Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
BAKTERI KITINOLITIK YANG DIISOLASI DARI TAMBAK UDANG LAMONGAN JAWA TIMUR CHITINOLYTIC BACTERIA ISOLATED FROM SHRIMP PONDS LAMONGAN EAST JAVA Nuniek Herdyastuti Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Jl. Ketintang Surabaya (60231), Telp. 031-8298761 Email :
[email protected]
Abstrak. Eksplorasi kitinolitik dari tambak udang bertujuan untuk mencari keragaman bakteri penghasil kitinase dengan aktivitas yang tinggi dari lingkunga perairan. Aktivitas kitinase ditentukan dengan metode Monreal-Reese berdasarkan pelepasan N-Asetil glukosamin. Diperoleh isolat LA-21 adalah bakteri gram positif berbentuk batang dengan karakteristik koloni berwarna putih, bentuk bulat, elevasi cembung, margin bergerigi (serrate) dan diameter koloni 1-2 mm. Hasil uji 16S-rRNA menunjukkan bahwa isolat LA-21 mempunyai hubungan kekerabatan 97 % terhadap Bacillus sp AHBR 2. Kata kunci: Aktivitaskitinase, bakteri kitinolitik, tambak udang Abstract. Chitinolytic exploration of shrimp ponds aimed to diversity of bacteria producing chitinase with high activity of aquatic environments. Chitinase activity was determined by a Monreal-Reese method based on the release N-Acetyl glucosamine. Isolates LA-21 was a gram positive with characteristic rodshapes, white coloni, rounded shape, serrated margine, convex elevation and diameter coloni 1-2 mm. Test result 16S-rRNA indicate that the isolates-LA-21 97% gene similarity to Bacillus sp AHBR 2 Key words : Chitinase activity, chitinolytic bacteria, shrimp ponds PENDAHULUAN
perairan seperti laut, danau, tambak, limbah udang dan sebagainya [2,3,4
Kitinase (EC 3.2.11.14) adalah enzim yang
mempunyai
menghidrolisis
kemampuan
senyawa
kitin
Eksplorasi
untuk
habitat
telah
banyak
dilakukan untuk mencari biodiversitas bakteri
membentuk
oligosakarida dan monomernya. Kitinase dapat
kitinolitik
ditemukan dari berbagai macam organisma
keragaman bakteri yang mampu menghasilkan
seperti
aktivitas kitinase terbaik. Salah satu tempat yang
virus,
bakteri,
jamur,
serangga,
metabolismenya
peranan [1].
penting Bakteri
tujuan
mendapatkan
berpotensi menghasilkan bakteri kitinolitik yaitu
tumbuhan tingkat tinggi dan hewan yang mempunyai
dengan
tambak udang. Beberapa wilayah di Jawa Timur
dalam
seperti
kitinolitik
Lamongan
Tuban,
Situbondo
dan
Sidoarjo berada di daerah pesisir pantai sehingga
merupakan penghasil enzim kitinase dapat
sebagian besar mata pencaharian penduduk
diperoleh dari berbagai sumber rti lingkungan
B - 192
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
adalah sebagai petani tambak. Penelitian ini
Prism 9700, perangkat Applied Biosystems
bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman
3730XL Genetic Analyzer
bakteri kitinolitik yang berasal dari lingkungan tambak udang khusunya di daerah Lamongan
Bahan
Jawa Timur.
Bahan-bahan yang di butuhkan adalah kitin, HCl (37%), aquades, yeast extract (Difco), NaCl, tripton (Difco), Bacto agar (Difco), KH2PO4, Na-K- tartrat tetrahidrat, asam 3,5dinitrosalisilat (SIGMA), N-asetil glukosamin (SIGMA). universal primer 5’GGTTACTTGTTACGACTT-3’ (Uni B1) dan 5’-AGAGTTTGATCTGGCTCAG-3’ (Bact F1) , dNTP, Taq DNA polymerase, Etidium Bromida, Red Safe flourecent kit, loading buffer, agarose.
