BAB VII KESIMPULAN, TEMUAN DISERTASI DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
7.1.
KESIMPULAN Hasil penelitian dan pembahasan mengenai konservasi tanah berbasis sosial
ekonomi petani di DAS Garang, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1.
Perbedaan kondisi fisik lahan usaha tani di wilayah hulu dan tengah DAS Garang berpengaruh terhadap efektifitas kegiatan konservasi tanah dalam mencegah erosi. Jenis konservasi tanah yang dilakukan petani pada lahan usaha tani belum mampu mengurangi jumlah tanah yang tererosi. Faktor fisik lahan yang berpengaruh terhadap laju dan potensi erosi di DAS Garang adalah kelerangan lahan usaha tani. Wilayah lahan usaha tani dengan kelerengan datar sampai sangat curam berpotensi untuk mengalami erosi dengan kategori rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.
2. a.Kondisi sosial ekonomi petani di wilayah hulu dan tengah DAS Garang mempengaruhi tingkat signifikan faktor-faktor sosial ekonomi petani terhadap kegiatan konservasi tanah. Faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi konservasi tanah yaitu umur petani, status lahan garapan, luas lahan garapan dan pendapatan petani. Faktor sosial ekonomi yang tidak berpengaruh signifikan, yaitu lama pendidikan, harga dasar pupuk, curahan tenaga kerja dan lama petani mengolah lahan usaha tani. Faktor sosial ekonomi petani merupakan variabel yang menentukan sikap petani untuk berpartisipasi dalam kegiatan konservasi tanah.
221
b. Praktek konservasi tanah dan faktor sosial ekonomi petani memiliki pengaruh yang sangat rendah dan belum mampu meningkatkan produktivitas lahan usaha tani di DAS Garang. Kontribusi kegiatan konservasi tanah terhadap produktivitas sebesar 18.4% dan 81,6%. Rendahnya kontribusi faktor konservasi tanah dan sosial ekonomi petani terhadap produktivitas dan tingkat partisipasi petani (IKK) karena tidak adanya dukungan secara sosial ekonomi dalam konservasi tanah sehingga berimpilikasi terhadap tingkat partisipasi petani, yakni partisipasi rendah dan sedang dalam melakukan kegiatan konservasi tanah. 3. Perbedaan kondisi fisik dan sosial ekonomi petani di wilayah hulu dan tengah DAS Garang membentuk perbedaan pola sebaran praktek konservasi tanah. Pola sebaran konservasi tanah berasosiasi dengan sebaran lahan usaha tani. Pola sebaran konservasi tanah yang terbentuk berupa pola sebaran mengelompok dan menyebar acak. Lahan usaha tani sawah dan tegalan membentuk pola mengelompok sedangkan lahan usaha tani pekarangan membentuk pola menyebar acak. Perbedaan pola sebaran konservasi tanah setiap lahan usaha tani memudahkan perencanakan program konservasi tanah sesuai dengan kondisi fisik dan kondisi sosial ekonomi 7.2.
TEMUAN DISERTASI Kajian pengaruh faktor sosial ekonomi terhadap kegiatan konservasi tanah dan
produktivitas lahan usaha tani merupakan penelitian dalam bidang geografi menggunakan pendekatan spasial dan ekologikal serta perpaduan metode kulalitatif dan kuantitatif. Secara spasial dan ekologikal kondisi faktor fisik dan sosial ekonomi berpengaruh signifikan terhadap kegiatan konservasi tanah dan peningkatan
222
produktivitas di DAS Garang. Faktor fisik dan sosial ekonomi petani tidak dapat diabaikan di dalam perencanaan program konservasi tanah. Secara teoritis lahan usaha tani dengan kelerengan landai tidak berpotensi untuk terjadinya erosi akan tetapi jika dalam pengelolaannya tidak tepat serta di konservasi tidak sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi tanah akan berpotensi erosi berat dan sangat berat. Hasil analisis data kuantitatif dan kualitatif perbedaan kondisi sosial ekonomi petani memiliki pengaruh signifikan terhadap praktek konservasi tanah. Pendekatan spasial dan ekologikal dalam kegiatan konservasi tanah untuk mengkaji kegiatan konservasi tanah yang dilakukan petani dengan prinsip penyebaran, interrelasi dan kronologi kegiatan konservasi tanah pada berbagai jenis lahan usaha tani di DAS Garang. Prinsip penyebaran berkaitan dengan variasi kegiatan konservasi tanah yang dilakukan petani di berbagai jenis lahan usaha tani dengan aspek fisik lahan dan kondisi sosial ekonomi yang berbeda akan membentuk pola sebaran konservasi. Prinsip interrelasi berkaitan dengan hubungan antara faktor fisik, non fisik wilayah dan kondisi sosial ekonomi petani terhadap kegiatan konservasi tanah yang dilakukan petani pada lahan usaha tani. Prinsip kronologi menunjukan dimensi keruangan kegiatan konservasi tanah pada daerah hulu dan tengah DAS Garang yang memiliki perbedaan aspek fisik lahan, kondisi sosial ekonomi dan lahan tempat usaha tani. Perbedaan aspek fisik lahan dan kondisi sosial ekonomi berdasarkan prinsip penyebaran, interrelasi dan kronologi kegiatan konservasi tanah pada berbagai jenis lahan usaha di wilayah hulu dan tengah membentuk pola sebaran konservasi tanah tertentu berdasarkan letak lahan usaha tani. Kesamaan pola sebaran setiap lahan usaha
