Mencip takan P eluang bagi Kaum Muda
Agenda ILO tentang PPek ek erjaan ekerjaan yang Layak
“Tujuan utama dari ILO saat ini adalah mempromosikan kesempatan bagi perempuan dan laki-laki, termasuk kaum muda, untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan produktif, dalam kondisi yang merdeka, sejajar, aman serta bermartabat. Dalam konteks ini, ILO menjalin kemitraan dengan komunitas internasional, komunitas bisnis dan kerja untuk mengatasi tantangan di bidang ketenagakerjaan”
Juan Somavia, Direktur Jendral Kantor Perburuhan Internasional
Daf tar Isi 3
Pekerja Muda dalam Agenda ILO tentang pekerjaan yang layak
7
Kaum muda di dunia pada saat ini
11
Tantangan-tantangan pasar tenaga kerja
15
Sebab-sebab pengangguran dan setengah pengangguran di kalangan muda
19
Pekerjaan yang layak bagi kaum muda: pesan-pesan pokok
23
Konvensi-konvensi dan Rekomendasi-rekomendasi ILO yang signifikan bagi pekerja muda
3
P ek erja Muda dalam Agenda ILO ekerja tentang PPek ek erjaan yang layak ekerjaan Pada saat ini, masalah lapangan kerja bagi kaum muda masih terus berlanjut baik di negara-negara maju maupun berkembang. Jumlah kaum muda penganggur, bekerja tidak tetap atau hanya bekerja sementara waktu semakin besar. Akibatnya, banyak dari angkatan kerja yang keluar atau gagal masuk dunia kerja menjadi tidak aktif. Hal ini paling mempengaruhi kaum muda yang secara sosial tidak beruntung, menyebabkan lingkaran setan kemiskinan, dan pengucilan sosial. Di negara-negara berkembang, dimana hanya sedikit orang yang bertahan sebagai penganggur, yang lebih menjadi persoalan adalah setengah pengangguran, upah rendah, serta hasil kerja berkualitas rendah terutama di sektor informal. Oleh karena itu, upaya menciptakan lapangan kerja yang produktif bagi kaum muda menjadi prioritas dalam agenda pekerjaan yang layak dari Organisasi Perburuhan Internasional (ILO). Upaya-upaya ini didorong kesadaran bahwa kebijakan-kebijakan dan program-program yang efektif diperlukan untuk meningkatkan tingkat kehidupan mereka dan memfasilitasi penyerapan mereka seutuhnya ke dalam masyarakat.
Pendekatan ILO ILO telah mengadopsi berbagai bentuk strategi berikut ini guna mengatasi masalah pekerjaan bagi muda: ! Membentuk suatu kerangka kerja untuk mempromosikan pekerjaan yang layak bagi kaum muda melalui konvensi-konvensi mendasarnya dan konvensikonvensi lainnya serta rekomendasi-rekomendasi yang berkaitan dengan pekerjaan dan perlindungan mereka. ! Menumbuhkan kesadaran tentang isu-isu yang menyangkut lapangan kerja bagi kaum muda diantara negara-negara anggota. Lapangan kerja bagi kaum muda telah dimasukkan ke dalam agenda Konferensi Perburuhan Internasional (1986, 1996, 1998, dan 2000). ! Mengadakan riset mengenai lapangan kerja bagi kaum muda, termasuk mengenai kebijakan-kebijakan dan praktek-praktek yang inovatif dan efektif untuk meningkatkan kesempatan bagi kaum muda dalam pekerjaan dan perusahaan. ! Mempersiapkan dan menyebarluaskan perangkat kebijakan dan panduan pelaksanaan dari praktek-praktek yang berhasil menyangkut kebijakan-kebijakan dan program-program tentang lapangan kerja bagi kaum muda.
Isu-isu mengenai lapangan kerja bagi kaum muda di Konferensi Perburuhan Internasional (ILC) tahun 2000: Penekanan khusus diberikan pada kaum muda selama Diskusi Umum mengenai Pengembangan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia dalam Sidang ILC bulan Juni 2000. Diantara kesimpulan-kesimpulannya, Komite menekankan perlunya membantu kaum muda dalam masa transisi mereka dari sekolah ke tempat kerja, dan secara khusus ditujukan pada pendidikan dan pelatihan bagi perempuan dan orang-orang dengan kebutuhan khusus, seperti kaum muda. Dicatat bahwa akses ke suatu kombinasi dari pembelajaran formal, off the job, dan di tempat kerja harus dapat disediakan untuk memenuhi kebutuhan kaum muda. Ditekankan bahwa perusahaan bertanggungjawab melatih para karyawan mereka, perusahaan juga berbagi tanggung jawab terhadap pelatihan kerja bagi kaum muda guna memenuhi kebutuhan masa depan mereka.
4
! Membangun dan mengembangkan database yang menyediakan informasi tentang situasi lapangan kerja bagi orang muda di seluruh dunia. Indikator utama Data Pasar Tenaga Kerja, sebagai contoh, termasuk pemisahan data berdasarkan jender mengenai tingkat pengangguran kaum muda, rasio dari tingkat pengangguran kaum muda terhadap tingkat pengangguran orang dewasa, tingkat pengangguran kaum muda dari pengangguran keseluruhan dan tingkat pengangguran kaum muda dari keseluruhan populasi kaum muda. ! Menyediakan bantuan teknis kepada negara-negara anggota dalam merancang dan menerapkan kebijakan-kebijakan dan program-program untuk mengatasi tantangan lapangan kerja bagi kaum muda. ! Melakukan penyuluhan di tingkat nasional, regional, dan internasional untuk kesetaraan kesempatan kerja bagi semua kaum muda dan melindungi mereka dari diskriminasi di pasar tenaga kerja.
Prioritas-prioritas Program Program global ILO untuk kaum muda diarahkan pada upaya mendorong perbaikan akses bagi kaum muda terhadap pendidikan dan pelatihan, serta terhadap pekerjaan dan pendapatan. Program ini dikoordinasikan oleh Target Groups Unit dari Infocus Programme on Skills, Knowledge, and Employability. Program tersebut mencakup riset berorientasi kebijakan mengenai upaya-upaya untuk mengintegrasikan kaum muda secara lebih efektif ke dalam pendidikan dan pekerjaan dengan: ! Mendokumentasikan program-program yang berhasil mengurangi jumlah putus sekolah dan membantu mereka kembali ke sekolah; ! Mengidentifikasikan langkah-langkah inovatif dari sekolah ke pekerjaan, termasuk mata rantai yang lebih baik antara pendidikan dasar, latihan, dan pengalaman kerja, dan menjembatani antara sekolah dan para pengusaha; dan ! Mengevaluasi dan mengambil pelajaran dari program-program pasar tenaga kerja untuk kawula muda yang tidak bekerja. Program-program tersebut diarahkan pada upaya memperkuat kapasitas pemerintah dan mitra-mitra sosial untuk mengatasi masalah-masalah pekerja muda dengan: ! Menyediakan masukan atas kebijakan dan bantuan teknis bagi pemerintah mengenai bagaimana mengembangkan program “kesempatan kedua” bagi kaum muda putus sekolah. ! Meningkatkan kesadaran atas strategi-strategi yang berhasil memerangi marginalisasi dan pengangguran kaum muda.
