informasi yang diinginkannya. Dalam membaca dibutuhkan pemahaman terhadap sumber bacaannya. Dengan demikian secara tidak langsung ketika seseorang membaca terjadi proses komunikasi antara pembaca dengan penulis. Bagi pembelajar pemula seperti pembelajar bahasa Jerman di tingkat SMA, membaca teks bahasa Jerman tidak semudah memahami teks dalam bahasa ibu. Seperti halnya ketika peserta didik membaca teks dalam buku Jung 1, diperlukan pemahaman untuk dapat mengerti isi teks tersebut. Meskipun dalam buku tersebut terdapat glosarium yakni daftar kosakata Jerman-Indonesia dan petunjuk lainya, akan tetapi tetap saja ada. beberapa peserta didik yang tidak dapat memahami teks itu sendiri tanpa bantuan guru. Oleh karena itu, peran guru dalam memberikan strategi membaca ketika
4
adalah bahwa ‘setiap model mengarahkan kita dalam merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.’ Dari berbagai kutipan terdahulu dapat disimpulkan sebagai berikut: model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau pola yang digunakan oleh guru untuk membantu interaksi antara guru dan peserta didik pada saat proses pembelajaran agar tujuan dari pembelajaran yang sudah direncanakan dapat tercapai. Ada beberapa macam metode dan pendekatan pembelajaran bahasa asing yang digunakan dalam mencapai tujuan dari pembelajaran. Metode dan pendekatan yang digunakan di Jerman ini diungkapkan oleh Hallet (2010) dalam Hutabarat (2014:9) antara lain: GÜM (die Grammatik-Übersetzungs-Methode), DM (die direkte Methode), ALM (die audiolinguale Methode), AVM (die audiovisuelle Methode), KD (die komunikative Didaktik) dan interkulturelle Ansatz. Kebanyakan dari metode tersebut dapat diterapkan pada model pembelajaran membaca pemahaman Model pembelajaran yang baik biasanya mengikuti prinsip khusus yang dapat membantu guru untuk merancang proses pembelajaran di kelas. Keempat prinsip model pembelajaran tersebut yang ditetapkan oleh Depdiknas (2009) adalah: adanya keterlibatan intelektual – emosional peserta didik dan guru, adanya keikutsertaan peserta didik secara aktif dan kreatif, guru bertindak sebagai fasilitator, koordinator, mediator dan motivator kegiatan belajar peserta didik dan
berjudul: Model Pembelajaran Membaca Pemahaman Bahasa Jerman Tingkat A1. Kajian Pustaka Sebagai landasan teori, penulis mengambil beberapa teori yang bersangkutan dengan penelitian tersebut. Model muncul dari dampak perubahan bagian dalam di antara penyusunan hipotesis dan pengamatan, atau di dalam ilmu pengetahuan alam yang eksak juga merupakan dampak eksperimen yang terukur; hipotesis mengarahkan pengamatan dan hasil kedua kegiatan tersebut memberi alasan untuk mengadakan verifikasi hipotesis. Dari hasil verifikasi ini dapat disebutkan bahwa model pada dasarnya bukanlah hasil akhir selama model tersebut tidak bersifat konsisten. Maka model yang lama akan digantikan oleh model yang baru Model pembelajaran dapat dikatakan sebagai suatu konsep perencanaan untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan di dalam proses belajar mengajar. Pawloski (2002: 2) menjelaskan bahwa “Das Lernmodell besteht aus der Beschreibung von Interaktionen in bestimmten Lernsituationen”. Kutipan tersebut mempunyai arti sebagai berikut: ‘model pembelajaran terdiri atas deskripsi dari berbagai interaksi dalam situasi pembelajaran tertentu’. Hal ini sesuai dengan pendapat Joyce (1992: 4) bahwa “Each model guides us as we design instruction to help students achieve various objectives”. Maksud kutipan tersebut