223
tani dengan peruntukan yang berbeda (sawah, tegalan, pekarangan) dapat dilakukan suatu metode konservasi tanah dengan sistem terintegrasi (integration system). Sistem konservasi tanah terintergrasi dapat diterapkan di wilayah hulu dan tengah DAS Garang. Satu pola sebaran tingkat partisipasi yang sama pada penggunaan lahan usaha tani yang berbeda dan berdekatan seperti antara sawah dengan tegalan, tegalan dan pekarangan, dapat dilakukan praktek konservasi tanah secara terintegrasi dan memberikan manfaat masing-masing lahan usaha tani. Sebagai contoh, pembuatan bangunan konservasi tanah seperti saluran pembuangan air atau teras pada lahan usaha tani tegalan, dalam sistem konservasi terintegrasi selain berfungsi mengalirkan air pada lahan usaha tegalan juga berfungsi sebagai saluran pembuangan air pada lahan usaha sawah atau pekarangan. Sistem konservasi tanah terintegrasi memiliki manfaat sangat besar membantu petani dalam menghemat biaya dan menumbuhkan sifat kebersamaan atau gotong royong dalam mengatasi terjadinya erosi pada masing-masing pemilik lahan usaha tani. 7.3.
IMPLIKASI KEBIJAKAN Implikasi kebijakan berdasarkan kesimpulan temuan hasil penelitian disertasi
dikemukakan beberapa hal berikut: 1. Kondisi sosial ekonomi petani di DAS Garang, khususnya daerah hulu dan tengah berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan kegiatan konservasi tanah dan peningkatan produktivitas lahan usaha tani. Kondisi sosial ekonomi petani yang mapan berkontribusi positif untuk menunjang keberhasilan kegiatan konservasi
224
tanah di DAS Garang. Langkah tepat bagi pemerintah yang memiliki kewenangan dan kebijakan yang lebih luas dalam kegiatan konservasi tanah di DAS Garang adalah memberikan subsidi silang pada petani di wilayah hulu dan tengah DAS Garang yang melakukan kegiatan konservasi tanah. Upaya ini dilakukan untuk memberi motivasi kepada petani untuk berperan lebih aktif dalam program kegiatan konservasi tanah. 2. Perlu suatu perencanaan strategis dalam kegiatan konservasi tanah berdasarkan pola sebaran kondisi fisik lahan usaha tani, aktivitas petani, kondisi sosial ekonomi dan tingkat bahaya erosi di wilayah hulu dan tengah DAS Garang. Kegiatan konservasi tanah antara wilayah hulu dan tengah DAS Garang yang memiliki perbedaan kondisi fisik berbeda dan sosial ekonomi membutuhkan kebijakan penanganan berbeda dalam perencanaan program kegiatan konservasi tanah. Wilayah hulu dengan fungsi sebagai kawasan konservasi dan penyangga memerlukan penanganan lebih khusus dalam perencanaan program kegiatan konservasi tanah dibanding dengan wilayah tengah. Pertimbangan potensi konflik sosial dapat dijadikan acuan untuk merencanakan jenis konservasi tanah yang tepat dan efisien dibandingkan dengan wilayah tengah. 3. Lembaga masyarakat dan kelompok tani dapat digunakan sebagai sarana sosialisasi dan penyebaran informasi tentang program dan manfaat konservasi tanah. Pemberdayaan lembaga masyarakat dan kelompok tani lebih ditingkatkan meskipun kedua lembaga ini tidak memiliki kewenangan berkaitan dengan kebijakan dalam pengambilan keputusan program kegiatan konservasi tanah. Kemitraan antara
225
lembaga masyarakat dengan pemerintah dapat meminimalisir konfilik sosial sebagai dampak dari program konservasi tanah. 4. Guna tercapainya keseimbangan dan keselarasan dalam pengelolaan DAS Garang secara terpadu, khususnya dalam kegiatan konservasi tanah, dukungan semua pihak baik lembaga pemerintah maupun non pemerintah di wilayah hulu, tengah dan hilir sangat diperlukan. Sinergi kerjasama antara lembaga kebijakan yang saling mendukung. Hal ini dilakukan guna meminimalisir pemikiran saling menyalakan antara masyarakat yang ada di hulu, tengah dan hilir. 5. Perlu dibentuk jaringan informasi dengan memberikan penyuluhan melalui lembaga masyarakat dan kelompok tani secara intensif dan berkala. Pemberdayaan lembaga masyarakat dan kelompok tani sebagai sarana untuk penyebaran informasi dan penyuluhan program konservasi tanah akan lebih efektif dibandingkan dengan sarana komunikasi yang lain.
226