BEBERAPA PERMASALAHAN BERKAITAN DENGAN SHOLAT 1. Bolehkah menangis ketika sholat? Menangis, mengaduh atau merintih dalam sholat sepanjang tidak dibuat-buat, tidaklah membatalkan sholat. Abdullah bin Syikhir, berkata: Saya melihat Rasulullah Saw. Bersembahyang sambil beliau menangis terisak-isak bagaikan pada dadanya ada bunyi air mendidih di dalam ketel.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Nasa‟I dan Turmudzi).
2. Bolehkah merapikan baju atau menggerak-gerakkan anggota badan di luar gerakan sholat? Sepanjang aktivitas-aktivitas tersebut diperlukan dan tidak berlebihan hal itu tidak membatalkan sholat. Dari Mu‟aqib katanya: “Saya bertanya kepada Rasulullah Saw. Perihal meratakan kerikil dalam sholat, maka beliau berkata: “Janganlah meratakan kerikil ketika sholat, tapi kalau terpaksa melakukannya, cukuplah meratakannya dengan sekali hapus saja.” (HR. Jama‟ah)
3. Apakah ada larangan mengenakan baju bergambar ketika melakukan sholat? Akan tetapi akan lebih baik jika memakai baju polos sehingga tidak menggaggu konsentrasi diri dan orang lain. Dari Aisyah r.a katanya, “Nabi Saw. sholat dengan mengenakan pakaian dari bulu yang bergambar, kemudian sabdanya: “Gambar-gambar pakaian ini mengganggu perhatianku, kembalikanlah baju ini kepada Abu Jaham dan tukarlah dengan pakaian bulu kasar yang tidak bergambar!” (HR. Bukhari dan Muslim) Adapun sholat dengan menghadap sesuatu yang bergambar, adalah tidak apa-apa. Tetapi akan lebih baik jika kita sholat dengan tidak menghadap pada sesuatu yang bisa menggaggu konsentrasi kita. Dari Anas katanya:
“Aisyah mempunyai tabir tipis yang dipasang di pintu rumahnya. Maka Nabi Saw, pun bersabda: “Turunkanlah tabirmu itu, karena gambar-gambarnya menggagguku dalam sholat.”
4. Bolehkah sholat sambil menahan lapar walau sudah ada makanan yang terhidang, menahan kencing atau menahan buang air besar? Aisyah berkata: “Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda: “janganlah seseorang bersembahyang di waktu hidangan telah disajikan dan jangan pula di waktu ia terdesak oleh buang air kecil atau besar.” Dari Tsauban bahwa Nabi Saw. bersabda: “Ada tiga hal yang tidak boleh dilakukan oleh seseorang: (1) janganlah seseorang menjadi imam bagi suatu kaum, sementara ketika berdoa hanya diperlukan dirinya sendiri tanpa meratakannya pada jama‟ahnya! Kalau ini dia dilakukan, berarti ia telah mengkhianati mereka. (2) janganlah melepas penglihatan ke dalam rumah orang lain sebelum meminta izin. Bila ini dia lakukan, berarti ia telah masuk tanpa izin. (3) Dan janganlah seseorang sholat di waktu ia sedang menahan buang air kecil sampai ia kencing lebih dulu!”
5. Bagaimana hukumnya sholat sambil menggendong anak kecil? Diperbolehkan menggendong anak kecil ketika sholat. Dan hal ini adalah tidak membatalkan sholat seseorang. Diterima dari Abu Qatadah: Bahwa Nabi Saw. sedang sholat sementara Umamah putri Zainab, yakni puteri nabi saw. ada dipundaknya. Kalau Nabi saw. ruku‟ diletakkannya anak itu dan kalau berdiri dari sujud digendongnya lagi diatas pundaknya”. Kata Amir: “Saya tidak menanyakan, sholat apa yang dilakukannya”. Sebaliknya Ibnu Juraij berkata: “Saya diberitahu oleh Zaid bin Abu „Itab dari Umar bin Sulaiman, bahwa itu adalah sholat subuh.” (HR.Ahmad, Nasa‟I dll) “Pada suatu ketika Rasulullah Saw. keluar untuk bersembahyang Zuhur atau Asar-, beliau membawa Hasan dan Husein, lalu maju ke muka dan sujud amat lama sekali.