5
! Membentuk proyek/kegiatan percontohan yang menggabungkan lembagalembaga latihan dan perusahaan-perusahaan untuk menyediakan tempat magang, mentor, dan membagi pengalaman kerja kepada kaum muda. Dalam menjalankan aktivitas-aktivitas ini, Unit berupaya menegaskan dasar pemikiran ILO bahwa integrasi sosial dan ekonomi bagi kaum muda seutuhnya tergantung dari akses mereka terhadap ketrampilan dan pengembangan sumber daya dan kesempatan kerja. Kegitan-kegiatan utama dan hasil-hasilnya
Kemitraaan Hal penting bagi kesuksesan program kerja bagi kaum muda adalah pendekatan kemitraan yang mendorong terjalinnya kerjasama diantara berbagai pihak dalam mengembangkan dan menerapkan solusi-solusi inovatif untuk mengatasi masalah lapangan kerja bagi kaum muda. Pengalaman memperlihatkan bahwa pendekatan merupakan pendekatan yang paling efektif dalam memaksimalkan pendidikan, pelatihan dan peluang kerja bagi kaum muda. Target Groups Unit bekerjasama dengan unit-unit lain di dalam ILO dan badan-badan lainnya di tingkat nasional dan internasional.
!
Panduan pelaksanaan kebijakan, masing-masing sebuah untuk para pengusaha, serikat pekerja dan organisasi terkait, guna mempromosikan pekerjaan yang layak bagi kaum muda.
!
Alat pelatihan untuk pembimbing penyuluhan luar sekolah dalam institusi-institusi pendidikan dan pelatihan dan jasa penempatan kerja mengenai bagaimana mempersiapkan para lulusan sekolah memasuki bursa kerja.
!
Penelitian terhadap program-program dan inisiatif-inisiatif yang telah berhasil memaksimalkan penempatan tenaga kerja muda potensial dalam sektorsektor dinamis, termasuk sektor teknologi informasi dan komunikasi.
!
Kerangka Kebijakan Lapangan Kerja bagi Kaum Muda untuk negara-negara berkembang yang terpilih
!
Pertemuan-pertemuan para ahli dan penasehat kebijakan mengenai isu-isu menyangkut transisi dari sekolah ke dunia kerja di Asia Tenggara.
!
Proyek-proyek kerjasama teknis untuk mempromosikan lapangan kerja bagi kaum muda di negara-negara berkembang.
!
Kertas-kertas kerja dan catatan-catatan penyuluhan tentang topik-topik pilihan mengenai pekerja muda.
Di dalam tubuh ILO sendiri, Target Groups Unit bekerjasama erat dengan, antara lain: ! Program Penciptaan Lapangan Kerja melalui Pengembangan Usaha Kecil untuk mendorong kewirausahaan kaum muda. ! Program Promosi Jender untuk rancangan dan implementasi program-program kerja bagi para perempuan muda.
6 Jejaring kebijakan tingkat tinggi untuk pekerja muda
! Unit Indikator Kunci Bursa Tenaga Kerja untuk informasi pekerjaan bagi kaum muda.
Direktur Jendral ILO Juan Somavia, bersama-sama dengan Sekjen PBB Kofi Annan dan Presiden Bank Dunia James Wolfensohn, menyelenggarakan jejaring kebijakan tingkat tinggi untuk pekerja muda. Jejaring ini akan menarik pemimpinpemimpin terkemuka di industri swasta, pembuat kebijakan ekonomi dan masyarakat sipil (termasuk pemimpinpemimpin muda) untuk menggali pendekatan-pendekatan imajinatif guna menyikapi masalah lapangan kerja bagi kaum muda. Jejaring kebijakan ini akan mengajukan rekomendasi mengenai solusi dari permasalahan ini dalam waktu satu tahun, termasuk mengenai kontribusi dari teknologi informasi dan sektor informal, khususnya perusahaan kecil yang dapat menyerap tenaga kerja.
! Unit Keuangan Sosial untuk pengaturan mikro-kredit bagi para pekerja muda dalam usaha mandiri dan perusahaan-perusahaan kecil. ! Biro Aktivitas Pengusaha dan Pekerja mengenai peran mereka dalam mendorong pekerja muda. ! The ILO Inter American Research and Documentation Center on Vocational Training (CINTERFOR). Program-program ini mempertahankan hubungan kerjasama yang erat dengan pihak-pihak luar sebagai berikut, diantaranya: ! Organisasi-organisasi yang mewakili mitra tripartit ILO untuk mempromosikan lapangan kerja bagi kaum muda di berbagai wilayah dan negara. ! The United Nations Divisions of Social Policy and Development untuk kontribusi dan tindak lanjut dari Forum Kaum Muda pada tahun 1998 dan Konferensi Pertama Kementrian yang bertanggung jawab untuk masalah Kepemudaan Dunia. ! Bank Dunia dan PBB dalam mengkoordinasikan jaringan kebijakan tingkat tinggi untuk pekerja muda (lihat kotak). ! Komunitas donor untuk mengidentifikasi prioritas-prioritas dan penyusunan proposal-proposal proyek. ! Beragam organisasi-organisasi pemuda dan LSM-LSM dengan dukungan untuk aktivitas dan inisiatif mereka.
7
Kaum Muda di d unia d ewasa ini Lebih dari 1 Miliar Pemuda Menurut perkiraan PBB, lebih dari 510 juta orang perempuan muda dan 540 juta orang laki-laki muda hidup di dunia dewasa ini. Ini artinya, sekitar 1 diantara 5 orang berusia 15-24 tahun, atau kaum muda, mencapai hampir 18% dari populasi dunia. Meskipun proporsi dari kaum muda di dunia menurun (tahun 2025 diramalkan akan turun menjadi 16%), angka absolut mereka terus bertambah sampai memasuki abad 21. Mayoritas kaum muda (85%) hidup di negara-negara berkembang, dengan sekitar 60% di Asia. Pada 2020, jumlah kaum muda di negara berkembang akan meningkat menjadi sekitar 89%.
Grafik populasi kaum muda dalam LDR dan MDR (dalam ribuan) 1400
WYP = Populasi kaum muda di dunia LDR = Daerah-daerah yang kurang berkembang MDR = Daerah-daerah yang lebih berkembang.
1200
1000
800
600
400
200
0 1985
1990
1995
2000
2005
2010
Source: United Nations World Population Prospects, 1998
2015
2020
2025
Definisi standar PBB, yang juga digunakan ILO, menggolongkan “kaum muda” sebagai mereka yang berusia antara 15 dan 19 tahun (remaja) dan 20-24 tahun (dewasa muda). Definisi ini acapkali bervariasi antara satu negara dengan negara lainnya, tergantung pada faktor-faktor sosio kultural, institusional, ekonomi dan politik tertentu.
8
Masalah-masalah dan aspirasi-aspirasi dari kaum muda harus menjadi bahan pertimbangan saat menyusun program pembangunan di semua negara karena mereka jelas-jelas merupakan kelompok populasi penting. Meskipun demikian, mereka bukanlah suatu kelompok yang homogen. Kebutuhan-kebutuhan dan pengalaman-pengalaman mereka saling berbeda, tergantung dari usia, jender, ras, kelas sosial, ukuran rumah tangga, akses terhadap pendidikan dan pelatihan, kecacatan tubuh, status pendatang dan pengungsi, termasuk tingkat perkembangan negara-negara dimana mereka hidup. Faktor-faktor ini membantu mengidentifikasi bagaimana tingkat ketahanan mereka terhadap resiko sosial dan menentukan kerentanan mereka. Kebijakan-kebijakan dan program-program yang efektif bagi kaum muda perlu dikembangkan secara hati-hati dengan memperhatikan perbedaan-perbedaan dan kebutuhankebutuhan khusus.
