PERSPEKTIF, VOL XI NO.2 SEPTEMBER 2013
BALANCE SCORECARD SEBAGAI ACUAN MENCAPAI TINGKAT KESEHATAN PERUSAHAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA (PERSPEKTIF FINANSIAL) Badar Murifal Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Bina Sarana Informatika, Bekasi Jl. Cut Mutiah No. 88, Bekasi, Jawa Barat, Indonesia Email :
[email protected]
ABSTRACT The Balanced Scorecard (BSC) is a strategic performance management tool, supported by proven design methods and automation tools, that can be used by managers to keep track of the execution of activities by the staff within their control and to monitor the consequences arising from these actions. The characteristic of the Balanced Scorecard and its derivatives is the presentation of a mixture of financial and non-financial measures each compared to a 'target' value within a single concise report. The report is not meant to be a replacement for traditional financial or operational reports but a succinct summary that captures the information most relevant to those reading it. It is the method by which this 'most relevant' information is determined (i.e. the design processes used to select the content) that most differentiates the various versions of the tool in circulation. As a model of performance, the BSC is effective in that "it articulates the links between leading inputs (human and physical), processes, and lagging outcomes and focuses on the importance of managing these components to achieve the organization's strategic priorities. Key words : The Balanced Scorecard (BSC), performance management I.
PENDAHULUAN
Organisasi pada hakikatnya merupakan institusi pencipta kekayaan (wealth creating institution). Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, organisasi tidak hanya diharapkan sebagai institusi pencipta kekayaan, namun jauh lebih dari itu, organisasi diharapkan sebagai institusi pelipat ganda kekayaan (wealth multiplying institution). Pelipat gandaan kekayaan memerlukan langkah besar dan cerdas Human capital, information capital dan organization capital merupakan intangible assets yang menjadi pemacu kinerja keuangan organisasi modern. Kompetensi personel dalam mengubah intangible assets tersebut menjadi value bagi pelanggan (customer) dan merupakan pemacu dihasilkannya kinerja keuangan yang berkesinambungan. Seringkali yang terjadi adalah kompetensi personel dalam mengelola intangible assets tersebut terhambat oleh sistem manajemen yang digunakan oleh organisasi. Jika sistem manajemen tidak mengarahkan personel untuk mengubah intangible assets menjadi tangible assets melalui langkah-langkah besar dan cerdas, maka tujuan untuk melipat gandakan kekayaan organisasi, tidak akan terwujud. Hal ini disebabkan, manajemen tidak mempunyai alat
yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk memperbaiki atau mencapai sasaran strategi yang diinginkan Sistem manajemen strategic merumuskan strategi dalam suatu sistem yang disebut sistem perumusan strategi. Keluaran yang dihasilkan oleh sistim perumusan strategi adalah misi, visi, tujuan, keyakinan dasar, nilai dasar dan strategi. Melalui sistem perencanaan strategik maka misi, visi, tujuan, keyakinan dasar dan nilai dasar serta strategi tersebut kemudian diterjemahkan kedalam sasaran dan inisiative strategic. Balanced Scorecard diterapkan dalam sistem perencanaan strategi untuk menerjemahkan misi, visi, tujuan, keyakinan dasar, nilai dasar dan strategi kedalam sasaran dan inisiatif strategik yang memiliki empat atribut : komprehensif, koheren, terukur dan berimbang. Berdasarkan keempat atribut sasaran dan inisiatif strategik inilah Balanced Scorecard menjanjikan pelipat-gandaan kinerja keuangan dalam jangka panjang organisasi. Perusahaan pemakai Balanced Scorecard telah menggunakan alat tersebut untuk memecahkan jauh lebih banyak masalah-masalah penting daripada hanya untuk memecahkan kinerja dalam jaman informasi ini yaitu mengimplementasikan strategi.
145
PERSPEKTIF, VOL XI NO.2 SEPTEMBER 2013
Balanced Scorecard tetap menggunakan perspektif finansial karena ukuran finansial sangat penting dalam memberikan ringkasan konsekuensi tindakan ekonomis yang sudah diambil. Ukuran kinerja finansial memberikan petunjuk apakah strategi perusahaan, implementasi dan pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak kepada peningkatan laba perusahaan. Dalam perspektif finansial, scorecard memungkinkan manajemen menetapkan bukan hanya ukuran yang mengevaluasi keberhasilan jangka panjang perusahaan, tetapi juga berbagai variabel yang dianggap paling penting untuk menciptakan dan mendorong tercapainya tujuan jangka panjang. Tema finansial untuk sebagian besar perusahaan antara lain : peningkatan pendapatan, penghematan biaya, peningkatan produktifitas, peningkatan dan pemanfaatan aktiva serta pengurangan resiko dapat memungkinkan terciptanya keterkaitan diantara ke empat perspektif scorecard II.
