AR-40Z0 STUDIO PERANCANGAN AKHIR
SEMESTER I-2007/2008 A. A. Putra Munchana / 152 03 061
BAB VI REFLEKSI PERANCANG
Selama menjalani proses perancangan Gelanggang Remaja Musik Bandung ini, telah banyak pelajaran, pengalaman, kesalahan, dan hal-hal baru yang perancang alami. Kerapkali perancang mencoba metoda-metoda yang belum pernah dilakukan sebelumnya dalam menyelesaikan tugas-tugas di studio ini. Hal-hal tersebut tentunya menjadi harta karun tak ternilai bagi perancang sendiri. Refleksi perancangan ini berguna sebagai evaluasi bagi proses merancang yang telah dijalani selama Studio Tugas Akhir, untuk mengingat kembali apa saja yang telah perancang dapatkan selama satu semester ini, serta kesalahan-kesalahan apa yang telah perancang lakukan, sebagai pengalaman agar tak mengulangi hal yang sama. 6.1 REFLEKSI HASIL PERANCANGAN Perancang memulai Studio Tugas Akhir ini dengan materi dari seminar AR4211 yang sudah cukup lengkap. Oleh karena itu masa sebelum Sidang Pertama lebih banyak dihabiskan perancang dan dosen pembimbing untuk melengkapi bagian-bagian yang kurang serta menyusun kembali konsep perancangan agar lebih sistematis. Pada awal pertemuan dengan pembimbing, perancang ditugasi untuk menuangkan segala ide dan konsep perancangan mengenai proyek ini dalam satu lembar kertas roti ukuran A1. Proses perancangan ini biasa dikenal dengan hari sketsa. Pada awalnya dosen pembimbing menyarankan perancang untuk menggali ide dan visi perancangan dengan langsung merancang pada tapak untuk dapat merasakan lahan tersebut ingin menjadi seperti apa. Namun karena perancang tidak mendapat ijin masuk dari pemilik lahan, maka proses hari sketsa hanya dilakukan melalui pengamatan dari luar batas tapak saja. Perancang memulai pendekatan perancangan dengan konsep Transparansi dan
Landscraper. Konsep bahwa bangunan umum ini akan sekaligus menjadi ruang terbuka publik pun sudah muncul. Namun setelah iterasi desain lebih lanjut, akhirnya hanya konsep ruang
114
AR-40Z0 STUDIO PERANCANGAN AKHIR
SEMESTER I-2007/2008 A. A. Putra Munchana / 152 03 061
terbuka publik yang bertahan. Desain awal pada hari sketsa pun sama sekali berbeda dengan hasil rancangan akhir. Berikut adalah hasil rancangan pada hari sketsa.
Gambar 52 Gambar hasil hari sketsa pertama
Akhirnya setelah beberapa kali melakukan iterasi desain, konsep perancangan yang menjadi pedoman dasar bagi kasus ini adalah bahwa ia adalah bangunan umum yang harus merespon remaja sebagai pengguna utamanya. Sumbu horizontal dan diagonal, massa dasar yang platonis, sistem struktur yang sederhana menggambarkan bagaimana bangunan ini pada hakikatnya konsisten sebagai tipologi bangunan umum. Sementara alur sirkulasi ruang luarnya merupakan penerusan dari garis-garis sirkulasi di sekitar lahan perancangan. Hal ini juga merupakan kontrubusinya sebagai bangunan publik. Namun dengan tampak yang lebih ‘bermain’, terciptalah alur-alur horizontal melengkung yang menggambarkan pergerakan yang dinamis, massa bangunannya yang melengkung dan meliuk menggambarkan kreativitas, sementara kesinambungan sistem sirkulasi yang diwujudkan dengan selasar-selasar membentuk looping menggambarkan persahabatan remaja yang selalu kompak.
115
AR-40Z0 STUDIO PERANCANGAN AKHIR
SEMESTER I-2007/2008 A. A. Putra Munchana / 152 03 061
Adanya elevated landscaped deck juga menjadi sebuah konsep penting bagi perancangan bangunan ini. Berawal dari keinginan untuk menyediakan sebuah jalur pejalan kaki yang nyaman dan aman, maka diangkatlah ruang terbuka publik ini setengah level di atas, sehingga tak terganggu oleh lalu lalang atau kebisingan dari kendaraan bermotor dari area parkir di bawahnya.