Kaum Muda adalah agen dan pewaris perubahan Kaum muda mendorong perubahan. Kaum muda menantang dan bertanya, dan mereka adalah agen dari perubahan. Mereka juga pewaris perubahan. Banyak dari mereka yang menikmati kesempatan akibat kemajuan ekonomi dan sosial.
Tapi merek a juga rentan terhadap perubahan mereka Perubahan-perubahan mendasar dalam politik, ekonomi, dan sosio kultural akhirakhir ini telah mempengaruhi kaum muda secara mendalam. Hal ini turut mempertinggi kerentanan proses transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Kaum muda menghadapi tantangan-tantangan sosial ekonomi yang berat, seperti tingkat pengangguran dan setengah pengangguran yang terus berlanjut, dan bahkan meningkat, di negara-negara berkembang. Meskipun pengalaman-pengalaman kaum muda di negara maju dan di negara berkembang tidak selalu sama, mereka sama-sama menghadapi berbagai persoalan umum dan ketidakpastian masa depan, seperti prospek pekerjaan yang terbatas. Kerentanan kaum muda juga terkait dengan kemiskinan, buta huruf, kesehatan dan posisi yang tidak menguntungkan bagi para gadis dan wanita muda. Banyak diantara persoalan-persoalan ini merupakan bagian, atau bertalian erat, dengan agenda pekerjaan yang layak dari ILO.
Kemiskinan Menurut perkiraan PBB, lebih dari 1 miliar orang di dunia hidup dalam kemiskinan, terutama di negara-negara berkembang dan khususnya di daerah-daeah pedesaan. Tingkat migrasi dari desa ke kota di negara-negara berkembang turut menambah tingkat kemiskinan tersebut. Kemiskinan ini berkaitan dengan
kurangnya akses atas sumber-sumber daya, termasuk tanah, ketrampilan, pengetahuan, modal dan koneksi-koneksi sosial. Tanpa sumber-sumber data tersebut, orang hanya memiliki akses yang terbatas atas lembaga-lembaga, pasar-pasar, serta layanan-layanan publik. Kaum muda merupakan kelompok yang khususnya rentan terhadap kemiskinan. Tingkat kerentanan ini semakin meningkat di negara-negara berkembang. Tapi, kemiskinan tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang. Kemiskinan juga ditemukan di negara-negara maju, khususnya terhadap anak-anak dan kaum muda (informasi tentang tindakan-tindakan ILO untuk mengurangi kemiskinan dapat dilihat di www. ilo.org)
Buta huruf UNESCO memperkirakan sekitar 96 juta perempuan muda dan 57 juta laki-laki muda buta huruf. Mayoritas dari mereka hidup di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan, diluar kemajuan dalam pendidikan dasar umum di banyak wilayah, akses terhadap pendidikan yang masih terbatas di beberapa negara dan hanya dinikmati sejumlah kelompok saja. Fenomena ini juga menggambarkan buruknya kualitas dan relevansi pendidikan dasar di banyak negara. Tingkat buta huruf tertinggi berada di Afrika bagian Utara, sub-sahara Afrika dan Asia Tengah dan Selatan, dengan tingkat perbedaan jender yang signifikan: jumlah perempuan yang buta huruf lebih besar ketimbang laki-laki. Perbedaan paling menyolok terjadi di Afrika bagian Utara, dimana jumlah perempuan yang buta huruf dua kali lebih besar (40 persen perempuan, 20 persen laki-laki). Tingkat buta huruf dari kaum muda di daerahdaerah pedesaan lebih tinggi daripada di perkotaan. Tingkat buta huruf dapat diabaikan di negara-negara maju, dimana pendidikan dasar sudah umum dan diwajibkan. Mengurangi buta huruf dan meningkatkan jangkauan serta kualitas dari pendidikan dasar merupakan instrumen-instrumen penting dalam mengurangi ketidaksetaraan dalam jumlah dan distribusi penghasilan serta dalam meningkatkan produktifitas dan penghasilan kaum miskin. Instrumen-instrumen tersebut juga meningkatkan akses pada pelatihan yang kemudian membuka jalan bagi pekerjaan dan penghasilan yang lebih baik.
HIV/AIDS Menurut UNAIDS, sampai akhir 2002 dari 42 juta orang yang terinfeksi HIV/AIDS. Dari jumlah tersebut, 11,8 juta diantaranya berusia 15-24 tahun dengan komposisi 7,3 juta perempuan dan 4,5 juta laki-laki. Di Asia dan Pasifik, termasuk Indonesia, saat ini terdapat 1,840,000 kaum muda yang hidup dengan HIV/AIDS. Sementara di Indonesia, saat ini terdapat sekitar 90,000 sampai 130,000 orang berusia antara 15-49 tahun hidup dengan HIV/AIDS, di mana 75% adalah laki-laki dan 25% perempuan.
9
10
Diperkirakan sekitar 6.000 kaum muda di seluruh dunia terserang virus ini setiap harinya. Mayoritas dari mereka umumnya terinfeksi melalui hubungan seks tidak aman dan penggunaan narkoba jarum suntik. Sedikitnya 50 persen kaum muda terinfeksi pasca kelahiran. Angka ini bahkan mencapai 60 persen di sejumlah negara. Epidemi ini lebih terkonsentrasi di negara-negara berkembang dengan perempuan muda menjadi kelompok yang paling rentan karena alasan biologis dan sosio ekonomis. Suatu studi masyarakat yang baru-baru ini dilaksanakan oleh UNAIDS di Afrika Timur menunjukkan bahwa 1 dari 4 gadis berusia antara 15-19 tahun mengidap HIV positif, dibandingkan dengan 1 dari 25 anak laki-laki dari kelompok umur yang sama. AIDS pun mempengaruhi ekonomi nasional. Biaya untuk mengobati seseorang yang terinfeksi HIV/AIDS melebihi GDP per kapita di sejumlah negara. AIDS juga melemahkan ekonomi secara tidak langsung. Sumber-sumber daya yang dialokasikan untuk memerangi AIDS turut menurunkan investasi dalam bidang pendidikan dan perawatan kesehatan, yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi masa depan. Dengan memperpendek usia hidup, AIDS pun menurunkan kembalinya investasi publik dalam kesehatan dan pendidikan. AIDS khususnya menghancurkan pertumbuhan ekonomi karena virus ini menyerang populasi usia kerja dan melahirkan ancaman gelombang baru berupa anak-anak yatim piatu dan tenaga kerja anak. Dari total jumlah penderita HIV/AIDS, lebih dari 50 persen (sekitar 25 juta orang) merupakan angkatan kerja produktif (informasi tentang tindakan-tindakan ILO dalam menanggulangi AIDS dapat ditemukan pada www.ilo.org/aids).
