BAB XI
TES URINALISIS
Tes urinalisis merupakan tes saring yang paling sering diminta oleh dokter, karena persiapann ya tidak membebani pasien seperti pada pengambilan darah atau punksi sumsum tulang. Urinalisis ata u analisis urin adalah salah satu tes laboratorium yang tertua dan sudah diketahui sejak zaman Hipocr ates. Tujuan tes ini adalah untuk evaluasi umum terhadap sistem uropoetik maupun status kesehata n badan. Tes urin dapat secara makroskopis dan kimiawi serta mikroskopis untuk mengevaluasi sedim en urin. Analisis kimiawi meliputi tes protein, glukosa, keton, darah, bilirubin, urobilinogen, nitrit, da n lekosit esterase. Tes mikroskopis untuk melihat eritrosit, lekosit, sel epitel, torak, bakteri, mukus, Kr istal, jamur dan parasit. Indikasi tes urin adalah untuk : 1). Tes saring pada tes kesehatan, keadaan patologik maupun s ebelum operasi, 2). Menentukan infeksi saluran kemih, 3). Menentukan kemungkinan gangguan meta bolisme, 4). Menentukan berbagai jenis penyakit ginjal.
XI.1 Tes Urinalisis Analisis urin terdiri atas tes makroskopik, mikroskopik dan kimia urin. Tes kimia urin dapat d ilakukan secara kering dengan memakai reagen strip dan dapat pula dilakukan dengan reagen basah. Berikut akan dibahas maing-masing tes tersebut. Urinalisis yang akurat dipengaruhi oleh spesimen yang berkualitas. Sekresi vagina, perineum dan uretra pada wanita, dan kontaminan uretra pada pria dapat mengurangi mutu temuan laboratorium . Mukus, protein, sel, epitel, dan mikroorganisme masuk ke dalam sistem urine dari uretra dan jaringa n sekitarnya. Oleh karena itu pasien perlu diberitahu agar membuang beberapa millimeter pertama uri ne sebelum mulai menampung urine. Pasien perlu membersihkan daerah genital sebelum berkemih. M eskipun urine yang diambil secara acak (random) atau urine sewaktu cukup bagus untuk pemeriksaan, namun urine pertama pagi hari paling baik. XI.2 Tes Makroskopis XI.2.1 Pra Analitik 1. Persiapan pasien
70
Pada umumnya tidak memerlukan persiapan khusus 2. Persiapan sampel Sampel (urin) harus terhindar dari kontaminasi. Wadah penampung hendaknya bersih dan kering. •
Identifikasi sampel: nama, nomor, alamat, umur dan penggunaan pengawet urin.
•
Urinalisis harus dilaksanakan dalam waktu 2 jam setelah dikemihkan. Apabila terjadi penunda an tes, maka urin harus disimpan dalam lemari pendingin.
•
Cara pengumpulan sampel yang sering digunakan adalah urin sewaktu, yakni pengumpulan se luruh urin ketika berkemih pada suatu saat.
•
Sampel urin yang dipakai untuk urinalisis adalah: urin sewaktu, yaitu urin yang dikeluarkan p ada satu waktu yang tidak secara khusus. Urin pagi, yaitu urin pertama yang dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur. Urin post prandial, urin yang pertama kali dikemihkan 1,5-3 ja m setelah makan. Urin 3 gelas dan urin 2 gelas.
