BENTUK VISUALISASI KEGIGIHAN RANGGALAWE PADA KARYA TARI ARYA ADIKARA Nama Dwi Wahyu Wirwan Paneli Desen Pembimbing Drs. Djoko Tutuko, M.Sn. Abstrak Anggapan sebagian pembaca sejarah, menangkap bahwa sejarah itu bisa bersifat subjektif ataupun objektif, tergantung dari sudut mana cara menyikapinya. Seperti pada sejarah pemberontakan Ranggalawe terhadap kerajaan Majapahit, Nambi yang diangkat sebagai patih Majapahit, dianggap bahwa dia tidak ada loyalitasnya terhadap kerajaan Majapahit membuat Ranggalawe berontak. Dari fenomena tersebut, koreogrfer mengangkat sejarah ini menjadi karya tari dengan fokus karya kegigihan, semangat, dan keberanian Ranggalawe. Adapun teori-teori yang digunakan dalam penyusunan karya diantaranya mengunakan proses eksplorasi, improvisasi, evaluasi, dan pembentukan. Konsep dalam penciptaan karya tari ini, korografer menggunakan tipe tari dramatik, mode penyajian simbolik reprsentatif, dengan gaya Jawa Timuran dan Mataraman. Elemen utama tari adalah gerak dengan pendukungnya tari tata rias busana, pola lantai, musik pengiring, dan tata teknik pentas Dalam proses pembuatan karya tari, seorang koreografer hendaknya lebih cermat dan memahami tentang tema yang akan digarap. Konsep sebagai langkah awal harus lebih dipikirkan susunan gerak atau skenario agar lebih mudah untuk menuangkan suatu ide garapan. Dengan demikian karya yang akan disampaikan bisa terbaca dan dipahami oleh penonton. Keywords: Kegigihan, Karya Tari menyikapi pemberontakan Ranggalawe
Pendahuluan Setiap daerah tidak dapat dipisahkan
terhadap Majapahit. Baik dalam Pararaton dari cerita-cerita
lisan yang tersebar maupun
Kidung
Ranggalawe
telah
diantara masyakatnya, begitupun dengan mengungkapkan perihal perang saudara Kabupaten Tuban. Anggapan sebagian pertama di Majapahit (1295) yang ditandai pembaca
sejarah,
menangkap
bahwa dengan pemberontakan Ranggalawe atas
sejarah itu bisa bersifat subjektif ataupun keputusan
Dyah
Wijaya
yang
telah
objektif, tergantung dari sudut mana cara mengangkat menyikapinya.
Seperti
itu
pula
kita
1
Nambi
sebagai
Rakryan
Patih.1 Bagi Ranggalawe, seyogyanya
sendiri, apakah itu berbentuk biografi atau
jabatan itu dianugerahkan kepada Lembu
bentuk yang lain. Koreografer tertarik pada
Sora yang dipandang lebih cakap dan
cerita sejarah Adipati Ranggalawe dan
berjasa dalam perjuangan pada Majapahit.
sebagai mahasiswa jurusan
Karena hasutan Mahapati, Ranggalawe
dan
juga
putra
yang menghadap Sri Rajasa Jayawardhana
mengambil
sisi
itu menuntut agar kedudukan Nambi
ketertarikan dari koreografer ini adalah
sebagai Rakryan Patih digantikan oleh
membuat
Lembu Sora. Sementara Lembu Sora
menjadi
sendiri
memvisualisasikan
menghendaki
Nambi
sebagai
Tuban
Sendratasik yang
kekaryaan,
karya
yang
maka
nantinya
momentum
ingin
akan atau untuk
Rakryan Patih. Ranggalawe menganggap
mendokumentasikan tokoh Ranggalawe
jasa-jasa Nambi belum sepadan untuk
dalam
memangku
Setalah
disayangkan jika cerita tentang Adipati
perdebatan tidak menemukan titik temu,
Ranggalawe dibiarkan begitu saja hingga
maka Ranggalawe pun menyatakan perang
suatu saat nanti hilang jika hanya dikenal
pada Majapahit.
dalam bentuk sejarahnya saja. Namun
jabatan
tersebut.
bentuk
karya
tari.
Sungguh
tentu saja gagasan itu harus dibatasi.
