BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Pembahasan hasil penelitian merupakan pengkajian atas hasil penelitian yang disajikan pada BAB 1V. Pengkajian dimaksudkan untuk memperoleh makna substansial dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan ini dilakukan dengan mendiskusikan temuan sebagai hasil-hasil penelitian dengan kajian teori yang telah dibahas pada BAB 11 maupun pada latar belakang penelitian yang ada pada BAB 1. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengungkap pemberdayaan kompetensi guru professional dalam proses pembelajaran. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah; pertama. mau memperoleh gambaran empiric secara jelas tentang: implementasi kompetensi guru dalam proses pembelajaran, kedua, apa saja yang dilakukan guru untuk melaksanakan tugas profesi sebaik-baiknya ketiga, bagaimana bentuk bantuan kepala sekolah dan pengawas sekolah agar guru-guru melaksanakan tugas professional secara optimal dan keempat, masalah-masalah apa sajakah yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran. Hasil penelitian akan dikaji dalam pembahasan ini dengan memahami keterhubungan antara hasil penelitian satu sama lain, memahami keterhubungan antara hasil penelitian dengan konsep-konsep dan teori-teori yang digunakan. Pengkajian bertujuan untuk dapat memahami karakter permasalahan yang telah dikemukakan dalam gugus permasalahan yang diteliti. Hasil proses analisis
215
ini menjadi bahan kesimpulan terutama dalam menyingkapkan makna-makna yang tersirat dan tersurat dalam penelitian. 5.1.Implementasi kompetensi guru dalam proses pembelajaran. Implementasi kompetensi guru dalam proses pembelajaran ini dikaji mulai dari saat guru memasuki ruangan kelas, membuka pelajaran, melaksanakan kegiatan inti, menutup pelajaran dan saat meninggalkan ruangan kelas. 1).Saat guru memasuki ruangan kelas. Pendidikan diartikan sebagai proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat istiadat dan budaya serta kelembagaan social dari generasi ke generasi (Crow and Crow). Sebagai guru, dalam kehidupan sosialnya tentulah memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun terhadap semua orang demikianpun terhadap peserta didiknya. Dalam membangun relasi edukasi di kelas guru harus benar-benar memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif, empatik dan santun secara lisan, tulisan dan atau bentuk lain seperti (mimic dan bahasa tubuh). Senyum dan sapa adalah bagian dari adat istiadat dan budaya yang perlu diwariskan dari generasi ke generasi melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan pengertian pendidikan menurut Crow and Crow dalam Arif Rohman (2009: 6) yakni pendidikan sebagai proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat istiadat dan budaya serta kelembagaan social dari generasi ke generasi.
216
Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik dengan bahasa yang khas pada awal pertemuan di kelas bertujuan untuk menyiapkan kondisi psikologis peserta didik untuk dapat mengambil bagian secara aktif dalam proses pembelajaran. Memberikan senyum dan menyapa siswa saat guru memasuki ruangan kelas adalah contoh yang diberikan guru dalam konteks keteladanan dalam membangun komunikasi yang efektif sebagai perwujudan atas kompetensi pedagogiknya. Hasil penelitian menunjukan bahwa 65% guru dari guru yang memasuki ruangan kelas untuk mengajar memberikan senyum dan menyapa siswa dengan santun. Adapun menurut penuturan guru bahwa saat memberikan senyuman dan menyapa peserta didik dengan santun, ia merasa bahwa dirinya telah hadir di tengah-tengah siswa untuk melaksanakan proses pembelajaran. Hal ini akan sejalan dengan apa yang disampaikan oleh bapak Ki Hadjar Dewantara dalam ajaran tut wuri handayani. (jika di depan menjadi teladan, jika ditengah-tengah anak didik kita membangkitkan hasrat untuk belajar dan jika dibelakang kita memberikan dorongan).. Guru yang hadir di depan kelas untuk mau menyelenggarakan proses pembelajaran, sangat mendambahkan agar kehadirannya dapat diterima dengan keikhlasan hati oleh segenap siswanya. Guru-guru yang memasuki ruangan kelas dengan senyum gembira, bersemangat dan menyapa siswa dengan santun berarti guru telah memperlihatkan dirinya bahwa
ia senang hadir di tengah-tengah
siswanya, mencintai mereka dan siap untuk mengajar, melayani, mendampingi, dan membimbing dengan demikian peserta didik akan senang menerima bapak
217
atau ibu guru yang mau memberikan pelajaran. Jika kondisi awal seperti ini terbangun dari suatu kesadaran yang tinggi maka kondisi psikologis siswa akan sangat siap untuk menerima pelajaran.
.
Selain itu, hasil penelitian juga menemukan adanya suatu tradisi dalam proses pembelajaran yakni tradisi memberikan salam hormat saat guru memasuki ruangan kelas. Bahwa ada keteraturan yang nampak terpola yakni siswa pada posis berdiri, memberikan salam hormat dibawah pimpinan ketua kelas, guru membalas salam itu lalu mempersilakan duduk, siswa menyampaikan terima kasih lalu duduk di tempat masing-masing. Hal ini sesuai dengan standar proses maka, tradisi ini merupakan bagian dari pengelolaan kelas dimana guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, keselamatan dan kepatuhan pada peraturan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran dan ini juga merupakan suatu kegiatan untuk menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran. Memberikan salam hormat kepada guru sebagai tradisi pembelajaran di kelas bukanlah untuk kepentingan guru melainkan untuk kepentingan siswa. Bahwa dalam diri siswa sebagai generasi penerus budaya bangsa perlu ditanamkan nilainilai etika seperti itu, agar dalam pergaulan yang lebih luas di masyarakat nilainilai etika itu dapatlah diaplikasikan secara adaptif. Hal ini sejalan dengan salah satu tujuan pendidikan nasional yakni berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berakhlak mulia. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa 95% guru, sebelum proses pembelajaran dimulai, mengecek kehadiran siswa dengan mengisi daftar hadir.