3. Prinsip Tes makroskopis, memperhatikan makroskopis urin secara visual. 4. Alat dan Bahan - Gelas takar - Carik indikator pH - Urinometer - Termometer ruangan
XI.2.2 Analitik Cara Kerja: 1. Tuangkan sampel urin ke dalam gelas takar dan tentukan volumenya 2. Perhatikan warnanya, catat apakah warnanya normal atau abnormal 3. Perhatikan pula jernih keruhnya urin tersebut 4. Celupkan 1 carik indicator pH, baca pH urin 5. Menetapkan berat jenis: •
Tuang sampel urin, yang suhunya sudah sesuai suhu kamar, ke gelas urinometer, hilangkan
71
busa yang ada dengan memakai kertas saring •
Tempatkan hidrometer ke urin. Hidrometer harus terapung bebas dan tidak boleh menyentu h dinding tabung/gelas (bila perlu putarlah hidrometer agar terapung di tengah-tengah)
•
Bacalah pada dasar meniscus (hindari paralax), laporkan BJ yang dibaca
•
Perlu memperhatikan koreksi pembacaan dengan memperhatikan suhu kamar: Suhu Tera (pada alat hidrometer) : 20⁰C Suhu Ruangan
: 32⁰C
BJ yang dibaca
: 1,015 (misalnya)
Setiap kenaikan 3⁰C di atas suhu tera, tambahkan nilai 0,001 pada bacaan BJ. Jadi, BJ = (32-20)/3 x 0,001 + 1,015 = 1,019
XI.2.3 Pasca Analitik Nilai rujukan: •
Warna/kejernihan : jernih atau sedikit keruh berwarna kuning
•
Volume
: 800-1300 ml
•
pH
: 5-8
•
BJ
: 1,003-1,029
XI.3 Tes Mikroskopis XI.3.1 Pra Analitik 1. Persiapan pasien Pada umumnya tidak memerlukan persiapan khusus 2. Persiapan sampel Sampel (urin) harus terhindar dari kontaminasi. Wadah penampung hendaknya bersih dan kering •
Identifikasi sampel: nama, nomor, alamat, umur dan penggunaan pengawet urin
•
Urinalisis harus dilaksanakan dalam waktu 2 jam setelah dikemihkan. Apabila terjadi penundaa n tes, maka urin harus disimpan dalam lemari pendingin
•
Cara pengumpulan sampel yang sering digunakan adalah urin sewaktu, yakni pengumpulan sel
72
uruh urin ketika berkemih pada suatu saat •
Sampel urin yang dipakai untuk tes mikroskopis sebaiknya urin pagi karena kepekatannya ting gi.
3. Alat dan bahan •
Tabung sentrifus
•
Alat sentrifus
•
Corong
•
Kaca obyek + dekglas
•
Pipet Pasteur
•
Mikroskop
XI.3.2 Analitik
Cara Kerja Siapkan 10-15 ml sampel urin dalam tabung sentrifus selama 5 menit pada kecepatan 2000 rpm 1. Buang lapisan supernatannya, sisakan kurang lebih 1 ml urin dalam tabung sentrifus 2. Sentakkan dinding tabung dengan jari untuk mencampurkan sisa urin dengan endapan (sedimen ) 3. Ambil suspensi endapan dengan pipet tetes, tempatkan 1 tetes di atas kaca obyek kemudian ditu tup dengan kaca penutup 4. Periksalah di mikroskop: •
Menggunakan lensa obyektif 10x: -
Torak
-
Kristal
-
Epitel dan elemen lain
•
Menggunakan lensa obyektif 40x:
•
Eritrosit
•
Lekosit
XI.3.3 Pasca Analitik Nilai rujukan: •
Eritrosit
: <5 / LPB
•
Lekosit
: <5 / LPB
•
Epitel
: Normal: epitel gepeng
•
Torak
: Negatif/ hialin 73
•
Kristal
: Negatif
•
