Bell’s palsy Dr Nurdjaman Nurimaba Sp.S(K) Bagian Ilmu Penyakit Saraf FK UNPAD - RSHS
Definisi • Bell’s palsy adalah paralisis nervus fasialis unilateral
akut yang memiliki nama lain idiopatic fascial paralysis . • Gejala parese N fascialis ini mulai dikenalkan oleh dr Charles Bells pada tahun 1829 . • Istilah Bell’s Palsy pada awalnya digunakan untuk seluruh kasus paralisis n. fasialis tanpa memandang penyebabnya, namun beberapa tahun terahir hanya dipakai bagi paralisis n. fascialis yang tidak ditemukan etiologi jelas.
Epidemiologi • Bell’sPalsy adalah penyebab terbanyak paralisis n.
fascialis unilateral akut, merupakan 75 % dari seluruh parese nervus fasialis akut. • Insidensi Bell’s Palsy 20-30 kasus per 100.000 penduduk pertahun.
Anatomi • .Nervus Fasialis (N kranial VII) mempunyai 4 buah inti yaitu : • 1.Nukleus Fasialis untuk saraf somato motorik disebut sebagai
nukleus motorik utama mempersarafi otot wajah • 2.Nukleus Salivatorius untuk saraf visceromotoris merupakan serabut para simpatis yang mempersarafi mukosa faring,palatum,rongga hidung ,sinus para nasal ,dan glandula submaksilaris, sublingualis dan lakrimalis. • 3.Nukleus solitarius uyntuk saraf viserosensoris ,menghantarkan impuls dari alat kecap duapertiga anterior lidah,dasar mulut dan palatum mole. • 4. Nukleus sensoris trigeminus untuk saraf somato sensoris ,menghantarkan rasa nyeri ,suhu,raba,daerah kulit dan mucosa yang dipersarafi oleh N V .
Anatomi • Bagian superior mengurus persarafan otot wajah bagian
atas mendapat kontrol dari traktus kortikobulbar bilateral, sedangkan bagian inferior mengurus persarafan otot wajah bagian bawah mendapat kontrol secara unilateral dari hemisphere kontralateral . • Bila terdapat lesi sentral uinilateral hanya otot wajah bagian bawah kontralateral yang lumpuh,bila lesi mengenai kedua inti motirik maupun serabut sarafnya maka seluruh otot wajah sesisi akan mengalami kelumpuhan
Anatomi
Penyebab Bell’s Palsy Penyebab pasti Bell’s Palsy saat ini belum diketahui , beberapa teori antara lain: •Iskemi vascular • ketidak stabilan otonomik dengan respon simpatis yang berlebihan
menyebabbkan spasme pada arteriol dan stasis pada vena pada bagian bawah canalis spinalis .Vaso spasme ini menyebabkan iskemi dan terjadi edema yang menyebabkan bertambahnya kompresi aliran darah dalam tuba 2.Teori infeksi virus
•Infeksi • fase latent VHS tipe 1 ditemukan di ganglion genikulatum dan dapat mengalami reaktivasi pada saat daya tahan tubuh menurun ,menyebabkan neuropati nervus fasialis. •Teori kombinasi • kemungkinan bell’s palsy disebabkan oleh suatu infeksi atau reaktivasi virus herpes simpleks reaksi immunologis sekunder atau karena proses vasculer sehingga menyebabkan inflamasi dan penekanan Nervus fascialis perifer ipsilateral.
Diagnosa • Diagnosa Bell’s palsy ditegakan secara per excluasionam
karena penyebab bell’s palsy masih dianggap idiopatik . • Diagnosa ditegakan berdasarkan pemeriksaan fisik berupa kelemahan otot fasialis unilateral akut yang tidak diketahui penyebabnya .
Tanda dan gejala Pemeriksaan klinis yang ditemukan pada penderita bell’s palsy : 1 kelemahan otot wajah sesisi dimana penderita tidak dapat mengangkat alis ,mengerutkan dahi ,menutup mata ,serta tidak dapat tersenyum. 2.Gejala lain yang mungkin ditemukan antara lain : • a. Nyeri retroaurikuler • b. Gangguan rasa kecap • c. Hiperakusi • d. Penurunan sekresi air mata • e. rasa baal pada sisi terkena 3.Pada pemeriksaan fisik ditemukan : •a. Ketika penderita suruh mengangkat alis terlihat kerutan dahi mendatar pada sisi terkena •b. Pendataran plika nasolabialis pada sisi terkena dan mulut mencong kesisi yang sehat •c. Penderita tidak dapat menutup mata sempurna pada sisi yang terkena
Grading Untuk menilai derajat parese N fasialis digunakan House Brackmann Classification of fascial function yang dilihat waktu bergerak. •derajat 1; fungsional normal •derajat 2: angkat alis baik menutup mata komplit mulut sedikit asimetris •derajat 3 :angkat alis sedikit ,menutup mata komplit dengan usaha,mulut bergferask sedikit lemah dengan usaha maksimal •derajat 4: Tidak dapat mengangkat alis menutup mata inkomplit dengan usaha , mulut bergerak asimetris dengan usaha maksimal •derajaT 5 :Tidak dapat mengangkat alis,menutup mata inkomplit dengan usaha ,mulut sedikit bergerak •derajat 6 : tidak bergerak sama sekali .