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Antariksa (2008), Dimensi keuangan merupakan hasil akhir yang ingin digapai oleh sebuah organisasi bisnis. Sebab tanpa menghasilkan profit yang sustainable dan cash flow yang sehat, sebuah perusahaan mungkin akan lebih layak disebut sebagai paguyuban sosial. Dalam dimensi ini, beberapa indikator kinerja (atau lazim disebut sebagai key performance indicators atau KPI) yang kerap digunakan sebagai acuan antara lain adalah : tingkat profitabilitas perusahaan, jumlah penjualan dalam setahun (sales revenue), tingkat efisiensi biaya operasi (operation cost dibanding sales), ataupun juga sejumlah indikator keuangan seperti ROI (return on investment), ROA (return on asset) ataupun EVA (economic value added).
Scorecard juga memperkenalkan pendorong kinerja finansial masa depan. Menurut Kaplan & Norton (2000), a common use of balanced scorecard is to support the payments of incentives to individuals, even though it was not designed for this purpose and is not particularly suited to it Menurut Chapman (2008) What exactly is a Balanced Scorecard? A definition often quoted is: 'A strategic planning and management system used to align business activities to the vision statement of an organization'. More cynically, and in some cases realistically, a Balanced Scorecard attempts to translate the sometimes vague, pious hopes of a company's vision/mission statement into the practicalities of managing the business better at every level. A Balanced Scorecard approach is to take a holistic view of an organization and co-ordinate MDIs so that efficiencies are experienced by all departments and in a joined-up fashion. Menurut Suprayitno (2011), Balanced Scorecard mengukur sasaran stratejik yang sulit untuk diukur. Sasaran stratejik di perspektif pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan merupakan sasaran yang tidak mudah diukur, namun dalam pendekatan kartu skor keseimbangan di ketiga perspektif non keuangan tersebut ditentukan ukurannya sehingga dapat diwujudkan untuk mengukur kinerja perusahaan. Menurut Tunggal, (2005), Balanced Scorecard adalah kumpulan ukuran kinerja yang terintegrasi yang diturunkan dari strategi perusahaan yang mendukung strategi perusahaan secara keseluruhan. Balanced Scorecard memberikan suatu cara untuk mengkomunikasi – kan strategi suatu perusahaan pada manajermanajer diseluruh organisasi. III. METODE PENELITIAN 1.
Menurut Gaspersz (2005) Balanced Scorecard merupakan suatu konsep manajemen yang membantu menerjemahkan strategi ke dalam tindakan dan lebih dari sekedar suatu sIstem pengukuran operasional atau praktis. Konsep ini merupakan suatu kerangka kerja baru untuk mengintegrasikan berbagai ukuran yang dihasilkan atau diturunkan dari perusahaan. Selain ukuran kerja finansial masa lalu, Balanced
146
2.