Setelah kita baca dan memahami koreografer
Koreografer membatasinya tidak mulai
mempunyai alasan ketertarikan selain dari
dari perjalanan hidup dari awal sampai
nama
akhir, dari remaja sampai menjadi Adipati
sejarah
Ranggalawe,
besar
Ranggalawe
dalam
kontribusinya membesarkan nama Tuban
tetapi
dikhususkan
pada
bagaimana
ternyata berhenti sampai pada sejarahnya
seorang Ranggalawe akan maju di medan
saja, sementara pada tulisan-tulisan itu
perang. Dengan latar belakang yang telah diuraikan dan ide gagasan berdasarkan
1Bayu aji, Sri Wantala, Sejarah Raja-Raja Jawa Dari Mataram Kuno Hingga Mataram Islam (Yogyakarta: Araska), 134-138.
pemilihan tema sudah diuraikan beserta
2
alasan ketertarikannya, maka koreografer
yang
kemudian menentukan
fokus kekaryaan
Purwolelono. Karya tari ini diamati dalam
dan fokus tulisan. Koreografer ingin
bentuk video yang menceritakan kegigihan
menyampaikan sebuah karya tari ini dalam
Adipati
bentuk proses perkembangan tari tradisi
melawan Minakjinggo dari Blambangan
yang
konsep
yang memberontak kerajaan Majapahit.
gerak–gerak
yang
Karya tari ini mengkisahkan perlawanan
koreografer
dapat
Ranggalawe melawan Minakjinggo hingga
tersampaikan kepada penonton dengan
gugurnya Ranggalawe. Dalam garapan tari
maksud dan tujuan dari koreografer.
yang berjudul “Ronggolawe Gugur” yang
Sementara fokus kekaryaan ini adalah
sutradarai oleh Sunarno mengagangkat
tentang kegigihan Ranggalawe pada karya
ceritera perlawanan Ranggalawe melawan
tari Arya Adikara. Sehingga selain dalam
pemberontakan
bentuk dokumentasi karya, koreografer
kerajaan Majapahit, untuk karya tari yang
juga ,mendeskripsikan bentuk visualisasi
berjudul Arya Adikara akan mengungkap
kegigihan Ranggalawe pada karya tari
kegigihan Ranggalawe dalam menumpas
“Arya Adikara”
kospirasi politik. Dimana pemberontakan
dikembangkan
kekinian
agar
diharapkan
dengan
melalui pengembangan
elemen geraknya.
disutradarai
Majapahit
Ranggalawe
oleh
dalam
Minakjinggo
yang
Sunarno
perang
kepada
dilakuakn
oleh
Ranggalawe merupakan wujud protes dari Kajian Pustaka
kolusi dan nepotisme
A.
Hasil Penciptaan Yang Relevan
Wijaya mengangkat Nambi sebagai patih
Dari hasil penciptaan yang relevan
B.
koreografer terinspirasi dari karya–karya
ketika
Raden
Tari Dramatik dan Tari Dramatari Tari
dramatik
mengandung
arti
tari terdahulu, antara lain: Karya Tari
bahwa gagasan yang dikomunikasikan
dengan judul “Ronggolawe Gugur” (2006)
sangat kuat dan penuh daya pikat, dinamis
3
serta
banyak
melibatkan
mengahdirkan konflik atau hubungan.
konflik antara orang maksudnya dalam
Orientasi hubungan yang dihadirkan tidak
dirinya atau dengan orang lain. Tari
harus berarti tegas antar penari dan batas
dramatik akan memusatkan perhatian pada
ruang mereka. Korografer harus cermat
sebuah kejadian atau suasana yang tidak
untuk menggrap sebuah tarian agar isi
menggelarkan ceritera. Sebaliknya tari
yang ada dalam karya tari tersampaikan
Dramatari
yang
oleh penonton. Dalam penggarapan karya
menggelar ceritera2. Sutu contoh tari yang
tari ini koreografer menggunakan tipe tari
menggambarkan kekuatan Pandawa dapat
drmatik.
disebut tari dramatik, tetapi pengambaran
C.
ceritera
ketegangan
merupakan tipe
Pandawa
tari
merupakan
tari
Koreografi Kelompok Menurut
Sumandiyo
Hadi
dramatari. Dengan demikian tari dramatik
Koreografi kelompok adalah komposisi
dan dramatari terikat dengan emosi dan
yang ditariakan lebih dari satu penari atau
kejadian dalam hubungan manusia, maka
bukan
karakterisasi merupakan titik perhatian.
sehingga dapat diartikan duet (dua penari),
Seorang koreografer harus hati-hati dalam
trio (tiga penari), kuartet (empat penari),
mempelajari karakter dan suasana dalam
dan
realita
kelompok
diantara
kerjasama,
saling
serta
memahami
mendramatisasikan
isi
bagaimana gerak
tari.
tarian
tunggal
seterusnya.
