Jurnal Tingkat Sarjana Bidang Seni Rupa
BEBAS X KEBEBASAN Junizar Fachamy
Dr. A. Rikrik Kusmara, M.Sn
Program Studi Sarjana Seni Rupa Studio Patung, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Email:
[email protected]
Kata Kunci : Bebas, Kebebasan, Metafora
Abstrak Kecenderungan untuk meraih kebebasan merupakan hakikat dasar setiap manusia. Sejak dilahirkan ke dunia, setiap manusia telah memiliki hak untuk hidup dan bebas melakukan hal yang diinginkan. Kebebasan merupakan hak yang dimiliki oleh tiap individu tanpa kecuali dan tidak bisa direnggut oleh siapapun. Penulis menyadari ada hal yang menarik mengenai pemahaman dan implementasi makna kebebasan di antara manusia. Adanya benturan yang membuat pihak lain merepresi keinginannya membuat makna kebebasan menjadi hal yang bertolak belakang. Konsepsi bebas dalam suatu kebebasan menimbulkan pertanyaan yang muncul dalam benak penulis. Hal tersebut membuat penulis memutuskan untuk melakukan pencarian kembali mengenai makna kebebasan bagi dirinya. Penulis berangkat dari makna kebebasan secara umum yang pada prosesnya direfleksikan menjadi suatu karya Tugas Akhir yang lebih personal. Pemahaman penulis diwujudkan secara metaforis dalam rangkaian metamorfosa karya patung mengenai kebebasan
Abstract The tendency to get freedom is the basic nature of every human being. Since being born into the world, every human being has the right to life and liberty to do what they want. Freedom is a right possessed by every individual without exception and cannot be taken away by anyone. The author is aware of the interesting things about the understanding and implementation of freedom among human. A conflict that makes the other party represses his desire making the meaning of freedom become contrary. Free conception of freedom raises a question that comes to author’s mind. It makes the author decided to do a research again on the meaning of freedom for himself. The author starts from the general meaning of freedom thus in the process it becomes reflected more personal in his works. Understanding the author metaphorically embodied in the metamorphic series of sculptures on freedom.
Pendahuluan
“People cannot take away our freedom to think and believe what we want” (Butler Shaffer, 2010). Kecenderungan untuk meraih kebebasan merupakan hakikat dasar setiap manusia. Sejak dilahirkan ke dunia, setiap manusia telah memiliki hak untuk hidup dan bebas melakukan hal yang diinginkan. Kebebasan merupakan hak yang dimiliki oleh tiap individu tanpa kecuali dan tidak bisa direnggut oleh siapapun. Pada realitas yang ada, sering kali terjadi benturan kepentingan antar sesama individu yang diakibatkan adanya tindak intervensi tanpa sengaja oleh pihak lain. Benturan-benturan tersebut dapat terjadi karena posisi manusia sebagai mahluk sosial yang dalam kehidupannya berinteraksi satu dengan yang lainnya. Benturan tersebut akan membuat manusia merepresi keinginannya yang menimbulkan perasaan tidak bebas atau terbelenggu. Selain karena adanya represi, perasaan tersebut juga muncul dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara instinctual drives, ego dan super ego yang dimiliki oleh manusia seperti yang disebutkan oleh James Strachey (Strachey, 1933 : 35). Penulis menyadari ada hal menarik mengenai pemahaman dan implementasi makna kebebasan di antara manusia. Adanya benturan yang terjadi, membuat pihak lain merepresi keinginannya sehingga membuat makna kebebasan menjadi hal yang bertolak belakang. Konsepsi bebas dalam suatu kebebasan menimbulkan berbagai pertanyaan yang muncul dalam benak penulis. Hal tersebut membuat penulis memutuskan untuk melakukan pencarian kembali mengenai makna kebebasan bagi dirinya. Penulis berangkat dari makna kebebasan secara umum yang pada prosesnya direfleksikan menjadi suatu karya Tugas Akhir yang lebih personal. Pemahaman mengenai kebebasan diwujudkan secara metaforis melalui suatu rangkaian metamorfosa pada karya patung tiga dimensional yang dibuat oleh penulis.