218
Ternyata guru-guru sangat peduli tentang pentingnya mengecek kehadiran siswa dan mendatakannya. Menurut pengakuan guru bahwa yang lebih penting dalam mengecek kehadiran siswa adalah bahwa sebagai pendidik harus memperlihatkan rasa empati terhadap siswa dengan memperlihatkan sikap mau mengetahui mengapa siswa alpa, untuk keperluan apa ia ijin, dan juga bagaimana dengan keadaan sakitnya. Hal ini sesuai dengan salah satu kompetensi pedagogic guru yang dipersyaratkan yaitu guru memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, social-emosional, moral, spiritual dan latar belakang social budaya, serta kompetensi kepribadian yakni berperilaku jujur, tegas dan manusiawi serta menunjukan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi. Ada hal penting lain yang diperolah dari hasil penelitian yaitu tentang pengaturan tempat duduk. Hasil penelitian menunjukan bahwa 86% guru mengatur kembali tempat duduk siswa sebelum pelajaran dimulai. Ada pengakuan guru bahwa jika saat mengajar ada tempat duduk bagian depan yang kosong maka ia merasa sangat jauh dengan peserta didik. Oleh karena itu maka sebelum mengajar biasanya tempat duduk siswa ditatata ulang agar proses pembelajara dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Hal ini dapat dimaknai bahwa mengatur tempat duduk bukanlah sesuatu hal yang sepele dan mengada-ada, namun juga dipandang penting sehingga diatur dalam standar proses yakni pada bagian pengelolaan kelas, guru mengatur tempat duduk sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran serta aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan.
219
2).Saat membuka pelajaran./kegiatan pendahuluan. Hasil penelitian menunjukan bahwa cara guru membuka pelajaran atau melaksanakan kegiatan pendahuluan dalam proses pembelajaran sangat bervariasi. Ada yang membuka dengan pertanyaan”apakah anda telah siap untuk mengikuti pelajaran saya?”. Ada yang mengawalinya dengan anekdot yang relevan dengan materi pelajaran yang mau diajarkan, ada yang langsung dengan pertanyaanpertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan, dan lain sebagainya. Menurut penuturan guru bahwa cara-cara membuka pelajaran yang menarik merupakan sesuatu hal penting yang harus diperhatikan, hal ini bermaksud untuk menyiapkan kondisi psikologis anak sebalum mengikuti pelajaran. Membuka pelajaran dengan cara yang kreatif dan menarik akan lebih membantu dalam proses pembelajaran selanjutnya. Peserta didik akan merasa senang dan lebih banyak siswa akan berpartisipasi dan lebih bertanggung jawab dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip belajar yang dikemukakan oleh Hadisusanto yakni belajar akan berhasil bila siswa berpartisipasi secara aktif dan disiplin serta bertanggungjawab dalam setiap kegiatan belajar. Juga dalam standar proses dikatakan bahwa kegiatan pendahuluan dalam proses pembelajaran adalah menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran. 3).Kegiatan inti. Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan
220
ruang bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. Kegiatan inti ini menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Kegiatan inti dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. (1).Proses eksplorasi. a). Hasil penelitian menunjukan bahwa 53% guru memperlihatkan kepada siswa bahwa belajar tidak hanya dari guru. atau dengan kata lain guru bukan menjadi sumber ilmu satu-satunya. Untuk itu siswa bisa belajar dari berbagai sumber. Hal ini sejalan dengan filsafat konstruktivisme yakni belajar berarti membentuk makna dari apa yang dilihat, didenggar, dirasakan dan dialami berdasarkan apa yang sudah dimilikinya. Belajar bukanlah suatu kegiatan yang sekedar menumpulkan data atau fakta melainkan lebih merupakan pengmbangan pemikiran dengan membuat ataumembentuk makna yang baru. Hasil belajar senantiasa dipengaruhi oleh pengalaman siswa atau
pebelajar dengan dunia fisik dan
lingkungannya. Selain itu hasil belajarnya juga senantiasa dipengaruhi oleh apa yang telah diketahui
sebelumnya (Sumarsono, 2004:58).
b). Dalam hal menggunakan beragam pendekatan pembelajaran dan menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar lain, hasil penelitian menunjukan bahwa 53 % guru menggunakan metode cerama diselingi dengan sedikit Tanya jawab, 30% guru menggunakan pendekatan diskusi kelas dan 17%guru menggunakan diskusi kelompok.
221
Secara konseptual, para ahli telah menawarkan berbagai metode mengajar yakni; metode expository dan discovery, metode cerama, metode diskusi, metode inkuiri, metode tugas belajar dan resitasi, metode problem solving, metode panel discussion, metode buzz group, metode syndicate group, metode symposium, metode informasi debate, metode fish bowl, metode brainstorming group, metode qollokium, metode demonstrasi dan eksperimen, metode sosio drama dan bermain peran, metode drill, metode karyawisat, metode kerja kelompok dan lain sebagainya. Walaupun banyak metode mengajara yang ditawarkan namun hal ini sangat tergantung dari factor tujuan pembelajaran, factor murid, factor situasi, dan factor guru. Hasil penelitian menunjukan bahwa metode cerama masih mendominasi guru dalam hal pemilihan pendekatan pembelajaran. Hal ini belum sejalan dengan apa yang dipersyaratkan dalam standar proses yakni guru menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain. c). Guru dalam memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber balajar lain lebih nampak intensif pada guru yang menyelenggarakan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan diskusi kelas dan diskusi kelompok. Hal ini berarti 47%guru yang melakukanya, dalam arti guru memberdayakan kompetensi pedagogic yakni memfasilitasi pengembangan potensi peserta diddk untuk menaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
222
d). Dalam proses eksplorasi, guru perlu melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Hasil penelitian menunjukan bahwa semua guru memberikan kesempatan yang sama kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan atau menjawab pertanyaan. Ini merupakan bagian dari upaya guru untuk mengimplementasikan kompetensi pedagogiknya yakni
memfasilitasi
pengembangan
potensi
peserta
didik
untuk
mengaktualisasikan berbagai potansi yang dimiliki. (2).Proses elaborasi. a). Salah satu prinsip belajar menurut Hadisusanto dalam (Sumarsono 2004:63) yakni belajar akan lebih bermakna bila dilakukan lewat pengalamannya sendiri dan diujicobakannya sendiri. Dalam kaitan dengan prinsip belajar ini maka dalam proses pembelajaran, guru perlu memainkan perannya untuk memfasilitasi peserta didik agar dapat belajar melalui pengalamannya sendiri agar bisa memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun secara tertulis. Hasil penelitian menunjukan bahwa 7% guru memainkan peran ini secara baik. b). Prinsip belajar lain menurut Hadisusanto yakni belajar dengan prakarsa sendiri, dengan penuh kesadaran dan kemauan atau niat yang kuat akan berlangsung lama dan tuntas. Hasil penelitian menunjukan bahwa guru memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah dan bertindak tanpa rasa takut. Dan hal ini lebih menonjol pada proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan pendekatan/metode diskusi.