Mikroorganisme
: Bakteri < 2 / LPB
XI.3 Tes Protein Urin XI.3.1 Pra Analitik 1. Persiapan pasien Pada umumnya tidak memerlukan persiapan khusus 2. Persiapan sampel Sampel (urin) harus terhindar dari kontaminasi. Wadah penampung hendaknya bersih dan keri ng •
Identifikasi sampel: nama, nomor, alamat, umur dan penggunaan pengawet urin
•
Urinalisis harus dilaksanakan dalam waktu 2 jam setelah dikemihkan. Apabila terjadi penu ndaan tes, maka urin harus disimpan dalam lemari pendingin
•
Cara pengumpulan sampel yang sering digunakan adalah urin sewaktu, yakni pengumpul an seluruh urin ketika berkemih pada suatu saat
3. Prinsip Urin direaksikan dengan asam sulfosalisilat atau asam asetat, kadar protein urin berdasarkan k ekeruhan yang terjadi. 4. Alat dan bahan • Tabung reaksi + rak • Asam Sulfosalisilat 20% • Asam Asetat 10% • Pembakar (Bunsen/spiritus)
XI.3.2 Analitik 1. Reaksi dengan Asam Sulfosalisilat 20% •
Siapkan 2 tabung reaksi, tandailah dengan nomor 1 dan 2. Tabung nomor 2 dipakai seba gai pembanding
•
Tambahkan ke tabung nomor 1, 2 ml asam sulfosalisilat 20%, kocok isi tabung
•
Perhatikan ada tidaknya kekeruhan pada tabung nomor 1, bandingkan dengan tabung no mor 2
74
2. Reaksi dengan Asam Asetat 10% dan pemanasan •
Tuang urin yang jernih ke tabung reaksi sampai kira-kira 2/3 penuh
•
Panaskan bagian atas tabung selama kurang lebih 2 menit dan timbul kekeruhan. Bagian bawah tabung dipakai sebagai pembanding (kontrol). Kekeruhan yang t imbul dapat disebabkan oleh protein, fosfat atau karbonat
•
Tambahkan 2-5 tetes asam asetat 10% untuk melarutkan fosfat dan karbonat
•
Panaskan lagi bagian atas tabung, kekeruhan yang timbul adalah presipitasi prot ein
•
Penilaian dilakukan seperti pada percobaan dengan asam sulfosalisil 20%
XI.3.3 Pasca Analitik Interpretasi: NEG
: Tidak ada kekeruhan
±
: Kekeruhan sangat halus, terlihat bila diberikan latar belakang hitam (protein < 0,01 gr%)
1+
: Ada kekeruhan tapi tidak tampak berbutir-butir (protein 0,01-0,05 g
) 2+
: Ada kekeruhan dan tampak berbutir-butir (protein 0,05-0,2 gr%)
3+
: Amat keruh dengan gumpalan berkeping-keping (protein 0,2-0,5 gr)
4+
: Kekeruhan tebal dan bergumpal-gumpal (protein >0,5 gr%)
XI.4 Tes Glukosa Urin (Tes Reduksi Benedict) XI.4.1 Pra Analitik 1. Persiapan pasien Pada umumnya tidak memerlukan persiapan khusus 2. Persiapan sampel
Sampel (urin) harus terhindar dari kontaminasi. Wadah penampung hendaknya bersi h dan kering
Identifikasi sampel: nama, nomor, alamat, umur dan penggunaan pengawet urin
Urinalisis harus dilaksanakan dalam waktu 2 jam setelah dikemihkan. Apabila terja di penundaan tes, maka urin harus disimpan dalam lemari pendingin
Cara pengumpulan sampel yang digunakan adalah urin sewaktu
Sampel urin yang dipakai untuk urinalisis adalah: urin sewaktu, urin pagi dan urin p ost prandial. 75