Proses Studi Kreatif
Kebebasan merupakan tema besar yang terdapat dalam karya tugas akhir penulis. Tema tersebut diimplementasikan menjadi suatu konsep tersendiri mengenai kebebasan. Penulis mencoba menangkap esensi kebebasan dan menyuguhkan proses perjalanan penemuan esensi tersebut melalui metafora bentuk dalam lingkup karya seni rupa trimatra. Kebebasan merupakan hal abstrak yang implementasinya terasa nyata. Kebebasan yang terenggut akan membuat manusia melakukan banyak represi dalam hidupnya. Bila berangkat dari kata kebebasan, kata tersebut memiliki kata dasar bebas. Perubahan kata ‘bebas’ menjadi ‘kebebasan’ diiringi dengan perubahan makna kata yang cukup berbeda bagi penulis. Penulis beranggapan bahwa bebas erat kaitannya dengan kekacauan. Dalam dunia yang bebas, semua hal akan menjadi tidak menentu sehingga yang terjadi adalah sebuah kekacauan. Hal yang berbeda timbul dari makna kata kebebasan dalam pemahaman penulis, kebebasan adalah hal yang lebih terstruktur karena memiliki batasan sehingga dapat meredam terjadinya kekacauan, atau secara struktur dapat disebut juga ‘bebas yang dikoridorkan atau dilembagakan’. Kebebasan juga penulis hadirkan sebagai definisi dari sebuah akses, akses yang diraih-dijalankandipertanggungjawabkan. Kebebasan dengan struktur tersebut merupakan sebuah rumusan ideal bagi penulis, karena kebebasan yang seperti itulah yang penulis ingin bahas dan kemukakan.
Gambar 1. Visualiasi Bebas dan Kebebasan
Apabila berangkat dari teori psikoanalisis, represi timbul pada individu diakibatkan oleh ketidakseimbangan antara Id, ego, dan superego. Dalam hal ini, penulis mengkaitkan ketiga struktur kepribadian tersebut dengan konsep kebebasan dalam pandangan penulis. Id merupakan insting dasar manusia. Keinginan primitif dan impulsif yang timbul dari dalam diri manusia. Keinginan ini dapat bersifat spontan, liar, dan tanpa aturan sehingga erat kaitannya dengan makna bebas yang telah dipaparkan sebelumnya. Ego merupakan penghubung antara Id dan dunia luar. Ego berperan sebagai manager yang memberikan reaksi terhadap aksi yang dilakukan oleh Id. Kaitannya dengan dengan konsep kebebasan adalah ego merupakan metafora dari kebebasan dalam pandangan penulis. Superego merupakan filter bagi Id dan ego agar berlaku sesuai norma maupun aturan umum di masyarakat. Filter tersebut dimetaforakan sebagai koridor atau ‘pagar’ yang melingkupi pemahaman mengenai bebas seperti yang telah dipaparkan sebelumnya. Dalam aplikasinya pada karya, penulis tidak menjustifikasi karyanya terhadap perspektif audiens, tetapi lebih mempersuasi perspektif audiens dengan menyuguhkan karya yang secara visual ingin menggelitik imajinasi audiens melalui variabel-variabel estetika. Penulis mengajak audiens untuk dapat menyesuaikan definisi kebebasan yang penulis hadirkan dengan definisi kebebasan milik audiens dalam ruang imajiner mereka, sehingga definisi mengenai kebebasan tidak lagi menjaadi sebuah justifikasi bentuk, melainkan sebuah tema yang dapat dibagi dalam ruang ide melalui bentuk. Dalam dunia seni rupa, kebebasan merupakan hal yang sudah tidak asing lagi. Kebebasan dibutuhkan untuk mengolah dan mengasah kreativitas dalam berkarya. Penulis mencoba menangkap gejala-gejala yang ada mengenai kebebasan dalam dunia rupa. Kebebasan itu dimetaforakan melalui bentuk sebuah karya seni. Hal ini didukung pula oleh kondisi psikologi manusia yang selalu mencari dan menginginkan kebebasan. Penulis melakukan eksplorasi demi mendapatkan esensi kebebasan dengan menggunakan analogi yang merangkum metamorfosa kebebebasan dalam dunia seni rupa. Pada karya tugas akhir ini, penulis memetaforakan proses pergeseran makna bebas menjadi kebebasan dalam seri karyanya. Berangkat dari referensi kebebasan post-modern Barat dalam seni hingga kebebasan tradisi dalam budaya Timur, penulis berupaya untuk membuat karya seri yang dapat merangkum metamorfosa perkembangan makna Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 2
