BELL’S PALSY PENDAHULUAN (1) Bell’s palsy atau prosoplegia adalah kelumpuhan fasialis akibat paralisis nervus fasial perifer yang terjadi secara akut dan penyebabnya tidak diketahui (idiopatik) di luar sistem saraf pusat tanpa disertai adanya penyakit neurologis lainnya. Paralisis fasial idiopatik atau Bell’s palsy, ditemukan oleh Sir Charles Bell, dokter dari Skotlandia. Bell’s palsy sering terjadi setelah infeksi virus ( misalnya herpes simplex) atau setelah imunisasi, lebih sering terjadi pada wanita hamil dan penderita diabetes serta penderita hipertensi Lokasi cedera nervus fasialis pada Bell’s palsy adalah di bagian perifer nukleus nervus VII. Cedera tersebut terjadi di dekat ganglion genikulatum. Salah satu gejala Bell’s palsy adalah kelopak mata sulit menutup dan saat penderita berusaha menutup kelopak matanya, matanya terputar ke atas dan matanya tetap kelihatan. Gejala ini disebut juga fenomena Bell. Pada observasi dapat dilihat juga bahwa gerakan kelopak mata yang tidak sehat lebih lambat jika dibandingkan dengan gerakan bola mata yang sehat (lagoftalmos). DEFINISI (2) Bell's Palsy (BP) ialah suatu kelumpuhan akut n. fasialis perifer yang tidak diketahui sebabnya. Sir Charles Bell (1821) adalah orang yang pertama meneliti beberapa penderita dengan wajah asimetrik, sejak itu semua kelumpuhan n. fasialis perifer yang tidak diketahui sebabnya disebut Bell's pals. Pengamatan klinik, pemeriksaan neurologik, laboratorium dan patologi anatomi menunjukkan bahwa BP bukan penyakit tersendiri tetapi berhubungan erat dengan banyak faktor dan sering merupakan gejala penyakit lain. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada usia dewasa, jarang pada anak di bawah umur 2 tahun. Biasanya didahului oleh infeksi saluran napas bagian atas yang erat hubungannya dengan cuaca dingin EPIDEMIOLOGI (3, 4) Bell’s palsy menempati urutan ketiga penyebab terbanyak dari paralysis fasial akut. Di dunia, insiden tertinggi ditemukan di Seckori, Jepang tahun 1986 dan insiden terendah ditemukan di Swedia tahun 1997. Di Amerika Serikat, insiden Bell’s palsy setiap tahun sekitar 23 kasus per 100.000 orang, 63% mengenai wajah sisi kanan. Insiden Bell’s palsy rata-rata 15-30 kasus per 100.000 populasi. Penderita diabetes mempunyai resiko 29% lebih tinggi, dibanding non-diabetes. Bell’s palsy mengenai laki-laki dan wanita dengan perbandingan yang sama. Akan tetapi, wanita muda yang berumur 10-19 tahun lebih rentan terkena daripada laki-laki pada
kelompok umur yang sama. Penyakit ini dapat mengenai semua umur, namun lebih sering terjadi pada umur 15-50 tahun. Pada kehamilan trisemester ketiga dan 2 minggu pasca persalinan kemungkinan timbulnya Bell’s palsy lebih tinggi daripada wanita tidak hamil, bahkan bisa mencapai 10 kali lipat Sedangkan di Indonesia, insiden Bell’s palsy secara pasti sulit ditentukan. Data yang dikumpulkan dari 4 buah Rumah sakit di Indonesia didapatkan frekuensi Bell’s palsy sebesar 19,55 % dari seluruh kasus neuropati dan terbanyak pada usia 21 – 30 tahun. Lebih sering terjadi pada wanita daripada pria. Tidak didapati perbedaan insiden antara iklim panas maupun dingin, tetapi pada beberapa penderita didapatkan adanya riwayat terpapar udara dingin atau angin berlebihan .
1.
2.
3. 4.
ANATOMI (5) Saraf otak ke VII mengandung 4 macam serabut, yaitu : Serabut somato motorik, yang mensarafi otot-otot wajah (kecuali m. levator palpebrae (n.III), otot platisma, stilohioid, digastrikus bagian posterior dan stapedius di telinga tengah). Serabut visero-motorik (parasimpatis) yang datang dari nukleus salivatorius superior. Serabut saraf ini mengurus glandula dan mukosa faring, palatum, rongga hidung, sinus paranasal, dan glandula submaksilaris serta sublingual dan lakrimalis. Serabut visero-sensorik, yang menghantar impuls dari alat pengecap di dua pertiga bagian depan lidah. Serabut somato-sensorik, rasa nyeri (dan mungkin juga rasa suhu dan rasa raba) dari sebagian daerah kulit dan mukosa yang dipersarafi oleh nervus trigeminus. Nervus fasialis (N.VII) terutama merupakan saraf motorik yang menginervasi otot- otot ekspresi wajah. Di samping itu saraf ini membawa serabut parasimpatis ke kelenjar ludah dan air mata dank ke selaput mukosa rongga mulut dan hidung, dan juga menghantarkan sensasi eksteroseptif dari daerah gendang telinga, sensasi pengecapan dari 2/3 bagian depan lidah, dan sensasi visceral umum dari kelenjar ludah, mukosa hidung dan faring, dan sensasi proprioseptif dari otot yang disarafinya. Secara anatomis bagian motorik saraf ini terpisah dari bagian yang menghantar sensasi dan serabut parasimpatis, yang terakhir ini sering dinamai saraf intermedius atau pars intermedius Wisberg. Sel sensoriknya terletak di ganglion genikulatum, pada lekukan saraf fasialis di kanal fasialis. Sensasi pengecapan daru 2/3 bagian depan lidah dihantar melalui saraf lingual korda timpani dan kemudian ke ganglion genikulatum. Serabut yang menghantar sensasi ekteroseptif mempunyai badan selnya di ganglion
genikulatum dan berakhir pada akar desenden dan inti akar decenden dari saraf trigeminus (N.V). hubungan sentralnya identik dengan saraf trigeminus. Inti motorik nervus VII terletak di pons. Serabutnya mengitari nervus VI, dan keluar di bagian leteral pons. Nervus intermedius keluar di permukaan lateral pons, di antara nervus V dan nervus VIII. Nervus VII bersama nervus intermedius dan nervus VIII memasuki meatus akustikus internus. Di sini nervus fasialis bersatu dengan nervus intermedius dan menjadi satu berkas saraf yang berjalan dalam kanalis fasialis dan kemudian masuk ke dalam os mastoid. Ia keluar dari tulang tengkorak melalui foramen stilomastoid, dan bercabang untuk mersarafi otot- otot wajah. PATOFISIOLOGI (6) Para ahli menyebutkan bahwa pada Bell’s palsy terjadi proses inflamasi akut pada nervus fasialis di daerah tulang temporal, di sekitar foramen stilomastoideus. Bell’s palsy hampir selalu terjadi secara unilateral. Namun demikian dalam jarak waktu satu minggu atau lebih dapat terjadi paralysis bilateral. Penyakit ini dapat berulang atau kambuh. Patofisiologinya belum jelas, tetapi salah satu teori menyebutkan terjadinya proses inflamasi pada nervus fasialis yang menyebabkan peningkatan diameter nervus fasialis sehingga terjadi kompresi dari saraf tersebut pada saat melalui tulang temporal. Perjalanan nervus fasialis keluar dari tulang temporal melalui kanalis fasialis yang mempunyai bentuk seperti corong yang menyempit pada pintu keluar sebagai foramen mental. Dengan bentukan kanalis yang unik tersebut, adanya inflamasi, demyelinisasi atau iskemik dapat menyebabkan gangguan dari konduksi. Impuls motorik yang dihantarkan oleh nervus fasialis bisa mendapat gangguan di lintasan supranuklear dan infranuklear. Lesi supranuklear bisa terletak di daerah wajah korteks motorik primer atau di jaras kortikobulbar ataupun di lintasan asosiasi yang berhubungan dengan daerah somatotropik wajah di korteks motorik primer. Karena adanya suatu proses yang dikenal awam sebagai “masuk angin” atau dalam bahasa inggris “cold”. Paparan udara dingin seperti angin kencang, AC, atau mengemudi dengan kaca jendela yang terbuka diduga sebagai salah satu penyebab terjadinya Bell’s palsy. Karena itu nervus fasialis bisa sembab, ia terjepit di dalam foramen stilomastoideus dan menimbulkan kelumpuhan fasialis LMN. Pada lesi LMN bisa terletak di pons, di sudut serebelo-pontin, di os petrosum atau kavum timpani, di foramen stilomastoideus dan pada cabang-cabang tepi nervus fasialis. Lesi di pons yang terletak di daerah sekitar inti nervus abdusens dan fasikulus longitudinalis medialis. Karena itu paralisis fasialis LMN tersebut akan disertai kelumpuhan muskulus rektus lateralis atau gerakan melirik ke arah lesi. Selain itu, paralisis nervus fasialis LMN akan
timbul bergandengan dengan tuli perseptif ipsilateral dan ageusia (tidak bisa mengecap dengan 2/3 bagian depan lidah). Berdasarkan beberapa penelitian bahwa penyebab utama Bell’s palsy adalah reaktivasi virus herpes (HSV tipe 1 dan virus herpes zoster) yang menyerang saraf kranialis. Terutama virus herpes zoster karena virus ini menyebar ke saraf melalui sel satelit. Pada radang herpes zoster di ganglion genikulatum, nervus fasialis bisa ikut terlibat sehingga menimbulkan kelumpuhan fasialis LMN. Kelumpuhan pada Bell’s palsy akan terjadi bagian atas dan bawah dari otot wajah seluruhnya lumpuh. Dahi tidak dapat dikerutkan, fisura palpebra tidak dapat ditutup dan pada usaha untuk memejam mata terlihatlah bola mata yang berbalik ke atas. Sudut mulut tidak bisa diangkat. Bibir tidak bisa dicucukan dan platisma tidak bisa digerakkan. Karena lagophtalmos, maka air mata tidak bisa disalurkan secara wajar sehingga tertimbun disitu. ETIOLOGI (1) Penyebab adalah kelumpuhan n. fasialis perifer. Umumnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
A. Idiopatik Sampai sekarang belum diketahui secara pasti penyebabnya yang disebut bell’s palsy. Faktorfaktor yang diduga berperan menyebabkan Bell’s Palsy antara lain : sesudah bepergian jauh dengan kendaraan, tidur di tempat terbuka, tidur di lantai, hipertensi, stres, hiperkolesterolemi, diabetes mellitus, penyakit vaskuler, gangguan imunologik dan faktor genetic. B. Kongenital a. anomali kongenital (sindroma Moebius) b. trauma lahir (fraktur tengkorak, perdarahan intrakranial .dll.) C. Didapat 1. Trauma Penyakit tulang tengkorak (osteomielitis) 2. Proses intrakranial (tumor, radang, perdarahan dll) 3. Proses di leher yang menekan daerah prosesus stilomastoideus) 4. Infeksi tempat lain (otitis media, herpes zoster dll) 5. Sindroma paralisis n. fasialis familial GEJALA KLINIK (1, 2) Manifestasi klinik BP khas dengan memperhatikan riwayat penyakit dan gejala kelumpuhan yang timbul. Pada anak 73% didahului infeksi saluran napas bagian atas yang erat hubungannya dengan cuaca dingin. Perasaan nyeri, pegal, linu dan rasa tidak enak pada telinga
• • •
a.