223
c). Guru memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif, dan hal ini lebih menonjol pada proses pembelajaran dengan pendekatan diskusi kelompok. Menurut Muhibbin Syah dalam Buchari A.(2009) bahwa diskusi sebagai metode mengajar guru yang terjadi di dalam kelas merupakan salah satu jenis diskusi informal. Diskusi yang diaplikasikan dalam proses belajar mengajar ini bertujuan untuk: mendorong siswa berpikir kritis, mendorong siswa untuk mengekspresikan pendapatnya secara bebas, mendorong siswa untuk menyumbangkan buah pikirannya untuk memecahkan masalah bersama, dan juga untuk mengambil satu alternative jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan beberapa pertimbangan bersama. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada 47% guru yang melakukan hal demikian dalam proses pembelajaran di kelas. d). Membangun mental juara atau semangat berkompetisi pada diri siswa adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan. Dalam proses pembelajaran guru perlu memfasilitasi peserta didik untuk berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar. Hasil penelitian menunjukan bahwa hanya 7% guru yang memfasilitasi peserta didik untuk hal ini. e). Dalam proses pembelajaran, guru memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok. Hal ini penting dilakukan berkaitan dengan membangun rasa bertanggungjawab siswa dalam hal belajar. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada 5% guru yang melakukan hal demikian dalam proses pembelajaran. Guru perlu menyadari bahwa hal ini penting dan jika dilakukan maka akan sejalan dengan tujuan
224
pendidikan nasional kita yakni berkembangnya potensi peserta didik agar agar menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. (3).Proses konfirmasi. a). Selama proses pembelajaran, guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat maupun hadia terhadap keberhasilan siswa. Hasil penelitian menunjukan bahwa 65% guru memberikan umpan balik positif dan penguatan kepada siswa yang bisa menjawab
benar
atau
berhasil
melakukan
sesuatu
dalam
proses
pembelajaran. Penggunaan penguatan atau reinforcement dalam proses pembelajaran harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut: 1).Penuh kehangatan. 2).Bervariasi.3).Penuh arti bagi siswa.4).Bersifat pribadi. 5).Langsung atau segera. Disarankan agar guru menghindari pemberian reinforcemen negative berupa kritikan dan hukuman (Buchari A.2009:32). b). Selama proses pembelajaran, guru memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar. Dalam hal ini guru berperan sebagai nara sumber dan fasilitator juga sebagai penasehat dalam menjawab pertanyaan dan memberikan jalan keluar bagi peserta didik dalam menghadapi kesulitan. Berkaitan dengan peran guru sebagai penasehat yang disampaikan oleh E. Mulyasa (2008) bahwa siswa yang menemui jalan buntuh dalam menghadapi suatu persoalan biasanya gurulah yang menjadi tempat pengaduan mereka. Makin efektif guru menangani setiap permasalahan siswa maka akan semakin banyak peserta didik berpaling kepadanya untuk mendapatkan nasehat dan kepercayaan diri.
225
Hasil penelitian menunjukan bahwa semua guru memainkan peran ini dalam proses pembelajaran dengan cara dan versi yang berbeda sesuai kebutuhan dan situasi selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman bermakna dalam mencapai komeptensi dasar, guru dengan tekniknya sendiri-sendiri untuk memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif agar dapat terlibat secara optimal dalam proses pembelajaran. Untuk
mempertinggi
efektifitas
proses
pembelajaran
atau
meningkatkan kualitas proses pembelajaran maka memilih metode pembelajaran yang tepat adalah sesuatu hal yang penting bagi guru. Memilih metode pembelajaran yang baik dan efektif tentu tergantung dari factor tujuan, factor murid, factor situasi dan factor guru. Faktor tujuan; Tujuan pembelajaran harus menjelaskan perubahan apa yang akan terjadi pada siswa, sebagai akibat dari pengajaran yang diterimanya. Yng dimaksud adalah perubahan pola berpikir, perasaan dan pola tingkah laku. Untuk itulah gurulah yang memikirkan bahan pengajaran yang dibutuhkan dan metode apa yang cocok untuk merangsang terjadinya perubahan-perubahan tersebut. Faktor siswa; Agar tujuan pembelajaran bisa tercapai maka guru perlu mengetahui perbedaan-perbedaan yang ada pada diri siswa secara individual, seperti perbedaan bakat, perbedaan cara belajar, perbedaan lingkungan dimana ia dibesarkan dan lain sebagainya.