5
dengan pendapat Hutabarat (2012:16) yang mengatakan bahwa model pada dasarnya bukanlah hasil akhir selama model tersebut tidak bersifat konsisten, maka model yang lama akan digantikan dengan model yang baru. Sejalan dengan waktu, model pembelajaranpun mengalami banyak perubahan. Pada bagian ini penulis akan menguraikan mengenai macammacam langkah model pembelajaran. Model pembelajaran SelfRegulat ed Learning yang diuraikan oleh Zimmerman (1988) dalam Ende (2013:100) adalah suatu strategi regulasi diri dalam belajar yang didasari oleh asumsi bahwa pengelolaan diri dalam belajar dipengaruhi oleh interaksi antara faktor individu, perilaku, dan lingkungan. Dalam Ende (2013:100) dijelaskan bahwa Zimmerman menguraikan langkah-langkah model pembelajarannya sebagai berikut: 1) Präsentation ‘Presentasi’, 2) Einübung ‘Latihan’, 3) Kognitivierung ‘Pengetahuan’, 4) Transfer ‘Pemindahan’, dan 5) Anwendung ‘Penerapan’ Model pembelajaran tersebut disempurnakan oleh Meyer (2002:147) dalam Ende (2013: 98) yang menjelaskan bahwa terdapat 3 langkah dalam model pembelajarannya, yakni Einstieg ‘Pendahuluan’, Arbeitsphase ‘Tahap Kerja’ dan Ergebnissicherung ‘Pemantapan hasil’. Dalam tahap Einstieg ‘pendahuluan’, Meyer menjelaskan bahwa adanya pendahuluan yakni pengantar menuju materi, pemberian motivasi dan pengembangan. Dalam Arbeitphase
penggunaan berbagai metode, alat dan media pembelajaran fleksibel Penulis membandingkan prinsip-prinsip model pembelajaran yang ada di Indonesia dan di Jerman karena di sini penulis akan membuat model pembelajaran yang mengacu terhadap aturan-aturan tersebut. Ende et al. (2013:26) menguraikan prinsip-prinsip model pembelajaran sebagai berikut: Handlungsorientierung ‘Orientasi Terhadap Tingkat Keberbahsaan’ merupakan tindakan nyata yang bertujuan pada orientasi atau hasil merupakan prinsip model pembelajaran yang ada di Jerman. Tindakan-tindakan yang dilakukan tersebut bergantung pada tujuan apa yang ingin dicapainya. Begitupun dengan model pembelajaran membaca pemahaman, terdapat banyak tindakan yang dilakukan agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Selain itu ada pula Kompetenzorientierung ‘Orientasi terhadap Kompetensi’ yakni adanya orientasi terhadap kompentensi dalam mencapai tujuan merupakan prinsip dalam model pembelajaran. Kompetensi ini merujuk kepada kemampuan pembelajar dalam mencapai tujuan pembelajarannya. Dengan adanya kompetensi yang jelas maka tujuan pembelajaranpun dapat tercapai. Kompetensi yang diacu dalam mencapai tujuan adalah kompetensi dalam mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Berdasarkan paparan di atas dapat dilihat bahwa prinsip-prinsip yang diuraikan di atas, baik prinsipprinsip model pembelajaran di Indonesia dan di Jerman sama-sama berorientasi pada pembelajar. Sesuai
6