Udang mempunyai kandungan kitin yang cukup tinggi. Focher menyatakan bahwa, kulit udang mengandung protein (25 – 40 %), kalsium karbonat (45 – 50 %), dan kitin (15 – 20 %), tetapi besarnya kandungan komponen tersebut tergantung pada jenis udangnya. Kitin merupakan bentuk linier polisakarida yang dibentuk dari ikatan -1,4 residu N-asetilglukosamin [5]. Dengan demikian kitin secara kimiawi
adalah
suatu
polimer
golongan Prosedur Penelitian
polisakarida yang tersusun atas 2-asetamido-2deoksi-D-glukosa
Seleksi bakteri kitinolitik
membentuk ikatan -1,4.
Bakteri dari diisolasi dari tambak udang
Ikatan pada molekul tersebut membentuk fibra yang linier. Rantainya dapat membentuk kristal
dengan
karena adanya ikatan hidrogen intramolekul dan
minimal yang mengandung koloidal kitin,
membentuk
panjang
dengan komposisi : 0,4 % koloidal kitin ; 0,7 %
menghasilkan struktur yang rigid dan stabil [6].
K2HPO4 ;, 0,3 % KH2PO4 ; 0,5 % MgSO4.5H2O
Kitin terutama dalam bentuk koloidal kitin
; 0,01 % FeSO 4.7H2O ; 0,001 % MnCl2 dan 0,5
banyak digunakan sebagai sumber karbon dan
% pepton. Campuran diinkubasi pada suhu
induser untuk memproduksi enzim kitinase dari
ruang selama 45 jam dengan pengocokan
berbagai strain [7].
kecepatan 150 rpm. Supernatan yang diperoleh
mikrofibril
yang
cara
menumbuhkan
pada
media
selanjutnya ditentukan aktivitas kitinasenya. BAHAN DAN METODE Alat
Persiapan Koloidal kitin
Beberapa alat yang digunakan antara lain :
Kitin dibuat bentuk koloid dengan
peralatan gelas yang umum digunakan, pH
menggunakan cara menurut Hsu and Lockwood
meter, Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu,
[8]. Sebanyak 40 g kitin dilarutkan dalam 400
1800), sentrifuse dingin (5810 R), PCR ABI
mL HCl pekat, diaduk dengan pengaduk magnet selama 30 – 50 menit. Larutan kitin kemudian
B - 193
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
diendapkan sebagai suspensi koloid dengan
Penentuan dilakukan berdasarkan tahapan
menambahkan 2 liter air dingin (suhu 5 – 10 C)
: isolasi DNA, amplifikasi dengan gen 16S-
secara pelan-pelan. Suspensi ditampung dengan
rRNA dengan kondisi reaksi PCR : siklus
cara menyaring menggunakan kertas saring, dan
sebanyak 30 siklus, denaturasi : 95 ºC
residu yang diperoleh dicuci dengan aquades 5
selama 1 menit; annealing : 55 ºC selama 1
liter. Pencucian diulang sedikitnya 3 kali atau
menit ; dan elongasi: 72 ºC selama 1 menit.
sampai pH sekitar 3,5. Pada proses ini kira-kira
Hasil PCR yang telah dimurnikan dilakukan
akan diperoleh 85 % kitin.
sequencing dengan kondisi dengan kondisi initial denaturation 96 ºC selama 1 menit, dengan siklus 25 kali terdiri dari 96 ºC
Penentuan aktivitas enzim kitinase
selama 10 detik, 50 ºC selama 5 detik dan 60
Aktivitas enzim ditentukan berdasarkan
ºC selama 4 menit.
jumlah gula reduksi yang dilepaskan dan diukur secara kolorimetri dengan menggunakan metode yang dijelaskan oleh Monreal dan Reese [9].