Junizar Fachamy
kebebasan tersebut. Penulis menyadari adanya perbedaan persepsi yang signifikan antara kebebasan Barat dan kebebasan Timur yang dapat menjadi gagasan utama dalam karyanya. Manusia, baik itu yang hidup di dunia Barat maupun yang terbiasa dibesarkan dalam lingkungan ketimuran akan tumbuh dan memegang nilai-nilai yang ditanamkan semenjak kecil oleh lingkungan mereka. Hal ini juga disebutkan oleh Naquib al-Attas bahwa peradaban Barat dibangun di atas tradisi budaya yang diperkuat dengan spekulasi filosofis dan terkait dengan kehidupan sekular yang memusatkan manusia sebagai mahluk rasional (Daud, 1998). Akibatnya, ilmu pengetahuan serta nilai-nilai etika dan moral, yang diatur oleh rasio manusia, terus menerus berubah . Sehingga dari cara pandang yang seperti inilah pada akhirnya akan melahirkan ilmu-ilmu sekular. Masih menurut al-Attas, ada lima faktor yang menjiwai budaya dan peradaban Barat, pertama, menggunakan akal untuk membimbing kehidupan manusia; kedua, bersikap dualitas terhadap realitas dan kebenaran; ketiga, menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksikan pandangan hidup sekular; empat, menggunakan doktrin humanisme; dan kelima, menjadikan drama dan tragedi sebagai unsur-unsur yang dominan dalam fitrah dan eksistensi kemanusiaan . Kelima faktor ini amat berpengaruh dalam pola pikir para ilmuwan Barat sehingga membentuk pola pendidikan yang ada di Barat. Salah satu nilai yang memiliki pemaknaan cukup berbeda adalah pemaknaan tiap individu terhadap kebebasan. Dunia Barat dikenal dengan pandangan mereka bahwa kebebasan identik dengan individualitas, persamaan hak antar tiap manusia, dan lain sebagainya. Sedangkan dunia Timur mengenal bahwa kebebasan adalah saat dimana seorang individu melakukan ibadahnya ataupun memegang teguh tradisi yang telah turun temurun dilakukan. Perbedaan tersebut terimplementasikan pada tiap individu yang hidup di Barat maupun Timur. Rekam jejak makna bebas yang dimetaforakan dengan perilaku Barat hingga bergeser pada perilaku Timur bagi penulis seperti halnya merangkum sebuah ide yang masih bersifat abstrak atau imajiner lalu mengimplementasikannya dalam bentuk fisik suatu karya. Sesuatu yang bebas dalam hal ini adalah ide yang mengalami metamorfosis menjadi sebuah wujud fisik dalam realita dengan adanya faktor kebebasan disana. Faktor kebebasan berkaitan dengan pedoman pada elemenelemen rupa yang diolah maupun hal eksternal lainnya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk merangkum diferensiasi kebebasan dalam dunia Barat dan Timur lalu menjadikannya suatu rangkuman perjalanan metamorfosa kebebasan Barat ke Timur yang merefleksikan perubahan individu atau dalam hal ini adalah penulis dalam memaknai kebebasan bagi dirinya.
Hasil Studi dan Pembahasan Jalinan Permisif
Gambar 2. Jalinan Permisif
Karya ini merupakan sebuah objek dengan bentuk helaian abstrak yang terbuat dari material Stainless Steel. Material Stainless Steel dibuat menjadi beberapa lembaran karena material tersebut dibuat untuk berhimpun pada sebuah titik dan arah yang sama. Karya ini secara bentuk merefleksikan sebuah kebebasan yang diidentikan dengan kata liberal. Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 3
Keramaian modul dalam rangkaian bentuk yang saling berpadu menciptakan pola anyaman yang sesaat bertemu kemudian berpencar kembali dan menemukan arah tujuan yang sama adalah bentuk refleksi dari kebebasan yang dieluelukan, kemerdekaan yang diucapkan dengan lantang ataupun pelepasan emosi dengan berbagai macam gesture tetapi dengan tujuan yang sama.