226
Faktor situasi; Yang dimaksudkan adalah keadaan proses pembelajaran, apakah situasinya terburu-buru karena mau mengejar target waktu ataukah ada cukup waktu. Apakah perlu mengajar dengan cerama, diskusi, seminar atau dengan metode-metode lain. Faktor guru; Tujuan seorang guru dalam mengajar
mengajar adalah
menetapkan sebuah cara yang memberikan jaminan tertinggi akan tercapainya tujuan pembelajaran. Apabila seorang guru menyadari bahwa tujuan khusus yang akan dicapai itu harus melalui suatu proses di dalam situasi khusus maka akan jelas bahwa untuk tujuan dan situasi yang khusus itu akan memakai cara atau metode tertentu dan cara mana yang mungkin tidak akan dipakainya. Tegasnya bahwa didalam memilih metode yang wajar antara lain harus berpedoman kepada tujuan khusus yang akan dicapainya, dan penguasaan metode oleh seorang guru. Seseorang dapat dikatakan belajar apabila orang itu berhadapan dengan sesuatu yang belum diketahuinya lalu kemudian ia ingin mengetahui masalah tersebut, sehingga timbul keterkaitan antara yang merangsang (guru) dengan reaksi positif antara pebelajar (siswa). Setelah guru mengetahui karakteristik dari peserta didik secara individual serta dapat memperkirakan dan menyiapkan bahan pelajaran yang akan diberikan, guru juga memperhatikan syarat-syarat yang menunjang efektifitas pembelajaran seperti: 1). suasana belajar. Guru harus sanggup menumbuhkan perhatian anak didik terhadap bahan pelajaran. 2). Bahan atau masalah yang disajikan hendaknya dimulai dari yang sederhana, konkrit dan realistis. 3).Bahan pelajaran atau topic yang diajarkan
227
hendaknya mempunyai hubungan yang logis satu dengan yang lainnya sehingga siswa dapat merasakan nilai praktisnya. 4). Bahan pelajaran yang disajikan hendaknya membawa manfaat yang dapat dirasakan oleh siswa. 5). Jika bahan pelajaran atau masalah yang disajikan dengan tujuan untuk membentuk suatu sikap, maka sangatlah diperlukan suatu pendekatan psikologis yang tepat dan perlu penekanan serta penjelasan untuk menguatkan efek dari pelajaran yang disajikan. Buchari A.(2009: 75-79). Dari pemaparan hasil observasi dari keseluruhan kegiatan inti atau proses pembelajaran, dan sajian teori-teori pembelajaran di atas dimaknai bahwa metode ceramah masih sangat dominant penggunaannya dari pada metode-metode lainnya dan berikutnya adalah metode diskusi sedangkan metode-metode lainnya belum tersentuh secara praktikal. Dengan menghormati otoritas guru dalam memilih metode cerama dalam proses pembelajaran, namun perlu dilihat alasan-alasan guru dalam memilih metode itu. Untuk bisa melihat alasan guru memilih metode cerama dapatlah kita melihat dari keunggulan metode cerama itu sendiri. Secara konseptual, ada beberapa keunggulan dari metode cerama yaitu: 1).Guru mudah menguasai kelas. 2).Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar. 3).Dapat diikuti oleh siswa dalam jumlah besar. 4).Mudah dilaksanakan. 5).Sangat ekonomis. Untuk lebih memahami keberadaan dari metode ini maka gurupun harus melihat apa saja menjadi kelemahan dari metode cerama agar lebih sempurna dalam mengambil keputusan untuk memilih metode. Adapun kelemahan dari metode ini adalah: 1). Membuat
228
siswa pasip. 2).Mengandung unsure paksaan kepada siswa. 3).Tidak mendukung daya kritis siswa. 4). Susah mengontrol sejauh mana pemerolehan siswa. 5). Akan cepat membosankan bila terlalu lama. Jika kita mengkaji lebih jauh tentang keunggulan dan kelemahan metode cerama di atas maka akan terlihat jelas bahwa keunggulan metode cerama lebih berpihak kepada kepentingan guru dalam mengajar. Sedangkan kelemahannya lebih berpihak kepada siswa. Beberapa guru mulai meninggalkan metode cerama dan mulai memilih metode diakusi informasi (metode campuran) dan metode diskusi kelompok dalam proses pembelajaran. Muhibbin Syah dalam Buchari A.(2009) mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah. Metode diskusi pada dasarnya adalah bertukar informasi, pendapat dan unsure-unsur pengalaman yang teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas tentang permasalahan atau topic yang sedang dalam pembahasan. Dari pengamatan di lapangan bahwa; sebenarnya materi yang diajarkan bisa disajikan dengan metode cerama namun guru memilih metode diskusi. Sekali lagi bahwa dengan menghormati otoritas guru dalam memilih metode pengajaran namun baiklah kita melihat keunggulan dari metode diskusi itu sehingga guru memilihnya. Adapun keunggulan metode diskusi adalah: 1).Suasana kelas akan hidup sebab siswa akan mengarahkan pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan. 2). Menyadarkan siswa bahwa sebuah masalah dapat
229
dipecahkan dengan berbagai cara atau jalan. 3). Membiasakan siswa untuk mendengarkan pendapat orang lain, sekalipun berbeda dengan pendapatnya. 4). Dapat meningkatkan prestasi individu siswa seperti toleransi, demokratis, kritis, berpikir sistematis, sabar, berani bicara, dan lain sebagainya. 5). Kesimpulan-kesimpulan diskusi mudah dipahami siswa karena siswa terlibat langsung dan mengikuti proses diskusi dari awal sampai kepada kesimpulan. Bahwa metode
diskusi ini tepat digunakan untuk: 1).Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk merumuskan prinsip-prinsip dengan katakata sendiri. 2).Mmebantu siswa untuk memahami serta merumuskan masalah berdasarkan informasi yang diperoleh dari buku dan ceramacerama. 3).Membantu siswa apabila siswa menerima informasi atau teori yang berlawanan dengan tradisi atau kepercayaan siswa sebelumnya. Adapun tujuan dari penggunaan metode diskusi dalam proses pembelajaran adalah: 1). Mendorong siswa berpikir kritis. 2). Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas. 3). Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirannya untuk memecahkan masalah bersama. 4). Mengambil satu alternative jawaban atau beberapa, untuk memecahkan masalah berdasarkan beberapa pertimbangan bersama. Metode diskusi dapat digunakan di dalam kelas apabila: 1). Ada soalsoal yang perlu diselesaikan bersama oleh siswa. 2). Dibutuhkan untuk mencari suatu keputusan atas suatu masalah. 3). Untuk menimbulkan kesanggupan pada siswa dalam menumbuhkan pikiran secara teratur yang dapat diterima oleh orang lain. 4). Untuk membiasakan anak didik untuk