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebanyak 2 mL larutan kitin 1,25 % (b/v)
Isolasi bakteri kitinolitik dari Tambak udang Kitin
dilarutkan dalam 200 mM buffer kalium fosfat diaduk
dengan
pengaduk
magnet
(1975)
yang
sebagai
media
selektif
untuk
mendapatkan bakteri kitinolitik. Enzim kitinase
tempatkan tabung ke dalam air mendidih selama
ekstraseluler
5 menit dan didinginkan pada suhu kamar.
dari
Bacillus
sp
WY22
menunjukkan spesifitas substrat paling tinggi
Suspensi disentrifugasi selama 10 menit pada Sebanyak 1
kitin
yang telah dijelaskan oleh Hsu dan Lockwood
selama 2 jam pada suhu kamar. Setelah 2 jam
rpm.
adalah
dilarutkan dalam asam klorida pekat seperti
dan
ditambahkan 0,5 mL larutan enzim. Inkubasi
kecepatan 4000
koloidal
dengan
mL
menggunakan
kitin
koloidal
bila
dibandingkan menggunakan substrat swollen
supernatan pada tabung sampel ditambahkan 2
kitin, glikol kitin atau serbuk kitin [10].
mL air deionisasi dan 1,5 mL reagen pewarna
Beberapa penelitian yang memanfaatkan kitin
yang mengandung 5,3 M larutan Natrium kalium
koloidal untuk mendapatkan bakteri kitinolitik
tartrat dan Asam 3,5 Dinitrosalisilat 96 mM.
seperti Enterobacter sp NRG4, Aeromonas sp,
Campuran dipanaskan dalam air mendidih
Aeromonas schubertii, Bacillus laterosporous
selama 5 menit setelah dingin diukur serapannya
MML2270 [11, 12, 13, 14].
dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
Hasil eksplorasi bakteri kitinolitik dari
gelombang 540 nm. Sebagai standar digunakan
tambak udang di Lamongan, telah diperoleh 54
N-asetil glukosamin.
isolat (LA 1 – LA54). Berdasarkan hasil uji
Penentuan gen 16S-rRNA
aktivitas pada ekstrak kasar menunjukkan bahwa
B - 194
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
37 dari 54 isolat mempunyai aktivitas kitinase seperti pada Gambar 1 [15]. Hasil analisis kuantitatif bakteri kitinolitik berdasarkan uji aktivitas pada ekstrak kasar memberikan hasil yang cukup tinggi. Nilai aktivitas tersebut cukup tinggi bila dibandingkan dengan isolat kitinolitik yang diperoleh dari tambak udang Tuban [16], Stenotrophomonas sp. B2-4 yang diisolasi dari 17] and Enterobacter sp. G-1 yang diisolasi dari
Gambar 2. Pewarnaan Gram isolat LA-21 dengan perbesaran 100 kali
kota Matsue, Jepang [18].
Tabel 1. Hasil uji Fisiologi isolat LA-21 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.
Gambar 1. Hasil uji aktivitas ekstrak kasar isolat dari Lamongan
Penentuan spesies Isolat LA-21 Berdasarkan hasil uji fisiologi dan morfologi isolat LA-21 merupakan bakteri gram positif berbentuk batang (Gambar 2) dengan karakteristik koloni berwarna putih, bentuk bulat,
elevasi
cembung,
margin
bergerigi
(serrate) dan diameter koloni 1-2 mm. Uji morfologi (Tabel 1) menduga bahwa isolat LA21 merupakan Bacillus cereus dengan percent probability 63.60%.