b.
c. d.
e.
A.
atau sekitarnya sering merupakan gejala awal yang segera diikuti oleh gejala kelumpuhan otot wajah berupa : Kelopak mata tidak dapat menutupi bola mata pada sisi yang lumpuh (lagophthalmos). Gerakan bola mata pada sisi yang lumpuh lambat, disertai bola mata berputar zXke atas bila memejamkan mata, fenomena ini disebutBell's sign Sudut mulut tidak dapat diangkat, lipat nasolabialis mendatar pada sisi yang lumpuh dan mencong ke sisi yang sehat. Selanjutnya gejala dan tanda klinik lainnya berhubungan dengan tempat/lokasi lesi : Lesi di luar foramen stilomastoideus Mulut tertarik ke arah sisi mulut yang sehat,makanan berkumpul di antar pipi dan gusi, dan sensasi dalam (deep sensation) di wajah menghilang. lipatan kulit dahi menghilang. Apabila mata yang terkena tidak tertutup atau tidak dilindungi maka air mata akan keluar terus menerus. Lesi di kanalis fasialis (melibatkan korda timpani) Gejala dan tanda klinik seperti pada (a), ditambah dengan hilangnya ketajaman pengecapan lidah (2/3 bagian depan) dan salivasi di sisi yang terkena berkurang. Hilangnya daya pengecapan pada lidah menunjukkan terlibatnya nervus intermedius, sekaligus menunjukkan lesi di daerah antara pons dan titik di mana korda timpani bergabung dengan nervus fasialis di kanalis fasialis. Lesi di kanalis fasialis lebih tinggi lagi (melibatkan muskulus stapedius) Gejala dan tanda klinik seperti pada (a), (b), ditambah dengan adanya hiperakusis. Lesi di tempat yang lebih tinggi lagi (melibatkan ganglion genikulatum) Gejala dan tanda klinik seperti (a), (b), (c) disertai dengan nyeri di belakang dan di dalam liang telinga. Kasus seperti ini dapat terjadi pasca herpes di membran timpani dan konka. Ramsay Hunt adalah paralisis fasialis perifer yang berhubungan dengan herpes zoster di ganglion genikulatum.Lesi herpetik terlibat di membran timpani, kanalis auditorius eksterna dan pina. Lesi di daerah meatus akustikus interna, Gejala dan tanda klinik seperti (a), (b), (c), (d), ditambah dengan tuli sebagi akibat dari terlibatnya nervus akustikus. DIAGNOSA (4) Anamnesa - Rasa nyeri - Gangguan atau kehilangan pengecapan. - Riwayat pekerjaan dan adakah aktivitas yang dilakukan pada malam hari di ruangan terbuka atau di luar ruangan.
B. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
- Riwayat penyakit yang pernah dialami oleh penderita seperti infeksi saluran pernafasan, otitis, herpes, dan lain-lain. Pemeriksaan Fisik Gerakan volunter yang diperiksa, dianjurkan minimal : Mengerutkan dahi Memejamkan mata Mengembangkan cuping hidung Tersenyum Bersiul Mengencangkan kedua bibir
C. Pemeriksaan Laboratorium. Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk menegakkan diagnosis Bell’s palsy. D. Pemeriksaan Radiologi. Pemeriksaan radiologi bukan indikasi pada Bell’s palsy. Pemeriksaan CT-Scan dilakukan jika dicurigai adanya fraktur atau metastasis neoplasma ke tulang, stroke, sklerosis multipel dan AIDS pada CNS. Pemeriksaan MRI pada pasien Bell’s palsy akan menunjukkan adanya penyangatan (Enhancement) pada nervus fasialis, atau pada telinga, ganglion genikulatum. DIAGNOSA BANDING (2) 1. Infeksi herpes zoster pada ganglion genikulatum (Ramsay Hunt syndrom) Ramsay Hunt Syndrome (RHS) adalah infeksi saraf wajah yang disertai dengan ruam yang menyakitkan dan kelemahan otot wajah. Tanda dan gejala RHS meliputi: • Ruam merah yang menyakitkan dengan lepuh berisi cairan di gendang telinga, saluran telinga eksternal, bagian luar telinga, atap dari mulut (langit-langit) atau lidah • Kelemahan (kelumpuhan) pada sisi yang sama seperti telinga yang terkinfeksi • Kesulitan menutup satu mata • Sakit telinga • Pendengaran berkurang • Dering di telinga (tinnitus) • Sebuah sensasi berputar atau bergerak (vertigo) • Perubahan dalam persepsi rasa
2. Miller Fisher Syndrom Miller Fisher syndrom adalah varian dari Guillain Barre syndrom yang jarang dijumpai.Miiler Fisher syndrom atau Acute Disseminated Encephalomyeloradiculopaty ditandai dengan trias gejala neurologis berupa opthalmoplegi, ataksia, dan arefleksia yang kuat. Pada Miller Fisher syndrom didapatakan double vision akibat kerusakan nervus cranial yang menyebabkan kelemahan otot – otot mata . Selain itu kelemahan nervus facialis menyebabkan kelemahan otot wajah tipe perifer. Kelumpuhan nervus facialis tipe perifer pada Miller Fisher syndrom menyerang otot wajah bilateral. Gejala lain bisa didapatkan rasa kebas, pusing dan mual.
1. 2.
• • • 3.
4.
TATA LAKSANA (1, 8) Istirahat terutama pada keadaan akut Medikamentosa a. Pemberian kortikosteroid (perdnison dengan dosis 40 -60 mg/hari per oral atau 1 mg/kgBB/hari selama 3 hari, diturunkan perlahan-lahan selama 7 hari kemudian), dimana pemberiannya dimulai pada hari kelima setelah onset penyakit, gunanya untuk meningkatkan peluang kesembuhan pasien. Dasar dari pengobatan ini adalah untuk menurunkan kemungkinan terjadinya kelumpuhan yang sifatnya permanen yang disebabkan oleh pembengkakan nervus fasialis di dalam kanal fasialis yang sempit. b. Penggunaan obat- obat antivirus . Acyclovir (400 mg selama 10 hari) dapat digunakan dalam penatalaksanaan Bell’s palsy yang dikombinasikan dengan prednison atau dapat juga diberikan sebagai dosis tunggal untuk penderita yang tidak dapat mengkonsumsi prednison.Penggunaan Acyclovir akan berguna jika diberikan pada 3 hari pertama dari onset penyakit untuk mencegah replikasi virus. c. Perawatan mata: Air mata buatan: digunakan selama masa sadar untuk menggantikan lakrimasi yang hilang. Pelumas digunakan saat tidur: Dapat digunakan selama masa sadar jika air mata buatan tidak mampu menyedikan perlindungan yang adekuat. Satu kerugiannya adalah pandangan kabur. Kacamata atau tameng pelindung mata dari trauma dan menurunkan pengeringan dengan menurunkan paparan udara langsung terhadap kornea Fisioterapi Sering dikerjakan bersama-sama pemberian prednison, dapat dianjurkan pada stadium akut. Tujuan fisioterapi untuk mempertahankan tonus otot yang lumpuh. Cara yang sering digunakan yaitu : mengurut/massage otot wajah selama 5 menit pagi-sore atau dengan faradisasi. Operasi
Tindakan operatif umumnya tidak dianjurkan pada anak-anak karena dapat menimbulkan komplikasi lokal maupun intracranial. Tindakan operatif dilakukan apabila : • tidak terdapat penyembuhan spontan • tidak terdapat perbaikan dengan pengobatan prednison
1.
2.
3.
1.