‘Penerapan’, 2) Reflexion ‘Refleksi’ 3) Evaluation ‘Evaluasi’ 4) Zusammenfassung ‘Kesimpulan’ 5) Hausaufgabe ‘Pekerjaan rumah’, 6) Weitarbeit ‘Tugas selanjutnya’. Model pembelajaran yang aktual saat ini adalah lineares Modell. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Ende et al. (2013) berdasarkan pembaharuan model pembelajaran sebelumnya yang dikemukakan oleh Harmer (2007) dan juga berdasarkan pada teori P-P-P (Present – Practice – Produce). Model pembelajaran yang diuraikan di atas hampir mirip dengan apa yang telah diuraikan oleh Harmer, Meyer dan Zimmerman terdahulu. Langkah-langkah model pembelajaran tersebut dimulai dengan pendahuluan yang berupa pengaktifan pengetahuan awal yang dimiliki pembelajar atau pengulangan materi terdahulu kemudian dilanjutkan dengan presentasi mengenai materi yang akan dibahas. Adanya sistematisasi dan atau semantisasi terhadap materi yang dibahas merupakan langkah selanjutnya. Pembelajar melakukan latihan mereproduksi mengenai materi tersebut dan juga memproduksi sebagian latihan dari materi tersebut. Langkah pembelajaran tersebut diakhiri dengan penutupan yakni transfer ilmu dari materi terhadap pembelajar melalui langah-langkah pembelajaran yang sudah dilakukan pembelajar sebelumnya. Selain model yang telah diuraikan di atas terdapat juga “Boomerang Modell” yang dikembangkan oleh Harmer. Pada intinya tetap ada 3 langkah dalam
‘tahap kerja’ terdapat pengembangan, konkretisasi, penerapan, latihan dan pemindahan. Sedangkan dalam tahap Ergebnissicherung ‘pemantapan hasil’ terdapat kontrol pembelajar, pendokumentasian materi, presentasi dan refleksi hasil pembelajaran. Harmer (2007: 52) dalam Ende (2013: 98) juga menguraikan model pembelajarannya menjelaskan bahwa ada 3 tahapan dalam model pembelajarannya, yakni pendahuluan, pembahasan dan penerapan. Hal ini lebih sederhana dari langkah-langkah pembelajaran sebelumnya. Lebih lanjut lagi Harmer menjelaskan apa saja yang terdapat dalam pembukaan atau pendahuluan yakni: 1) Hausaufgaben besprechen ‘Pembahasan tugas pekerjaan rumah’, 2) Lernziel ‘Tujuan pembelajaran’, 3) Brainstorming ‘Pengaktifan otak’, 4) Wiederholung ‘Pengulangan’, 5) Vorwissen aktivieren ‘Pengaktifan pengetahuan awal’, 6) motivieren ‘pemberian motivasi’. Sedangkan yang terdapat dalam pembahasan antara lain: 1) Lernmaterial präsentieren ‘Presentasi materi pembelajaran’, 2) Klärung von Fragen ‘Penjelasan berbagai pertanyaan’, 3) Planung Aufgabenerarbeitung ‘Perencanaan pengerjaan tugas’, 4) Unterstützung durch Lehrerin ‘Dukungan melalui guru’, 5) Sematisierung ‘Semantisasi’, 6) Systematisierung ‘Sistematisasi’, 7) reproduktives Üben ‘Latihan reproduksi’ dan 8) produktives Üben ‘Latihan yang produktif’. Pada bagian terakhir yakni penerapan terdapat: 1) Anwendung
7
dilanjutkan dengan Erarbeitung ‘pengembangan’. Berdasarkan teori-teori serta berbagai langkah pembelajaran yang telah diuraikan di atas maka penelitian akan membuat langkahlangkah model pembelajaran khususnya dalam membaca pemahaman bahasa Jerman tingkat A1. Model tahapan pembelajaran yang akan dijadikan pedoman oleh penulis dalam membuat model pembelajaran membaca pemahaman adalah model pembelajaran Linear dan Boomerang. Langkah-langkah pembelajarannya dimulai dari Einstieg ‘pendahuluan’ kemudian Erarbeitung ‘pembahasan’ dan diakhiri dengan Anwendung ‘penerapan’. Sedangkan pada model Boomerang, langkah pembelajarannya dimulai dari Einstieg, Anwendung dan Erarbeitung. Membaca merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif, di mana saat membaca pembaca dapat menerima pesan atau