Liar Linear
Gambar 3. Liar Linear
Karya ini berbentuk abstrak Stainless Steel yang bagian tengahnya berliku-liku dan terbuka dikedua ujungnya. Helai demi helai dari modul Stainless bertumpuk menjadi kesatuan material dan membentuk lekukan-lekukan liar yang merefleksikan kebebasan gerak yang kompleks. Kedua ujung modul dibuat terbuka melebar dan mengarah ke "langit" untuk merefleksikan bentuk syukur yang merespon bentuk gerak bebas pada karya “Jalinan Permisif”. Perpaduan bentuk rumit-lepas tersebut merupakan transisi dari definisi kebebasan yang dimulai dari budaya barat dan menuju ke timur. Aspek ketimuran tersebut sedikit dimasukan ke dalam karya ini untuk menjembatani karya pertama dan karyakarya yang selanjutnya. Dalam karya ini ditonjolkan keseimbangan bentuk yang asimetris dari dua unsur yang tidak harmonis. Bentuk transisi kebebasan yang terefleksi dalam karya ini dapat didefinisikan sebagai sebuah kebebasan yang memiliki awal dan akhir, diawali dari kebebasan gerak yang kompleks dan diakhiri dengan wujud pelepasan ke sebuah arah yang mewakili zona kebebasan itu sendiri, zona - zona celestial.
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 4
Junizar Fachamy
Siklus Sirkular
Gambar 4. Siklus Sirkular
Karya ini terbentuk dari lembar - lembar Stainless Steel yang disusun melingkar seperti cincin dan di kedua ujungnya seperti berkejaran mengarah ke atas. Lembaran Stainless Steel yang panjang dipadukan menjadi sebuah objek yang tidak lagi liar, melainkan lebih rapi, tegas, simetris dan teratur. Keteraturan sebagai sebuah bentuk kebebasan yang banyak dianut oleh budaya timur merupakan sebuah refleksi yang penulis coba bentuk dari karya ini. Sebagai contoh, ritual-ritual tradisional yang penuh tata cara dan menjadi khas budaya Timur merupakan sebuah bentuk kebebasan mengekspresikan diri terhadap sesuatu yang spiritual. Bentuk karya yang mengandung aspek monumental ini dibuat menjadi melingkar untuk dapat menangkap refleksi momentual dari sebuah siklus. Bentuk lepas disini merupakan bentukan kebebasan bertahap dari siklus kehidupan yang ada. Kehidupan memiliki sebuah siklus yang menuntut manusia untuk melakukan kegiatan yang sama berulang kali, dan dalam karya ini kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan dalam konteks siklus tersebut. Bertahap, perlahan tetapi pasti. Kebebasan yang didapatkan, dilakukan lalu dilepaskan. Karya “Liar Linear” dan “Siklus Sirkular” diletakkan berdampingan untuk memberikan perbandingan kepada audiens bahwa metamorfosis kebebasan dapat terjadi secara perlahan dan memperlihatkan perubahan visual bentuk yang cukup signifikan. Lingkup lokasi display yang kental dengan elemen rupa yang kaku dan berstruktur menjadi metafora tersendiri bagi keseluruhan konsep karya tugas akhir. Penulis ingin terus mendorong daya imajinasi audiens untuk memunculkan imajinasi-imajinasi virtual yang berkaitan baik dengan bentuk, ukuran maupun lokasi peletakan karya. Metamorfosis karya pertama hingga ketiga yang berada dalam suatu lingkup struktur diharapkan mampu merangkum perubahan yang terjadi.