KOMPLIKASI (2, 9,10) Crocodile tear phenomenon. Yaitu keluarnya air mata pada saat penderita makan makanan. Ini timbul beberapa bulan setelah terjadi paresis dan terjadinya akibat dari regenerasi yang salah dari serabut otonom yang seharusnya ke kelenjar saliva tetapi menuju ke kelenjar lakrimalis. Lokasi lesi di sekitar ganglion genikulatum. Synkinesis Dalam hal ini otot-otot tidak dapat digerakkan satu per satu atau tersendiri. selalu timbul gerakan bersama. Misal bila pasien disuruh memejamkan mata, maka akan timbul gerakan (involunter) elevasi sudut mulut,kontraksi platisma, atau berkerutnya dahi. Penyebabnya adalah innervasi yang salah, serabut saraf yang mengalami regenerasi bersambung dengan serabut-serabut otot yang salah. Tic Facialis sampai Hemifacial Spasme Timbul “kedutan” pada wajah (otot wajah bergerak secara spontan dan tidak terkendali) dan juga spasme otot wajah, biasanya ringan. Pada stadium awal hanya mengenai satu sisi wajah saja, tetapi kemudian dapat mengenai pada sisi lainnya. Kelelahan dan kelainan psikis dapat memperberat spasme ini. Komplikasi ini terjadi bila penyembuhan tidak sempurna, yang timbul dalam beberapa bulan atau 1-2 tahun kemudian. PROGNOSIS (3, 6,7) Walaupun tanpa diberikan terapi, pasien Bell’s palsy cenderung memiliki prognosis yang baik. Dalam sebuah penelitian pada 1.011 penderita Bell’s palsy, 85% memperlihatkan tanda-tanda perbaikan pada minggu ketiga setelah onset penyakit. 15% kesembuhan terjadi pada 3-6 bulan kemudian. Sepertiga dari penderita Bell’s palsy dapat sembuh seperti sedia kala tanpa gejala sisa. 1/3 lainnya dapat sembuh tetapi dengan elastisitas otot yang tidak berfungsi dengan baik. Penderita seperti ini tidak memiliki kelainan yang nyata. 1/3 sisanya cacat seumur hidup. Penderita Bell’s palsy dapat sembuh total atau meninggalkan gejala sisa. Faktor resiko yang memperburuk prognosis Bell’s palsy adalah: Usia di atas 60 tahun
2. 3. 4. 5.
Paralisis komplit Menurunnya fungsi pengecapan atau aliran saliva pada sisi yang lumpuh, Nyeri pada bagian belakang telinga dan Berkurangnya air mata. Pada penderita kelumpuhan nervus fasialis perifer tidak boleh dilupakan untuk mengadakan pemeriksaan neurologis dengan teliti untuk mencari gejala neurologis lain. Pada umumnya prognosis Bell’s palsy baik: sekitar 80-90 % penderita sembuh dalam waktu 6 minggu sampai tiga bulan tanpa ada kecacatan. Penderita yang berumur 60 tahun atau lebih, mempunyai peluang 40% sembuh total dan beresiko tinggi meninggalkan gejala sisa. Penderita yang berusia 30 tahun atau kurang, hanya punya perbedaan peluang 10-15 persen antara sembuh total dengan meninggalkan gejala sisa. Jika tidak sembuh dalam waktu 4 bulan, maka penderita cenderung meninggalkan gejala sisa, yaitu sinkinesis, crocodile tears dan kadang spasme hemifasial. Penderita diabetes 30% lebih sering sembuh secara parsial dibanding penderita nondiabetik dan penderita DM lebih sering kambuh dibanding yang non DM. Hanya 23 % kasus Bells palsy yang mengenai kedua sisi wajah. Bell’s palsy kambuh pada 10-15 % penderita. Sekitar 30 % penderita yang kambuh ipsilateral menderita tumor N. VII atau tumor kelenjar parotis. KESIMPULAN (1) Bell’s palsy adalah kelumpuhan akut dari nervus fasialis VII yangdapat menyebabkan gangguan pada indera pengecapan , yaitu pada dua per tiga anterior lidah.Penyakit ini lebih sering ditemukan pada usia dewasa dan jarang pada anak. Diagnosis dapat ditegakkan secara klinik setelah kausa yang jelas untuk lesi n. fasialis perifer disingkirkan. Terapi yang dianjurkan saat ini ialah pemberian prednison, fisioterapi dan kalau perlu operasi
DAFTAR PUSTAKA 1. Djamil Y, A Basjiruddin. Paralisis Bell. Dalam: Harsono, ed. Kapita selekta neurologi; Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.2009. hal 297-300 2. Dr P Nara, Dr Sukardi, Bell’s Palsy, “http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/sPalsy.pdf/ sPalsy.html” (diakses tanggal 11 desember 2011)
3. Danette C Taylor, DO, MS. 2011, Bell Palsy,“http://emedicine.medscape.com/article/1146903-overview#a0156” (diakses tanggal 22 Desember 2011). 4. Annsilva, 2010, Bell’s Palsy, “http://annsilva.wordpress.com/2010/04/04/bell’s-palsy-casereport/” (diakses tanggal 11 desember 2011) 5. Lumbantobing. 2007.Neurologi Klinik.Jakarta: Universitas Indonesia. 6. Irga, 2009, Bell’s Palsy, “http://www.irwanashari.com/260/bells-palsy.html”, (diakses tanggal 12 Desember 2011) 7. Weiner HL, Levitt LP. Ataksia. Wita JS, editor. Buku Saku Neurologi. Ed 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2001. Hal. 174 8. Nurdin, Moslem Hendra, 2010, Bell Palsy,http://coolhendra.blogspot.com/2010/08/bellpalsy.html (diakses tanggal 12 desember 2011) 9. Sabirin J. Bell’s Palsy. Dalam : Hadinoto dkk. Gangguan Gerak. Cetakan I. Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 1990 : 171-81 2 10. Sidharta P. Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi. Edisi ke-2. Jakarta : Dian Rakyat, 1985 : 311-17
ASUHAN KEPERAWATAN HNP (HERNIA NUKLEUS PULPOSUS) 02/11/2011 0 Comments A.
Pengertian
HNP adalah Suatu nyeri yang disebabkan oleh proses patologik dikolumna vertebralis pada diskus intervertebralis (diskogenik) (Harsono, 1996) HNP adalah keadaan dimana nukleus pulposus keluar menonjol untuk kemudia menekan ke arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosis yang robek. B.
Etiologi
HNP terjadi karena proses degenratif diskus intervetebralis C.
Insiden
Angka kejadi dan kesakitan banyak terjadi pada usia pertengahan. Pada umumnya HNP didahului oelh aktiivtas yang berlebihan, misalnya mengangkat beban berat (terutama mendadak) mendorong barang berat. Laki—laki lebih banyak dari pada wanita D.
gejala
Gejala utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan . HNP terbagi atas : 1.
HNP sentral
HNP sentral akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia, dan retensi urine 2.
HNP lateral
Rasa nyeri terletak pada punggung bawah, ditengah-tengah abtra pantat dan betis, belakang tumit dan telapak kaki.Ditempat itu juga akan terasa nyeri tekan. Kekuatan ekstensi jari ke V kaki berkurang dan
refleks achiler negatif. Pada HNP lateral L 4-5 rasa nyeri dan tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateral pantat, tungkai bawah bagian lateral, dan di dorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang dan refleks patela negatif. Sensibilitas [ada dermatom yang sdesuai dengan radiks yang terkena menurun. Pada percobaan lasegue atau test mengnagkat tungkai yang lurus (straigh leg raising) yaitu mengangkat tungkai secara lurus dengan fleksi di sendi panggul, akan dirasakan nyeri disepanjang bagian belakang (tanda lasefue positif). Valsava dab nafsinger akan memberikan hasil posistif . E.
patofisiologi
Pada umumnya HNP didahului oeleh aktiivta syang berat dengan keluahan utamanya adalah nyeri di punggung bawah disertai nyeri otot sekitar lesi dan nyeri tekan . Hal ini desebabkan oleh spasme otototot tersebut dan spasme menyebabkan mengurangnya lordosis lumbal dan terjadi skoliosis. F.
Penatalaksanaan
1.
Terapi konservatif
a.
Tirah baring
Penderita hrus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan sikap yang baik adalah sikap dalam posisi setengah duduk dimana tungkai dalam sikap fleksi pada sendi panggul dan lutut. tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas/per dengan demikina tempat tidur harus dari papan yang larus dan diutu[ dengan lembar busa tipis. Tirah baring bermanfaat untuk nyeri punggung bawah mekanik akut. Lama tirah baring tergantung pada berat ringannya gangguan yang dirasakan penderita. Pada HNP memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah berbaring dianggp cukup maka dilakukan latihan / dipasang korset untuk mencegah terjadinya kontraktur dan mengembalikan lagi fungsi-fungsi otot. b.
Medikamentosa
1. Symtomatik Analgetik (salisilat, parasetamol), kortikosteroid (prednison, prednisolon), anti-inflamasi non-steroid (AINS) seperti piroksikan, antidepresan trisiklik ( amitriptilin), obat penenang minor (diasepam, klordiasepoksid). 2. Kausal
Kolagenese c.
Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermy (pemanasan dengan jangkauan permukaan yang lebih dalam) untuk relaksasi otot dan mengurnagi lordosis. 2.
Terapi operatif
Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata, kambuh berulang atau terjadi defisit neurologik 3.
Rehabilitasi
a.
Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula
b.
Agar tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam melakkan kegiatan sehari-hari (the
activity of daily living) c.
Klien tidak mengalami komplikasi pneumonia, infeksi saluran kencing dan sebagainya).
II. konsep keperawatan A.
Pengkajian
1.
Identitas
HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat baran berat atau mendorong benda berat) 2.
Keluahan Utama
Nyeri pada punggung bawah P, trauma (mengangkat atau mendorong benda berat) Q, sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena api, nyeri tumpul atau kemeng yang terus-menerus. Penyebaran nyeri apakah bersifat nyeri radikular atau nyeri acuan (referred fain). Nyeri tadi bersifat menetap, atau hilang timbul, makin lama makin nyeri .
R, letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan setepat-tepatnya sehingga letak nyeri dapat diketahui dengan cermat. S, Pengaruh posisi tubuh atau atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat nyeri. Pengaruh pada aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, turun tangga, menyapu, gerakan yang mendesak. Obatoabata yang ssedang diminum seperti analgetik, berapa lama diminumkan. T Sifanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilng timbul, makin lama makin nyeri. 3. a.
Riwayat Keperawatan Apakah klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan (mieloma multipleks),
metabolik (osteoporosis) b.
Riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, bisa menimbulkan nyeri punggung bawah
4.
Status mental
Pada umumny aklien menolak bila langsung menanyakan tentang banyak pikiran/pikiran sedang (ruwet). Lebih bijakasana bila kita menanyakan kemungkinan adanya ketidakseimbangan mental secara tidak langsung (faktor-faktor stres) 5.
Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Umum Ø Keadaan umum ü pemeriksaan tanda-tanda vital, dilengkapi pemeriksaan jantung, paru-paru, perut. ü Inspeksi -
inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai posisi dan gerakan untuk evalusi
neyurogenik
-
Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal,adanya angulus, pelvis ya ng
miring/asimitris, muskulatur paravertebral atau pantat yang asimetris, postur tungkai yang abnormal. -
Hambatan pada pegerakan punggung , pelvis dan tungkai selama begerak.
-
Klien dapat menegenakan pakaian secara wajar/tidak
-
Kemungkinan adanya atropi, faskulasi, pembengkakan, perubahan warna kulit.
ü palpasi dan perkusi -
paplasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga tidak membingungkan
klien -
Paplasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling terasanyeri.
-
Ketika meraba kolumnavertebralis dicari kemungkinan adanya deviasi ke lateral atau antero-
posterior -
Palpasi dna perkusi perut, distensi pewrut, kandung kencing penuh dll.
Ø Neuorologik ü Pemeriksaan motorik -
Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari dan jari lainnya dengan
menyuruh klien unutk melakukan gerak fleksi dan ekstensi dengan menahan gerakan. -
atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan kanan-kiri.
-
fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot tertentu.
ü Pemeriksan sensorik Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar (vibrasi) untuk menentukan dermatom mana yang terganggu sehingga dapat ditentuakn pula radiks mana yang terganggu. ü pemeriksaan refleks
-
refleks lutut /patela/hammer (klien bebraring.duduk dengan tungkai menjuntai), pada HNP
lateral di L4-5 refleks negatif. -
Rfleks tumit.achiles (klien dalam posisi berbaring , luutu posisi fleksi, tumit diletakkan diatas
tungkai yang satunya dan ujung kaki ditahan dalam posisi dorsofleksi ringan, kemudian tendon achiles dipukul. Pada aHNP lateral 4-5 refleks ini negatif. ü Pemeriksaan range of movement (ROM) Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk memperkirakan derajat nyeri, functio laesa, atau untuk mememriksa ada/tidaknya penyebaran nyeri.
2. Pemeriksaan penunjang Ø foto rontgen, Foto rontgen dari depan, samping, dan serong) untuk identifikasi ruang antar vertebra menyempit. Mielografi adalah pemeriksaan dengan bahan kontras melalu tindakan lumbal pungsi dan pemotrata dengan sinar tembus. Apabila diketahiu adanya penyumbatan.hambatan kanalis spinalis yang mungkin disebabkan HNP. Ø Elektroneuromiografi (ENMG) Untuk menegetahui radiks mana yang terkena / melihat adanya polineuropati. Ø Sken tomografi Melihat gambaran vertebra dan jaringan disekitarnya termasuk diskusi intervertebralis. 6.
Penatalaksanaan
(lihat pada landsan teori)
7.
Dignosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah pasien yang nyata ataupun potensial dan membutuhkan tindakan keperawatan sehingga masalah pasien dapat ditanggulangi atau dikurangi. (Lismidar, 1990) 1)
Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervetebralis
2)
Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya
fungsi 3)
Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia
4)
Perubahan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi, intake cairan yang tidak
adekuat 5)
Kurangnya pemenuhan perawatan diri yang berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi
6)
Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama
B. Perencanaan 1. Perubahan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan dampak penjepitan saraf pada radiks intervertebralis Tujuan : Nyeri berkurang atau rasa nyaman terpenuhi Kriteria : -
Klien mengatakan tidak terasa nyeri.
-
lokasi nyeri minimal
-
keparahan nyeri berskala 0
-
Indikator nyeri verbal dan noverbal (tidak menyeringai)
INTERVENSI Identifikasi klien dalam membantu menghilangkan rasa nyerinya
R/ Pengetahuan yang mendalam tentang nyeri dan kefektifan tindakan penghilangan nyeri. Berikan informasi tentang penyebab dan cara mengatasinya R/ Informasi mengurangi ansietas yang berhubungan dengan sesuatu yang diperkirakan. Tindakan penghilangan rasa nyeri noninvasif dan nonfarmakologis (posisi, balutan (24-48 jam), distraksi dan relaksasi. R/ Tindakan ini memungkinkan klien untuk mendapatkan rasa kontrol terhadap nyeri. Terapi analgetik R/ Terapi farmakologi diperlukan untuk memberikan peredam nyeri. 2. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi,. Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang. Kriteria hasil : T Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya. T Respon klien tampak tersenyum. INTERVENSI 1.
Diskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi gerak untuk mempertahankan harapan
klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari 2.
Berikan informasi mengenai klien yang juga pernah mengalami gangguan seperti yang dialami
klien danmenjalani operasi 3.
Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia yang dapat membantu
klien 4.
Berikan support sistem (perawat, keluarga atau teman dekat dan pendekatan spiritual)
5.
Reinforcement terhadap potensi dan sumber yang dimiliki berhubungan dengan penyakit,
perawatan dan tindakan
RASIONAL 1.
Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan efektif tanpa menggunakan
alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa cemasnya. 2.
Harapan-harapan yang tidak realistik tiak dapat mengurangi kecemasan, justru malah
menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat. 3.
Memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi yang paling tepat untuk kehidupannya
sehari-hari disesuaikan dnegan tingkat keterampilannya sehingga dapat mengurangi rasa cemas dan frustasinya. 4.
Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan sangat membantu
klien. 5.
Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada disekitarnya yang dapat mendukung dia
untuk berkomunikasi. 3. Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia Tujuan : Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya Kriteria hasil -
Tidak terjadi kontraktur sendi
-
Bertabahnya kekuatan otot
-
Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
INTERVENSI
a)
Ubah posisi klien tiap 2 jam
b)
Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit
c)
Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit
d)
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien
RASIONAL a)
Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah
yang tertekan b)
Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan
pernapasan c)
Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan
4. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi, nyeri Tujuan Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi Kriteria hasil -
Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan klien
-
Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk memberikan bantuan sesuai
kebutuhan INTERVENSI a.
Monitor kemampuan dan tingkat kekurangan dalam melakukan perawatan diri
b.
Beri motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktivitas dan beri bantuan dengan sikap
sungguh c.
Hindari melakukan sesuatu untuk klien yang dapat dilakukan klien sendiri, tetapi berikan
bantuan sesuai kebutuhan d.
Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukannya atau keberhasilannya
e.
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi/okupasi
RASIONAL a.
Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual
b.
Meningkatkan harga diri dan semangat untuk berusaha terus-menerus
c.
Klien mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun bantuan yang
diberikan bermanfaat dalam mencegah frustasi, adalah penting bagi klien untuk melakukan sebanyak mungkin untuk diri-sendiri untuk emepertahankan harga diri dan meningkatkan pemulihan d.
Meningkatkan perasaan makna diri dan kemandirian serta mendorong klien untuk berusaha secara
kontinyu e.
Memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan rencana terapi dan mengidentifikasi
kebutuhan alat penyokong khusus
5. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubngan dengan imobilisasi, intake cairan yang tidak adekuat Tujuan Klien tidak mengalami kopnstipasi Kriteria hasil -
Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan obat
-
Konsistensifses lunak
-
Tidak teraba masa pada kolon ( scibala )
-
Bising usus normal ( 15-30 kali permenit )
INTERVENSI a)
Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab konstipasi
b)
Auskultasi bising usus
c)
Anjurkan pada klien untuk makan maknanan yang mengandung serat
d)
Berikan intake cairan yang cukup (2 liter perhari) jika tidak ada kontraindikasi
e)
Lakukan mobilisasi sesuai dengan keadaan klien
f)
Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian pelunak feses (laxatif, suppositoria, enema)
RASIONAL a.
Klien dan keluarga akan mengerti tentang penyebab obstipasi
b.
Bising usu menandakan sifat aktivitas peristaltik
c.
Diit seimbang tinggi kandungan serat merangsang peristaltik dan eliminasi reguler
d.
Masukan cairan adekuat membantu mempertahankan konsistensi feses yang sesuai pada usus
dan membantu eliminasi reguler e.
Aktivitas fisik reguler membantu eliminasi dengan memperbaiki tonus oto abdomen dan
merangsang nafsu makan dan peristaltik f.
Pelunak feses meningkatkan efisiensi pembasahan air usus, yang melunakkan massa feses dan
membantu eliminasi
6. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama Tujuan Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit Kriteria hasil -
Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka
-
Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka
-
Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka
INTERVENSI a. Anjurkan untuk melakukan latihan ROM (range of motion) dan mobilisasi jika mungkin b. Rubah posisi tiap 2 jam c. Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah yang menonjol d. Lakukan massage pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan pada waktu berubah posisi e. Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan tiap merubah posisi f.
Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma, panas terhadap kulit
RASIONAL a.
Meningkatkan aliran darah kesemua daerah
b.
Menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah
c.
Menghindari tekanan yang berlebih pada daerah yang menonjol
d.
Menghindari kerusakan-kerusakan kapiler-kapiler
e.
Hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan
f.