informasi yang dibacanya. Rampillon (1996:81) mengungkapkan “Da das Lesen eine rezeptive Fertigkeit unter den kommunikativen Kompetenzen darstellt, könnte der Schluβ naheliegen, es mit passiven Verhalten von Schülern in Verbindung zu bringen”. Kutipan tersebut berarti: ‘Oleh karena membaca adalah suatu kemampuan reseptif yang ditempatkan di bawah kompetensi komunikatif, ada kecenderungan untuk menghubungkan proses membaca dengan sikap pasif para pembaca. Westhoff (2005:49) mengungkapkan bahwa membaca
proses pembelajarannya yakni Einstieg, Erarbeitung dan Anwendung. Hal yang menjadi perbedaan antara lineares Modell dan Boomerang Modell terdapat pada proses pembelajarannya, yakni dimulai dengan tahap pertama yaitu Einstieg ‘pendahuluan’ dan dilanjutkan dengan Anwendung ‘penerapan’ kemudian proses pembelajarannya diakhiri dengan Erarbeitung ‘pembahasan’. Model pembelajaran ketiga yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran adalah das zyklische Modell atau yang lebih dikenal sebagai “patchwork-Modell”. Model tahapan pembelajaran ini dikemukakan oleh Harmer. Model tahapan pembelajaran ini menggunakan komposisi yang berbeda. Sesuai dengan kutipan berikut: “Das zyklische Modell ist eine Komposition aus unterschiedlichen Abfolgen innerhalb einer Unterrichtseinheit”. Kutipan tersebut berarti: ‘Model siklus adalah suatu komposisi dari urutan yang berbeda di dalam suatu bagian pengajaran’. Ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan urutan proses pembelajaran dari model-model sebelumnya. Dalam model siklus, yang menjadi tahapan awal adalah Anwendung ‘penerapan’ karena model ini bertujuan untuk menganalisis produk yang sudah jadi agar peserta didik lebih mengerti proses pembuatan produk tersebut. Tahapan keduanya terdapat dua opsi yang ditawarkan yakni menuju Erarbeitung ‘pembahasan’ atau menuju Einstieg ‘pendahuluan’. Opsi lainnya adalah menuju Einstieg ‘pendahuluan’ terlebih dalulu lalu
8
Bedürfnisse nach Informationen, die in einem fremdsprachlichen Text enthalten sind, (wietgehend) selbstständig zu befriedigen. Kutipan di tersebut berarti: ‘Pembelajaran membaca pemahaman dalam bahasa asing harus dapat memberi kemampuan bagi pembelajar untuk memuaskan secara mandiri kebutuhan mereka akan informasi yang terkandung di dalam suatu teks bahasa asing’. Pendapat Westhoff tersebut sejalan dengan pendapat Amir (2013: 21) yang mendeskripsikan tujuan membaca secara umum yakni membaca dimaksudkan untuk mendapatkan makna atau informasi atau pesan umum atau pokok, dan membaca secara cermat digunakan untuk memahami kata-kata baik dalam konteks maupun di luar konteks dalam hal ini suatu kata harus dicermati dari segi penggunaanya, misalnya kata itu digunakan dalam arti teknis (denotatif) atau kiasan (konotatif). Hutabarat (1995: 14) mengungkapkan bahwa proses pemahaman membaca bukan hanya proses pemahaman teks secara harfiah saja, tetapi merupakan proses yang menggunakan strategi mengolah data dan informasi. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pada intinya tujuan membaca adalah untuk memperoleh fakta, ide, menyimpulkan bacaan, menilai, mengetahui informasi rinci, informasi tertentu atau informasi umum dari bacaan yang pada akhirnya dari kegiatan membaca, pembaca dapat memperoleh informasi dari teks yang dibaca.