B - 195
Jenis uji Biokimia Oksidase Motilitas Nitrat Lisin Ornitin H2S Glukosa Xilosa ONPG Indol Urease VP Sitrat TDA Gelatin Malonat Inositol Sorbitol Ramnosa Sukrosa Laktosa Arabinosa Adonitol Rafinosa Salisin Arginin Amilolitik Proteolitik Lipolitik
Hasil + + + + + + + + + +
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
Gambar 3. Penentuan urutan DNA hasil amplifikasi isolat LA-21
Penentuan spesies secara genetik, telah diperoleh hasil amplifikasi isolat LA-21 dengan ukuran DNA 1500 bp. DNA isolatLA21 yang telah ditentukan urutannya (Gambar 3)
di
BLAST
melalui
situs
www.ncbi.nlm.nih.gov untuk mendapatkan sequence alignment. Berdasarkan Sequence Gambar 4. Phylogenetic Tree yang menunjukkan kekerabatan isolat LA-21
alignment menunjukkan bahwa isolat LA-21 mempunyai hubungan kekerabatan yang lebih dekat dengan Bacillus sp AHBR 2 sebesar
97
phylogenetic
% tree
seperti seperti
tampak
Bakteri kitinolitik dari kelompok Bacillus
pada
tersebut
sudah banyak
tampak pada
peneliti
yang
Gambar 4 [19]
lain,
dihasilkan
oleh
seperti yang
telah
dilakukan oleh Penelitian lain tentang bakteri kitinolitik diperoleh beberapa bakteri yang tergolong
dalam
Bacillus,
Bacillus
sp
maupun Bacillus licheniformis [20,21,22,
B - 196
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
4. Moon S.J, Young ML, Yong LC, Cherol HK,Young CL., 2005. “Overexpression and characterization of a novel chitinase gene from marine bacterium Pseudomonas sp BK1”, Ind. J. Biochem. Biophy., 42 : 339-344 5. Nathalie,C., Fleury, A., Fukamiza,T., and Ryszard,B., 2006, ‘Two-exo--Dglukosaminidase from Actinomycetes define anew subfamily 2 of glikoside hydrolases”, Biochem.Journal , 394 : 675-686. 6. Gooday, G.W., 1990, “Physiology of Microbial Degradation of Chitin and Chitosan”, Biodegradation, 1 : 177-190 7. Mejia-Saulés,J.E.,Waliszewski, K.N.,Garcia, M.A., and Cruz-Camarillo, R., 2006 “The use crude shrimp shell powder for chitinase production by Serratia marcescens”. Food Techn.Biotechnology, 44(1) : 95-100
23]. Penghasil kitinolitik jenis yang lain juga telah ditentukan seperti Pseudomonas sp TKU008 diperoleh dari tanah di Taiwan [24] Pseudomonas sp TNH54 dari tanah sawah [25].
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Bakteri kitinolitik LA-21 yang diisolasi dari tambak udang Lamongan mempunyai aktivitas kitinase yang cukup tinggi yaitu 0,731 U/mL 2. Isolat LA-21 merupakan bakteri gram positif berbentuk batang dan berdasarkan hasil analisis 16s-rRNA tergolong sebagai kelompok Bacillus sp
8. Hsu S.C., and Lockwood J.L., 1975, Powdered Chitin Agar As a Selective Medium for Enumeration of Actinomycetes in Water and Soil, Appl. Microbiol., 29, 3, 422-426.
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih disampaikan kepada kelompok penelitian Kitinase khususnya kepada Fauziah dan Rio Widodo yang telah menyelesaikan penelitian ini.