Mempertahankan keutuhan kulit
DAFTAR PUSTAKA Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta. Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta. Engram, Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, EGC, Jakarta. Harsono, 1996, Buku Ajar Neurologi Klinis, Edisi 1, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Harsono, 2000, Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hudak C.M.,Gallo B.M.,1996, Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Edisi VI, Volume II, EGC, Jakarta. Ignatavicius D.D., Bayne M.V., 1991, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, An HBJ International Edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia. Juwono, T., 1996, Pemeriksaan Klinik Neurologik Dalam Praktek, EGC, Jakarta. Mardjono M., Sidharta P., 1981, Neurologi Klinis Dasar, PT Dian Rakyat, Jakarta. Satyanegara, 1998, Ilmu Bedah Saraf, Edisi Ketiga, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
ISCHIALGIA Senin, 27 Februari 2012 PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PENDERITA ISCHIALGIA
BAB I ANATOMI FISIOLOGI
Saraf spinalis L4-S3 pada fossa poplitea membelah dirinya menjadi saraf perifer yakni N. tibialis dan N. poreneus. N ischiadicus keluar dari foramen ischiadicus mayor tuberositas anterior 1/3 bawah dan tengah dari SIPS kebagian dari tuberositas ischii. Tengah 2 antara tuberositas ischii dan trochanter yaitu pada saat n. ischiadicus keluar dari gluteus maximus berjalan melalui collum femoris. Sepanjang paha bagian belakang sampai fossa poplitea. Cakupan dari regio pinggang sebagai berikut : ·
Thoraco lumbal ( Th 12-L1 )
·
Lumbal ( Pinggang Atas )
·
Lumbal sacral ( Pinggang bawah )
·
Sacroiliaca Joint ( tulang pantat )
·
Hip Joint ( Sendi Bongkol Paha )
Adapun komponen – komponen dari regio pinggang adalah kulit, otot, ruas, tulang sendi, bantalan sendi, facet joint. Dan apabila semuanya ini mengalami gangguan maka sangat berpotensi untuk terkena NPB yang bisa berlanjut menjadi ishialgia. Perjalanan Nervus Ischidicus di mulai dari L4-S3, dan saraf ini memiliki percabangan antara lain: ·
N. lateral poplital yang terdapat pada caput fibula
·
N. Medial popliteal yang terdapat pada fossa polpliteal
·
N. Tibialis Posterior yang terdapat pada sebelah bawah
·
N. Suralis/Saphenus yang terdapat pada tendon ascilles
·
N. Plantaris Yang berada pada telapak kaki
Tulang belakang merupakan bangunan yang kompleks yang dapat dibagi menjadi 2 bagian. Dibagian ventral terdiri dari korpus vertebra yang dibatasi satu dengan lainnya oleh diskus intervertebra dan ditahan satu dengan lainnya oleh ligamentum longitudinal ventral dan dorsal. Bagian dorsal tidak begitu kuat dan terdiri atas arkus vertebra dengan lamina dan pedikel yang diikat satu dengan lainnya oleh berbagai ligamen diantaranya ligamen interspinal, ligamen intertranversa dan ligamen flavum. Pada procesus spinosus dan tranversus melekat otot-otot yang turut menunjang dan melindungi kolum vertebra. Seluruh bangunan kolum vertebra mendapat inervasi dari cabang-cabang saraf spinal yang sebagian besar keluar dari ruangan kanalis vertebra melalui foramen intervertebra dan sebagian dari ramus meningeal yang menginervasi duramater. Diskus intervertebra dan nukleus pulposus tidak mempunyai inervasi sensibel biarpun berbatasan langsung dengan ligamen longitudinal yang mengandung serabut sensibel. Bagian lumbal merupakan bagian tulang punggung yang mempunyai kebebasan gerak yang terbesar. Tarikan tekanan dan torsi yang dialami pada gerakan-gerakan antara bagian toraks dan panggul menyebabkan daerah ini dapat mengalami cedera lebih besar daripada daerah lain, biarpun tulang-tulang vertebra dan ligamen di daerah pinggang relatif lebih kokoh. Perbedaan hentakan antara tulang dengan jaringan dalam peranan mereka sebagai sendi pendukung akan menyebabkan penyakit yang karakteristik unik pada daerah yang bersangkutan. Sebagian besar lesi pada diskus lumbal adalah mengenai jaringan lunak dan sering sekali menghasilkan protrusi inti (nucleus) yang kemudian menekan akar saraf. N. Ischiadicus mempersarafi: ·
M. Semitendinosus
·
M. Semimbranosus
·
M. Biceps Femoris
·
M. Adduktor Magnus N. Poroneus Mempersarafi
·
M. tibialis anterior
·
M. ekstensor digitorum longus
·
M. ekstensor halluci longus
·
M. digitorum brevis
·
M. poroneus tertius N. Tibialis Mempersarafi
·
M. gastrocnemius
·
M. popliteus
·
M. soleus
·
M. plantaris
·
M. tibialis posterior
·
M. fleksor digitorum longus
·
M. fleksor hallucis longus
BAB II PATOLOGI
Ischialgia merupakan nyeri menjalar sepanjang perjalanan n.ichiadicus L4-S2. Ischialgia yang terasa bertolak dari lokasi foramen infrapiriformis dan menjalar menurut perjalanan nervus ischiadicus cum nervus poroneus dan nervus tibialis harus di curigaisebagai manifestasiischiadicus primer atau entrapment neuritis dengan tempat jebakan di daerah sacroiliaka. Ischialgia yang dirasakan bertolah dari vertebra lumbosacralis atau daerah paravertebralis lumbosacralis dan menjalar sesuai dengan salah satu radiks yang ikut menyusun nervus ischiadicus.Sebelum terjadi ischialgia selalu di dahului dengan Low Back pain atau Nyeri Pinggang Bawah itu sendiri seperti perasaan nyeri, pegal, linu atau terasa tidak enak di daerah pinggang, pantat yang factor pencetusnya oleh berbagai sebab, mulai dari yang paling jelas seperti salah posisi, kuman sampai penyebab yang tidak jelas seperti menyongsong hari esok akibat persaingan hidup semakin ketat atau stress. NPB dapat di klasifikasikan menjadi Traumatik maupun Non traumatic dengan atau tanpa kelainan neurologis primer atau sekunder, dengan atau tanpa kelainan neurologis akut ataupun kronik.
Nyeri atau rasa tidak enak yang menjalar harus diartikan sebagai perwujudan hasil perangsangan terhadap saraf sensori. Nyeri saraf itu terasa sepanjang perjalanan saraf tepi. Ia bertolak dari tempat saraf sensorik terangsang dan menjalar berdasarkan perjalanan serabut sensorik itu ke perifer. Perangsangan terhadap berkas saraf perifer biasanya berarti perangsangan pada saraf motorik dan sensorik.Gangguan sensibilitas yang terasa sepanjang parjalanan saraf tepi dan biasanya juga disertai gangguan motorik yang di sebut Neuritis. Neuritis di tungkai dapat terjadi oleh karena berkas saraf tertentu terkena infeksi atau terkena patologic di sekitarnya.
Adapun penyebab-penyebab dari ischialgia adalah: 1.
Entrapment Radiculitis/ Radiculitis
2.
Entrapment Neuritis :
a)
Neuritis primer
b)
Terjebak disekitar bursa m. Piriformis
3.
Entrapment Neuritis yang terjebak di sekitar:
a)
Tuber Ischi
b) c)
Artikulatio koksae. Spondylosis
Diawali dengan proses degeneratif yang ditandai dengan menurunnya sistem metabolik atau sirkulasi darah atau adanya faktor traumatik yang berulang-ulang . Akibatnya terjadi kerusakan (disorders) pada discus intervertebralis. Elastisitasnya menurun diikuti berkurangnya cairan sendi dan penurunan sistem difusi di Cartilago akan mengalami kerusakan yang pada akhirnya akan berkurang. Inter space antar diskus semakin kecil yang berakibat mikro trauma pada kedua fascies corpus vertebra . keadaan akan diikuti proliferasi jaringan tulang baru yang akan berubah menjadi proses osifikasi dan calsifikasi tulang yang pada akhirnya membentuk osteofit.
Dalam analisa klinis LBP yang berlanjut menjadi Ischialgia jika timbul secara tibatiba ini akan di kaitkan dengan Neoplasma. Tapi apabila mempunyai hubungan dengan trauma, maka secara simplisik data itu di asosiasikan dengan HNP ( Herpetik Nucleus Pulposus ). HNP merupakan jebolnya nukleus pulposus ke korpus vertebrae di atas atau di bawahnya, dan bisa juga langsung jebol dari nukleus pulposus ke dalam korpus vertebrae.
Robekan circumferentia dan radial pada anulus fibrosis discus intervertebralis yang kemudian di susul oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai iscialgia. Secara etiologi Ischialgia dapat di bagi menjadi 3 perwujudan yaitu :
A.
Ischialgia sebagai perwujudan neuritis ischiadicus primer
Gejala utama dari neuritis ischiadicus primer adalah nyeri yang dirasakan bertolak dari daerah antara sacrum dan sendi pangul, tepatnya pada foramen infrapiriformis atau incisura iscidika.dan menjalar sepanjang perjalanan nervus isciadica dan lanjutanya pada nervus poreneus dan tibialis. Selain itu, terjadi pada insicura isciadica dan sepanjang spasium poplitea pada tahap akut. Juga tendon ascilles dan tibialis posterior.
B.
Ischialgia sebagai perwujudan entrapment radiculatis
Pada ischialgia ini N. Isciadicus terkena proses radang. Dan pada radiks Dorsalis L3,L4, L5,S1 mengalami gangguan karena terjebak akibat jebakan itu, yang dapat bersifat menindih, meregang.
C.