(solo
Dalam penari
dance),
koreografi harus
ada
ketergantungan
tau
Penekanan isi dalam gerak cenderung
terkait satu sama lain. Masingi-masing
memberikan
penari mempunyai pendelagasian tugas
pengaruh
dramtik.
Di
samping itu tari dramatik hampir selalu
atau
fungsi. 3
semata–mata 2
Jacquline Smith, Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru, Terjemahan Ben Suharto, S.S.T. (Yogyakarta: IKALASTI Yogyakarta Perdana, 1985), 27.
Bentuk
koreografi
menyadarkan
diri
ini pada
keutuhan kerjasama antar penari sebagai
Edisi 3Sumandiyo
Hadi,
Koreografi
(Yogyakarta: LKAPII, 2003), 2-4.
4
Kelompok
perwujudan
atau
kesan pada penonton tentang keseluruhan
komposisi kelompok dapat dianalogikan
bentuk atau wujud gerak dari sebuah karya
seperti pertunjukan orkes simponi yang
tari yang disajikan. Seorang koreografer
terdiri dari beberapa pemain dengan
memiliki tahapan dalam penyusun sebuah
isnstrumennya
karya tari antara lain; eksplorasi guna
suaranya
bentuk.
Koreografi
sendiri-sendiri,
harus
padu
dan
tetpai
harmonis.
melahirkan
motif
dan
bentuk
Demikian pula pada karya tari “Arya
kemudian diberikan pada
Adikara”
konsep koreografer tercapai.
setiap
penari
mempunyai
baru,
penari agar
peranan sendiri-sendiri, secara harmonis memberi
daya
hidup
tari
Metode Penciptaan
secara
A.
Metode Menemukan Karya
keseluruhan. Keutuhan atau keseluruahan Gagasan dituangkan dalam bentuk penari menjadi lebih berarti dan masingkarya
tari,
koreografer
menemukan
masing kemampuan penari. rangsang awal sebagai fokus garapan tari. D.
Teori Transformasi Bentuk Rangsang awal tersbut adalah idiesional Transformasi adalah sesuatu yang yang didapatkan dari membaca sebuah
disampaikan
dalam
sebuah
karya web Wikepedia
seseorang
berisi tentang kidung
memiliki emosi jiwa. Bentuk Ranggalawe.
adalah
seperangkat
tata
hubungan Metode
yang
digunakan
untuk
karakteristik gerak yang terperinci dalam menemukan fokus karya dengan cara suatu tari. 4 Garapan tari bertujuan untuk berdiskusi, mengamati, membaca, dan mengkomunikasikan
gagasan
melalui memperhatikan fenomena sesuai keinginan
rangkaian gerak serta mempunyai wujud, koreografer. Beberapa metode tersebut bentuk dan kesatuan, sehingga memberi kemudian 4Sal
digabung
untuk
dapat
Murgiyanto, M.A, Koreografi Dasar Komposisi Tari) (Jakarta:
ditemukan atau fokus serta tema yang
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1983), 47.
tepat. Setelah itu baru kemudian proses
(Pengetahuan
5
konsep karya digunakan acuan membuat
kepada dosen dan juga teman dekat
suatu karya tari.
koreografer.
B.
Metode Konstruksi
bertanya, penata ingin memvisualisasikan
Rangsang awal merupakan sesuatu
atau mentransformasikan ke dalam sajian
yang
dapat
membangkitkan
fikir,
tari
Dengan
garapan.
berdiskusi
Koreografer
dan
melakukan
semangat, atau mendorong kegiataan.5
eksplorasi
Setiap pembuatan karya seni baik musik,
bernafaskan atau berpijak Jawa Timuran
tari, dan drama akan mengalami hal ini
dan Mataraman. Pijakan gerak-gerak yang
karena rangsang awal adalah dasar paling
diambil adalah Jawa Timur gremoan,
utama. Koreografer pada pembuatan karya
glipangan,
tari telah menemukan sebuah cerita yaitu,
gerak
Kidung
seperti,
Ranggalawe,
menceritakan
kidung
tentang
pemberontakan
ini
dari
dan
gerak-gerak
malangan.
