BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat di ambil beberapa kesimpulan terkait dengan pola aktivitas dan strategi penghidupan masyarakat nelayan di Kawasan Kuala Penet khususnya di Desa Margasari dan Desa Sukorahayu Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur. a. Terdapat 4 (empat) kelompok nelayan dengan jenis alat tangkap yang berbeda. Selain perbedaan lokasi bermukim, perbedaan alat tangkap menyebabkan rangkaian aktivitas pokok yang berbeda pada masing- masing kelompok nelayan. b. Nelayan rajungan bermukim di sekitar pinggiran pantai, tepatnya di dusun 10,11 dan 12 Desa Margasari. Alat tangkap utama yang digunakan sebagai sarana aktivitasnya adalah jaring rajungan dengan komoditas tangkapan adalah rajungan. Nelayan rajungan efektif melakukan aktivitas pokok sebagai nelayan pada musim baratan (Oktober – April). c. Nelayan bagan tinggal di dusun 8 dan 9 Desa Margasari serta di dusun 4 Desa Sukorahayu. Alat tangkap utamanya adalah Bagan tancap yang dibangun pada awal musim baratan (akhir sepember hingga awal oktober). Nelayan bagan efektif beroperasi pada musim baratan dengan komoditas utama yaitu teri dan cumi- cumi. d. Nelayan Sondong kebanyakan bermukim di dusun 3 dan 4 Desa Margasari. Alat utamanya adalah jaring sondong dengan komoditas utamanya adalah
164
teri, cumi- cumi, udang dan berbagai ikan pelagis. Kelompok ini dapat beroperasi pada musim baratan maupun timuran. e. Nelayan dogol (trawl) tinggal di dusun 5,6 dan 7 Desa Margasari dan dusu 3 Desa Sukorahayu. Nelayan ini menggunakan jaring dogol (trawl atau pukat) sebagai alat utamanya dengan hasil tangkapan sangat beragam. Nelayan dogol dapat beroperasi baik pada musim baratan maupun musim timuran. f. Berdasarkan karakteristik umum penguasaan modal penghidupan, diketahui bahwa nelayan rajungan merupakan kelompok nelayan dengan tingkat penguasaan modal yang paling rendah di antara kelompok nelayan lainnya. Sebaliknya nelayan dogol merupakan nelayan dengan penguasaan modal penghidupan paling baik. Hal ini diperoleh dari penilaian penguasaan fisik dimana kebanyakan nelayan rajungan memiliki rumah non permanen dan permanen, kapal dan alat tangkap yang lebih sederhana serta penghasilan yang relatif lebih kecil dibanding dengan kelompok lain terutama kelompok nelayan dogol. g. Hasil skoring penguasaan aset membagi masyarakat nelayan ke dalam 3 (tiga) kelompok yaitu rumahtangga nelayan kecil (57,5 %), rumahtangga nelayan menengah (29,17%) dan rumahtangga nelayan besar (13,33%). Sedangkan Analisa deskreminan dilakukan dengan menggunakan skor masing- masing modal penghidupan sebagai variabel predictor yang menghasilkan kelompok yaitu nelayan kecil 55,83 %, nelayan menengah 30 % dan nelayan besar 14,17 %. h. Berdasarkan persamaan yang dihasilkan dari analisa deskreminan diiketahui bahwa modal fisik dan modal finansial merupakan variabel yang berpengaruh
165
dalam membedakan antara nelayan kecil dan nelayan menengah. Sedangkan yang membedakan nelayan besar dan nelayan menengah lebih karena pengusaan modal sosial dan modal manusia. i. Masing- masing kelompok rumahtangga nelayan dengan penguasaan modal yang berbeda secara langsung berpengaruh pada pemilihan strategi penghidupannya.
Rumahtangga
nelayan
kecil
dengan
keterbatasan
penguasaan modal mempunyai tujuan penghidupan sekedar bertahan hidup yaitu dengan mengedepankan sikap menerima keadaan dan menyesuaikan pengeluaran dengan pendapatan. Strategi ini disebut sebagai strategi survival (bertahan hidup). j. Nelayan menengah dengan penguasaan modal yang dimiliki tujuan hidup tidak sekedar bertahan hidup akan tetapi sudah berorientasi menyisihkan penghasilan dalam menghadapi goncangan yang sewaktu- waktu terjadi. Kelompok
rumahtangga
nelayan
ini
mampu
memanfaatkan
segala
sumberdaya rumahtangga untuk menambah penghasilan yang pada akhirnya dapat meningkatkan penguasaan modal. k. Nelayan besar merupakan para pembina yang memiliki penguasaan modal lebih besar dibanding dengan kelompok rumahtangga nelayan lainnya. Rumahtangga nelayan besar menggunakan strategi akumulasi yaitu strategi dimana dengan modal yang dimiliki nelayan besar melakukan banyak investasi dan berbagai macam usaha.
166
6.2
Rekomendasi a. Sebagai pihak yang paling berwenang terhadap berbagai kebijakan terkait dengan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat nelayan, Pemerintah Kabupaten Lampung Timur melalui dinas terkait khususnya Dinas Kelautan dan Perikanan perlu melakukan beberapa hal diantaranya : 1) Terkait dengan pola aktivitas masyarakat nelayan di Kuala Penet, perlu dilakukan evaluasi terhadap efektivitas fasilitas yang telah ada seperti pelabuhan dan perlunya penataan ruang wilayah pesisir yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat nelayan dengan pengadaan fasilitas yang pokok dan tepat sasaran sebagai penunjang aktivitas masyarakat nelayan. 2) Pecegahan terjadinya konflik antar kelompok nelayan dengan sosialisasi berbagai undang- undang serta peraturan yang berlaku bagi aktivitas pemanfaatan sumberdaya perikanan laut khususnya aktivitas penangkapan ikan. 3) Penguatan modal terutama modal fisik dan modal finansial yang menunjang aktivitas rumahtangga nelayan melalui berbagai bantuan baik bantuan berupa pengadaan alat tangkap, kapal maupun pemberian pinjaman modal lunak yang disertai dengan penguatan kelembagaan masyarakat nelayan melalui berbagai sosialisasi dan penyuluhan. 4) Selain
penguatan
modal
fisik
dan
finansial
sangat
penting
mengupayakan peningkatan mutu sumberdaya manusia masyarakat nelayan melalui pendidikan dan keterampilan serta pengenalan pada teknologi penangkapan yang modern dan ramah lingkungan.
167
b. Penelitian Lanjutan Perlu dilanjutkan penelitian tentang Implikasi Keruangan dari Pola aktivitas dan strategi penghidupan masyarakat nelayan terhadap penataan ruang wilayah pesisir.
168