Ischialgia sebagai perwujudan entrapment neuritis
Walaupun pleksus lumbosacralis belum dianggap sebagai nervus, tapi iscialgia akibat jebakan lumbosacralis yang membentuk nervus ischiadicus. Ini sama saja halnya dengan ischialgia akibat jebakan m. Piriformis yang dikenal sebagai Sindroma Piriformis. Ini lebih sering mengenai wanita daripada pria.
Nyeri yang dirasakan penderita secara tiba-tiba seperti rasa terbakar atau bersifat tajam dan sakit pada malam hari. Sehingga penderita tidak dapat tidur. Nyeri bertambah apabila saraf tersebut mengalami penekanan saraf. Penyebaran rasa sakitnya dimulai dari daerah lumbal, hip joint kemudian menyebar kearah bawah. Cara berjalan penderita dengan ujung jari kaki plantar flexi ankle, hip dan knee dalam keadaan flexi juga sehingga nampak penderita jalan dalam keadaan pincang. Pasien tidak bisa berdiri lama sehingga terjadi kelainan sikap berdiri pada penderita (pelvic tilting) yang mengakibatkan terjadinya kompensasi lumbal.
BAB III STATUS KLINIK
A.
Laporan Status Klinik
Tanggal
: 09 November 2010
Kondisi
: FT. C
B.
Keterangan Umum Penderita
Nama
: Tn.H.Muh.Harum
Umur
: 65 thn
Pekerjaan
: Pensiunan
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Jalan Rappocini Raya,lorong 11B no 2
C.
Data-data Medis
1.
Diagnosa Medis
2.
Terapi umum
D.
Segi Fisioterapi
: Ishialgia : Medika Mentosa
Tanggal 09 november 2010 1.
Anamnesis (Auto)
a.
Keluhan utama
: Nyeri pinggang
b.
Lokasi keluhan
: Pinggang bawah hingga ke tungkai kanan
c.
Sifat keluhan
: Menjalar ke jari-jari kaki
d.
Lama keluhan
: 5 bulan yang lalu
e.
Yang Memperberat : Pada saat tidur miring ke kiri dan duduk
f.
Yang Memperingan : Pada saat beristirahat (tidur miring ke kanan)
g. RPP : 5 bulan yang lalu pasien merasakan nyeri di pinggang sampai tungkai bawah dan osi tidak tahu penyebab utamanya. h. Anamnesis sistem 1)
Kepala dan leher : tidak ada gangguan
2)
Kardiovaskular
: tidak ada gangguan
3)
Respirasi
: tidak ada gangguan
4)
Musculoskeletal
: spasme otot piriformis dan gastrocnemius.
i. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital a)
Tekanan darah
: 110/80 mmHg
b)
Denyut nadi
: 88 x /menit
c)
Pernapasan
: 24 x /menit
d)
Temperatur
: 36 ° C
e)
Tinggi Badan
: 168 Cm
f)
Berat Badan
: 73 Kg
2.
Inspeksi
a)
Statis
1.
Pasien tidak dapat duduk dan selalu mengangkat bokong yang sakit
2.
Pasien tidak dapat berjalan dalam waktu yang lama
b)
Dinamis
1.
Pasien nampak kesakitan ketika dilakukan gerakan pada pinggangnya
2.
Pada saat berjalan pasien lebih menumpu ke kaki yang sehat/ pincang.
3.
Tes orientasi/ Quick test
· Aktifitas jongkok –berdiri (squad and bounching) menimbulkan nyeri pada knee. 4.
Pemeriksaan fungsi dasar
Regio Lumbal Nama gerakan Aktif Pasif TIMT Fleksi Nyeri, ROM dalam batas normal Nyeri, elastis end feel, ROM normal Nyeri, kualitas saraf baik Ekstensi Tidak Nyeri, ROM dalam batas normal Tidak Nyeri, elastic end feel, ROM normal
Tidak Nyeri, kualitas saraf baik Rotasi sinister Tidak nyeri, ROM dalam batas normal Tidak nyeri, elastis end feel, ROM normal Tidak Nyeri, kualitas saraf baik Rotasi dextra Tidak nyeri, ROM dalam batas normal Tidak nyeri, elasti end feel, ROM normal Tidak Nyeri, kualitas saraf baik L.fleksi sinistra Tidak Nyeri, ROM dalam batas normal Tidak Nyeri, elastis end feel, ROM normal Tidak nyeri, kualitas saraf baik L. fleksi dextra Tidak nyeri, ROM dalam batas normal Tidak nyeri, end elastic end feel, ROM normal Tidak nyeri, kualitas saraf baik
Regio HIP joint Nama gerakan Aktif Pasif
TIMT Fleksi Tidak Nyeri, ROM terbatas Nyeri, elasitis end feel, ROM terbatas Tidak Nyeri, kualitas saraf baik Ekstensi Tidak Nyeri, ROM terbatas Tidak nyeri, elastis end feel, ROM terbatas Tidak Nyeri, kualitas saraf baik Abduksi Tidak nyeri, ROM dalalm batas normal Tidak nyeri, elastis end feel, ROM normal Tidak nyeri, kualitas saraf baik Adduksi Tidak nyeri, ROM dalam batas normal Tidak nyeri, elastis end feel, ROM normal Tidak nyeri, kualitas saraf baik Internal rotasi Tidak Nyeri, ROM dalam batas normal Tidak nyeri, elastis end feel, ROM normal Tidak nyeri, kualitas saraf baik External rotasi Tidak nyeri, ROM dalam batas normal Tidak nyeri, elastis end feel, ROM normal Nyeri, kualitas saraf baik
5.
Pemeriksaan Spesifik
Skala VAS
0
6,5
10
Interpretasi : Jasil dari pengukuran nilai ambang nyeri adalah 6.5 yang berarti sedang.
b.
Tes SLR + Bragard
Hasilnya
: nyeri
Interpretasi : ada gangguan pada tendon aschilles dan tibialis anterior peroneus longus dan penyempitan n. Ischiadicus. Tes Patrick Hasilnya
: tidak ada nyeri
Interpretasi : tidak ada gangguan pada lig. sacroilliaca anterior d. Tes Antipatrik Hasilnya
: tidak nyeri
Interpretasi : tidak ada gangguan pada lig. sacroilliaca posterior e.
Tes Kontraktur
Hasil
: Nyeri pada m. piriformis sinistra, rectus femoris, hamstring
Interpretasi : Adanya pemendekan pada hamstring. f. Palpasi Hasil Interpretasi
: nyeri tekan pada m. piriformis dan spasme gastrok. : ada spasme m. Piriformis dan gastrok
g.
Connective Tissue Interpretasi: Adanya spasme pada otot erektor spine.
E.
Diagnosis Fisioterapi
“Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Gangguan Fungsional Pinggang Bawah dan Tungkai Sinistra akibat Ischialgia” F. Problematik Fisioterapi Adanya nyeri menjalar sampai ketungkai Kontraktur pada m. hamstring Spasme otot Piriformis, erector spine, gastrok Terjepitnya nervus ischiadicus G. Perencanaan Fisioterapi 1.
Tujuan
a.
Jangka Panjang
Mengembalikan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional berjalan pasien. b.
Jangka Pendek
1)
Mengurangi nyeri
2)
Mengurangi spasme m.piriformis dan gastrok
3)
Mengurangi kontraktur pada m. Hamstring
4)
Melepaskan penjepitan nervus ishiadicus
2.
Tindakan
a.
Metodogi Fisioterapi
a)
MWD
b) 3.
Exercise terapi Edukasi
·
Untuk tidak mengangkat barang dalam keadaan berdiri
·
Dianjurkan pasien memakai korset
·
Dalam keadaan berdiri disarankan agar satu kaki pasien di sanggah dengan bangku.
·
Pasien tidur miring sebelum, bangun
H. Interfensi Fisioterapi 1. MWD Ini sebagai pre eliminery exercise posisi pasien tengkurap,jarak antaraa tranduser dengan permukaan tubuh pasien 3 cm. Tujuan : alat ini selain untuk sirkulasi darah, cocok untuk menurunkan nyeri.
Dosis : Tiap Hari Frekuensi alat 80 MHZ teknik Coplanar dengan intermitten dengan waktu 10 menit
2 Friction Ini untuk melemaskan otot yang spasme. Pasien Tengkurap kemudian Fisioterapis menekan otot piriformis/otot yang spasme, menggunakan ibu jari atau bagian-baian tubuh yang runcing. Dosis: Tiap Hari dengan waktu 5x pengulangan
3.
Streching
Ini untuk melemaskan otot yang mengalami spasme. Pasien terlentang dengan posisi knee di tekuk kemudian fisioterapis membawa lututnya kesamping badan kiri dan kanan sampai terasa terulur. Untuk mengulur otot Qua dratus lumborum. Dosis: Tiap hari dengan 8x hitungan dan 6x pengulangan
4.
Strengtening
Ini di lakukan untuk penguatan otot abductor dan adductor. Posisi sama diatas tetapi diberikan tahanan di lateral knee kearah dalam dan kearah keluar. Dosis: Tiap hari dengan 8x hitungan dan 6x pengulangan
Ischialgia
Ischialgia Yaitu suatu kondisi dimana Saraf Ischiadikus yang mempersarafi daerah bokong sampai kaki terjepit, dalam kasus itu yang terjepit adalah Saraf Ischiadikus sebelah kanan. Penyebab terjepitnya saraf ini ada beberapa faktor, yaitu antara lain: kontraksi/ radang otot-otot daerah bokong, adanya perkapuran tulang belakang atau adanya keadaan yang disebut dengan Herniasi Nukleus Pulposus (HNP), dan lain sebagainya. Ketiga sebab yang kami sebutkan diatas adalah kasus yang banyak terjadi sehingga menyebabkan Ischialgia. Untuk mengetahui penyebab pasti perlu dilakukan pemeriksaan fisik secara seksama oleh dokter, jika perlu dilakukan pemeriksaan tambahan radiologi/ Rontgen pada tulang belakang. Gejala yang sering ditimbulkan akibat Ischialgia adalah: – Nyeri punggung bawah. – Nyeri daerah bokong. – Rasa kaku/ terik pada punggung bawah. – Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kestrum, yang dirasakan dari bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki, tergantung bagian saraf mana yang terjepit. – Rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang berlebihan, terutama banyak membungkukkan badan atau banyak berdiri dan berjalan. – Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang berat. – Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan anggota badan bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan mengecilnya otot-otot tungkai bawah tersebut.