yang
Sedangkan
yang diambil dari Mataraman ladrangan,
sabetan,
singget
onclang dan trecet.
tindakan
Proses eksplorasi dilakukan bersama
Ranggalawe. karena
dengan penari agar mampu meresapi dan
tuntutan Ranggalawe akan pengangkatan
memahami keinginan koreografer dalam
Empu Nambi sebagai Patih Amangkubumi
menyampaikan pesan di dalamnya. Maka
Majapahit dianulir.
dari
Pemberontakan
Setelah
diakibatkan
melakukan
itu
diperlukan
keseriusan
dan
konsentrasi dalam berproses atau kerja
observasi
mengenai gagasan tersebut, koreografer
studio.
mencoba untuk memperdalam lagi tentang
cukup matang sangat membantu dalam
kegigihan dengan bertanya dan berdiskusi
pencarian motif, dan pola penggarapan karya
5
Pengalaman
tari
ini.
koreografer
Ketika
semua
yang
motif
Jacquline Smith, Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru, Terjemahan Ben Suharto,
diketemukan
maka
perlu
adanya
S.S.T. (Yogyakarta: IKALASTI Yogyakarta Perdana, 1985), 20.
penggabungan
motif
tersebut
melalui
Edisi
6
pengembangan
secara
improvisasi.
sudah sesuai dan dapat menyampaikan
Improvisasi dilakukan oleh koreografer
pesan koreografer pada penonton.
sesuai dengan kemampuannya, sehingga
Tahap
berikutnya
adalah
tahap
gerak yang dikembangkan masih bisa
penemuan motif yang sudah tergabung
dikenali seperti gerak Jawa Timuran
dalam bentuk karya tari melalui evaluasi
seperti bumi langit dan singget pada remo.
oleh orang lain. Perkembangan yang ada
Improvisasi
ketika
dimaksud agar lebih memperhalus garapan
mampu
karya tari tersebut. Ketika koreografer
menentukan transisi, ekspresi atau rasa
mencari bentuk pada tari yang sedang
sehingga terbentuklah gerak yang dinamis.
digarap, kroagrafer hendaknya harus sadar
penari
sangat
maupun
Evaluasi
dibutuhkan koreografer
dilakukan
koreografer
bawa koreografer sedang membuat desain
mempresentasikan
waktu. Bila makna keseluruhan hadir,
kepada dosen pembimbing dan dosen
bagian-bagiannya masuk secara tepat akan
penguji
masuk
menapilkan
atau
sesuai
dengan
jadwal
yang
kedalam
wujud
atau
bentuk
ditentukan. Koerografer mencari gerak
menopangnya6.
Jawa
sebagai dasar struktur untuk mendapatkan
dengan
Timuran gaya
dan
menggabungkan
Mataraman
Motif
perlu
dipakai
lalu
bentuk. Motif-motif tersebut menciptakan
mengembangkannya, sehingga gerak yang
gambar waktu yaitu gerak yang memrlikan
dikembangkan masih bisa dikenali seperti
waktu
gerak Jawa Timuran seperti bumi langit
penekanannya.
dan singget
B. a)
pada remo,
setelah itu
koreografer menganalisa gerak tersebut
untuk
berganti
intensitas
dan
Konsep Penciptaan Tema
Tema tari lahir secara spontan dari
agar cocok untuk dirangkai pada bagian
pengalaman total seorang penata tari, yang
apa. Setelah itu mengevaluasi gerak itu
6
Jacquline Smith, Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru, Terjemahan Ben Suharto, S.S.T. (Yogyakarta: IKALASTI Yogyakarta Edisi Perdana, 1985), 59.