Gambar 53 Desain iterasi kedua yang nantinya dikembangkan menjadi rancangan akhir
Walau perancang telah mencurahkan segala kreativitas, ide, dan berusaha mencari solusi perancangan bagi permasalahan yang muncul, serta berkali-kali iterasi ulang rancangan ini dari berbagai aspek, namun perancang masih belum merasa puas akan rancangan Gelanggang Remaja Musik ini. Perancang merasa masih banyak hal yang bisa digali dari konsep-konsep pereancangan yang sudah saling menguatkan tersebut. Namun terlepas dari itu, perancang merasa rancangan yang telah dihasilkan ini adalah karya yang sudah optimal untuk waktu satu semester lamanya. Selalu ada kemungkinan untuk pengembangan desain lebih lanjut, karena proses perancangan itu bersifat iteratif dan tidak berhenti.
116
AR-40Z0 STUDIO PERANCANGAN AKHIR
SEMESTER I-2007/2008 A. A. Putra Munchana / 152 03 061
6.2 REFLEKSI PROSES PERANCANGAN Satu hal yang perancang rasa kurang dalam proses perancangan Gelanggang Remaja Musik Bandung ini bermula pada keinginan untuk memasukkan begitu banyak ide dan konsep-konsep minor ke dalam rancangan, tanpa terlebih dahulu menggali konsep utamanya, sehingga pada satu titik, perancang disadarkan oleh pembimbing bahwa ide-ide harus diarahkan ke sebuah visi perancangan, bukannya dibiarkan berteriak sendiri-sendiri. Dalam metodologi perancangan, istilahnya adalah menyederhanakan atau merasionalisasi rancangan. Dari pengalaman ini perancang mendapat sebuah pelajaran berharga untuki selalu menetapkan konsep besar yang menjadi pondasi dalam mengembangkan ide-ide untuk diterapkan ke dalam rancangan. Hal ini dapat membuat rancangan menjadi lebih teratur dan saling bersinergi, dimana perancang kurang melihat hal tersebut pada rancangan Gelanggang Remaja Musik Bandung ini. Bagaimanapun juga, menurut pandangan perancang, lebih mudah ‘mengembangkan’ ide dibandingkan dengan kalau harus ‘mereduksi’-nya. Selama proses perancangan, perancang banyak mencoba metoda-metoda baru dalam bekerja, seperti membuat gambar potongan dan denah melalui model tiga dimensi, melakukan studi tampak bangunan melalui model tiga dimensi, dimana sebelumnya belum pernah perancang lakukan. Memang tidak selalu berhasil dengan baik, tetapi perancang merasa itu adalah sebuah proses mencari metoda perancangan yang paling nyaman, dan tentu saja eksplorasi seperti itu perlu dilakukan dalam merancang. Sedangkan untuk hal-hal teknis, pembimbing yang mendampingi perancang selalu memberi batasan-batasan dan target yang ketat. Metoda perancangan storyboard serta pin-up sebelum sidang sangat baik untuk kelancaran presentasi saat sidang nanti. Dengan melakukan pin-up sebelum sidang, perancang merasa lebih siap untuk menghadapi masukan, kritik, dan pertanyaan dosen penguji. Manajemen waktu sangat penting dalam menjalani Studio Tugas Akhir ini. Perancang sendiri belum mampu mengukur secepat apa sebuah pekerjaan dapat diselesaikan. Pengetahuan akan kemampuan diri menjadi penting saat mengatur waktu untuk mengerjakan rancangan, terutama pada proses produksi. Perancang beberapa kali merasa mampu untuk mencapai target yang tinggi saat sidang, namun pada kenyataannya, pada akhirnya target keluaran tersebut tidak tercapai. Perancang selalu menjadi deadliner dalam hal produksi pada
117
AR-40Z0 STUDIO PERANCANGAN AKHIR
SEMESTER I-2007/2008 A. A. Putra Munchana / 152 03 061
keempat sidang yang dijalani, bahkan bab ini pun baru ditulis sangat dekat menjelang laporan perancangan ini dikumpulkan. Perancangan pada Studio Tugas Akhir pada dasarnya adalah sebuah proses pembelajaran dengan langsung merancang dengan mempertimbangkan segala aspek yang diperlukan. Hal tersebut tidak semuanya bisa diperoleh dengan metode yang diberlakukan pada studio-studio perancangan lainnya. Studio Tugas Akhir ini seperti sebuah kesimpulan sintesis dari cerita-cerita yang telah didapatkan dari tahun-tahun sebelumnya. Baru kali ini perancang
merasa
harus
mempertimbangkan
semua
aspek
perancangan
dan
mempertanggungjawabkan rancangan yang telah dibuat. Studio Tugas Akhir ini adalah proses pembelajaran yang menyenangkan pada akhirnya. Walau dalam prosesnya memakan banyak waktu, tenaga, dan uang, tetapi pengalaman yang didapatkan memang sepadan dalam rangka menyambut dunia kerja yang sesungguhnya sebagai seorang asisten arsitek.
118