Tantangan-tantangan pasar tenaga kkerja erja Sebagian besar kaum muda menganggur ILO memperkirakan, lebih dari 70 juta kaum muda di seluruh dunia menganggur, dengan sekitar 80 persen berusia antara 15 hingga 24 tahun. Sementara jumlah pengangguran muda di Indonesia, menurut Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, pada 2002 mencapai sekitar 6,1 juta. Jumlah tersebut mencapai 76 persen dari total angka pengangguran. Tingkat pengangguran kaum muda mencapai 15% di daerah perkotaan dan 25 % di perkotaan. Di negara-negara yang majemuk seperti Kolombia, Mesir, Italia dan Jamaika, lebih dari 1 diantara 3 kaum muda yang digolongkan sebagai “pengangguran” mengakui tidak memiliki pekerjaan, sedang mencari pekerjaan dan/atau siap untuk bekerja. Wilayah yang paling terpengaruh adalah Eropa bagian Selatan (Yunani, Italia, Spanyol), Eropa bagian Timur (khususnya Bulgaria, Latvia, bekas Republik Yugoslavia, Makedonia dan Polandia) dan di Karibia (termasuk Jamaika, Trinidad dan Tobago). Namun, tingkat pengangguran kaum muda tidak selalu tinggi. Di Austria, Jepang, Meksiko, Singapura, Korea Selatan, dan Republik Persatuan Tanzania, kurang dari 1 diantara 12 pekerja muda adalah pengangguran, serta perbedaan antara jumlah kaum muda dengan dewasa relatif rendah (data negara sekitar tahun 1997 atau sebelumnya).
Beban yang lebih besar bagi remaja Di banyak negara, para remaja mengalami tingkat pengangguran yang lebih tinggi ketimbang rekan-rekan mereka di usia awal 20-an. Namun, perbedaan itu terbilang kecil di negara-negara seperti India dan Indonesia, dan terbilang sedang di negaranegara maju. Di Prancis dan Jerman, dimana tingkat pengangguran remaja lebih rendah ketimbang dewasa muda, program-program bursa kerja dan magang telah mengurangi tingkat pengangguran remaja.
Beban yang lebih besar bagi perempuan muda Di banyak negara berkembang, seperti halnya di negara-negara maju seperti Prancis, perempuan muda lebih banyak menganggur daripada laki-laki muda. Namun, di negara-negara lain seperti Hungaria, India, Indonesia, beberapa negara Amerika Latin dan mayoritas negara-negara maju, perbedaan jender terbilang kecil atau dapat diabaikan. Walau demikian, diskriminasi dalam akses atas kesempatan pendidikan dan kesempatan kerja lebih terlihat Tingkat pengangguran perempuan muda umumnya lebih tinggi daripada laki-laki muda. Di banyak negara, anak-anak perempuan berprestasi lebih tinggi ketimbang anak-anak laki di sekolah. Namun,
Aspirasi pekerja muda di sektor informal “Untuk banyak diantara kami, pekerjaan ini hanya cara untuk bertahan hidup. Saya bekerja sampai tengah malam dan tidur di kios kecil saya. Ini hidup yang keras…,” Roger, penjual roti, Kongo “Upah saya dihitung dari berapa potong yang saya selesaikan dan saya harus bekerja 16 jam sehari, 6 hari seminggu,” Preda, penjahit di “row house”, Thailand. Sumber: Living on the Edge, (Pekerja Kristen Muda Internasional), 1999
11
12
Tingkat pengangguran kaum muda per negara lebih dari 40 persen 30-39.9 persen 20-29.9 persen 10-19.9 persen kurang dari 10 persen.
13
14
tidak berarti anak-anak perempuan lebih sukses dalam bursa kerja. Hal ini disebabkan banyak anak perempuan masih terkonsentrasi di bidang studi tradisional, yang seringkali tidak berkaitan dengan kebutuhan bursa kerja yang berkembang pesat. Di beberapa negara, seperti Prancis, Jamaika, Jepang, dimana anak perempuan memiliki akses yang seimbang terhadap pendidikan, sebagian dari mereka masih menjadi target diskriminasi jender baik yang disengaja maupun tidak. Di sejumlah negara, seperti Ghana, India dan Kenya, akses anak perempuan atas pendidikan dan pelatihan dibatasi sehingga sebagian besar dari mereka terpaksa masuk ke dalam sektor informal dan kegiatan-kegiatan berorientasi mata pencaharian. Sementara itu, di negara-negara lainnya, ketidak-aktifan sektor ekonomi juga dibebankan kepada perempuan muda.
Setengah pengangguran: problem yang berk embang berkembang Pengangguran hanya merupakan salah satu dimensi dari masalah pekerjaan yang dihadapi kaum muda. Mayoritas kaum muda di banyak negara merupakan setengah pengangguran, sebagian hanya bekerja beberapa jam dari yang mereka inginkan dan sebagian lainnya bekerja dengan jam kerja panjang dengan imbalan sedikit. Sebagian kaum muda dapat bekerja paruh waktu, contohnya, di Prancis (khususnya perempuan muda) dan Indonesia, atau bekerja musiman seperti terjadi di negara-negara pertanian di Asia Selatan dan sub-Sahara Afrika. Setengah pengangguran juga terbilang tinggi diantara kaum muda yang bekerja di unit-unit produksi rumah tangga di daerah pedesaan dan sektor informal di perkotaan. Di negara-negara yang lebih miskin, dimana sumber-sumber publik atau keluarga hanya menyediakan penghasilan yang kecil, kaum muda penganggur seringkali tidak dapat menikmati “kemewahan” dengan tetap menganggur. Mereka menjalani kehidupan dengan produktivitas kerja rendah, di sektor informal seperti melakukan kerja lepas. Yang menjadi permasalahan adalah dalam hal ini adalah jam kerja yang panjang dengan upah yang rendah. Stagnasi yang meluas dan menurunnya kesempatan kerja di sektor-sektor formal di banyak negara berkembang semakin memperburuk masalah ini dengan para perempuan muda sebagai pemikul beban terbesar. Sebab-sebab pengangguran dan setengah pengangguran kaum muda acapkali dikaitkan dengan beberapa faktor termasuk permintaan yang terpisah, upah kaum muda, peraturan pasar kerja, hukum-hukum perlindungan pekerja, besarnya angkatan kerja kaum muda, dan kemampuan kerja kaum muda. Kemampuan kerja merujuk pada jenis-jenis ketrampilan dan hal-hal yang dapat memfasilitasi masuk ke bursa kerja. Ini termasuk tingkat dan kualitas pendidikan dan pelatihan individual, pengalaman kerja yang relevan, dan memiliki ketrampilanketrampilan yang “generik”, seperti ketrampilan interpersonal dan komunikasi. Pengaruh dari faktor-faktor ini cenderung bervariasi di negara-negara dan konteks perkembangan yang berbeda.