Studi Literatur. Studi literatur dilakukan dengan membaca buku literatur tentang balance Scorecard disamping data dikumpulkan dan diperoleh melalui internet, Bursa Efek Jakarta, publikasi perusahaan di media baca, dan lain-lain. Observasi. Observasi dilakukan dalam dalam bentuk kunjungan langsung ke objek penelitian
PERSPEKTIF, VOL XI NO.2 SEPTEMBER 2013
untuk mendapatkan data dan informasi dan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN melakukan analisa atas data tersebut. 3. Pengambilan kesimpulan 4.1. PENETAPAN TARGET RASIO Setelah proses analisa selesai dilakukan, PROFITABILITAS, AKTIVITAS, maka dilakukan pengambilan kesimpulan HUTANG DAN LIKUIDITAS dengan cara menarik kesimpulan atas analisa data yang telah dilakukan sebelumnya Tabel 1 : Penetapan Target Rasio Profitabilitas, Aktivitas, Hutang dan Likuiditas Deskripsi Formula Aktual Target Target perusahaan Rasio Profitabilitas Keuntungan kotor Keuntungan kotor / penjualan 30% 37.5% bersih Meningkat Keuntungan bersih Keuntungan bersih / penjualan 20% 25% Meningkat bersih 12% 19.23% ROA Meningkat Keuntungan bersih / Total asset Keuntungan bersih / Modal ROE 24% 31.25% sendiri Meningkat Rasio Aktivitas Penjualan kredit / Saldo piutang AR turn over 500% 1.250% Meningkat dagang Piutang rata-rata tahun / (sales / Collection period 72 hari 43 hari Menurun 360 hari) 3.57 x Meningkat Inventory turn over COGS / Rata-rata inventory 1.4 x 0.77 x Meningkat Asset turn over 0.6 x Penjualan / Total asset Rasio Hutang Hutang terhadap Total hutang / Total Kekayaan 100% 62.5% Menurun kekayaan bersih Hutang Lancar/Total Total hutang Jangka Pendek / 40% 25% Menurun hutang Total hutang Rasio Likuiditas Aset Lancar / Hutang Lancar 1.5 x 4x Meningkat Rasio Lancar Aset Lancar – (Inventory/Hutang Rasio Cepat 1x Meningkat Lancar) 1x Sumber : Gaspersz (2005) 4.2. Penilaian Tingkat Kesehatan Perusahaan Yang Tergabung Dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 198/KMK.016/1998 telah ditetapkan tata cara penilaian tingkat kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang digolongkan menjadi : 1. SEHAT, yang terdiri dari : AAA : apabila Total Skor (TS) >= 95 AA : apabila 80
3.
TIDAK SEHAT, yang terdiri dari : CCC : apabila 20
147
PERSPEKTIF, VOL XI NO.2 SEPTEMBER 2013
c. Jalan dan jembatan tol, dermaga, pelabuhan laut atau sungai atau danau, lapangan terbang dan bandara d. Bendungan dan Irigasi
Tabel 2 : Penilaian tingkat penilaian kinerja BUMN 1 Aspek Keuangan 50% 70% 2
2.
BUMN Non Infrastruktur adalah BUMN yang bidang usahanya diluar usaha BUMN Infra Struktur
Tingkat kesehatan BUMN ditetapkan berdasarkan penilaian terhadap kinerja
Aspek Operasional
35%
15%
3
Aspek Administratif 15% 15% Total 100% 100% Sumber : Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 198/KMK.016/1998
Tabel 3 : Rasio Pengukuran No
Tolak Ukur
1
ROE
2
ROI
3
Rasio Kas
4
Rasio Lancar
5
Collection
6
Investment turn offer
7
Ratio Total Assets
8
Ratio Modal/Aktiva
Rumus Laba Setelah pajak x 100% Modal Sendiri EBIT + biaya Penyusutan x 100% Capital Employed Kas/Bank/Marketable Securities x 100% Current Liability Current assets x 100% Current Liablity Total Piutang Usaha x 365 hari Total Pendapatan Total Persediaan x 365 hari Total Pendapatan Total. Pendapatan x 100% Capital Employed Total Equity x 100% Total Assets Total skor
Penjelasan dalam indikator aspek keuangan serta bobot/skornya. 1. Tolak ukur imbalan kepada pemegang saham (ROE) Rumus : Laba setelah pajak x 100% Modal sendiri Definisi : Laba setelah pajak adalah laba setelah pajak dikurangi dengan laba hasil penjualan dari : aktiva tetap, aktiva non produktif, aktiva lain-lain dan saham penyertaan langsung. Modal sendiri adalah seluruh komponen modal sendiri dalam neraca perusahaan pada posisi akhir tahun buku dikurangi
148
Bobot ( Skor) Non Infra Infra 20%
15%
15%
10%
5%
3%
5%
4%
5%
4%
5%
4%
5%
4%