merupakan kegiatan interaksi antara penulis dan pembaca melalui simbol yang dapat dipahami dan mengandung informasi. Sementara itu Buhlmann et al. (2000:235) mengungkapkan pendapat mengenai membaca yaitu: “Lesen in der Zielsprache ist eine Form von Kommunikation, die unter Entnahme von Information aus geschriebenen Texten stattfindet”. Kutipan tersebut berarti: ‘Membaca dalam bahasa tujuan adalah bentuk komunikasi dimana terjadi pemahaman informasi dari teks tertulis’. Berdasarkan kutipan-kutipan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa membaca merupakan keterampilan yang bersifat reseptif dalam kompetensi yang komunikatif. Komunikatif di sini merujuk pada kegiatan yang aktif karena dalam membaca terdapat interaksi antara pembaca dan penulis. Setiap pembaca pasti memiliki tujuan dalam membaca, yakni mencari dan memperoleh informasi dari bacaan serta memahami makna dan isinya. Sebuah ungkapan dalam bahasa Indonesia mengatakan bahwa, “Membaca adalah jendela dunia”. Dengan membaca pembaca mengetahui informasi yang diinginkannya dan dapat memperoleh informasi baru. Dalam membaca, setiap pembaca mengharapkan agar tujuannya dapat tercapai sehingga didapatkan kepuasan pribadi di samping mendapatkan informasi dari teks yang. Seperti yang diungkapkan oleh Westhoff (2005:7): Der so verstandende fremdsprachlice Leseunterricht soll die Lernenden vor allem befähigen, ihre
9
menggunakan bahasa secara mandiri, level C1 dan C2 menggambarkan kemampuan menggunakan bahasa untuk tingkat mahir. Tingkat A1 merupakan tingkatan yang paling awal. Pembelajar harus mampu berkomunikasi secara sederhana atau di dalam kalimat-kalimat bahasa Jerman yang sederhana. Tindakan keberbahasaan yang digunakan dalam bahasa Jerman memperlihatkan tindakan sosial. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat dari Hutabarat (2014:28) yaitu der handlungsorientierter Ansatz betrachtet Sprachverwendende und Sprachlernende vor allem als sozial Handelnde. Oleh karena itu tindakan keberbahasaan erat kaitannya dengan tindakan sosial. Tindakan keberbahasan itu antara lain: Informationsaustausch ‘bertukar informasi’, Kommentar ‘komentar’, Gefühlausdruck ‘ekspresi’, Soziale Konventionen ‘konvensi sosial’, Redeorganisation und Verständnissicherung ‘pidato dan interpretasi’, Kulturspezifische Aspekte ‘Aspek spesifik budaya’. Menurut kisi-kisi yang diberikan oleh Gemeinsamer Europäischer Referenzrahmen (2001:36) mengenai tingkat kemampuan membaca pemahaman A1 adalah: “Ich kann einzelne vertraute Namen, Wörter und ganz einfache Sätze verstehen, z.B. auf Schildern, Plakaten oder in Katalogen”. Kutipan tersebut berarti: ‘Saya mampu mengerti nama, kata dan kalimat yang sederhana, contohnya pernyataan yang terdapat pada poster atau katalog’. Dengan kata lain, pembelajar mampu
Rampillon (1999:14) berpendapat: “Verständlichkeit ist kein textimmantes Kriterium, sondern sie entfaltet sich erst auf der Basis von Lesemerkmalen wie Vorwissen, Ziele, Lese-LernStrategien, Motivation, Interesse, usw”. Kutipan di atas mengandung makna: ‘Pemahaman bukan merupakan kriteria pada teks, melainkan dikembangkan atas dasar ciri-ciri membaca seperti pengetahuan awal, tujuan, strategi membaca, strategi belajar, motivasi, minat dan seterusnya’ Pengetahuan awal merupakan modal pembaca dalam memahami bacaannya. Pengetahuan awal tersebut digunakan untuk menghubungkan hal-hal yang sudah diketahui dan hal-hal yang belum diketahui oleh pembaca. Pembaca juga pastinya mempunyai motivasi serta minat tersendiri terhadap bacaannya, motivasi tersebut dapat berupa keingintahuan pembaca akan informasi yang terkandung dalam wacana. Triatno (2007:8) mengemukakan bahwa terdapat empat faktor yang memengaruhi membaca pemahaman, yaitu: 1) Situasi membaca, 2) Cara membaca, 3) Harapan dari membaca 4) Motivasi dan minat dalam membaca. Glaboniat et al. (2005: 53) menjelaskan bahwa bahasa Jerman memiliki enam tingkatan atau level sesuai dengan kesepakatan Uni Eropa untuk bidang bahasa. Level A1 dan A2 menggambarkan kemampuan menggunakan bahasa pada tingkat dasar, level B1 dan B2 menggambarkan kemampuan
10
Model tahapan pembelajaran yang disusun untuk materi lineares Modell adalah tema Wohnung ‘tempat tinggal’ yang bersumber dari buku ajar Studio D A1 halaman 72. Serta untuk model pembelajaran Boomerang, tema yang dipilih adalah Schule ‘sekolah’ yang bersumber dari buku ajar Jung 1 halaman 150. Kedua materi tersebut mengacu pada Leseverstehen Kannbeschreibungen A1.