230
mendengar pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri, serta membiasakan bersikap toleran terhadap teman-temannya. Agar lebih lengkap pemahaman kita tentang metode diskusi ini maka ada baiknya kitapun melihat kekurangan-kekurangannya. Kekurangan dari metode diskusi ini adalah: 1). Kemungkinan ada siswa yang tidak ikut aktif dalam diskusi. Bagi siswa yang demikian, diskusi merupakan kesempatan untuk melepaskan diri dari tanggung jawab. 2). Peserta diskusi mendapatkan informasi yang terbatas. 3). Kelompok dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka bicara. Kalau kita melihat peran guru dalam kedua metode ini dari hasil pengamatan di lapangan bahwa jika menggunakan metode cerama, peran guru yang dominant adalah sebagai pengajar sedangkan peran lain sangat sedikit muncul selama proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan bila guru menggunakan metode diskusi, peran guru cukup banyak yang dimunculkan seperti sebagai pendidik, pembimbing, pelatih, penasehat, innovator, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, emancipator, evaluator dan beberapa peran lain. 4). Kegiatan penutup. Menutup atau mengakhiri proses pembelajaran, juga menuntut suatu keterampilan tersendiri. Hal ini penting untuk menghasilkan kesan social dan psikologis yang positif bagi siswa. Hasil penelitian menunjukan bahwa, 7% guru dalam kegiatan penutup bersama-sama dengan siswa membuat rangkuman atau kesimpulan
231
pelajaran, akan tetapi nampaknya guru lebih mendominasi, alasannya bahwa untuk menghemat waktu dan tidak bertele-tele. Melakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada 7%guru yang cukup terbuka dalam hal ini yakni dengan menanyakan/meminta kritikan atau masukan dari siswa tentang metode yang digunakan. Ini adalah suatu tindakan refleksi guru yang perlu dalam upaya perbaikan mutu proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada 9,3%yang melakukan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. Guru melakukan hal ini secara lisan
dengan
memberikan
pertanyaan-pertanyaan
untuk
mengecek
pemahaman siswa terhadap apa yang baru dipelajari. Di dalam standar proses, yang berkaitan dengan kegiatan menutup pelajaran, guru bersama siswa merencanakan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi, pengayaan, layanan konselin dan atau memberikan tugas baik individu maupu kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik. Namun hal ini jarang dilakukan dengan berbagai alasan. Hasil penelitian menunjukan bahwa 16,3%guru, sebelum meninggalkan ruangan kelas menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya. Hal ini sejalan dengan apa yang dipersyaratkan pada standar proses yakni guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
232
5).Saat meninggalkan ruangan kelas. Hasil penelitian menunjukan bahwa banyak guru melaksanakan kegiatan inti/proses pembelajaran berlanjut sampai pada bel tanda berakhirnya pelajaran dibunyikan. Dengan demikian maka kegiatan akhir pelajaran tidak dilaksanakan secara normal atau tidak sesuai standar proses. Hanya ada 7% guru yang membuat rangkuman atau kesimpulan akhir sedangkan yang lainnya menutup pelajaran dengan kalimat seperti”karena lonceng sudah bunyi maka pelajaran kita hari ini sampai disini dulu, nanti akan dilanjutkan pada pertemuan berikutnya”.lalu meninggalkan ruangan kelas. Saat meninggalkan ruangan kelas salam hormat yang dilakukan oleh guru yang peduli masih dilakukan dibawah pimpinan ketua kelas. Itu berarti saat meninggalkan ruangan kelas dalam waktu yang sesingkat itupun, guru masih menanamkan nilai-nilai etika pada siswanya. 6).Penilaian hasil belajar. Dari pemaknaan terhadap hasil penelitian dan konfirmasi bahwa kegiatan evaluasi yang merupakan bagian dari proses pembelajaran cukup diperhatikan kualitas penyelenggaraannya, khususnya pada evaluasi akhir semester dan evaluasi akhir tahun. Hal ini sejalan dengan standar proses yakni penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik dan terprogram dengan menggunakan standar penilaian pendidikan dan panduan penilaian kelompok mata pelajaran.
233
5.2. Hal-hal yang dilakukan guru dalam melaksanakan tugas profesi Karena keterbatasan sumber belajar dan minimnya kepemilikan buku cetak pada siswa yang sering menghambat proses pembelajaran di kelas maka guru perlu berinisiatif untuk melakukan banyak hal untuk mengatasi keterbatasaketerbatasan itu dan juga agar guru dapat melaksanakan tugas profesi sebaikbaiknya. Hasil penelitian menunjukan bahwa beberapa hal telah dilakukan oleh guru untuk melaksanakan tugas profesi sebaik-baiknya, yakni: 1). Berusaha memiliki buku sumber sebanyak mungkin. Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya keterbatasan sumber belajar yang cukup signifikan. Karena daya beli, sebagian besar siswapun sulit untuk memiliki buku cetak. Maka kondisi ini akan diperparah jika guru sendiri tidak memiliki buku-buku cetak yang cukup. Sesuai standar proses, guru diharuskan agar selain memiliki buku teks pelajaran, guru menggunakan buku panduan guru, buku pengayaan, buku referensi dan sumber belajar lainnya. Upaya guru untuk memiliki buku ini sangat membanggakan dan sejalan dengan standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru. Usaha guru untuk memiliki buku sumber sebanyak mungkin merupakan upaya untuk menunjang pemberdayaan kompetensi profesionalnya yakni bahwa 1). guru harus menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. 2). Bahwa guru harus menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. 3). Guru mengembangkan materi
234
pembelajaran yang diampu secara kreatif. Ketiga hal ini akan dapat dilakukan dengan mudah apabila guru memiliki cukup banyak buku. 2).Memberi dorongan kepada siswa dengan berbagai strategi agar siswa memiliki buku pelajaran.