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 5
Alunan Reflektif
Gambar 5. Alunan Reflektif
Karya ini terbentuk dari lembaran-lembaran Stainless Steel yang panjang dipadukan dan dibentuk sedemikian rupa sehingga membentuk kontur gelombang vertikal dan bersisian di sebuah area. Dari satu sisi terlihat seperti jatuhan tetes air ke bawah dengan dua cabang ekor yang bergelombang diatasnya, sedangkan disisi lain terlihat seperti arah panah ke bawah. Multi perspektif yang terkandung dalam karya ini merefleksikan pandangan manusia yang berbeda dan berubah - ubah terhadap definisi dari kebebasan berdasarkan alasannya masing - masing. Pada karya ini penulis berusaha menciptakan kesan monumental yang cukup kental, dimulai dari bentuk, ukuran serta konsep display. Kebutuhan monumental pada karya ini terdapat pada pemenuhan kebutuhan penulis untuk membuat sebuah refleksi akan pentingnya kebebasan yang berasal dari keinginan seseorang berdasarkan segala alasan yang ia miliki. Pada karya ini, keteraturan rangkaian modul Stainless Steel semakin terlihat karena pada dasarnya karya ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari karya “Siklus Sirkular” yang telah dibahas sebelumnya. Secara teknis, karya ini mengutamakan kerapihan dan keteraturan bentuk untuk menyokong berdirinya sebuah struktur, begitu pula dengan alasan - alasan manusia untuk mendapatkan kebebasannya. Kebebasan yang terbentuk dari alasan-alasan yang rapi, teratur dan logis dapat menyokong keberadaan kebebasan itu sendiri untuk dapat dicapai. Karya ini diletakan langsung menancap ke dalam tanah dan berada di ruang terbuka yang cukup luas. Penulis menggangap ruang yang luas bukanlah suatu hambatan atau poin mati terhadap karyanya. Karena sesungguhnya tetap ada batasan kebebasan di runag tersebut walaupun samar. Kebebasan yang lebih terstruktur dan teratur menjadikan langit sebagai batas dan tanah di bumi sebagai pijakan kokoh yang membuatnya tetap membumi. Dalam karya ini, penulis mencoba mengarahkan definisi kebebasan menjadi lebih ke dalam konteks "ketaatan".
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 6
Junizar Fachamy
Relung Retropeksi
Gambar 6. Relung Retropeksi
Karya ini merupakan ringkasan dan kesimpulan dari perjalanan kebebasan penulis dalam karyanya. Modul lembaran Stainless Steel sudah tidak lagi diperlakukan sebagai modul yang dirangkai menjadi suatu bentuk, tetapi modul itu sendiri yang berbicara sebagai bentuk, sebagai objeknya. Karya yang berbentuk seperti kepompong yang terbuka ini merupakan refleksi dari metamorfosis metafora pada karya-karya sebelumnya, kebebasan yang penulis rasakan, alami dan maknai. Kepompong seringkali diidentikan dengan proses metamorfosis sempurna dan hal itu penulis coba terapkan pada proses pembuatan karya ini. Retrospeksi dari awal penciptaan karya yang penulis lakukan hingga akhirnya karya ini tercipta, penulis coba rangkum dalam sebuah bentuk sederhana yang dapat berbicara dengan tepat. Secara bentuk, semiotik dan asosiasinya, bentuk kepompong yang terbuka dirasa tepat untuk merefleksikan definisi kebebasan secara utuh yang penulis rasakan. Peletakan karya terakhir ini juga menjadi manifestasi makna kebebasan bagi penulis. Bentuk kebebasan bagi penulis kembali pada sebuah ruang kecil dan tertutup dimana penulis bereksplorasi dan mengolah semua proses metamorfosis ini. Bebas tidak ada yang absolut karena bagi penulis, bebas yang absolut itu hanya ada dalam wadah suatu ide ataupun gagasan sedangkan kebebasan adalah suatu metafora kenyataan yang sebenarnya dialami oleh tiap individu.