9. Monreal J. and Reese, E.T., 1969, The Chitinase of Serratia marcescens, Canadian Journal of Microbiology, 15 : 689-696. 10. Woo C.D and Park H.D., 2003, An Extrasellular Bacillus sp Chitinase for the production of chitotriose as a major chitinolytic product, Biotechnol. Letters, 25 : 409-412. 11. Dahiya N., Tewari, and Hoondai, 2005, Chitinase from Enterobacter sp. NRG4 : Its Purification, Characterization and Reaction Pattern, Electronic J. Biotechnol., 8, 2. 12. Guo, S.H., Chen J.K. and Lee,W.C., 2004, Purification and Characterization of Extracellular Chitinase From Aeromonas schubertii, Enzyme and Microbial Technology, 35 : 550-556 13. Huang C.J., and Chen C.Y., 2004, “Gene Cloning and Biochemical Characterization of Chitinase CH from Bacillus cereus 28-9”, Annals. Microbiol., 54 (3) : 289-297
DAFTAR PUSTAKA 1. Kuddus, S.M., Ahmad, R.I.Z., 2013. “Isolation of novel chitinolytic bacteria and production optimization of extracellular chitinase”, Journal of Genetic Engineering and Biotechnology., 11 : 39-46 2. Donderski W, Brzezinska MS., 2003. “The Utilization of N-Aceyloglu-cosamine and Chitin as Sources of Carbon and Nitrogen by Plantonic and Benthic Bacteria in Lake Jeziorak”. Polish Journal of Enviromental Studies., 12 : 685-692. 3. Chang SC, Wang JT, Vandamme P, Hwang JH, Chang PS, Chen WM., 2004. “Chitinimonas taiwanensis gen. nov., sp. nov., a Novel Chitinolytic Bacterium Isolated from a Freshwater Pond for Shrimp Culture” System Appl. Microbiol., 27 : 43–49
B - 197
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
14. Shanmugaiah V., Mathivanan N., Balasubramanian N., and Manoharan P.T., 2008, “Optimization of cultural conditions for production of chitinase by Bacillus laterosporous MML2270 isolated from rice rhizosphere soil”, Afric. J. Biotechnol., 7, 15, 2562-2568 15. Fauziah dan Herdyastuti, N. 2013. “Uji Aktivitas Bakteri Kitinolitik dari Tambak Udang Di Lamongan dan Sidoarjo”. UNESA Journal of Chemistry. 2(1) : 36-39 16. Prabowo,Y.Y., dan Herdyastuti, N., 2014, “Aktivitas bakteri kitinolitik yang diisolasi dari tambak udang di Tuban”, UNESA Journal of Chemistry. 3(3) : 17. Soeka, YS, and Sulistiani. 2011. “Seleksi, Karakterisasi, dan Identifikasi Bakteri Penghasil Kitinase yang Diisolasi dari Gunung Bromo Jawa Timur”. Jurnal Natur Indonesia. 13(2). 155-161 18. Mahata, M., Dharma A., Ryanto, I, and Rizal Y. 2008. Characterization of Extracellular Chitinase from Bacterial Isolate 99 and Enterobacter sp. G-1 from Matsue City, Japan. Microbiology Indonesia. Vol. 2, No. 1. 34-38 19. Widodo, R., dan Herdyastuti, N., 2013, “Penentuan gen penyandi 16SrRNA bakteri kitinolitik dari tambak udang Lamongan”, UNESA Journal of Chemistry. 3(3) : 20. Anuradha, V. dan Revathi, K. 2013. “Purification and characterization of chitinase fromtwo Bacillus spisolated from crustacean shells”. Journal of Microbiology and Biotechnology Research. 3 (3):160-167. 21. Haliza, Winda dan Suhartono, Maggy Thenawidjaya. 2004. “Karakteristik Kitinase Dari Mikrobia”. Buletin Teknologi Pascananen Pertanian Vol 8 (1). 22. Suryanto, D., Munir, E., and Yurnaliza. 2005. Eksplorasi Bakteri Kitinolitik: Keragaman Gen Kitinase pada Berbagai
Jenis Bakteri dan Pemanfaatannya. Medan: Universitas Sumatera Utara. 23. Anindyaputri, Amaryllis. dkk. 2010. “Chitinolytic Bacteria Isolated from Chili Rhizosphere: Chitinase Characterization and Its Application as Biocontrol for Whitefly (Bemisia tabaciGenn.)”. American Journal of Agricultural and Biological Sciences. 5 (4): 430-435. 24. Wang S.L., Bo-Shyun L., Liang T.W., Wang C.L., Pei-Chen W., and Je-Ruei L., 2010, “Purification and Characterization of Chitinase from a New Species Strain Pseudomonas sp. TKU008”, J. Microbiol. Biotechnol., 20, (6) : 1001–1005
25. Herdyastuti,N., Cahyaningrum S.E., Raharjo T.J., Mudasir, Matsjeh,S., 2012, “Potential antifungal of Chitinolytic Bacteria Pseudomonas sp TNH54 from Mud Field”, Research Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences, Vol.3 Issue 3:11171124
B - 198