Kauangkat kepalaku, kiranya kulihat anak itu berada diatas punggung Rasulullah Saw., maka sayapun kembali sujud. Setelah selesai sholat, orang-orang berkata: “Ya Rasulullah, tadi lama sekali Anda sujud, hingga kami kira telah terjadi sesuatu, atau ada wahyu turun.” Ujar beliau: “Semua itu tidak terjadi, hanya cucuku ini sedang naik dipunggungku, dan aku tak ingin memutuskannya dengan segera hingga ia puas.” (HR. Nasa‟I dan Hakim)
6. Bolehkah sholat sambil memejamkan mata? Sebagaian ulama berpendapat bahwa memejamkan mata ketika sholat hukumnya makruh, sebagaian yang lain membolehkannya tanpa makruh sama sekali karena mereka menganggap hadis yang menyatakan makruh itu tidak sah. Ibnu Qoiyim berkata: “Yang benar ialah kalau dengan membuka mata itu tidak menghalangi kekhusyukan, maka itulah yang utama. Tetapi kalau dengan itu terganggu, misalnya ada lukisan dll, maka memejamkan mata tidak saja diperbolehkan, bahkan jika ditinjau dari kehendak syara‟, lebih kuat jika dikatakan sunah dari pada makruh.”
7. Bolehkah menengadah ke atas ketika sholat? Rasulullah Saw. melarang kita menengadah ke atas ketika sholat. Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Saw bersabda: “Hendaklah orang-orang itu menghentikan perbuatannya yaitu menengadah ke atas, atau kalau tidak, maka akan dicungkillah mata mereka.” (HR. Ahmad, Muslim dan Nasa‟i)
8. Bolehkan mengucapkan salam kepada orang yang sedang sholat? Memberi salam bahkan mengajak bicara orang yang sedang sholat adalah boleh. Sedang orang yang sedang sholat itu boleh menjawab dengan isyarat dengan tangan atau kepalanya. Diterima dari Abdullah bin Umar yang diriwayatkannya dari Shu‟aib, katanya: “Saya berjalan melalui Rasullullah Saw. di waktu beliau sedang melaksanakan sholat. Saya memberi salam kepadanya, dan beliau memberikan jawaban kepadaku dengan isyarat.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi) Ibnu Umar berkata:
“Saya bertanya kepada Bilal, “bagaimanakah cara Nabi Saw. membalas salam kepada orang-orang yang memberinya salam itu di waktu beliau sedang melaksanakan sholat?” Jawab Bilal, “dengan cara memberikan isyarat dengan tangannya.” (HR. Ahmad)
9. Bolehkah sholat sambil membaca ayat dari mushaf? Seorang hamba sahaya Aisyah, Dzakwan, kalau sedang menjadi imam bagi Aisyah diwaktu sholat dalam bulan ramadhan, biasa membaca ayat dari mushaf (Riwayat Imam Malik) Berkata Imam Nawawi, “Bila seseorang itu sewaktu-waktu membolak-balik halaman mushaf ketika sholat juga tidak membatalkan sholat. Juga ketika ia melihat catatan lain selain Al-Quran dan diulang-ulangnya isinya dalam hati walaupun lama, tidaklah batal, hanya hukumnya makruh.