Mengingat keterbatasan sumber belajar dan melihat bentingnya buku sebagai penunjang proses pembelajaran maka guru dengan berbagai strategi agar siswa memiliki buku. Hasil penelitian menunjukan bahwa lebih banyak siswa tidak memiliki buku dan mengandalkan catatan guru, sehingga membuat guru semakin merasa kesulitan dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Di dalam standar proses guru dianjurkan untuk menyampaikan kepada siswa silabus mata pelajaran yang diampunya dan juga menyampaikan buku-buku sumber yang dipakainya pada awal semester. Rasio buku teks pelajaran untuk siswa adalah 1 : 1 permata pelajaran, dan juga guru membiasakan peserta didik menggunakan buku-buku dan sumber belajar lain yang ada diperpustakaan sekolah/madrasah. 3).Membuat perangkat pembelajaran. Membuat perangkat pembelajaran termasuk dalam wilayah perencanaan. yakni perencanaan atau program tahunan, perencanaan atau program smesteran dan juga perencanaan proses pembelajaran. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Hasil penelitian menunjukan bahwa banyak guru tidak membawa perangkat pembelajara masuk kedalam kelas saat pelaksanaan proses pembelajaran. Hal ini bukan berarti guru tidak mengerjakannya. Berdasarkan wawancara terstruktur,
235
diperoleh data bahwa semua guru mengerjakan perangkat pembelajaran dan ditandatangani oleh kepala sekolah. Hal ini berarti sejalan dengan standar proses dimana di dalam standar proses juga termasuk perencanaan proses pembelajaran. 4).Menyampaikan silabus kepada siswa pada setiap awal semester. Silabus sebagai acuan pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar, semuanya ini disampaikan kepada siswa pada awal semester. Dari hasil kajian penelitian menunjukan bahwa guru menyampaikan silabus kepada peserta didik pada setiap awal semester. Ini berarti sejalan dengan apa yang dipersyaratkan pada standar proses. yakni pada awal semester guru harus menyampaikan silabus mata pelajaran yang diampunya kepada peserta didik. 5).Menyampaikan kepada siswa buku-buku sumber yang digunakan. Upaya guru untuk mengatasi kelangkaan sumber belajar adalah bahwa dalam penyampaian silabus selalu dilengkapi dengan buku-buku sumber yang akan digunakan. Hal ini dimaksudkan agar siswa yang memiliki kesanggupan untuk membelinya maka ia membeli sesuai dengan yang dianjurkan. Hasil penelitian menunjukan bahwa guru menyampaikan buku-buku sumber yang digunakan, maka hal ini sejalan dengan apa yang dipersyaratkan pada standar proses yakni rasio buku teks pelajaran untuk peserta didik adalah satu berbanding satu untuk untuk setiap mata pelajaran. 6).Mengelola kelas secara baik.
236
Hasil kajian penelitian menunjukan bahwa hampir semua guru memiliki kemampuan yang bagus untuk mengelola kelas. Tempat duduk selalu ditata dan jika ada letupan atau insiden kecil di kelas ditangani secara bijak, folume dan intonasi suara diatur secara baik, tutur kata guru santun, guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, memberikan penguatan dan umpan balik, menghargai peserta didik, mengenakan pakaian yang sopan, dan lain sebagainya. Ini berarti guru melaksanakan sebagian dari apa yang dipersyaratkan dalam standar proses. 7).Mengatur volume suara dan intonasi suara secara baik. Hasil penelitian menunjukan bahwa volume suara guru dalam proses pembelajara seluruhnya cukup proporsional, tidak terlalu lembut dan tidak terlalu keras. Intonasi suarapun tidak terlalu asing bagi siswa sehingga tidak mengganggu konsentrasi siswa. Hal ini berarti sesuai dengan apa yang dipersyaratkan pada standar proses. 8).Menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta didik.
E. Mulyasa mengidentifikasi peran guru yang termasuk didalamnya adalah guru sebagai pembimbing. Dimana sebagai pembimbing, guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk dapat melaksanakan empat hal yakni; pertama, mencanangkan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai siswa; kedua, melihat keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran; ketiga, memaknai kegiatan belajar dengan memberikan ruh/kehidupan dan arti tentang kegiatan pembelajaran; keempat, melaksanakan penilaian tentang bagaimana keadaan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran atau bagaimana
237
peserta didik membentuk kompetensinya. Bagaimana upaya peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Mengapa siswa berhasil dan atau mengapa siswa tidak berhasil. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa guru-guru pada umumnya memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri dalam menghadapi kondisi belajar siswa. Jika ada yang lamban atau tidak cepat memahami materi maka guru dengan penuh sabar memberikan penjelasan ulang atau membimbing secara khusus. Ini berarti sejalan dengan peran guru yang digambarkan diatas dan sesuai dengan apa yang dipersyaratkan pada standar proses. 9).Mengawali dan mengakhiri pelajaran tepat waktu. Hasil penelitian menunjukan bahwa hanya sedikit guru yang mengelola waktu pembelajaran dengan baik. Guru yang demikian itu memasuki ruangan kelas tepat waktu, membuka pelajaran dan memberikan motivasi awal secara baik, melaksanakan kegiatan inti dan mengakhiri pelajaran dengan memberikan kesimpulan dan rangkuman serta mengimformasikan materi untuk pertemuan berikutnya dan menutup pelajaran sesaat sebalum bel tanda berakhirnya pelajaran dibunyikan. Guru yang memulai dan mengakhiri pelajaran tepat waktu ini dikatakan bahwa memiliki kemampuan untuk mengelola waktu pembelajaran secara mantap. Hal ini sesuai dengan apa yang dipersyaratkan didalam standar proses yaitu guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang dijadualkan.
238
10).Bertutur kata yang sopan. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa guru-guru selalu bertutur kata yang santun terhadap peserta didiknya selama proses pembelajaran dan juga diluar proses pembelajaran. Hal ini menunjukan bahwa guru benar-benar mau memperlihatkan nilai-nilai pendidikan kepada peserta didiknya dan sejalan dengan teori pendidikan yang disampaikan oleh J. Gielen and S. Strasser, yang mengartikan pendidikan sebagai segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rokhaninya kea rah kedewasaan. Bertutur kata yang santun dalam proses pembelajaran juga sejalan dengan apa yang dipersyaratkan dalam standar proses yakni tutur kata guru harus santun dan dapat dimengerti oleh peserta didik. 11).Berpakaian sopan, bersih dan rapih. Hasil penelitian menunjukan bahwa semua bapak dan ibu guru di sekolah saat menyelenggarakan proses pembelajaran menggunakan pakaian yang sopan, rapih dan bersih. Dengan demikian penampilan guru dikelas tidak mengganggu konsentrasi belajar siswa. Hal ini memberi kesan bahwa guru benar-benar menampilkan dirinya sebagai pendidik dan sosok yang patut menjadi teladan bagi peserta didiknya dalam hal berpakaian. Hal ini sesuai ajaran tut wuri handayani yakni “di depan kita memberikan keteladanan.” dan juga sesuai dengan persyaratan dalam standar proses yakni guru memakai pakaian yang sopan, bersih dan rapih. 12).Menghargai peserta didik Guru
yang baik harus tampil simpatik dan tidak diskriminatif, ia harus
239
selalu menghargai semua peserta didik
tanpa memandang latar bela-
kang agama, suku, jenis kelamin, dan status social ekonomi. . Guru tampil simpatik dan tidak diskriminatif sangatlah dibutuhkan karena guru sebagai obor penyuluh dan sebagai penuntun anak didik. Hasil penelitian menunjukan bahwa guru pada umumnya tidak diskriminatif dan tampil simpatik. Hal ini sejalan dengan makna pendidikan yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara dalam Arif Rohman (2009).
