BAB V. SIMPULAN, KETERBATASAN, & SARAN
5.1
Simpulan
Dari hasil analisis yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.
Sumber-sumber energi primer di Indonesia yang terutama meliputi coal, minyak bumi dan gas bumi yang digunakan secara optimal terutama untuk penyediaan energi listrik. Pada tahun 2013, dari total 51 GW pembangkit listrik, sekitar 36 GW dibangkitkan oleh PLN sedangkan sisanya sekitar 15 GW dihasilkan oleh IPP dan captive power. Antara tahun 2015 – 2024, akan terjadi peningkatan kebutuhan coal dan LNG yang signifikan sampai diatas 200%. Sebaliknya kebutuhan minyak akan menurun sampai hanya 30% dari tahun 2015. Hal ini seiring dengan meningkatnya kebutuhan listrik di Indonesia.
2.
Berdasarkan identifikasi macro environment, bisnis kelistrikan di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa aspek lingkungan makro yaitu: a.
Politik Pemilu, kericuhan politik dan maraknya praktek KKN yang banyak melibatkan pihak pemerintah, DPR dan pengusaha swasta akan memberikan pengaruh terhadap keberlangsungan bisnis kelistrikan terutama IPP di Indonesia. Investor akan sangat berhati-hati terhadap keberlangsungan investasi bisnis salah satunya dengan tidak terkait dengan praktek KKN di Indonesia.
b. Ekonomi
193
Didalam mendorong pertumbuhan ekonomi, terdapat beberapa tantangan domestik diantaranya adalah pembangunan industri manufaktur dan infrastruktur. Pemenuhan energi listrik menjadi salah satu
pendorong
utama
pertumbuhan
ekonomi
yang
akan
meningkatkan nilai investasi dan konsumsi. c.
Sosial Pembangunan pembangkit listrik baik oleh PLN maupun oleh pengembang swasta (IPP) memberikan dampak sosial diantaranya adalah peningkatan harga tanah, adanya perpindahan penduduk mendekati pembangkit listrik yang akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan penduduk.
d. Teknologi Pembangkit listrik termal dapat menggunakan beberapa jenis teknologi sesuai dengan sumber energi bahan bakar yang digunakan dan diantaranya adalah PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTD dan PLTMG. Pemanfaatan teknologi yang dapat memitigasi perubahan iklim juga telah dilakukan. e.
Legal Landasan hukum bisnis IPP di Indonesia diantaranya adalah UU No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan dan Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik.
194
f.
Internasional Berdasarkan data yang dimiliki oleh BKPM, beberapa lembaga pemeringkat telah memberikan credit rating untuk Indonesia yaitu sebagai berikut: a.
Fitch Ratings : BBB- / Outlook Stable (Investment Grade)
b.
Moody’s
c.
Standard & Poor’s
: Baa3 / Outlook Stable (Investment Grade) : BB+ / Outlook Stable
Kontribusi total investasi sebagai bagian persentase dari GDP Indonesia telah meningkat cukup signifikan sejak tahun 2000 – 2013 dimana terjadi peningkatan dari sekitar 22% menjadi hampir 35%. g. Environmental Pengembangan IPP mewajibkan dilakukannya AMDAL. Dasar hukum AMDAL di Indonesia adalah Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 mengenai Izin Lingkungan Hidup. h. Demografi Pembangunan pembangkit listrik oleh IPP akan memberikan dampak demografi diantaranya adalah adanya ketersediaan lapangan kerja baru dan berkurangnya jumlah pengangguran karena pembangkit listrik membutuhkan banyak tenaga kerja dari berbagai disiplin ilmu dan latar belakang pendidikan. 3.
Berdasarkan hasil analisa, model pasar kelistrikan di Indonesia adalah kombinasi monopoli vertically integrated dan single buyer untuk jaringan
195
transmisi dan distribusi dengan keterlibatan aktif IPP membangun pembangkit listrik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan diikuti oleh pertumbuhan kebutuhan energi listrik yang memberikan peluang yang sangat besar buat pengembang IPP dimana untuk periode tahun 2015 – 2019, diperkirakan kebutuhan tambahan pembangkit listrik sebesar 42,940 MW dimana PLN berkomitmen baik dalam tahap konstruksi, committed dan rencana sebesar total 18,026 MW (42% dari total kebutuhan) dan IPP diharapkan untuk berkontribusi sebesar total 24,914 MW (58% dari total kebutuhan). Peran Pemerintah sangat mutlak diperlukan dalam pemenuhan kebutuhan listrik untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Analisa Porter 5 Forces memberikan hasil kekuatan yang menengah untuk industri IPP di Indonesia. Rivalry among competitor dan bargaining power of buyer (PLN) memberikan dampak paling kuat jika dibandingkan dengan forces yang lain. New entrant IPP perlu memeriksa dan mengevaluasi resource dan competitive capability yang menggambarkan : a.