10. Apakah teringat akan hal-hal yang tidak termasuk amalan sholat membatalkan sholat? Tidak. Hanya saja hal itu tersebut dapat mengurangi pahala sholat seseorang, karena yang dicatat dari sebuah amal hanyalah yang keluar dari kesadaran. Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Saw pernah bersabda, “Jika telah terdengar suara azan, maka setan pun pada lari terbirit-birit dan mengeluarkan kentut hingga tiada terdengar olehnya suara azan itu. Bila azan telah selesai, setan itu kembali lagi, dan ketika dibacakan iqamah, dia menyingkir lagi, tetapi setelah selesai ia datang lagi untuk menggoda hati seseorang, katanya, “ingatlah ini, ingatlah itu!” maka orang itu teringat lagi akan hal yang tadinya tidak ia ingat, hingga ia tidak sadar berapa rakaat yang telah ia lakukan. Karena itu jika seseorang tidak tahu apakah ia telah melakukan tiga atau empat rekaat, maka hendakklah ia sujud dua kali sewaktu duduk!” (HR. Bukhari dan Muslim) Abu Daud, Nasa‟I, Ibnu Hibban, meriwayatkan dari Ammar bin Yasirm katanya, “Saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda, “ada orang yang telah selesai mengerjakan sholat, tapi sungguh, yang dicatat untuknya tidak lebih dari seperpuluhnya, ada yang sepersembilan, seperdelapan, sepertujuh, seperenam, seperempat, sepertiga atau separuhnya.” Zaid bin Khalid berkata:
“Nabi Saw bersabda, “barangsiapa yang berwudlu dan disempurnakannya wudlunya itu, kemudian sholat dua rakaat dan ia tidak melamun dalam keduanya, maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Abu Dawud) Utsman bin Abil Ash berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya setan telah mengganggu hatiku ketika sholat dan waktu membaca, sehingga saya menjadi bimbang karenanya.” Jawab beliau, “itulah setan yang bernama Khanzab! Maka jika engkau merasakan godaannya, berlindunglah kepada Allah-yakni dengan mengucapkan ta‟awuz dan meludah ke sebelah kirimu tiga kali.” Kata Utsman selanjutnya, “Ajaran itu aku lakukan dan Allah melenyapkan godaan itu dari diriku.” (HR.Muslim)
11. Apa yang harus dilakukan ketika imam tiba-tiba lupa atau salah dalam membaca sebuah ayat? Jika seorang imam lupa suatu ayat, maka makmum hendaknya mengingatkannya. Ibnu Umar berkata: “Bahwa Nabi Saw. bersembahyang, lalu membaca suatu ayat, tiba-tiba beliau lupa dan ragu dalam bacaannya itu. Setelah selesai beliau bertanya kepada bapakku, Umar bin Khattab, “Apakah Anda ikut sholat bersama kami tadi?” jawabnya, “Ya, saya ikut.” Beliaupun lalu bersabda, “mengapa Anda tidak mengingatkan saya?” (HR.Abu Daud)
12. Ketika bersin apakah mengucapkan Alhamdulillah dapat membatalkan sholat? Tidak, perbuatan itu malah dianjurkan. Dari Rafa‟ah bin Rafi‟, katanya: “Saya sholat di belakang Rasulullah Saw. kebetulan saya bersin, maka saya ucapkan “Alhamdulillahi hamdan katsiiran thaiyyabn mubaarakan fiihi kamaa yuhibbu rabbunna wa yardlaa.” (segala puji bagi Allah, yakni puji yang sebanyak-banyaknya dan sebaikbaiknya serta dipenuhi berkah, sebagaimana disukai dan diridlai oleh Tuhan kita). Selesai sholat Nabi pun bertanya, “Siapa yang berbicara dalam sholat tadi?” karena tiada seorang pun yang menjawab, maka Nabi pun bertanya sekali lagi, tapi juga tak ada jawaban. Setelah ditanyakan oleh Nabi untuk ketiga kalinya, barulah Rifa‟ah menjawab bahwa ialah yang berbicara tadi. Maka beliaupun kemudian bersabda, Demi Tuhan yang nyawa Muhammad berada dalam genggaman-Nya, puji-pujian tadi telah menjadi rebutan bagi