yakni;
Pendidikan adalah usaha menuntun segenap kekuatan kodrat yang ada pada anak baik secara individu manusia maupun sebagai anggota masyarakat agar dapat mencapai kesempurnaan hidup. Dan apabila guru selalu tampil simpatik dan tidak diskriminatif dengan menghargai setiap siswa tanpa membedakan satu sama lain maka berarti sesuai dengan apa yang dipersyaratkan dalam standar proses yakni guru menghargai peserta didik tanpa memandang latar belakang agama, suku, jenis kelamin dan status social ekonomi. 13).Menghargai pendapat peserta didik. Guru
sebagai motivator,
sebagai pengarah, sebagai pembangkit
semangat tentulah tidak cepat-cepat memihak kepada yang benar atau memihak kepada yang salah, tapi guru harus bisa berada ditengah-tengah antar yang benar dan yang salah. Ketika ada pendapat yang muncul dari siswa ia harus segera membangun diskusi, ia tidak harus segera membenarkan dan atau menyalahkan agar diskusi bisa berjalan dan bisa bermanfaat untuk membuka wawasan berpikir siswa.
240
Jika siswa berpendapat berarti siswa sedang mengaktifkan organ otaknya
untuk berpikir sehingga mutlak dihargai oleh guru. Menurut
Marzano dalamm Harsanto R. (2007:38) menyatakan bahwa organ otak manusia akan menjadi otak berpikir bila ia selalu dilatih untuk mempertanyakan setiap informasi, setiap hal atau apapun yang dilihat, didengar dan dirasahkan. Untuk itu jika pendapat seorang siswa selalu dihargai oleh seorang guru maka siswa akan senang menggunakan berbagai kesempatan untuk menggunakan otaknya sebagai organ berpikir. Dari paparan hasil observasi dan wawancara tentang sikap guru yang menghargai pendapat siswa maka dapat dimaknai bahwa para guru senantiasa memahami apa yang terbaik yang harus dilakukan untuk siswanya Guru berupaya untuk melaksanakan proses pembelajaran itu menyenangkan, saling menghargai, serta memberikan pelayanan kepada siswanya dan ini sesuai dengan standar proses. 5.3.Bentuk bantuan kepala sekolah dan pengawas sekolah kepada guru. Kepala sekolah dan pengawas
satuan pendidikan, memiliki tugas
yang berkaitan dengan pekerjaan guru. Kedua peran ini yang menjalankan tugas pengawasan proses pembelajaran yang meliputi; pemantauan supervise, evaluasi, membuat pelaporan dan tindak lanjut. Suparvisi baik oleh kepala sekolah maupun oleh pengawas sekolah ini diperlukan karena satu alasan, yakni untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Oteng Suisna (1982 :58), mengatakan bahwa supervise hadir untuk membimbing pertumbuhan kemampuan dan kecakapan
241
professional guru. Bilamana guru memperoleh pembinaan dan kemudian menyadari pentingnya peningkatan kemampuan diri maka dengan demikian guru
tumbuh dan makin bertambah mampu dalam menjalankan
tugasnya. 1).Pemantauan proses pembelajaran Dari hasil penelitian melaluai wawancara menunjukan bahwa pemantauan proses pembelajaran tidak dilakukan secara efektif. Kepala sekolah hanya
menandatngani perangkat pembelajaran dan sedikit memberikan
catatan namun kegiatan lainnya tidak dilaksanakan. Berdasarkan standar proses bahwa pemantauan proses pembelajaran oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah dilakukan dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara dan dokumentasi. Hal ini dimaknai bahwa kepala sekolah dan pengawas sekosekolah belum memberikan bantuan secara efektif kepada guru. 2).Supervisi proses pembelajaran. Hasil penelitian menyangkut supervise proses pembelajaran melalui wawancara, menunjukan bahwa kepala sekolah dan pengawas sekolah tidak melaksanakan supervise proses pembelajaran, tidak perna memberikan contoh, tidak perna berdiskusi, dan tidak perna memberikan pelatihan tentang bagaimana menyelenggarakan proses pembelajaran yang baik. Namun
demikian anjuran-anjuran tentang penyelenggaraan proses pem-
belajaran yang baik sering disampaikan oleh kepala sekolah pada rapat rapat guru.