Sebab-s ebab pengangg u ran dan s etengah pengangg u ran di kalangan kaum muda ! Pengaruh yang paling kuat terhadap pekerja muda adalah situasi ketenagakerjaan nasional secara keseluruhan. Di beberapa negara, pekerja muda tidak hanya merasakan efek buruk yang dirasakan semua pekerja ketika permintaan tenaga kerja berkurang, tapi mereka pun yang paling terpengaruh. Contohnya, di banyak negara, para peneliti menemukan bahwa tiap penambahan 1 persen terhadap tingkat pengangguran dewasa cenderung diikuti penambahan 2 persen untuk tingkat pengangguran kaum muda. Hal ini timbul karena berbagai sebab: semakin sulitnya memasuki pasar tenaga kerja karena kaum muda lebih sulit mencari pekerjaan ketimbang orang dewasa; hambatan institusional atas tingkat upah kaum muda yang mengurangi tingkat upah orang dewasa; dan lebih mudah serta lebih rendah biaya bagi pengusaha untuk memecat pekerja muda daripada pekerja dewasa akibat hukum perlindungan pekerja. Oleh karena itu, di negara-negara dimana permintaan tenaga kerja tidak mencukupi, tingkat pengangguran kaum muda cenderung lebih tinggi daripada orang dewasa. ! Namun, hanya permintaan tenaga kerja keseluruhan saja tidak dapat menjelaskan masalah pengangguran kaum muda. Hadirnya pengangguran kaum muda dalam jumlah besar di negara-negara dengan ekonomi yang sedang pada puncaknya (seperti kasus baru-baru ini di Inggris dan AS) menandakan adanya masalah struktural yang tidak bisa diatasi dengan sebuah perluasan ekonomi umum. Persamaannya, di beberapa negara dimana institusi-institusi nasional mencoba untuk mempertahankan keseimbangan kaum muda dengan orang dewasa dalam pekerjaan, bahkan cenderung beberapa kali lipat, memiliki tingkat pengangguran kaum muda yang rendah. ! Penjelasan lain yang diajukan adalah besarnya jumlah kaum muda. Semakin besar jumlah kaum muda dalam pasar tenaga kerja, semakin besar jumlah pekerjaan yang dibutuhkan untuk menampung mereka. Studi-studi telah memperlihatkan bahwa walaupun jumlah kaum muda mempengaruhi pengangguran kaum muda, kondisi-kondisi keseluruhan pasar tenaga kerja memiliki efek yang lebih kuat. Di negara-negara OECD diperkirakan bahwa setiap penambahan 10% dalam populasi orang muda hanya akan meningkatkan pengangguran kaum muda sebanyak 5%. Pertumbuhan ekonomi
Ketrampilan Memperoleh Pekerjaan Sebagai tambahan dari keterampilanketerampilan tingkat tinggi, para pencari kerja juga memerlukan keterampilan generik. Kenyataannya, keterampilan generik sama pentingnya dengan keahlian teknis. Berikut daftar ketrampilan kerja yang dicari pengusaha-pengusaha Kanada menurut Conference Board of Canada (Dewan Konferensi Kanada): !
Ketrampilan akademis: kemampuan untuk berkomunikasi, memecahkan masalah dalam pekerjaan, keinginan dan kemampuan untuk terus belajar melalui kehidupan kerja seseorang.
!
Ketrampilan personal manajemen: suatu sikap positif untuk bekerja dengan pengusaha dan orang-orang di tempat kerja dan kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan kerja dan situasi baru.
!
Ketrampilan kerja tim: kemampuan bekerja dengan orang-orang dari latar belakang dan pemikiran yang sangat berbeda; merencanakan dan membuat keputusan dengan orang-orang lain untuk mencapai hasil; dan bekerja tanpa deskripsi pekerjaan yang jelas.
15
16
yang berkesinambungan secara signifikan berperan untuk mempertahankan dan mengurangi pengangguran kaum muda di negara-negara berkembang, dengan asumsi kaum muda mempunyai kemampuan dan ketrampilan yang dibutuhkan dalam bursa kerja. ! Upah relatif terkadang dianggap menjadi sebab tingginya pengangguran kaum muda. Dalam situasi dimana tingkat upah kaum muda hampir sama dengan orang dewasa dalam suatu pekerjaan, diasumsikan bahwa pengusaha umumnya akan memilih orang dewasa, karena orang dewasa lebih dapat memenuhi atau melampaui syarat kerja yang dibutuhkan ketimbang kaum muda. Namun, jika kaum muda dan dewasa saling melengkapi di tempat kerja, merefleksikan, misalnya, kebutuhan atas ketrampilan yang berbeda, maka argumen tersebut tidak berlaku lagi. Di banyak negara OECD, tingkat upah relatif kaum muda menurun selama tahun 1990an, sementara tingkat pengangguran kaum muda meningkat. Hal ini menandakan, kebijakan-kebijakan yang mencoba mengurangi upah kaum muda sebagai upaya menekan pengangguran kaum muda menjadi tidak efektif. ! Sering diperdebatkan bahwa peraturan-peraturan pasar tenaga kerja meningkatkan pengangguran kaum muda dengan membuat tenaga kerja muda menjadi terlalu mahal. Kebijakan-kebijakan yang telah disahkan mencakup pengurangan proteksi lapangan kerja bagi kaum muda. Namun, peningkatan penerapan kontrak kerja tetap bagi kaum muda—yang seringkali berada di luar jalur hukum tenaga kerja—berdampak kecil terhadap peningkatan porsi kaum muda memperoleh pekerjaan yang stabil. Prancis menjadi contoh yang baik, dimana kontrak tetap umumnya hanya memindahkan pengangguran kaum muda dalam jangka panjang ke jangka pendek. ! Argumentasi lain yang diajukan adalah karena kaum muda kurang berpengalaman dibandingkan orang dewasa, kaum muda perlu menghabiskan waktu lebih banyak dalam mencari dan menemukan pekerjaan dan sebab itu, terjadi tingkat pengangguran kaum muda yang lebih tinggi. Di negara-negara berkembang tanpa jaminan dalam pekerjaan dan standar hidup yang rendah, para pencari kerja muda tidak mampu menghadapi proses pencarian kerja yang panjang kecuali mereka mempunyai dukungan finansial. Akibatnya mereka lebih memilih melakukan pekerjaan dengan produktifitas rendah di sektor informal. Karenanya, kebutuhan akan waktu yang panjang dalam mencari pekerjaan tidak dapat menjelaskan tingkat perbedaan absolut
17
yang tinggi dari pengangguran antara kaum muda dan dewasa yang terjadi di negara-negara seperti Kolombia, Mesir, Jamaika, Namibia dan Zimbabwe. ! Tingkat pendidikan tidak sepenuhnya berperan terhadap perbedaan tingkat pengangguran diantara kaum muda dan orang dewasa. Dampak dari tingkat pendidikan terhadap pengangguran kaum muda bervariasi. Di banyak negara maju, kaum muda yang meninggalkan sekolah lebih awal sulit memperoleh pekerjaan di awal-awal kehidupan bekerja mereka. Namun, pesatnya pendaftaran sekolah di beberapa negara belakangan ini telah mengurangi kemudahan mereka yang berpendidikan tinggi mendapatkan pekerjaan, seperti banyak tercatat di Italia dan Spanyol. Di beberapa negara berkembang seperti Indonesia, Jordania, dan Thailand, tingkat pengangguran bagi mereka yang berpendidikan tinggi bahkan jauh lebih besar ketimbang yang berpendidikan rendah. Tapi, pola seperti ini tidak berlaku di negaranegara seperti Paraguay. Di Indonesia, lulusan sekolah dasar yang lebih dapat menerima jenis pekerjaan berkualitas rendah memiliki tingkat pengangguran yang lebih rendah pula dibandingkan lulusan pendidikan menengah dan tinggi yang memiliki tuntutan lebih banyak tanpa didukung ketrampilan yang sesuai dengan permintaan bursa kerja. Meski demikian, kualitas dan kesesuaian dari pendidikan dan pelatihan mempengaruhi kesempatan kerja kaum muda. Menumbuhkan budaya wirausaha diantara kaum muda ILO telah mengembangkan suatu paket latihan, Know About Business (Mengetahui Tentang Bisnis), suatu paket ekstensif untuk menumbuhkan kesadaran wirausaha bagi peserta-peserta muda di institusi-institusi luar sekolah dan teknis. Tujuan dari paket latihan ini adalah mendorong kaum muda untuk memilih wirausaha atau bekerja sendiri sebagai pilihan karir. Pelatihan ini memberikan pengetahuan mengenai hal-hal yang dibutuhkan dan tantangan-tantangan yang dihadapi dalam memulai dan menjalankan bisnis yang sukses. Paket latihan ini telah digunakan di berbagai institusi-institusi luar sekolah dan teknis di Afrika, Asia dan Pasifik, Eropa Timur dan Amerika Latin dan Karibia. Sumber: Start and Improve Business: Practical Management for Small Business, ILO.