membaca dan mendapatkan informasi yang terdapat dalam poster atau katalog. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif bersifat developmental yaitu mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan perkembangannya. Metode tersebut dipilih karena penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu model pembelajaran membaca pemahaman beserta langkah-langkah pembelajarannya. Dengan demikian, hasil penelitian ini akan mengungkapkan model pembelajaran membaca pemahaman bahasa Jerman tingkat A1 beserta langkah-langkah pembelajarannya. Teknik dan prosedur dalam penyusunan model pembelajaran membaca pemahaman adalah sebagai berikut: 1). Melakukan studi pustaka untuk mencari teori-teori mengenai model tahapan pembelajaran, membaca pemahaman dan bahasa Jerman tingkat A1, 2) Memilih model tahapan pembelajaran yang cocok dalam membaca pemahaman bahsa Jerman tingkat A1, 3) Membuat langkah-langkah pembelajaran membaca pemahaman bahasa Jerman tingkat A1 dengan berpedoman pada model pembelajaran yang sudah dipilih dan 4) Membuat kesimpulan dari hasil akhir penelitian. Oleh karena keterbatasan waktu dan tenaga yang ada, maka dipilih dua model tahapan pembelajaran yang akan disusun pada bab IV yaitu lineares Modell dan Boomerang Modell.
Pembahasan Hasil Penelitian Dari hasil pembahasan teori pada bab terdahulu diketahui bahwa terdapat 3 (tiga) model tahap pembelajaran bahasa Jerman, yakni a) lineares Modell, b) Boomerang Modell dan c) das zyklische Modell. Masing-masing model pembelajaran mempunyai kesamaan yaitu memiliki 3 (tiga) fase, yakni Einstieg ‘pendahuluan’, Erarbeitung ‘pembahasan’ dan Anwendung ‘penerapan’. Hal yang menjadi pembeda dari tiap-tiap model pembelajaran tersebut adalah urutan langkah atau tahapan pembelajarannya. Model tahapan pembelajaran membaca pemahaman yang disusun sebagai hasil penerapan teori dalam bab ini hanya dua model pembelajaran yaitu lineares Modell dan Boomerang Modell. Materi dan tema yang diangkat untuk dijadikan model pembelajaran bersumber dari dua buku yang berbeda, yakni Studio D A1 dan Jung 1 Lehrbuch. Materi yang dipilih disesuaikan dengan Kannbeschreibungen Leseverstehen tingkat A1. Pada bagian ini diuraikan materi yang dijadikan model pembelajaran tersebut.
11
‘pengaktifan otak’, 4) Wiederholung ‘pengulangan’, 5) Vorwissen aktivieren ‘pengaktifan pengetahuan awal’, 6) motivieren ‘pemberian motivasi’. Oleh karena itu, untuk model pembelajaran yang disusun di dalam penelitian ini dipilih beberapa langkah pembelajaran yang cocok untuk materi bertema Wohnung tersebut. Tahapan selanjutnya adalah fase Erarbeitung ‘pembahasan’. Menurut teori, terdapat beberapa langkah pembelajaran di dalam tahap Erarbeitung ‘pembahasan’, yaitu: 1) Lernmaterial präsentieren ‘presentasi materi ajar’, 2) Üben ‘latihan’, 3) Semantisierung ‘semantisasi’. Fase terakhir dalam lineares Modell adalah Anwendung ‘penerapan’ di mana peserta didik dapat menerapkan apa yang telah ia pelajari dalam situasi yang nyata. Pada fase Anwendung terdapat beberapa langkah pembelajaran antara lain: 1) Reflexion ‘refleksi’ 2) Evaluation ‘evaluasi’ 3) Zusammenfassung ‘kesimpulan’ 5) Hausaufgabe ‘pekerjaan rumah’, 6) Weitarbeit ‘tugas selanjutnya’.