7
kemudian harus diteliti secara cermat
Majapahit. Dalam prasasti Kudadu, ayah
kemungkinan–kemungkinannya
dan anak tersebut sama-sama menjabat
diungkapkan
dalam
gerak
untuk
sebagai pasangguhan,
dan
yang keduanya
kecocokannya dengan keputusan. 7 Tema
masing-masing bergelar Rakryan Mantri
adalah ide atau gagasan atau pokok pikiran
Arya Wiraraja Makapramuka dan Rakryan
sebuah karya tari. Tema karya ini berasal
Mantri Dwipantara Arya Adikara.
dari apa yang koreografer lihat dan baca
Maka dari itu
yaitu kegigihan. Sub tema dari tema
“Arya Adikara” karena sangat cocok
tersebut
dengan karya tari ini. Kedua Arya Adikara
yaitu
berani–semangat/spirit–
koreografer memilih judul
kegigihan.
merupakan nama lain dari Ranggalawe.
b)
Sinopsis
Judul dan Sinopsis
Judul
hendaknya bersifat umum karena
Ketika kekuasaan menjadi segalanya
dapat
memunculkan
Ambisi laksana api
interpretasi
yang
beragam. 8 Dalam prasasti Kududu nama
Api yang dapat melenyapkan kehidupan
Ranggalawe adalah Arya Adikara.9 Dalam
Membumi hanguskan harapan
tradisi Jawa ada istilah nunggak semi,
Api yang berkobar dalam hati
yaitu nama ayah kemudian dipakai anak.
c)
Jadi, nama Arya Adikara yang merupakan
Koreografer telah menentukan tipe tari
nama
Arya Wiraraja, kemudian
pada karya tari “Arya Adikara” dengan
dipakai sebagai nama gelar Ranggalawe
jenis tipe tari dramatik karena karya tari
ketika dirinya diangkat sebagai pejabat
garapan ini memusatkan perhatian pada
lain
Tipe Tari
sebuah kejadian atau suasana yang tidak 7Sal
(Pengetahuan
Murgiyanto, M.A, Koreografi Dasar Komposisi Tari) (Jakarta:
menggelarkan ceritera.10
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1983), 37. 8Ibid., 9Sanu
93.
Barianto, Bocah-Bocah (Surabaya: PT Java Pustaka, 2011), 10.
10Jacquline
Smith, Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru, Terjemahan Ben Suharto,
Tuban
8
d)
dengan tarian. 12 Perasaan dan emosi yang
Mode penyajian
Sebuah karya tari ada dua, yaitu simbolis
bersifat
dan representatif atau representasional.
memberi motivasi kekuatan pada aktivitas
Mode penyajian secara simbolis adalah
otot bersifat anatomis, sehingga gerak,
mengungkapkan gerak dalam tari dengan
kualitas,
menggunakan
menuju pada pencapaian tertentu.
simbol–simbol
atau
psikologis
kekuatan,
diarahkan
dan
dalam
irama
dapat
menambahkan gambaran lain mengenai
f)
sesuatu, gerak–gerak yang unik dan tidak
Gaya
nyata. Sedangkan mode penyajian secara
ditimbulkan
representasional adalah mengungkapkan
seseorang. Gaya tari dijiwai oleh suatu
gerak dalam tari yang mirip seperti
sikap batin tertentu dalam melaksanakan
kehidupan nyata atau menirukan aslinya11.
dan
Mode penyajian yang digunakan pada
memiliki
penggarapan karya tari Arya Adikara
penyelenggaraan tari serta menyangkut
adalah simbolik representatif karena karya
jenis
tari ini disajikan dalam gerak yang unik
ditimbulkan.13
sesuai dengan penggarapan koreografer
gunakan menggunakan pijakan gerak tari
dan juga sesuai dengan keadaan nyata
gaya Mataraman. Koreografer melakukan
terlukis pada gerak tari.
pengeksplorasian gerak untuk menemukan
e)
gaya yang diinginkan sesuai dengan
Teknik
Gaya merupakan oleh
menghayatinya.
rasa
ciri
karakter
Gaya
diri
batin
dan
yang tari
yang
jati
Sikap
fungsi
indah
khas
ini
tujuan
hendak yang
kami
Teknik merupakan struktur anatomis–
konsep, sehingga ciri khas koreografer
psikologis yang menghubungkan gerak
nampak pada karta tari ini. g)
S.S.T. (Yogyakarta: IKALASTI Yogyakarta Edisi Perdana, 1985), 27. 11Jacquline Smith, Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru, Terjemahan Ben Suharto, S.S.T. (Yogyakarta: IKALASTI Yogyakarta Perdana, 1985, 29.
Pemain dan Instrumen
12Yulianti
Parani, Pengetahuan Elemen Tari dan Beberapa Masalah Tari,(1986), 57.