18
! Diskriminasi juga menyebabkan pengangguran, setengah pengangguran, dan ketidakaktifan. Kaum muda yang secara sosial paling tidak beruntung umumnya mengalami lebih banyak masalah dalam mendapatkan pekerjaan. Mereka cenderung kurang memperoleh pendidikan dasar yang baik dan seringkali mengalami diskriminasi berdasarkan faktor-faktor seperti kelas sosial, etnis keturunan, jender dan kecacatan. Sebagai contoh, data dari Jepang, Swedia, Inggris, dan Amerika Serikat menunjukkan tingkat pengangguran diatas rata-rata terhadap etnis minoritas. Kaum muda yang miskin bahkan cenderung menganggur dan tidak aktif. Di beberapa negara maju, jumlah pengangguran muda yang meningkat didalam rumah tangga yang anggotanya tidak ada yang bekerja. Hal ini menjadi perhatian serius para pembuat kebijakan. ! Konsekuensi-konsekuensi personal dan sosial yang luar biasa dari pengangguran, setengah pengangguran, dan ketidakaktifan kaum muda. Pengangguran di usia muda dapat menghancurkan kemampuan bekerja kaum muda, karena pola sifat dan tingkah laku yang terbentuk di usia-usia awal akan terbawa terus. Terkucilnya mereka dari memperoleh pengalaman kerja dan kurangnya akses mendapat latihan berkesinambungan turut meningkatkan kesulitan mereka dalam memperoleh pekerjaan. Kaum muda yang berkesempatan melakukan peran-peran produktif dalam dunia kerja orang dewasa dapat menurunkan moral mereka dan merenggangkan koneksi sosial, menimbulkan problem-problem sosial seperti kejahatan, penyalahgunaan obat, dan kekerasan. Tingkat pengangguran yang tinggi juga dapat membawa keterasingan dari proses politik demokratis, yang akan meningkatkan kerusuhan sosial dan konflik di banyak negara. Kebijakan-kebijakan pendidikan dan latihan yang efektif bagi kaum muda dengan didukung program-program dan kebijakankebijakan makroekonomi yang sesuai untuk mendorong permintaan tenaga kerja merupakan prioritas utama bagi semua negara.
P ek erjaan yang layak bagi kaum muda: ekerjaan pesan-pesan pokok Pertumbuhan k erja yang efektif harus ditingk atk an kerja ditingkatk atkan Kebijakan yang efektif untuk meningkatkan pekerja muda harus menjadi bagian dari strategi menyeluruh dari ketersediaan lapangan kerja melalui pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan yang intensif. Pekerja muda dan pengangguran sangat terpengaruh tingkat pertumbuhan ekonomi, sementara akibat-akibat dari permintaan pasar tenaga kerja yang rendah merupakan masalah utama bagi kaum muda yang putus sekolah. Karenanya, penting untuk mengadopsi kebijakan makroekonomi yang baik yang mempromosikan pertumbuhan kerja menyeluruh sebagai sebuah dasar untuk mengatasi masalah pekerjaan bagi kaum muda.
Kebijak an-k ebijak an pendidik an, pasar tenaga Kebijakan-k an-kebijak ebijakan pendidikan, kerja, dan sosial yang baik juga diperluk an diperlukan ! Sistem pendidikan adalah krusial. Mengembangkan kemampuan kerja kaum muda merupakan sebuah topik kebijakan kunci untuk menjamin suksesnya transisi mereka ke pasar tenaga kerja dan akses mereka pada pekerjaan yang berorientasi karir. Kaum muda perlu memiliki ketrampilan, pengalaman, dan sikap yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan pekerjaan dan mengatasi perubahan-perubahan pasar tenaga kerja yang tidak terduga di sepanjang kehidupan pekerjaan mereka. Sistem pendidikan memainkan peranan krusial dalam mempersiapkan kaum muda untuk memasuki pasar tenaga kerja. Namun, menyelesaikan sekolah menengah ke atas belumlah memadai untuk dapat masuk ke pasar tenaga kerja. Di sejumlah negara, lulusan sekolah menengah tetap dapat menjadi pengangguran. Kebijakan harus terfokus pada upaya menjamin kaum muda agar layak dipekerjakan, baik ketika mereka pertama kali masuk ke pasar tenaga kerja dan selanjutnya. ! Pengalaman kerja ketika menjalani pendidikan harus didorong. Mengaitkan pekerjaan paruh waktu dengan studi di dalam kelas dapat pula meningkatkan motivasi dan kemajuan pendidikan para siswa, sekaligus memperoleh pengalaman kerja yang berharga. Meskipun kombinasi kerja/sekolah dapat mempunyai dampak positif terhadap suksesnya integrasi kaum muda ke dalam pekerjaan, mereka harus diawasi secara ketat untuk menjamin jumlah jam kerja yang tidak berlebihan. Metode-metode untuk memperoleh pengalaman yang positif ini meliputi dari magang sampai pekerjaan jangka pendek dalam perusahaan-perusahaan saat bersekolah.
Memperluas kesempatankesempatan dalam sektor ICT Teknologi informasi dan komunikasi membuka prospek karir baru yang menarik bagi kaum muda, baik sebagai karyawan maupun sebagai pengusaha. Di beberapa negara, kaum muda sudah mendirikan ribuan perusahaan baru yang terpusat pada teknologi-teknologi seperti telepon tanpa kabel dan internet. Di negaranegara berkembang, ahli-ahli industri mengindikasikan tersedianya beragam pekerjaan di bidang e-bisnis, termasuk Java Programming dan Web Hosting, serta Business Support Services. Di negara-negara berkembang, teknologiteknologi baru ini menawarkan peluangpeluang yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan. Untuk merealisasikan peluang-peluang tersebut, negara perlu, diantaranya, memperluas investasi infrastruktur yang diperlukan untuk menggunakan ICT dan investasi di bidang pendidikan serta pelatihan bagi kaum muda. Bentuk-bentuk investasi tersebut harus diterapkan, baik dalam sektor publik dan swasta, dengan mengoptimalkan jaringanjaringan kolaborasi lokal, nasional dan internasional.
19
20 Pengusaha dan serikat pekerja merupakan mitra kunci Para pengusaha dan serikat pekerja mempunyai peranan yang krusial di semua tingkatan pembuatan kebijakan atau pengambilan tindakan untuk menciptakan lapangan kerja bagi kaum muda atau untuk memfasilitasi transisi mereka dari pendidikan dan pelatihan dasar ke dunia kerja.