3. Prinsip Urin direaksikan dengan larutan Benedict, kadar glukosa urin berdasarkan perubahan w arna urin. 4.
Alat dan Bahan • Tabung reaksi + rak • Larutan Benedict • Pembakar Bunsen
XI.4.2 Analitik Cara Kerja: 1. Tuang 5 ml larutan Benedict ke dalam tabung reaksi 2. Tambahkan sampel urin sebanyak 5-8 tetes 3. Didihkan di atas nyala api bunsen selama 2 menit 4. Perhatikan adanya perubahan warna setelah isi tabung dikocok
XI.4.3 Pasca Analitik Interpretasi: NEG
: Cairan tetap biru, jernih, bisa agak hijau, atau sedikit keruh
1+
: Hijau kekuningan (glukosa 0,5-1,0 gr%)
2+
: Kuning kehijauan (glukosa 1,0-1,5 gr%)
3+
: Kuning (glukosa 1,5-2,5 gr%)
4+
: Jingga/merah (glukosa 2,5-4,0 gr%
XI.5 Tes Bilirubin XI.5.1 Pra Analitik 1. Persiapan pasien Pada umumnya tidak memerlukan persiapan khusus 2. Persiapan sampel Sampel (urin) harus terhindar dari kontaminasi. Wadah penampung hendaknya bersih dan kering
Identifikasi sampel: nama, nomor, alamat, umur dan penggunaan pengawet urin
Urinalisis harus dilaksanakan dalam waktu 2 jam setelah dikemihkan. Apabila terjad
76
i penundaan tes, maka urin harus disimpan dalam lemari pendingin
Cara pengumpulan sampel yang digunakan adalah urin sewaktu.
3. Prinsip Urin direaksikan dengan reagen Fouchet, timbulnya warna hijau atau biru-hijau menunjuk kan adanya bilirubin 4. Alat dan Bahan • Tabung reaksi + rak • Corong • Kertas saring • Reagen Fouchet • Barium Chlorida (BaCl2 ) 10%
XI.5.2 Analitik Cara Kerja: 1. Campurkan 5 ml urin dan 5 ml BaCl2 dalam tabung reaksi, kocok isi tabung 2. Saring dengan kertas saring untuk memisahkan presipitatnya 3. Bentangkan kertas saring yang mengandung presipitat ini di atas kertas saring ya ng lain kemudian biarkan mengering 4. Tambahkan satu tetes reagen Fouchet ke atas presipitat, perhatikan perubahan wa rna
XI.5.3 Pasca Analitik - Positif : timbul warna hijau atau biru-hijau - Negatif : tidak timbul warna hijau atau biru-hijau XI.6 Tes Carik Celup Dengan memakai reagen strip ( dipstik / carik celup ) , ini sangat mudah, cepat denga n sensitivitas dan spesifisitas yang cukup tinggi. Reagen strip berupa selembar plastik kaku d imana salah satu sisinya ( area tes ) terdapat bahan penyerap berupa sellulosa yang mengandu ng reagen – reagen spesifik terhadap salah satu zat yang mungkin terdapat pada urin. Penilaia n secara semikuantitatif dilakukan dengan melihat skala warna pada area tes yang kemudian d ibaca dengan alat automatik berupa fotometer reflektans. Sampel urin yang dipakai sebaikny
77
a urin pagi segar tanpa pengawet dan tidak perlu disentrifus sebelum dites. Parameter yang dapat diketahui pada tes strip bervariasi, ada yang dapat menentukan 3, 5, 10 parameter. Saat ini telah ada 11 parameter. Parameter tersebut adalah : berat jenis (BJ ), pH, Lekosit, Nitrit, Protein, Glukosa, Keton, Urobilinogen, Bilirubin, Hemoglobin , Vitami n C. Cara penggunaan :
Urin dicampur dengan baik
Carik celup dimasukkan ke dalam urin secara lengkap
Tiriskan, letakkan pada selembar tissue
Membaca hasil dalam ruang yang terang, membandingkan dengan standar atau meng gunakan alat semiotomatik/otomatik