Edisi
13
9
Edy Sedyawati. 1986, 13
Pentingnya kerjasama antara penata dan
lainnya. Musik pengiring pada karya tari
penari agar mempersatukan rasa dan
ini adalah musik live yang menggunakan
membangun batin agar terciptanya sebuah
alat musik gamelan. Garapan musik ini
proses yang teratur dan terarah. Pemain
menggunakan
atau penari dalam penggarapan karya tari
memiliki laras pelog dan slendro. Iringan
Arya Adikara ini berjumlah enam orang
tari diciptakan berfungsi sebagai ilustrasi
yang terdiri dari enam penari laki-laki.
dan pengiring untuk mendukung gerak
Koreografer memiliki alasan penggunaan
yang telah ditentukan sesuai dengan
sejumlah enam penari karena tari garapan
suasana garapan.
notasi
kepatihan
yang
ini terdapat kontak antar penari dan juga penerapan di dalamnya bersifat sama atau
Pembahasan
rampak. Dalam penggarapan tari Arya
Dalam penciptaan karya tari "Arya
Adikara tidak menggunakan instrumen
Adikara", terdapat beberapa tahap yang
atau properti.
harus dilewati dalam proses penciptaan
h)
karya tari sesuai dengan teori. Adapun
Tata Teknik Pentas
Tata teknik pentas karya ini menggunakan
teori yang digunakan penata dalam karya
panggung proscenium dan menggunakan
ini adalah Teori Transformasi Bentuk,
lighting atau tata lampu. Penggunaan
dimana sebuah karya dibuat dengan tujuan
setting berupa gun smoke atau asap buatan
untuk
dan background atau backdroup berwarna
melalui rangkaian gerak serta mempunyai
hitam .
wujud, bentuk, dan kesatuan. Sehingga
i)
Iringan Musik
mampu memberikan kesan bagi penonton
Hubungan sebuah tari dengan musik
lewat keseluruhan gerak karya tari yang
adalah karena aspek bentuk, gaya, ritme,
disajikan. Seorang penata atau koreografer
suasana, atau gabungan dari aspek–aspek
memiliki
10
mengkomunikasikan
peran
penting
gagasan
(pemimpin,
produser, dan konseptor) dalam proses
Majapahit. Namun
penyusunan sebuah karya tari. Adapun
Ranggalawe
tahapan yang harus dilakukan penata
pemberontak
antara lain adalah eksploarasi, yakni tahap
kerajaan
yang dilakukan guna melahirkan motif dan
konspirasi politik. 15 Jika kedua pengertian
bentuk baru. Motif dan bentuk baru
tersebut digabungkan, maka kegigihan
tersebut kemudian diberikan kepada penari
Ranggalawe
agar
perjuangan dan emosi
konsep
sang
koreografer
dapat
di akhir hayatnya,
menjadi pertama
Majapahit
dapat
salah
satu
dalam
sejarah
lantaran
adanya
diartikan
sebagai
dalam tokoh
tercapai. Penata atau koreografer dalam hal
Ranggalawe sebagai wujud protes atas
ini mengungkapkan "Arya Adikara" dalam
berbagai tindak kolusi dan nepotisme yang
sebuah penyajian tari kepada penonton
terjadi di kerajaan Majapahit.
atau penikmat seni.
A.
Hasil Karya
Tema yang diangkat dalam karya tari
Karya tari Arya Adikara disajikan
Arya Adikara adalah kegigihan seorang
dalam empat adegan dalam durasi kurang
tokoh bernama Ranggalawe. Kegigihan
lebih 12 menit, dengan pembagian adegan
dalam hal ini merupakan suatu keteguhan
sebagai berikut:
memegang pendapat atau mempertahankan
a)
pendiriannya sampai kinginan tersebut
Introduksi Intro merupakan adegan sebagai
didapatkan dengan usaha serta kerja keras
gambaran
yang sangat maksim. 14 Ranggalawe sendiri
Ranggalawe yang gagah dan kuat. Suasana
adalah salahsatu pengikut Raden Wijaya
awal pada karya tari ini diawali dengan
yang
suasana sedikit tegang. Pada adegan intro
memiliki
perjuangan
jasa
besar
mendirikan
dalam
suasana
dalam
sosok
Kerajaan 15Bayu
aji, Sri Wantala, Sejarah Raja-Raja Jawa Dari Mataram Kuno Hingga Mataram Islam (Yogyakarta: Araska), 134-138.
14
Bayu aji, Sri Wantala, Sejarah Raja-Raja Jawa Dari Mataram Kuno Hingga Mataram Islam (Yogyakarta: Araska), 134-138.