! Masalah putus sekolah harus ditangani. Walaupun banyak negara berupaya untuk meningkatkan kemampuan kerja kaum muda melalui sistem pendidikan, sejumlah kaum muda tetap meninggalkan sekolah dengan ketrampilan yang sangat terbatas. Penelitian memperlihatkan bahwa pendidikan, pelatihan, dan pekerjaan seringkali bersifat sistematis: putus sekolah dini dan resiko-resiko lain seringkali terjadi pada kaum muda dari etnis, kelompok sosial dan regional tertentu. Kaum muda dari golongan ini harus menjadi perhatian pembuat kebijakan, karena mereka umumnya rentan mengulangi rantai pengangguran, pengangguran jangka panjang, melakukan kerja lepas dan terlibat dalam pekerjaan berupah rendah. Kebijakan harus diprioritaskan pada upaya mencegah kaum muda meninggalkan sekolah atau mendorong mereka yang putus sekolah dini untuk kembali menjalani pendidikan dan pelatihan. Program-program multidimensi yang menggabungkan program pengulangan pendidikan dan pelatihan hingga pengalaman kerja dan dukungan untuk kembali ke pendidikan formal dan berbagai jenis subsidi upah telah banyak diadopsi di beberapa negara. ! Pendidikan dan pelatihan luar sekolah harus sesuai dengan kebutuhan bursa kerja. Banyak negara semakin menaruh perhatian pada bagaimana pendidikan dan pelatihan dasar dapat mengimbangi perubahan persyaratan dalam pasar tenaga kerja sejalan dengan perubahan inovasi teknologi, restrukturisasi dan kompetisi yang lebih tajam. Pada gilirannya, negara-negara yang memiliki tradisi pendidikan dan latihan luar sekolah yang kuat telah berupaya menyesuaikan kurikulum pendidikan. Mereka lebih menekankan pada perancangan atau perancangan ulang profil ketrampilan-ketrampilan baru dan pada upaya memperbarui kurikulum dan persyaratan yang lebih cepat dan fleksibel. Di negara-negara dengan sektor pendidikan luar sekolah yang kurang berkembang, berbagai usaha telah dilakukan untuk menciptakan keterkaitan antara pendidikan dan pekerjaan melalui pengembangan kerangka kualifikasi baku. Hal-hal ini diarahkan pada penyediaan informasi dan struktur insentif yang diperlukan untuk mendorong kemajuan dan kelanjutan belajar siswa. Suatu sistem berstandar nasional turut membantu para pengusaha dalam menginforkasikan penyedia latihan dan calon tenaga kerja tentang ketrampilan yang dibutuhkan mereka dan dalam mengevaluasi tingkat ketrampilan para pelamar kerja. ! Kesempatan latihan bagi para perempuan muda harus diperluas. Para perempuan muda, terutama di negara-negara berkembang, seringkali tidak dapat mengambil manfaat dari peluang mendapatkan pelatihan karena hambatan dalam mengikuti pelatihan, diskriminasi dalam seleksi dan prasangka jender. Prasangka kerap ditemukan dalam bimbingan dan penyuluhan luar sekolah dari staf sekolah atau jasa penempatan kerja yang mendorong para perempuan muda tidak mengambil program-program latihan yang dapat memberi mereka penghasilan tinggi dan status jangka panjang.
21
Di banyak negara, contohnya, para perempuan muda didorong untuk berlatih dalam bidang pekerjaan yang berkaitan dengan rumah tangga, seperti menyiapkan makanan dan membuat pakaian, sedangkan laki-laki muda didorong untuk menekuni pelatihan dan pekerjaan berketrampilan tinggi dan berteknologi modern. Sebagai akibatnya, banyak perempuan muda hanya memiliki ketrampilan rendah, upah rendah dan prospek kecil untuk maju. Perbaikan akses akan membantu kemampuan kerja para perempuan muda. Hal ini harus dilengkapi dengan bimbingan luar sekolah yang lebih cocok dengan kemampuan dan kebutuhan mereka, seperti juga dengan penyuluhan yang sensitif terhadap jender dan jasa penempatan kerja yang memungkinkan para perempuan muda mengembangkan potensi mereka. ! Tetapi latihan harus merupakan bagian dari paket yang terintegrasi. Hasil evaluasi dari program-program pelatihan menunjukkan bahwa hanya sedikit dari program-program tersebut yang berhasil meningkatkan penghasilan dan kesempatan kerja bagi kaum muda yang menganggur. Hal ini tidak mengherankan. Ketrampilan-ketrampilan yang rendah hanya salah satu dari sekian faktor yang menimbulkan pengangguran kaum muda. Oleh sebab itu, kebijakan-kebijakan pasar tenaga kerja bagi pekerja-pekerja muda harus menerapkan pelatihan sebagai paket yang terintegrasi dan terfokus. Programprogram terfokus yang menggabungkan pengalaman kerja dengan pelatihan dalam kelas serta pencarian kerja dengan penyuluhan karir dapat pula bermanfaat bagi penganggur muda dalam mempelajari ketrampilan sosial dan kebiasaan kerja yang diperlukan untuk mendapat pekerjaan yang layak. Programprogram seperti itu terutama efektif di negara-negara dengan ekonomi dimana terdapat permintaan untuk pekerja dengan ketrampilan rendah dan menengah dan pertumbuhan ekonomi relatif tinggi. Situasi inilah yang ada dalam tahuntahun terakhir di sejumlah negara-negara industri di Asia dan Amerika Latin. ! Diperlukan kebijakan-kebijakan untuk memperkuat permintaan terhadap tenaga kerja muda. Institusi-institusi penentu upah, undang-undang perlindungan tenaga kerja, peraturan-peraturan kontrak jangka panjang dan karakteristik sistem pajak dan jaminan sering dipandang sebagai hal-hal yang mempengaruhi kaum muda memasuki pasar tenaga kerja. Meskipun kebijakankebijakan pendidikan dan pelatihan harus dilihat sebagai pijakan dari strategi yang efektif dalam meningkatkan prospek pasar tenaga kerja muda, sebuah kerangka kebijakan yang komprehensif harus menaruh perhatian pada pengaturan pasar dan institusi tenaga kerja, serta dampaknya pada prospek pekerjaan dan pendapatan. Lebih lanjut, peluang-peluang kerja dapat diciptakan khususnya bagi kaum muda di sektor publik atau nonprofit atau keuangan dan dukungandukungan lain yang dapat mendorong kewirausahaan kaum muda. ! Dapatkah kewirausahaan membantu kaum muda? Meskipun kewirausahaan bukan jawaban sebenarnya untuk mengatasi pengangguran kaum muda,
Investasi-investasi masa depan Kurangnya aset dan modal merupakan hambatan besar bagi kaum muda untuk mendirikan perusahaan kecil atau berwirausaha. Peningkatan akses terhadap micro-finance dapat membantu kaum muda yang antusiasme dan memiliki ide-ide inovatif untuk memulai dan mengembangkan perusahaan-perusahaan kecil. Salah satu contoh dari organisasi yang menyediakan micro-finance bagi kaum muda tanpa koneksi untuk “mendirikan dan mengembangkan bisnis mereka sendiri” adalah Bharatiya Yuva Shanti Trust (BYST) di New Delhi. Didirikan tahun 1991 dan berafiliasi dengan Prince of Wales Youth Business Trust, BYST menyediakan paket bantuan menyeluruh bagi kaum muda termasuk, kredit mikro di beberapa tempat di India. The Youth and Micro Finance Programme dikoordinasikan oleh Unit Keuangan Sosial ILO, yang bertujuan mengidentifikasikan berbagai hambatan dan peluang bagi kaum muda untuk menciptakan lapangan kerja melalui bentuk lain dari micro finance, mikro-kredit dan pelayanan finansial.