10%
4%
70%
50%
dengan komponen modal sendiri yang digunakan untuk membiayai aktiva tetap dalam pelaksanaan dan laba tahun berjalan. Dalam modal sendiri tersebut diatas termasuk komponen kewajiban yang belum ditetapkan statusnya. Aktiva tetap dalam pelaksanaan adalah posisi pada akhir tahun buku aktiva tetap yang sedang dalam tahap pembangunan
PERSPEKTIF, VOL XI NO.2 SEPTEMBER 2013
Tabel 4 : Daftar Skor Penilaian ROE No
Tolak Ukur
Infra
Non Infra
1
15
15.00
20.00
2
13
13.50
18.00
3
11
12.00
16.00
4
09
10.50
14.00
5
7.9
9.00
12.00
6
6.6
7.50
10.00
7
5.3
6.00
8.50
8
4.0
5.00
7.00
9
2.5
4.00
5.50
10
01
3.00
4.00
11 0.0
Tolak ukur Imbalan Investasi (ROI) Rumus : EBIT + Penyusutan x 100% Capital Employed Definisi : EBIT adalah laba sebelum bunga dan pajak dikurangi laba dari hasil penjualan dari : aktiva tetap, aktiva lain-lain,
aktiva non produktif dan saham penyertaan langsung. Penyusutan adalah depresiasi, amortisasi dan deplesi. Capital employed adalah posisi pada akhir tahun buku total aktiva dikurangi aktiva tetap dalam pelaksanaan
Tabel 5 : Daftar Skor Penilaian ROI No
Tolak Ukur
Infra
Non Infra
1 18
Tolak ukur Rasio Kas Rumus:
(Kas + bank + surat berharga jangka pendek / Current liability) x 100%
149
PERSPEKTIF, VOL XI NO.2 SEPTEMBER 2013
Definisi : Current liability adalah posisi total kewajiban lancar pada akhir tahun
buku
Tabel 6 : Daftar Skor Penilaian Rasio Kas No
Tolak Ukur
Infra
Non Infra
1
x>=35
3.00
5.00
2
25<=x<=35
2.50
4.00
3
15<=x<=25
2.00
3.00
4
10<=x<=15
1.50
2.00
5
05<=x<=10
1.00
1.00
6 0.0<=x<=05 Sumber : Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 198/KMK.016/1998 4.
Current assets adalah posisi total aktiva lancar pada akhir tahun buku Current liability adalah posisi total kewajiban lancar pada akhir tahun buku
Tolak ukur Rasio Lancar (Current ratio) Rumus : Current assets x 100% Current liability Definisi :
Tabel 7 : Daftar Skor Penilaian Rasio Lancar No
Tolak Ukur
Infra
Non Infra
1
125<=x
3.00
5.00
2
110<=x<=125
2.50
4.00
3
100<=x<=110
2.00
3.00
4
95<=x<=100
1.50
2.00
5
90<=x<=95
1.00
1.00
6 x<90 Sumber : Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 198/KMK.016/1998 5.
Tolak ukur Collection period Rumus :Total piutang usaha x 365 hari Total pendapatan usaha Definisi :
Total piutang usaha posisi piutang usaha dikurangi cadangan penyisihan piutang pada akhir tahun buku. Total pendapatan usaha adalah jumlah pendapatan usaha selama tahun buku
Tabel 8 : Daftar Skor Penilaian Collection Period
150
No
CP=x (hari)
Perbaikan = x (hari)
Infra
Non Infra
1 2 3 4
x<=60 60<x<=90 90<x<=120 120<x<=150
x>35 30<x<=35 25<x<=30 20<x<=25
4.00 3.50 3.00 2.50
5.00 4.50 4.00 3.50
PERSPEKTIF, VOL XI NO.2 SEPTEMBER 2013
5 150<x<=180 15<x<=20 2.00 3.00 6 180<x<=210 10<x<=15 1.60 2.60 7 210<x<=240 06<x<=10 1.20 1.80 8 240<x<=270 03<x<=06 0.80 1.20 9 270<x<=300 01<x<=03 0.40 0.60 10 300<x 0<x<=01 Sumber : Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 198/KMK.016/1998 6.
Tolak ukur Perputaran persediaan (inventory turn over) Rumus : Total persediaan x 365 hari Total pendapatan usaha Definisi : Total persediaan adalah seluruh persediaan yang digunakan untuk
proses produksi pada akhir tahun buku yang terdiri dari : persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi, dan persediaan barang jadi ditambah persediaan peralatan dan suku cadang. Total pendapatan usaha adalah jumlah pendapatan usaha selama tahun buku
Tabel 9 : Daftar Skor Penilaian Perputaran Persediaan (Inventory turn over) No
PP = x (hari)
Perbaikan = x (hari)
Infra
Non Infra
1 x<=60 x>35 4.00 2 60<x<=90 30<x<=35 3.50 3 90<x<=120 25<x<=30 3.00 4 120<x<=150 20<x<=25 2.50 5 150<x<=180 15<x<=20 2.00 6 180<x<=210 10<x<=15 1.60 7 210<x<=240 06<x<=10 1.20 8 240<x<=270 03<x<=06 0.80 9 270<x<=300 01<x<=03 0.40 10 300<x 0<x<=01 Sumber : Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia 198/KMK.016/1998 7.