Lineares Modell Model pembelajaran lineares Modell ini dikembangkan oleh Ende et al. (2013) berdasarkan pembaharuan model pembelajaran sebelumnya yang dikemukakan oleh Harmer (2007) dan juga berdasarkan pada teori P-P-P (Present – Practice – Produce). Tema yang penulis teliti untuk model tahapan pembelajaran ini adalah Wohnung ‘tempat tinggal’. Tema Wohnung tersebut diambil dari buku ajar Studio D A1 (2009) halaman 72. Standar tingkat kemampuan membaca pemahaman sesuai dengan Kannbeschreibungen A1 untuk materi tersebut adalah kann kurze einfache schriftliche eine Wohnung beschreiben, wie ,,unsere Wohnung hat... Zimmer, rechts ist die Küche und links ist das Zimmer, usw”, besonders wenn diese zusätzlich illustiert sind ‘mampu mendeskripsikan suatu tempat tinggal secara tertulis, seperti “rumah kami mempunyai.....kamar, sebelah kanan adalah dapur dan sebelah kiri adalah kamar, dll”, terlebih jika terdapat gambar sebagai media bantu’. Tahapan pembelajaran mengikuti alur yang linear, artinya, pada tahap pertama dlakukan tahap Einstieg ´Pendahuluan´, di dalam tahap kedua terdapat tahap Erarbeitung ´Pembahasan´ dan tahap ketiga adalah tahap Anwendung ´penerapan´. Menurut teori, untuk tahapan Einstieg ‘pendahuluan’ terdapat enam jenis langkah pembelajaran, yakni: 1) Hausaufgaben besprechen ‘pembahasan tugas pekerjaan rumah’, 2) Lernziel ‘tujuan pembelajaran’, 3) Brainstorming
Boomerang Modell Materi yang disusun untuk model tahapan pembelajaran tersebut bersumber dari buku ajar Jung 1 dengan tema Schule pada halaman 150. Tahapan pembelajaran ini membentuk alur Boomerang, di mana, pada tahap pertama dilakukan tahap Einstieg ´Pendahuluan´ kemudian langsung menuju ke tahapan akhir yang menjadi tahapan kedua pada Boomerang Modell yaitu tahap Anwendung ´Penerapan´ dan tahap ketiga adalah tahap Erarbeitung ´Pembahasan´.
12
Tahapan selanjutnya adalah fase Anwendung ‘penerapan’. Fase ini merupakan tahapan kedua. Anwendung yang dimaksud adalah hasil nyata dari materi yang dapat diterapkan pada situasi yang otentik. Maksud dari kegiatan ini adalah agar peserta didik lebih memahami tujuan pembelajarannya pada situasi yang nyata. Tahapan terakhir dari Boomerang Modell adalah fase Erarbeitung ‘pembahasan’ di mana peserta didik dapat melakukan latihan-latihan mengenai isi teks tersebut. Pada tahapan ini terdapat langkah-langkah pembelajaran antara lain: Üben ‘latihan’ dan Semantisierung ‘semantisasi’
Saran Mengacu pada hasil kesimpulan dari hasil penelitian yang telah diuraikan di awal serta berdasarkan landasan teoritis yang dijabarkan di dalam bab 2 sebelumnya, peneliti memberikan beberapa saran terkait dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu: 1. Tugas guru yang utama selain memberikan pengajaran terhadap peserta didik pada saat proses pembelajaran adalah mengetahui model pembelajaran dan langkah pembelajaran seperti apa yang cocok diterapkan untuk materi yang akan diajarkan. Selain itu guru juga mempunyai wawasan yang uas, komunikatif dan informatif. 2. Peserta didik diharapkan dapat mengikuti arahan yang diberikan guru dan dapat bekerja sama agar tujuan pembelaran dapat tercapai. 3. Penelitian ini hanya menyusun dua model tahapan pembelajaran. Model pembeajaran siklus belum dibahas dalam penelitian ini. Ada baiknya bila peneliti lain dapat membahasnya lebih lanjut.
Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari dua model tahapan pembelajaran yang sudah diuraikan di atas yakni lineares Modell dan Boomerang Modell adalah kedua model tersebut sama-sama dapat diterapkan untuk pembelajaran membaca pemahaman. Materi yang dipilih setidaknya memiliki teks yang dapat dikembangkan menjadi latihanlatihan dalam bentuk menentukan informasi global, selektif dan rinci. Bentuk soal-soal latihannya mengarah kepada soal-soal yang terdapat dalam Zertifikat Deutsch seperti menjodohkan dan menentukan pernyataan benar atau salah. Kosakata yang digunakan dalam kedua materi tersebut juga tidak terlalu rumit dan cocok untuk tingkatan A1 sesuai dengan Kannbeschreibungen tingkat A1.