tiga puluh malaikat, agar ialah yang akan beruntung dapat membawanya keatas.” (HR.Nasa‟I dan Turmudzi)
13. Bagaimanakah hukumnya lewat dimuka orang yang sedang sholat? Lewat dimuka orang yang sedang sholat adalah terlarang. Dan perbuatan ini dianggap sebagai dosa besar. Dari Busr bin Said diriwayatkan, “Bahwa Zaid bin Khalid mengutusnya kepada Abu Juhaim untuk menanyakan apa yang telah didengarnya dari Rasulullah Saw. tentang hukum lewat di muka orang yang sedang sholat. Ujar Abu Juhaim, “Rasulullah Saw. bersabda, “Andaikata seseorang itu mengetahui betapa besar dosa yang ditanggungnya karena lewat di muka orang yang sedang sholat, niscaya dia akan lebih suka berdiri menunggunya selama empat puluh (berkata Abu nashr, “Saya tidak tahu apakah ia mengatakan empat puluh hari, empat puluh bulan atau empat puluh tahun) dari pada lewat di mukanya itu.” (HR Jama‟ah)
14. Bagaimanakah hukumnya jika tempat berdiri imam lebih tinggi dari pada tempat berdiri makmum? Dimakruhkan imam berdiri lebih tinggi tempatnya dari pada makmum. Abu Mas‟ud al Anshari berkata: “Rasulullah saw. melarang seorang imam berdiri di atas sesuatu, sedang makmum berada dibawahnya atau lebih rendah dari padanya. (HR. Daruquthni) “Dari Hamam bin harits bahwa Hudzaifah menjadi imam bagi orang banyak di kota Madaain sambil berdiri disebuah tempat ketinggian. Abu Mas‟ud pun menarik gamisnya dan setelah sholat selesai, ia berkata, “tidak tahukah kamu bahwa mereka dilarang berbuat demikian?” (HR. Abu Daud, Syafi‟I dan Baihaqi) Adapun bila tinggi tempat berdiri makmum lebih tinggi dari pada imam, maka itu tidak apa-apa. Hal berdasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Sa‟id bin Manshur, Syafi‟I dan Baihaqi dan disebutkan pula oleh Bukhari sebagai keterangan dari Abu Hurairah pribadi, bahwa ia pernah sholat di sebelah atas masjid dengan mengikuti seorang imam.
15. Apakah ketika hari jum’at bersamaan jatuhnya dengan hari raya, kita tidak diwajibkan untuk sholat jum’at? Ketika hari raya bertepatan dengan hari jum‟at, maka kita, bila sudah mengerjakan sholat hari raya, tidak lagi berkewajiban sholat jum‟at. Hal ini berdasarkan pada hadis dari Zaid bin Arqam, katanya: “Nabi Saw. bersembahyang hari raya, kemudian memberikan kelonggaran dalam mengerjakan sholat jum‟at. Sabda beliau, “Siapa yang suka sholat jum‟at, maka sholatlah.” (diriwayatkan oleh Yang Berlima serta disahkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Hakim) Juga dari Abu Hurairah r.a bahawa Nabi Saw. bersabda: “Pada harimu ini (Jum‟at), telah berkumpul dua hari raya. Maka barangsiapa yang ingin, sholat hari rayanya ini sudah mencukupi sholat jum‟atnya. Hanya kami akan tetap melakukan sholat jum‟at.” (HR. Abu Daud) Menurut madzhab Hambali orang yang sudah melaksanakan sholat hari raya dan tidak melaksanakan sholat jum‟at tetap berkewajiban melaksanakan sholat Dhuhur. Hanya yang lebih kuat adalah tidak wajib sama sekali, seperti yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Ibnu Zubeir: “Dua hari raya berhimpun dalam satu hari, maka keduannya dikumpulkan oleh Nabi Saw. yang sholat dua rakaat pada pagi harinya, serta tidak menambah sedikitpun sampai beliau melakukan sholat Asar.” (Asnawi, Ahmad. 2010. Shalat yang Luar Biasa. Yogyakarta: Penerbit Bangkit.)
Dapatkan eBook dan e-article lainya di blog: www.thedarmogandul.wordpress.com Terima Kasih dan Semoga Bermanfaat Dar Almady