Tolak ukur Perputaran total assets (TATO) Rumus :Total pendapatan x 100% Capital employed Definisi : Total pendapatan usaha adalah jumlah pendapatan usaha dan non usaha tidak
5.00 4.50 4.00 3.50 3.00 2.60 1.80 1.20 0.60 Nomor :
termasuk pendapatan atas hasil penjualan aktiva tetap. Capital employed adalah posisi pada akhir tahun buku total aktiva dikurangi aktiva tetap dalam pelaksanaan
Tabel 10 : Daftar Skor Penilaian Perputaran Assets (Assets turn offer) No
TATO=x (%)
Perbaikan=x (%)
Infra
Non Infra
1
120<x
20<x
4
5
2 3
105<x<=120 90<x<=105
15<x<=20 10<x<=15
3.5 3
4.5 4
4 5
75<x<=90 60<x<=75
5<x<=10 0<x<=5
2.5 2
3.5 3
151
PERSPEKTIF, VOL XI NO.2 SEPTEMBER 2013
6 7
40<x<=60 20<x<=40
x<=0 X<0
1.5 1
2.5 2
8 x<=20 x<0 0.5 1.5 Sumber : Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 198/KMK.016/1998 8.
Tolak ukur rasio total modal sendiri terhadap total asset (TMTA) Rumus : Total Modal Sendiri x 100% Total Asset Definisi : Total modal sendiri adalah seluruh komponen modal sendiri pada akhir
tahun buku diluar dana-dana yang belum ditetapkan statusnya. Total asset adalah seluruh total assets dikurangi dana-dana yang belum ditetapkan statusnya pada posisi akhir tahun buku yang bersangkutan
Tabel 11 : Daftar Skor Penilaian Modal Sendiri terhadap Total Assets No
TMTA (%) = x
Infra
Non Infra
1
x<0
-
-
2
0<=x<10
2.00
4.00
3
10<=x<20
3.00
6.00
4
20<=x<30
4.00
7.25
5
30<=x<40
6.00
10.00
6
40<=x<50
5.50
9.00
7
50<=x<60
5.00
8.50
8
60<=x<70
4.50
8.00
9
70<=x<80
4.25
7.50
10
80<=x<90
4.00
7.00
11 90<=x<100 3.50 6.50 Sumber : Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 198/KMK.016/1998 V.
PENUTUP
Balanced Scorecard diterapkan dalam sistem perencanaan strategi untuk menerjemahkan misi, visi, tujuan, keyakinan dasar, nilai dasar dan strategi kedalam sasaran dan inisiatif strategik yang memiliki empat atribut : komprehensif, koheren, terukur dan berimbang. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 198/KMK.016/1998, telah ditetapkan Tata cara penilaian tingkat kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) 1. Infra : Aspek Keuangan 50%, Aspek Operasional 35% dan Aspek Administratif 15% 2. Non Infra : Aspek Keuangan 70%, Aspek Operasional 15%, Aspek Administratif 15%
152
dengan kategori SEHAT, KURANG SEHAT DAN TIDAK SEHAT. Balanced Scorecard tetap menggunakan perspektif finansial karena ukuran finansial sangat penting dalam memberikan ringkasan konsekuensi tindakan ekonomis yang sudah diambil. Ukuran kinerja finansial memberikan petunjuk apakah strategi perusahaan, implementasi dan pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak kepada peningkatan laba perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Antariksa, Yodhia. 2008. Blog Strategi + Manajemen.
[email protected].
PERSPEKTIF, VOL XI NO.2 SEPTEMBER 2013
2008.
Kaplan R.S. and Norton D.P. 2000. The Strategy Focused Organization, HBS Press, USA
Chapman, Alan. 2008. Businessballs. Leicester. England
Suprayitno,Eddi . 2011. Balanced Scorecard Sebagai Alat Ukur Kinerja Perusahaan. www.eddisuprayitno.blogspot.com, www.eddhies-sim.blogspot.com
Posted : 30 Juni www.ManajemenKinerja.com.
Gaspersz, Vincent. 2005. Balanced Scorecard Dengan Six Sigma Untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Tunggal, Amin Widjaja. 2005. Memahami Konsep Balanced Scorecard. Harvarindo. Jakarta.
153