24
kewirausahaan dapat membantu dalam mengurangi pengangguran dan meningkatkan kemampuan kerja kaum muda. Program-program kewirausahaan kaum muda yang efektif harus menjadi elemen-elemen kunci dalam menciptakan dan mempertahankan perusahaan-perusahaan baru yang sehat, termasuk dana yang cukup, latihan-latihan ketrampilan, dukungan untuk ekspansi bisnis, menciptakan dukungan jaringan, penyuluhan bisnis dan bantuan mentor. Pengangguran kaum muda sering terkonsentrasi dalam daerahdaerah yang sangat terpencil secara geografis. Program-program kewirausahaan kaum muda dapat menawarkan keuntungan sosial dalam rangka mengurangi pengangguran kaum muda dan dapat berdampak positif bagi perkembangan ekonomi daerah tersebut. Suatu pendekatan kedaerahan untuk kewirausahaan kaum muda telah mendapat perhatian khusus dari pembuat kebijakan.
Menjembatani kesenjangan informasi Kaum muda menghadapi pilihan-pilihan sulit dalam menentukan pilihan bidang studi dan jenis karir. Informasi tentang penawaran dan permintaan atas ketrampilan akan membantu mereka dalam mengambil keputusan mengenai transisi dari studi menengah ke menengah atas, pelatihan atau dunia kerja dan untuk memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang berkembang dalam pasar tenaga kerja. Tapi kaum muda di banyak negara sulit mendapatkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Yang menyedihkan, penelitian di beberapa negara menunjukkan bahwa sebagian besar informasi yang tersedia bagi mereka justru tidak terlalu berguna. Salah satu jenis informasi yang biasanya hilang adalah keterkaitan antara pendidikan dan kebutuhan pasar tenaga kerja. Kesenjangan informasi ini perlu dijembatani dengan mengembangkan sistem yang lebih baik, serta dengan mengirimkan informasi kepada kaum muda melalui dokumen-dokumen tertulis, penyuluhan sekolah, lokakarya jenjang karir, dan internet.
! Informasi pasar tenaga kerja dan bimbingan luar sekolah harus ditingkatkan. Baik informasi pasar tenaga kerja (LMI) dan bimbingan luar sekolah memainkan peranan penting, tanpa mengabaikan tingkat perkembangan suatu negara. Peningkatan pengetahuan tentang peluang-peluang pasar tenaga kerja—jenis dan lokasi, upah dan kondisi kerja, serta kesempatan dan dukungan dalam menggunakan informasi—adalah vital dalam meningkatkan operasi pasar tenaga kerja. LMI dan bimbingan luar sekolah penting bagi kaum muda yang pengetahuan dan jangkauannya terhadap dunia kerja terbatas. Pemanfaatan LMI melalui bimbingan konselor ahli dapat membantu meningkatkan kualitas dan kuantitas pekerjaan yang sesuai antara pengusaha dan pencari kerja, mengurangi tingkat dan lamanya pengangguran, dan secara umum meningkatkan efisiensi dari operasi pasar tenaga kerja. ! Kemitraan adalah kunci utama dalam mempromosikan lapangan kerja bagi kaum muda. Intervensi dari mitra-mitra sosial, LSM-LSM dan masyarakat dalam pendalaman dan penerapan kebijakan-kebijakan lapangan kerja bagi kaum muda merupakan hal penting bagi perbaikan situasi ketenagakerjaan bagi kaum muda. Penelitian memperlihatkan bahwa efektifitas dari kebijakan lapangan kerja bagi kaum muda tercapai ketika mitra-mitra sosial terlibat dalam perancangan dan penerapan program-program kebijakan. Para pengusaha dan serikat pekerja dapat membantu mengidentifikasi bentukbentuk pelatihan dan program ketenagakerjaan yang sesuai bagi pencari kerja. Hal ini artinya, organisasi-organisasi tersebut merupakan mitra utama dalam menjalankan keseluruhan proses dan, karenanya, memiliki komitmen untuk mensukseskan program tersebut. Dunia bisnis mempunyai peran khusus baik sebagai mesin globalisasi maupun pencipta bagi peluang kerja. Jenis lain dari kemitraan, seperti antara otoritas publik, sektor swasta, institusi pendidikan dan masyarakat sipil juga signifikan. Kaum muda sendiri pun harus dilihat sebagai mitra aktif dalam perancangan dan penerapan kebijakan-kebijakan dan program-program dan tidak sekadar sebagai penerima yang pasif.
K onvensi-konvensi dan Rekomendasi-r ekomendasi ILO yang signifikan bagi lapangan k erja bagi kaum muda Konvensi-k onvensi Mendasar: Konvensi-konvensi ! Konvensi Kebebasan Berserikat dan Perlindungan terhadap Hak Berorganisasi, 1948 (NO. 87) ! Konvensi Hak untuk Berorganisasi dan Perundingan Bersama, 1949 (No. 98) ! Konvensi Kerja Paksa, 1930 (No. 29) ! Konvensi Penghapusan Kerja Paksa, 1957 (No. 105) ! Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan, 1958 (No. 111) ! Konvensi Kesetaraan Pendapatan, 1951 (No. 100) ! Konvensi Usia Minimum, 1973 (No. 138) ! Konvensi Bentuk-bentuk Terburuk Pekerjaan untuk Anak, 1999 (No. 182)
Rek omendasi-rek omendasi dan ekomendasi-rek omendasi-rekomendasi Konvensi-k onvensi lainnya Konvensi-konvensi ! Konvensi Kerja Malam bagi Kaum Muda (Pekerjaan Non Industri), 1946 (No. 79) ! Konvensi Kebijakan Ketenagakerjaan, 1964 (No.122) ! Rekomendasi Program-program Khusus bagi Kaum Muda, 1970 (No. 136) ! Konvensi Pengembangan Sumber Daya Manusia, 1975 (No. 142)
Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi website ILO di www.ilo.org
23
Contacts Di Kantor Pusat ILO ! Target Groups Unit InFocus Programme Skills, Knowledge and Employability Telp: 41 22 799 8173 Fax: 41 22 799 6310 E-mail:
[email protected] Website: www.ilo.org/youth
Kantor Regional ! Gender Promotion Programme Employment Sector Telp: 41 22 799 6090 Fax: 41 22 799 7657 E-mail:
[email protected] Website: www.ilo.org/genprom
! InFocus Programme ! Key Indicators of the Labour Market (KILM) Employment Strategies Department Telp: 41 22 799 6434 Fax: 41 22 799 7657 E-mail:
[email protected] Website: www.ilo.org/kilm
Boosting Employment through Small Enterprise Development Telp: 41 22 799 6862 Fax: 41 22 799 7978 E-mail:
[email protected] Website: www.ilo.org/sed
! Regional Office for Africa in Abidjan Telp: 255 21 2639 Fax: 255 21 2880 E-mail:
[email protected]
! Regional Office for Latin America and the Caribbean in Lima Telp: 51 1 221 2565 Fax: 51 1 421 5292 E-mail:
[email protected]
! Regional Office for Asia and the Pacific in Bangkok Telp: 66 2 288 1234 Fax: 66 2 280 1735 E-mail:
[email protected]
! Social Finance Unit Employment Sector Telp: 41 22 799 6070 Fax: 41 22 799 6896 E-mail:
[email protected]
! Regional Office for Arab States in Beirut Telp: 96 11 75 2400 Fax: 96 11 75 2405 E-mail:
[email protected]
! Regional Office for Europe and Central Asia in Geneva Telp: 41 22 799 6666 Fax: 41 22 799 6061 E-mail:
[email protected]