Penatalaksanaan
1. Obat-obatan: analgetik, NSAID, muscle relaxan, dsb. 2. Program Rehabilitasi Medik. 3. Operasi: dilakukan pada kasus yang berat/ sangat mengganggu aktifitas dimana dengan obat-obatan dan program Rehabilitasi Medik tidak dapat membantu.
Program Rehabilitasi Medik bagi penderita Ischialgia adalah: 1. Terapi Fisik: Diatermi, Elektroterapi, Traksi lumbal, Terapi manipulasi, Exercise, dsb. 2. Terapi Okupasi: Mengajarkan proper body mechanic, dsb. 3. Ortotik Prostetik: Pemberian korset lumbal, alat bantu jalan, dsb. 4. Advis:
o Hindari banyak membungkukkan badan. o Hindari sering mengangkat barang-barang berat. o Segera istirahat jika telah merasakan nyeri saat berdiri atau berjalan. o Saat duduk lama diusahakan kaki disila bergantian kanan dan kiri atau menggunakan kursi kecil untuk menumpu kedua kaki. o Saat menyapu atau mengepel lantai pergunakan gagang sapu atau pel yang panjang, sehingga saat menyapu atau mengepel punggung tidak membungkuk. o Jika hendak mengambil barang dilantai, usahakan punggung tetap lurus, tapi tekuk kedua lutut untuk menggapai barang tersebut. o Lakukan Back Exercise secara rutin, untuk memperkuat otot-otot punggung sehingga mampu menyanggah tulang belakang secara baik dan maksimal. o Dll.
Plantar Fasciitis atau Nyeri Tumit •
Pendahuluan Apakah anda pernah mengalami nyeri di tumit pada saat baru bangun tidur di pagi hari? Atau apakah tumit anda terasa sakit setelah lari-lari atau bermain tenis? Pada umumnya, nyeri tumit disebabkan oleh peradangan dari plantar fascia – suatu jaringan disepanjang bagian bawah kaki yang menghubungkan tulang tumit dengan ibu jari kaki kita. Keadaan ini disebut plantar fasciitis. Plantar fasciitis menyebabkan nyeri seperti ditusuk atau rasa terbakar yang biasanya bertambah buruk pada pagi hari karena fascia mengencang (berkontraksi) sepanjang malam. Segera setelah kita berjalan-jalan beberapa saat, nyeri yang disebabkan oleh plantar fasciitis ini biasanya berkurang, tetapi mungkin akan terasa nyeri kembali setelah berdiri beberapa lama atau setelah bangun dari posisi duduk. Pada kebanyakan kasus, nyeri dari plantar fasciitis ini akan menghilang dengan sendirinya tanpa pembedahan atau pengobatan invasif lainnya. Dan anda dapat mengambil beberapa langkah untuk mencegah terjadinya lagi plantar fasciitis.
Gejala Plantar fasciitis biasanya timbul secara bertahap, tetapi dapat juga datang dengan tiba-tiba dan langsung nyeri hebat. Dan meskipun dapat mengenai kedua kaki, akan tetapi lebih sering hanya pada satu kaki saja. Perhatikan adanya: · Nyeri tajam di bagian dalam telapak kaki di daerah tumit, yang dapat terasa seperti ditusuk pisau pada telapak kaki. · Nyeri tumit yang cenderung bertambah buruk pada beberapa langkah pertama setelah bangun tidur, pada saat naik tangga atau pada saat jinjit (berdiri pada ujung-ujung jari). · Nyeri tumit yang timbul setelah berdiri lama atau setelah duduk lama kemudian bangkit dan berjalan maka timbul nyeri tumit. · Nyeri tumit yang timbul setelah berolahraga, tetapi tidak timbul pada saat sedang berolahraga. · Pembengkakan ringan di tumit.
Penyebab Dalam keadaan normal, plantar fascia kita bekerja seperti sebuah serabut-serabut penyerap kejutan (shock-absorbing bowstring), menyangga lengkung dalam kaki kita. Tetapi, jika tegangan pada serabut-serabut tersebut terlalu besar, maka dapat terjadi beberapa robekan kecil di serabut-serabut tersebut. Bila ini terjadi berulang-ulang maka fascia akan menjadi teriritasi atau meradang. Penyebab plantar fasciitis dapat diakibatkan: · Aktivitas fisik yang berlebihan. Plantar fasciitis umum dijumpai pada pelari-pelari jarak jauh. Jogging, berjalan atau naik tangga juga dapat menyebabkan stress yang terlalu banyak pada tulang tumit kita dan jaringan lunak yang terikat di sana. · Arthritis. Beberapa tipe arthritis dapat menyebabkan peradangan pada tendon dari telapak kaki, yang dapat menyebabkan plantar fasciitis. · Diabetes. Meskipun tidak diketahui mekanismenya, akan tetapi plantar fasciitis terjadi lebih sering pada orang dengan diabetes. · Mekanik kaki yang abnormal. Lengkung telapak kaki yang datar atau terlalu melengkung atau pola berjalan yang abnormal dapat mengakibatkan distribusi berat badan kita tidak seimbang diterima oleh kedua kaki, dan menyebabkan stress tambahan paa plantar fascia. · Sepatu yang tidak cocok. Sepatu yang solnya tipis, longgal atau tidak ada dukungan untuk lengkung kaki atau tidak ada kemampuan untuk menyerap hentakan tidak melindungi kaki kita. Jika anda secara teratur memakai sepatu dengan tumit tinggi maka tendon Achilles – yakni tendon yang melekat pada tumit kita – dapat berkontraksi/tegang dan memendek, menyebabkan strain pada jaringan di sekitar tumit. Faktor-faktor Risiko
Risiko anda mendapatkan plantar fasciitis meningkat jika anda: § Aktif dalam olahraga. Aktifitas yang menempatkan sejumlah stress pada tulang tumit anda dan jaringan yang melekat di sekitar tumit adalah yang paling sering menyebabkan plantar fasciitis. Ini antara lain berlari, dansa balet, dan aerobik. § Kaki datar atau mempunyai lengkung tinggi. Orang-orang dengan kaki datar mempunyai penyerapan kejutan yang kurang, yang mana hal ini meningkatkan peregangan dan tegangan pada plantar fascia. Orang-orang dengan lengkung kaki yang tinggi mempunyai jaringan plantar yang lebih ketat, yang juga menyebabkan penyerapan kejutan yang kurang. § Usia paro baya atau lebih tua. Nyeri tumit cenderung lebih umum dijumpai oleh karena penuaan menyebabkan lengkung kaki mulai mendatar, menimbulkan stress pada plantar fascia. § Berat badan berlebih. Berjalan-jalan dengan berat badan yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan jaringan lemak di bawah tulang tumit dan menyebabkan nyeri tumit. Orang-orang yang naik berat badannya dengan cepat dapat menderita plantar fasciitis, tetapi tidak selalu. § Kehamilan. Berat badan yang bertambah dan pembengkakan yang dialami pada saat hamil dapat menyebabkan ligamen (jaringan pengikat) pada tubuh termasuk di kaki – untuk mengendur. Ini dapat menyebabkan permasalahan mekanikal dan peradangan. § Pekerjaan. Orang-orang dengan pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan banyak berjalan atau berdiri pada permukaan yang keras, termasuk pekerja pabrik, guru, dan pelayan restoran, dapat merusak plantar fascia mereka. § Mengenakan sepatu dengan support lengkung kaki yang kurang atau alas sepatu yang kaku.
Kapan harus ke dokter § Jika anda mengalami nyeri lutut, anda dapat mencoba beberapa cara pengobatan sendiri, seperti melakukan peregangan dan mengubah aktivitas anda. Jika tidak ada banyak kemajuan setelah beberapa minggu, kunjungi dokter keluarga anda. § Carilah pertolongan lebih cepat jika nyeri yang anda alami memburuk meskipun sudah melakukan peregangan dan mengubah aktivitas anda. Jika anda juga mempunyai diabetes atau keadaan lain yang mnyebabkan peredaran darah yang buruk, anda harus ke dokter untuk dilakukan penilaian dini perubahan-perubahan yang terjadi di kaki anda.
Tes dan diagnosis · Dokter akan menanyakan mengenai keluhan yang anda derita dan mencari titik-titik nyeri/kaku di kaki anda. Ini dapat membantu untuk menyingkirkan penyebab-penyebab lain nyeri lutut, seperti tendinitis, arthritis, iritasi saraf atau adanya suatu kista. Dokter mungkin juga menyuruh anda melakukan pemeriksaan Rontgen atau MRI untuk menyakinkan bahwa anda tidak mengalami fraktur tekanan. · Kadang-kadang, hasil rontgen menunjukkan adanya tonjolan tulang baru (spur) dari tulang tumit. Pada masa lampau, tonjolan tulang sering kali dituding sebagai penyebab nyeri lutut dan dibuang dengan pembedahan, tetapi sekarang diketahui bahwa tonjolan tulang tidak menyebabkan nyeri. Pembedahan untuk membuang spur sangat jarang dilakukan.