11
empat penari masuk ke dalam panggung
yang tidak gampang untuk dikalahkan
dengan tidak bersamaan.
yaitu dari kerajaan Majapahit
Gambar 1. Empat penari masuk ke dalam panggung setalah musik berbunyi 1x 8. Setiap penari melakukan gerak yang berbeda-beda dan cepat hitungan per penari 1x8 lalu pause 1x8. (doc. Dwi). b) Adegan Satu
Gambar 3. Penari dibagi menjadi dua bagian. Diawali dengan bagian A berada di belakang kiri panggung mengadap ke serong depan. Bagian B berada di depan kiri panggung mengahadap serong kanan. Antara A dan B melakukan gerak rampak tetapi berlawanan arah. (doc. Dwi). d) Adegan Tiga
Adegan adegan
inti
satu yang
sudah
memasuki
menggambarkan
Adegan
tiga
konflik
ini
merupakan
Ranggalawe seakan terbayang-bayang oleh
gambaran
sekaligus
sebagai
musuhnya yaitu Nambi.
klimaks atau puncak dari sturtur penyajian ini. Disini digambarkan Ranggalawe ingin memecahkan masalah yang ada pada dirinya.
Gambar 2. Empat penari bergerak simpuh serong kanan menuju ke belakang seakan menyambut satu penari hitungan 1x8. Lalu satu penari yang masuk bergerak maju serong kiri selasai, empat penari berinteraksi kepada penari satu hitungan 1x8. (doc. Dwi). c) Adegan Dua
Gambar 4. Hanya ada satu penari berada di atas panggung. Gerak yang dilakukan seperti orang kebingungan. (doc. Dwi). e) Adegan Empat
Adegan dua merupakan gambaran wibawa dan ketenangan Ranggalawe akan
Adegan
keempat
merupakan
mengalami peperangan dengan musuh gambaran Ranggalawe yang siap menuju 12
ke medan perang apapun resikonya beliau
berpijak pada motif desain busana tradisi
siap menanggung.
tari Jawa Timur gaya Mataraman yang telah dikembangkan bentuknya. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
Gambar 5. Lima penari membuat piramida di depan kanan panggung, satu penari bergarak sendiri seperti orang yang siap maju di medan perang hingga naik di atas lima penari yang membentuk piramida. (doc. Dwi). B. Tata Rias dan Tata Busana Karya
tari
Arya
Gambar. 5 Tata rias dan busana karya tari Arya Adikara. (doc Dwi) Keterangan:
Adikara
menggunakan beberapa seni pendukung,
1) Ikat kepala
diantaranya yaitu tata rias dan busana, tata
2) Jamang emas
cahaya, pola lantai, tata teknik pentas, dan
3) Kumis
iringan tari. Penciptaan pada tata rias dan
4) Kalung emas 5) Post deker
busana sesuai dengan tipe dan mode
6) Klat bahu
penyajian karya tari “Arya Adikara”, maka
7) Stagen hitam
konsep tata rias yang dipergunakan adalah
8) Sabuk timang 9) Celana ¾ warna hitam
tata rias laki-laki kesatria gagah. Riasan ini
10) Boro-boro
sesuai dengan tokoh yang digambarkan
11) Kain sari
yaitu Ranggalawe sedangkan bentuk tata
12) Binggel
busana dalam karya tari Arya Adikara Penutup akan disesuaikan dengan tokoh yang dihadirkan Ranggalawe.
oleh Desain
koreogarfer busana
Setiap daerah tidak dapat dipisahkan
yaitu
dari cerita-cerita
tersebut
lisan yang tersebar
diantara masyakatnya, begitupun dengan
13
Kabupaten Tuban. Seperti pada sejarah
berjumlah
pemberontakan
terhadap
memvisualisasikan kegigihan Ranggalawe.
kerajaan Majapahit, Nambi yang diangkat
Struktur penyajian dari karya tari Arya
sebagai patih Majapahit, dianggap bahwa
Adikara ini terdiri dari lima bagian.
dia
terhadap
Elemen utama tari yaitu gerak sedangkan
kerajaan Majapahit membuat Ranggalawe
elemen pendukungnya yaitu tata rias
berontak.
busana, pola lantai, musik pengiring, dan
tidak
Ranggalawe
ada
loyalitasnya
Dari
fenomena
tersebut,
enam,
pentas.