Pemeriksaan Penunjang • Pemeriksaan khusus untuk menegakan diagnosapasti
Bell’s Palsy pada saat ini belum ada. • Pemeriksaan penunjang berupa imaging dan elektrodiagnosa dilakukan hanya pada kasus kasus dimana tidak terjadi kesembuhan sempurna atau untuk mencari etiologi pada parese Nervus Fascialis . • Pemeriksaan elektrodiagnosis diutamakan untuk menentukan prognosis.
Penatalaksanan • Penatalaksanaan Bell’s Palsy masih kontroversi ,sekitar
70% penderita penderita sembuh sempurna dengan atau tanpa terapi, 30 % mengalami penyembuhan inkomplit dan 5% diantaranya dengan gejala sisa yang berat .
Terapi Medika mentosa 1 Kortikosteroid •The Quality standar subcommitte of the America Academy of Neurology 1966-2000 mereko mendasikan pemberian kortikosteroid oral secepatnya memberikan hasil probably efektif ,80% Akan sembuh sempurna,pengobatan yang cepat dalam 72 jam pertama menunjukan implikasi baik berdasarkan waktu dan derajatnya . •Dosis kortikosteroid 1mg/Kg BB/hari dibagi 2 dosis selama 6 hari dan diturunkan bertahap berhenti 10 hari.Pada penelitian Mariva thn 2004 pemberian kortikosteroid pada penderita Bell’s Palsy derajat tinggi meningkatkan presentase penyembuhan penderita,tapi untuk yang derajat rendah tidak banyak pengaruhnya. 2 Antiviral The Quality Standars Subcommittee of the America academy of neurology (19666-2000) pemberian asiklovir oral dengan kombinasi kortikosteroid memberikan hasil posible efektif dengan penambahan 18% dibandingkan dengan terapi kortikosteroid saja Dosis asiklovir 1000 mg/har iselama 5 hari sampai 2400mg /hari selama 10 hari 3. Metilkobalamin •Metilkobalamin adalah preparat aktif B12 •Metilkobalamin berperan sebagai kofactor dalam proses remielinisasi dengan membantu sintesa methionin,methionin diperlukan untuk mensintesa fosfolipid dan myelin sehingga mempercepat perbaikan jaringan saraf. dosis metilkobalamin 3X 500 ug /hari.
Fisioterapi •Terapi panas superfisial dan dalam dimulai hari keempat . •Stimulasi listrik masih kontroversial . •Latihan dan masase wajah kompres panas pada sisi yang terkena Terapi bedah dekompresi •Tindakan bedah bukan tatalaksana yang rutin ,dilakukan dengan krteria tertentu antara lain tidak ada penyembuhan, bell’s palsy berulang, pemeriksaan elektrodiagnosis menunjukan kelainan.
Prognosa • Secara keseluruhan prognosa baik ,waktu penyembuhan bervariasi
antara beberapa minggu sampai 12 bulan . • Umumnya 70% akan sembuh sempurna dalam 6 minggu ,30% akan mengalami degenerasi aksonal yang akan mendasari terjadi kelemahan menetap, sinkenesis atau kontraktur . • Faktor yang mempengaruhi penyembuhan adalah derajat kelumpuhan, pemberian terapi lebih awal dan kombiasi terapi . usia penderita, dan faktor lain yang mempengaruhi • Prognosa buruk pada penderita dengan hiperakusis dan penurunan sekresi air mata dan terjadi hemifasial spasm.
Kesimpulan • Bells’palsy adalah parese nervus pasialis akut dengan
penyebab idiopatik ,70% sembuh sempurna dengan atau tanpa terapi. • Pada parese N Fascialis akut kita harus memeriksa adakah etiologi lain yang menyebabkan parese N Fasialis seperti kelainan neurologis lain • Menentukan derajat kerusakan berdasarkan House Brackman untuk pemberian terapi dengan segera dan menentukan prognosa.