Daftar Pustaka Amir. (2013). Pemahaman Teks Bahasa Sumber Dalam Penerjemahan (Sebuah Kajian Konseptualteoretik). Allemania. Bandung: UPI. Arikunto, Suharsimi. (2008). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Bohn, Rainer. (2003). Probleme der Wortschatzarbeit. Berlin: Druckhaus Langenscheidt.
13
Hutabarat, Mery Dahlia. (2002). Model Pembelajaran Bahasa Jerman Untuk Calon Pemandu Wisata Berbahasa Jerman Di Jawa Barat. Bandung: Allemania UPI. Hutabarat, Mery Dahlia. (2011). Jung 1 Lehrbuch: Buku Ajar Bahasa Jerman Untuk SMA/MA Kelas X. Bandung: CV. Sarana Pustaka. Hutabarat, Mery Dahlia. (2014). Training On Teaching Methodology For German Language Teachers: Die Entwicklung Der Unterrichtsplanung And Lehrund Lernprozess im DaFUnterricht. Jakarta: Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) Regional Centre for Quaity Improvement of Teachers and Education Personnel (QITEP) in Language Joyce. (2009). Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Pawloski, Jan M. (2002). Modellierung Didaktischer: Konzepte mit dem Essenerlern Modell. Linz: Landesverlag. Rampillon, Ute. (1996). Lerntechniken im Fremdsprachen unterricht. München: Max Hueber Verlag. Rampillon, Ute. (1999). Lernen Leichter Machen. München: Max Hueber Verlag. Triatno. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Trim, John. North, Brian. Coste, Daniel. (2001). Gemeinsamer europäischer Referenzrahmen
Buhlmann, Rosemarie. Fearns, Anneliese. (2000). Handbuch des Fachsprachunterrichts. Berlin und München: Gunter Narr Verlag Tübingen. Depdiknas. (2009). Model-model Pembelajaran. Diklat/Bimtek KTSP 2009 Jakarta: tidak diterbitkan. Ehlers, Swantje. (2010). Lesen als Verstehen. Berlin: Druckhaus Langenscheidt. Ende, Karin. Grotjahn, Rüdiger, Kleppin, Karin. Mohr, Imke. (2013). Curriculare Vorgaben und Unterrichtsplanung. Berlin: Langenschiedt. Funk, Hermann. Kuhn, Christina. Demme, Silke. (2009). Studio D A1: Deutsch als Fremdsprache. Berlin: Cornelsen Verlags. Glaboniat, Manuela. Müller, Martin. Rusch, Paul. Schmitz, Helen. Wertenschlag, Lukas. (2006). Profile Deutsh: Gemeinsamer europäischer Referenzrahmen. Berlin: Druckhaus Langenscheidt. Hantschel, Hans-Jürgen. Klotz, Verena. Krieger, Paul. (2012). Mit Erfolg zu Start Deutsch. Stuttgart: Ernst Klett Sprachen GmbH. Hallet, Wolfgang. Königs, Frank. (2010). Handbuch Fremdsprachendidaktik. Fulda: Friedrich Verlag GmbH Hutabarat, Mery Dahlia. (1995). Pengaruh Advance Organizer dan Pengetahuan Landeskunde Terhadap Hasil Membaca Pemahaman Teks Orisinal Bahasa Jerman. Tesis pada IKIP Jakarta: tidak diterbitkan.
14
für Sprachen. Linz: Landesverlag. Werder, Lust von. (1995). Grundkurs des Wissenschaftlichen Lesens. Berlin: Schibri Verlag. Westhoff, Gerard. (2005). Fertigkeit Lesen. Berlin: Druckhaus Langenscheidt. INTERNET : http://www.goethe.de/lrn/prj/pba/bes/ sd1/mat/deindex.htm (diakses 5 Maret 2014)
15