Karya
dapat
koreogrfer mengangkat sejarah ini menjadi
tata
karya tari dengan fokus karya kegigihan,
diharapkan dapat menyampaikan pesan
semangat, dan keberanian Ranggalawe.
moral melalui tema yang di hadirkan yaitu
Peristiwa itulah koreografer memunculkan
tentang kepahlawan Ranggalawe, dimana
Ranggalawe sebagai sosok yang dapat
nilai-nilai terkandung didalamnya dapat
diangkat menjadi sebuah karya tari.
digunakan sebagai suri tauladan. Dalam
Pada karya
teknis
diharapkan
tari
ini
tari Arya Adikara ini
penggarapannya, koreografer sering kali
dengan durasi 12 menit, koreografer
mengalami masalah dalam menghadirkan
membuat
simbol-simbol
sebuah
merupakan
komposisi
gerak,
dimana
simbol-
kegigihan
simbol gerak yang dihadirkan sangat
Ranggalawe dalam maju di medan perang.
penting untuk memudahkan penikmat atau
Pada
koreografer
penonton mengetahui maksud dan tujuan
menemukan gaya dari penata sendiri yaitu
dari karya tari. Menciptakan sebuah karya
gerak-gerak rampak, tegas, gagah dan
tari tidak mudah, memerlikan proses yang
semangat dengan pijakan tari tradisional
sangat panjang. Dari pengalaman tersebut,
Jawa Timur gaya Mataraman..
koregrafer memiliki hal-hal baru yang
proses
menggunakan
ungkapan
yang
penataan,
penari
laki-laki
Dengan yang
dapat ditemukan dan pelajaran menggarap sebuah karya tari.
14
dalam
Hingga Mataram Islam. Yogyakarta:
Ranggalawe adalah sebuah tokoh
Araska.
besar yang patut di teladani dan diambil nilai-nilai positifnya. Kita sebagai pecinta
Ellfeld, Luis. Tanpa Tahun. Pedoman Dasar Penataan Tari. Terjemahan
seni hendaknya jangan ragu-ragu untuk
Sal Mugiyanto. Jakarta: IKJ.
mengangkat tema ceritera yang ada dalam kisah tokoh tersebut. Dengan terciptanya
Desi Anwar. Tanpa Taun. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Surabaya: Amelia
karya tari Arya Adikara diharapakan
Surabaya.
masyarakat khususnya penikmat dapat mengambil hikmah untuk dijadikan suri
Hadi, Sumandiyo. 2003. Koreografi Kelompok. Yogyakarta: LKAPII
tauladan di era globalisasi saat ini. Dalam proses pembuatan karya tari,
Haryawan. 1986. Dramaturgi. Bandung: diharapkan seorang koreografer agar lebih
CV Rosda Bandung
cermat dan memahami tentang tema yang Jacquline Smith. 1985. Komposisi Tari
akan digarap. Konsep sebagai langkah
Sebuah Petunjuk Praktis Bagi awal harus lebih dipikirkan susunan gerak
Guru.Terjemahan Ben Suharto, S.
atau skenario agar lebih mudah untuk
S.T. Yogyakarta: IKALASTI Yogyakarta Edisi Perdana
menuangkan suatu ide garapan.
Meri, La. 1986. Elemen-Elemen Dasar Komposisi Tari. Yogyakarta:
Daftar Pustaka
Lagaligo
Abdilah, Abdillah. 2008. Dramatrurgi I. Surabaya: UNESA University Press
Murgiyanto, Sal. 1983. Koreografi (pengetahuan dasar komposisi tari).
Barianto, Sanu. 2011. Bocah-Bocah
Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Tuban. Surabaya: PT Java Pustaka
Kebudayaan Bayu-Sri Wantala. Tanpa Tahun. Sejarah Olthof. 1941. Babad Tanah Jawi.
Raja-Raja Jawa Dari Mataram Kuno
Jogjakarta: Narasi Parani, Yuliati. 15
1986. Pengetahuan Elemen Tari dan Beberapa Masalah Tari
Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara
Soedarsono. 2002. Seni Pertujukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada Uneversity Press
Soedarsono. Tanpa Taun. Tari-Tarian Indonesia I. Jakarta :Departeman Pendidikan dan Kebudayaan Tim Penyusun. Tanpa Taun .Selayang Pandang Kabupaten Tuban. Tuban: Pemerintah Kabupaten Tuban .
16