Penutup Proses pembuatan tugas akhir ini pada akhirnya memberikan pemahaman bagi penulis mengenai makna kebebasan bagi dirinya. Perjalanan pemaknaan kebebasan yang berangkat dari adanya dorongan psikologis dan pemahaman seni rupa post-modern serta menggunakan metafora proses metaformosis kebebasan Barat ke Timur terefleksikan melalui karya tugas akhir ini. Dengan menganalogikan kebebasan sebagai metamorfosis Barat ke Timur, penulis pada akhirnya mengarahkan hal tersebut menjadi refleksi dirinya terhadap karya tugas akhir. Sesuatu yang diawali dengan kehingarbingaran, ketidakyakinan dan terkesan urakan lambat laun berubah menjadi pemahaman yang lebih tenang, yakin, dan lebih mengarah kepada esensi. Logam Stainless Steel menjadi material yang diolah penuh oleh penulis. Kesan berat dan kaku yang biasanya terdapat pada logam, oleh penulis dikonversi menjadi rasa yang lebih ringan dan lentur. Pemilihan Stainless Steel juga dikarenakan kilapnya yang mampu memantulkan keadaan sekitarnya, hal ini yang mendorong penulis untuk Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 7
menggunakan Stainless Steel sebagai material tunggal dalam karya tugas akhir. Pantulan gambar merupakan refleksi keadaan lingkungan terhadap proses metamorfosis kebebasan itu sendiri. Penulis percaya jika kebebasan dalam konteks yang sempit (misalnya kekaryaan) hingga kebebasan dalam konteks yang lebih luas (misalnya kehidupan), merupakan sebuah proses beralasan yang berjalan dan memiliki konsekuensinya tersendiri. Entah 'diawali dari', 'berjalan bersamaan' ataupun berada 'di belakangnya', tanggung jawab hadir sebagai salah satu aspek prior dari kebebasan. Sama halnya seperti karya tugas akhir ini, penulis mengawali dengan kata kunci bebas untuk bereksplorasi dan bereksperimen yang diakhiri dengan kebebasan yang dimaknai sebagai bentuk pertanggung jawaban penulis terhadap karya, diri sendiri, dan lingkungannya.
Ucapan Terima Kasih Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya/perancangan dalam MK Tugas Akhir Program Studi Sarjana Seni Rupa FSRD ITB. Proses pelaksanaan Tugas Akhir ini disupervisi oleh pembimbing Dr. A. Rikrik Kusmara, M.Sn. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh staf pengajar dan teman-teman mahasiswa yang membantu penulis selama proses bimbingan Tugas Akhir.
Daftar Pustaka Caroll, Noel (1999) : The Philosophy of Art, Routledge : London. Daud, Wan Moch Nor Wan (1998) : Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam, Mizan Publishing : Bandung. Freud, Sigmund (1900) : The Interpretation of Dreams, Paperback : London. Freud, Sigmund (1922) : Beyond The Pleasure Principle, Middlesex : London. Gauthier, David (1988) : Hobbes’s Social Contract, Nous 22 : France. Hall, Calvin S (2000) : Teori-teori Psikodinamik, Kanisius : Jogyakarta. Kurz, Gerhard (1997) : Metapher, Allegorie, Symbol, Vandenhoeck&Ruprecht : Germany. Lewandowski, Theodor (1994) : Linguistisches Worterbuch, Quelle&Meyer : Heidelberg. Ricoeur, Paul (2003) : The Rule of Metaphor, Routledge : London. Shuffer, Butler (2004) : Calculated Chaos : Institutional Threats To Peace And Human, Llumina Press : California. Strachey, James (1933) : New Introductory Lectures On Psycho-Analysis, The Standard Edition of the Complete Psychological Works of Sigmund Freud, Volume XXII Sugiharto, Bambang (1996) : Postmodern : Tantangan Bagi Filsafat, Kanisius : Jogyakarta. Suryabrata, Sumadi (2007) : Psikologi Pendidikan, Raja Grafindo Persada : Jakarta
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 8
Junizar Fachamy
SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING TA Bersama surat ini saya sebagai pembimbing menyatakan telah memeriksa dan menyetujui Artikel yang ditulis oleh mahasiswa di bawah ini untuk diserahkan dan dipublikasikan sebagai syarat wisuda mahasiswa yang bersangkutan. diisi oleh mahasiswa
Nama Mahasiswa
Junizar Fachamy
NIM
17007003 Bebas x Kebebasan
Judul Artikel
diisi oleh pembimbing
Nama Pembimbing
Dr. A. Rikrik. Kusmara, M.Sn 1. Dikirim ke Jurnal Internal FSRD
Rekomendasi
2. Dikirim ke Jurnal Nasional Terakreditasi
Lingkari salah satu
3. Dikirim ke Jurnal Nasional Tidak Terakreditasi 4. Dikirim ke Seminar Nasional 5. Dikirim ke Jurnal Internasional Terindex Scopus 6. Dikirim ke Jurnal Internasional Tidak Terindex Scopus 7. Dikirim ke Seminar Internasional 8. Disimpan dalam bentuk Repositori
Bandung, ......./......./ 2013
Tanda Tangan Pembimbing
: _______________________
Nama Jelas Pembimbing
: _______________________
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 9