Komplikasi · Mengabaikan plantar fasciitis dapat menyebabkan keadaan menahun yang mengganggu aktivitas rutin anda. Anda juga dapat mengalami masalah-masalah di kaki, lutut, paha atau punggung oleh karena plantar fasciitis akan mengubah cara anda berjalan. Pencegahan Anda dapat melakukan beberapa langkah sederhana untuk mencegah nyeri yang lebih lanjut: § Menjaga berat badan sehat ideal. Ini akan meminimalkan stress pada plantar fascia anda. § Memilih sepatu yang ergonomis. Hindari sepatu dengan tumit yang terlalu rendah. Belilah sepatu dengan tumit rendah sampai sedang, mempunyai dukungan lengkung kaki yang baik dan dapat menyerap kejutan/hentakan dengan baik. Jangan bertelanjang kaki, terutama pada permukaan yang keras.
§ Jangan menggunakan sepatu atletik yang sudah rusak. Gantilah sepatu atletik lama anda bila sudah tidak pas lagi dengan kaki anda. Jika anda seorang pelari, belilah sepatu baru stelah digunakan kurang lebih 400 miles. § Mulailah aktivitas olahraga secara perlahan. Pemanasan ssebelum memulai aktivitas atletik atau olahraga apapun, dan mulailah suatu program latihan baru secara perlahan-lahan. § Lakukan peregangan pada saat bangun tidur. Sebelum anda turun dari tempat tidur di pagi hari, regangkan otot-otot betis, lengkung kaki dan tendon Achilles dengan cara menyentuh ujung kaki anda dan secara perlahan-lahan melipat kaki anda. Ini dapat menolong untuk membalikkan kekencangan dari plantar fascia yang terjadi sepanjang malam.
Gaya hidup dan pertolongan di rumah Dengan mengikuti tip di bawah ini, anda mungkin dapat melenyapkan nyeri tumit tanpa pengobatan lebih lanjut. § Kompres es/dingin. Kompres es batu yang dibungkus dengan kain di daerah nyeri selama 15 sampai 20 menit, tiga atau 4 kali sehari atau setelah aktivitas. Atau anda bisa coba urut es. Bekukan sebotol air dan urutkan di atas daerah yang nyeri sekitar 5 sampai tujuh menit. Urut es teratur dapat menolong untuk mengurangi nyeri dan peradangan. § Istirahatkan kaki anda. Istirahatkan kaki anda untuk beberapa hari pada saat nyeri parah. § Kurangi jarak lari anda. § Lakukan olah raga yang tanpa atau rendah hentakan. Gantilah dengan berenang atau bersepeda bila selama ini anda melakukan olahraga berjalan, lari atau jogging. Anda dapat kembali ke aktivitas rutin anda bila nyeri tumit secara perlahan-lahan membaik atau lenyap. § Gunakan sepatu yang ergonomis. § Lakukan peregangan lengkung kaki anda. Diposkan oleh dr. Suryo Wibowo, MKK, SpOk di 8:52 AM Label: nyeri tum
Plantar Fasciitis Apakah Plantar fasciitis itu? Plantar fasciitis merupakan bengkak yang menyakitkan dan terdapat di jaringan tebal pada dasar kaki yang disebut plantar fascia. Penyakit ini merupakan salah satu keluhan ortopedi paling umum yang berhubungan dengan kaki. Plantar fascia merupakan ‘pita’ tebal pada jaringan yang menutupi tulang pada bagian bawah kaki. Plantar fascia berasal dari tulang calcaneum yang membentuk tumit, dan menyebar ke arah jari-jari kaki menutupi bagian dasar kaki. Fungsi utamanya adalah untuk memproteksi kaki dari bagian luarnya dengan berperan sebagai penahan goncangan dan membentuk lengkungan untuk berjalan. Apakah yang menyebabkan plantar fasciitis? Plantar fasciitis dapat berdampak pada semua umur, tapi biasanya mempengaruhi kelompok orang dengan umur 40-70 tahun. Penyakit ini sebagian besar disebabkan oleh perubahan terkait dengan usia yang terjadi pada kelompok umur tersebut.
Setelah kehilangan kelenturan dan lapisan lemak tebal pada telapak kaki, plantar fascia menjadi mudah cedera setelah melakukan kerja yang berulang, seperti berjalan dan melakukan aktivitas latihan olah raga, menyebabkan pembengkakan dan sakit pada tumit. Beberapa kondisi kaki seperti Flat Feet (kaki datar) dan High Arched Feet (kaki condong ke arah dalam) juga membuat seseorang mudah menderita plantar fasciitis. Diabetes dan obesitas juga diduga menjadi faktornya. Di antara orang-orang yang berusia muda, penyakit ini terlihat umum pada para atlet yang banyak berolah raga, mengakibatkan mikrotrauma berulang di kaki mereka. Apa sajakah gejala-gejala dari plantar fasciitis? Seseorang dengan plantar fasciitis dapat mengalami hal-hal di bawah ini: •
Perih pada tumit, khususnya saat langkah pertama di pagi hari.
•
Rasa sakit yang bermula di tumit dan menyebar ke arah jari-jari kaki.
•
Tingkat keparahan rasa sakitnya dapat menurun perlahan seiring waktu.
• Jika pasien beristirahat sepanjang hari, rasa sakitnya akan membaik, namun jika setelahnya pasien memberi beban pada kakinya (seperti berjalan), rasa sakitnya akan timbul kembali. • Rasa sakit akan menjadi makin buruk dengan berjalan jauh atau berdiri tanpa alas kaki, khususnya pada permukaan yang keras. •
Beberapa pasien akan merasa pincang, atau memilih berjalan dengan berjinjit.
•
Bengkak dan kemerahan ringan pada tumit.
•
Jika tumit sedikit ditekan, akan terasa lunak.
•
Kaki juga akan terasa lunak jika pasien menggerakkan jari-jari kakinya menjauhi lantai.
Apakah perawatan standar untuk plantar fasciitis? Perawatan plantar fasciitis dapat meliputi tindakan-tindakan di bawah ini: •
Hindari berjalan tanpa alas kaki dan berjalan pada permukaan yang keras.
•
Gunakan langkah yang lebih pendek saat berjalan.
•
Hindari jogging dan olah raga lainnya yang memberatkan kaki.
•
Melakukan latihan peregangan pada otot betis.
•
Gunakan alas kaki yang baik dan peralatan bantu seperti ortotik.
•
Obat penghilang rasa sakit dan anti-peradangan juga dapat digunakan selama melatih kaki.
• Beberapa pasien diizinkan untuk menggunakan suntikan steroid untuk memulihkan rasa sakit, namun suntikan itu sendiri juga dapat menjadi sangat menyakitkan. Jika metode-metode di atas belum memberikan hasil yang memuaskan, maka keterlibatan pembedahan dapat digunakan dan menjadi penting untuk mengeluarkan fascia yang mengeras/mengetat dan meradang.
POLYMYALGIA RHEUMATICA Deskripsi
Polymyalgia Rheumatica (PMR) adalah suatu gangguan peradangan yang meluas, menyebabkan sakit dan kekakuan otot, terutama di leher, bahu, lengan atas, paha dan pinggul. Meskipun beberapa orang mengalami gejala-gejala ini secara bertahap, polymyalgia rheumatica dapat muncul dalam semalam. Orang dengan polymyalgia rheumatica bisa saja tidur dengan kondisi baik-baik saja, namun ketika bangun merasakan kekakuan dan rasa sakit.
Belum diketahui secara pasti pemicu polymyalgia rheumatica, tetapi gangguan ini dipengaruhi masalah sistem kekebalan tubuh, genetik dan faktor lingkungan. Selain itu, penuaan juga muncul untuk berperan dalam gangguan ini. Gejala
Gejala Polymyalgia Rheumatica meliputi: 1. Rasa sakit dari sedang hingga parah dan kekakuan pada otot-otot di pinggul, paha, bahu, lengan atas dan leher 2. Kelelahan 3. Kelemahan atau perasaan umum tidak sehat 4. Kadang-kadang, sedikit demam
5. Anemia--jumlah sel darah merah rendah Pengobatan Non-steroid Anti-Inflammatory Drugs (NSAID) seperti aspirin dan ibuprofen (Advil, Motrin, others) efektif dalam mengobati gejala-gejala ringan polymyalgia rheumatica. Namun, dalam jangka panjang penggunaan NSAID dapat menyebabkan perdarahan lambung dan usus, retensi cairan, tekanan darah tinggi, gagal ginjal, gagal jantung kongestif yang memburuk, kelainan tes fungsi hati, dan kemungkinan perubahan kognitif. Sumber: medlineplus dan mayoclinic
Fisioterapi pada Polymyalgia Rheumatica (PMR)
Pada otot-otot yang terasa nyeri dengan daerah yang luas seperti daerah punggung atas sampai punggung bawah, terapi Infra Merah sangat bermanfaat sekali, walaupun secara teori Infra Merah ini penetrasi sinarnya tidak lebih dari sub cutan, tetapi efek lain yang jauh lebih bagus yaitu efek sedatifnya. Efek sedative ini sangat bermanfaat baik bagi otot-otot yang mengalami nyeri dan spasme, juga bermanfaat untuk memberikan rasa nyaman dan tenang (sedasi) pada kejiwaan. Untuk sendi-sendi tangan dan kaki, lebih efektif jika kita berikan terapi Parafin Bath. Mobilisasi General pada seluruh anggota gerak, terutama yang mengalami nyeri, sangat bermanfaat sekali untuk menghilangkan kekakuan sendi, dan relaksasi otototot disekitar persendian. Termasuk juga mobilisasi sendi-sendi pada tulang belakang juga sangat membantu mengurangi gejala nyeri ini. Latihan general yang dilakukan secara rutin setiap pagi juga sangat bermanfaat dalam mengurangi gejalanya.