Internal strength Diantaranya adalah new entrant IPP dapat menggunakan skema project finance yang memberikan return yang menarik, adanya jaminan penyediaan bahan serta pemanfaatan teknologi yang efisien.
b. Internal weakness
196
Diantaranya adalah keterbatasan SDM yang handal, ketergantungan pada kesiapan infrastruktur dan naik turunnya harga bahan bakar. c.
External opportunity Diantaranya adalah peluang 35 GW yang digagas pemerintah, pembiayaan dari luar negeri serta peluang menjadi international IPP player.
d. External threat Diantaranya adalah resiko pembangunan dan pengoperasian IPP yang harus diidentifikasi dan dimitigasi, kesulitan akuisisi lahan dan peningkatan persaingan dalam memenangkan tender IPP. 4.
Project finance adalah skema yang terbaik dalam membiayai proyek IPP dimana skema investasi keekonomian menunjukkan ketiga opsi power plant baik base load, load follower ataupun peaker power plant. dapat dilakukan dan tetap memberikan return yang menarik (project IRR diatas 11%).
5.
Berdasarkan identifikasi dan analisa yang dilakukan diperoleh strategi kompetitif new entrant IPP. Critical success factor yang harus dimiliki oleh new entrant IPP diantaranya adalah: a.
Keluar sebagai pemenang lelang proyek IPP yang diadakan PLN.
b.
Konsorsium IPP yang solid yang didukung oleh sumber pembiayaan proyek IPP yang terbaik.
c.
Pemilihan teknologi power plant yang paling efisien.
d.
EPC yang berkualitas dan memenuhi target waktu COD.
197
e.
Manajemen SDM, O&M, pengadaan serta penggunaan bahan bakar yang efisien dan efektif.
f.
Manajemen kontrak dan resiko yang baik.
g.
Hubungan yang baik dengan semua stakeholder dan shareholder.
New entrant IPP akan menggunakan pendekatan cost leadership strategy ketika memilih base load power plant. New entrant IPP akan menggunakan pendekatan differentiation strategy ketika memilih load follower power plant. Adapun pendekatan focus differentiation strategy akan dipilih untuk peaker power plant.
5.2
Keterbatasan
Didalam penyusunan tesis, penelitian dilakukan melalui beberapa proses diantaranya observasi dan analisa terhadap data-data perusahaan dan PLN, interview dengan beberapa tenaga ahli IPP, studi kepustakaan baik berupa bukubuku teks manajemen bisnis, dokumen, artikel, laporan penelitian, majalah, sumber internet, hasil studi beberapa organisasi dan konsultan yang telah diterbitkan serta data-data resmi dari beberapa instansi. Informasi yang dinamis memerlukan proses pemilihan, pemilahan dan analisa mendalam sebelum dijadikan acuan dan sumber informasi yang digunakan didalam tesis ini.
198
5.3
Saran
Saran yang dapat diberikan agar new entrant IPP dapat menerapkan strategi kompetitif dengan baik antara lain: 1.
Berdasarkan hasil penelitian, terkait dengan ketersediaan sumber daya primer
di
Indonesia
yang
besar,
disarankan
agar
Pemerintah
memperhatikan dengan ketat penggunaan dan proyeksi cadangan sumber daya primer didalam pemenuhan kebutuhan energi listrik yang sangat besar. 2.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti melihat betapa pentingnya untuk memahami kondisi macro environment yang berpengaruh terhadap bisnis IPP. Untuk itu new entrant IPP disarankan untuk melakukan identifikasi dan analisa mendalam terkait berbagai aspek macro environment.
3.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pasar kelistrikan di Indonesia adalah kombinasi monopoli vertically integrated dan single buyer. Untuk itu new entrant IPP disarankan untuk benar-benar memahami model pasar kelistrikan tersebut. Perangkat yang dapat digunakan diantaranya adalah Porter 5 Forces dan SWOT.
4.
New entrant IPP disarankan untuk memperoleh pendanaan proyek dengan skema terbaik. Saat ini, project finance menjadi pilihan yang paling menguntungkan. Disaat yang bersamaan, risiko jangka panjang bisnis IPP harus dapat diidentifikasi dan dimitigasi.
5.
New entrant IPP dapat memilih untuk membangun base load power plant, load follower power plant ataupun peaker power plant. Masing-masing
199
pilihan pembangkit listrik memiliki karakteristik strategi kompetitif yang berbeda-beda baik itu cost leadership, differentiation maupun juga focus differentiation. Semua ini harus menyesuaikan dengan kebutuhan PLN sebagai main offtaker.
200