Berat Jenis Menunjukkan konsentrasi ion pada urin. Jika terdapat kation pada urin maka proton a kan dibebaskan oleh complexing agent dan menyebabkan perubahan warna pada indikator. A rea tes mengandung indikator bromthymolblue yang akan memproduksi perubahan warna ses uai dengan peningkatan BJ dari biru, biru-hijau, sampai kuning. Nilai rujukan 1.010-1.020 pH pH urin : mengukur konsentrasi ion H dan tidak dipengaruhi oleh zat lain. Area tes m engandung indiktor methyl red, phenolphthalein dan bromthymolblue. Perubahan warna dari jingga, hijau sampai biru tua dengan peningkatan pH dibandingkan dengan skala warna yang t ersedia. Pada umumnya urin segar mempunyai pH antara 5 - 6 Nilai rujukan : pH 4,5-8,0 Lekosit / esterase Esterase ada dalam granula azurofil netrofil, eosinofil, basofil, monosit dan makrofa g. Tidak bereaksi dengan limfosit. Sebagai penanda inflamasi karena dapat mendeteksi sejum lah lekosit. Area tes mengandung indoksil ester dan garam diazo. Adanya granulosit esterase yang berasa l dari netrofil pada urin akan memecahkan indoksil ester menjadi indoksil yang kemudian ber eaksi dengan garam diazo membentuk warna ungu. Tinggi rendahnya intensitas warna ungu yang terbentuk menunjukkan banyaknya lekosit pada urin. Nilai rujukan : negatif 78
Protein (albumin) Area tes mengandung buffer sitrat, protein absorban serta indikator tetra-bromfenolbl ue. Pada pH 3 indikatornya berwarna kuning (untuk urin normal) yang akan berubah menjadi kuning hijau sampai biru dengan peningkatan kadar protein pada urin. Nilai rujukan : negatif Nitrit Prinsip dasarnya adalah Griess’s test yang mendeteksi nitrit dalam urin yang secara ti dak langsung merupakan indikator adanya pembentukan nitrit. Bakteri penyebab infeksi salu ran kemih umumnya mengubah nitrat menjadi nitrit. Area tes mengandung senyawa aromatik amin dan zat kromogen yang bereaksi dengan nitrit membentuk warna merah. Nilai rujukan : negatif Glukosa Area tes mengandung enzim buffer yaitu glukosa oksidase dan glukosa peroksidase s erta zat kromogen o-tolidine atau iodida yang memberikan perubahan warna jika terdapat glu kosa dalam urin. Jika zat kromogennya adalah 0-tolidine, perubahan warna menjadi biru, sed angkan jika zat kromogennya iodida warna menjadi coklat dengan adanya glukosuria. Nilai rujukan : negatif Keton Benda-benda keton dalam urin berupa aseton (2%), asam asetoasetat (20%) dan asam hidroksi butirat (78%). Karena benda keton mudah menguap maka untuk tes harus memak ai urin segar. Area tes mengandung buffer natrium nitroprussida dan glisin. Natrium nitropru ssida pada medium alkali bereaksi dengan aseton dan asam asetoasetat. Tinggi rendahnya int ensitas warna ungu yang terbentuk menggambarkan kadar ketonuria. Nilai rujukan : negatif Urobilinogen Area tes mengandung buffer paradimetilaminobenzaldehid yang memberikan warna merah muda jika terdapat urobilinogen dalam urin, atau dapat juga garam diazonium yang me mberikan warna merah. Nilai rujukan : negatif atau < 1 mg/dl. Bilirubin Senyawa diazo bersama buffer asam pada area tes bereaksi dengan bilirubin dalam ur
79
in sehingga memberikan perubahan warna, tergantung pada jenis senyawa diazo yang dipakai . Jika menggunakan diazotized 2,4-dichloroaniline perubahan warna dari kuning sampai jing ga-coklat. Nilai rujukan : negatif Hemoglobin Area tes mengandung tetrametilbenzidin atau ortho-tolidin. Zat tes bersama dengan h emoglobin yang berfungsi sebagai peroksida organik akan membentuk warna hijau sampai bir u tua. Nilai rujukan : negatif. Vitamin C Area tes mengandung reagen Tillmann. Adanya vit. C menyebabkan perubahan warn a dari biru-hijau ke orange.
80