242
“Supervisi pendidikan dipandang sebagai kegiatan yang ditujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran Dalam konteks profesi pendidikan, khususnya profesi mengajar. Mutu pembelajaran merupakan refleksi dari kemampuan professional gurunya. Oleh karena itu supervise pendidikan berkepentingan dengan upaya peningkatan kemampuan professional guru yang pada gilirannya akan berdampak terhadap mutu proses dan hasil pembelajaran. Satori D. (1997:3) Didalam standar proses mensyaratkan bahwa, supervise pembelajaran diselenggarakan dengan cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi. Hal ini berarti pelaksanaan supervise pembelajaran belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan dalam standar proses. 3).Evaluasi proses pembelajaran. Menurut standar proses bahwa, evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
dan penilaian hasil pembelajaran. Evaluasi proses pembelajaran
memusatkan pada
keseluruhan kinerja guru dalam proses pembelajaran,
dan diselenggarakan dengan cara; membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses dan mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi guru. Hasil kerja kepala sekolah dan pengawas satuan pendidikan dalam hal pemantauan,
supervise dan evaluasi proses pembelajaran ini dilaporkan
kepada pemangku kepentingan untuk ditindak lanjuti. Hasil penelitian melalui wawancara dan konfirmasi balik tentang evaluasi proses pembelajaran sampai pada pembuatan laporan kepada pemangku kepentingan
tidak perna dilakukan oleh kepala sekolah dan pe-
243
ngawas sekolah. Dari kajian penelitian di atas dapat dimaknai bahwa evaluasi proses pembelajaran mengalami kendala. Jika evaluasi proses
pembelajaran
yang terpusat pada keseluruhan kinerja guru tidak dilakukan maka untuk memberikan
penguatan dan penghargaan kepada guru secara obyektif
juga akan mengalami kesulitan. Berikut, memberikan teguran kepada guru yang bersifat mendidikpun akan sulit dilaksanakan. 4.4.Masalah-masalah yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran. Implementasi kompetensi guru baik kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi social dan kompetensi professional dalam proses pembelajaran tidak hanya tergantung dari factor guru itu sendiri melainkan juga tergantung dari factor-faktor luar. Ada factor luar yang mendukung dan ada factor luar yang menghambat. Faktor luar yang mengahambat implementasi kompetensi itulha yang merupakan masalah-masalah yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukan adanya masalah-masalah yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran. Masalah-masalah ini terungkap melalui wawancara dan kebenarannya diperkuat dengan kros cek data. Adapun masalah-masalah yang ditemukan adalah sebagai berikut. 1).Mengalami
kesulitan dalam menguasai karakteristik peserta didik dari
aspek fisik, moral, spiritual, social, cultural, emosional, dan intelektua. Hal ini terungkap saat diwawancarai. Guru memberikan beberapa alasan mengapa mereka sulit untuk menguasai karakteristik peserta didik yakni
244
pertama; jumlah siswa dalam satu rombongan belajar sangat besar dan kedua; jumlah jam mengajar jauh diatas standar.
Setelah diadakan
pengecekan langsung terhadap data jumlah siswa dalam satu rombongan belajar dan jumlah jam mengajar guru, ternyata sangat mendukung alasan yang disampaikan oleh guru yakni jumlah siswa dalam satu rombongan belajar berkisar antara 35-45 siswa. Sedangkan jumlah jam mengajar guru ada yang mencapai 37 jam mengajar dalam seminggu. Menurut standar proses bahwa jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar untuk tingkata SMA/MAK adalah 32 orang . Sedangkan beban kerja guru maksimal 24 jam pelajaran dalam satu minggu. Dari kajian penelitian diatas,dapatlah dimaknai bahwa guru diberi beban kerja jauh melebihi batas maksimum sehingga akan mempengaruhi efektifitas dan produktivitas dalam bekerja. Dengan demikian maka untuk mendapatkan hasil yang maksimalpun akan menjadi kendala bagi guru. 2).Mengalami kesulitan dalam menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain. Dari hasil wawancara dengan guru tentang metodologi pembelajaran yang digunakan pada kegiatan inti/proses pembelajaran di kelas, guru mengungkapkan bahwa mereka hanya mengenal dan hanya bisa menggunakan metode cerama dan diskusi dalam proses pembelajaran. Lebih jauh mereka menjelaskan bahwa secara konseptual kami mengetahui bahwa masih ada pendekatan pembelajaran lain yang mungkin lebih efektif bila digunakan. Akan tetapi, pendekatan yang bagaimana dan bagaimana
245
menggunakannya dalam proses pembelajaran sama sekali kami tidak mengethuinya. Kebenaran dari penjelasan ini didukung oleh data sebelumnya yakni bahwa supervisor dalam hal ini kepala sekolah dan pengawas satuan pendidikan belum perna memberikan contoh bagaimana mengaplikasikan pendekatan pembelajaran yang lain, Mereka juga belum perna berdiskusi tentang hal itu bersama guru, dan guru juga belum perna mengikuti pelatihan tentang pendekatan-pendekatan pembelajaran yang efektif. Masalah yang dihadapi guru ini juga didukung oleh hasil observasi di kelas, yakni bahwa pendekatan pembelajaran yang dominant digunakan oleh guru yaitu cerama dan diskusi. Dari paparan di atas dapatlah dimaknai bahwa guru benar-benar mengalami kesulitan dalam mengembangkan metodologi pembelajaran. Sehingga jika kesulitan guru ini dibiarkan maka metode carama akan kembali menjadi vavorit guru dan metode diskusi akan sebagai variasinya. 3).Mengalami kesulitan dalam melibatkan peserta didik untuk mencari informasi yang luas dan dalam tentang topic atau tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber. Saat guru diwawancarai tentang hal ini, guru menjelaskan bahwa memang kita akui bahwa yang menjadi sumber belajar di Flores Timur ini sangat terbatas. Kita tidak mempunyai sumber belajar di luar kelas yang bisa mendukung proses pembelajaran. Media pembelajaran yang bisa mengakses perkembangan dunia luar juga kita tidak miliki. Siswa disuruh membeli buku juga sangat sulit. Siswa hanya mengandalkan
246
catatan yang diberikan oleh guru. Penjelasan guru di atas sangat didukung oleh data observasi di kelas yakni sangat sedikit
siswa memiliki buku ce-
tak. Sumber-sumber belajar yang lainpun sulit kita temui di Flores Timur. Dari paparan di atas dapatlah dimaknai bahwa jika sumber-sumber belajar tidak tersedia dan tidak didukung oleh kemajuan daerah setempat maka sangat pasti guru akan mengalami kesulitan dalam melibatkan peserta didik untuk mencari informasi yang luas dan dalam tentang topic atau tema materi yang diajarkan. Guru juga akan sulit untuk menerapkan prinsip alam takambang jadi guru. Kalaupun ini adapun akan sangat terbatas.
247
BAB V1 KESIMPULAN, MAKNA DAN REKOMENDASI
6.1. Kesimpulan. Bahwa mutu pendidikan bangsa ini rendah sudah menjadi fakta dan telah mengundang berbagai komentar dan sorotan dari berbagai kalangan. Sorotansoratan itupun beragam dan sering tidak tertuju kepada satu aspek tertentu saja. Ada yang menyoroti soal systemnya, ada yang menyoroti soal biaya atau pandanaan pendidikan, ada yang menyoroti kurikulumnya, ada yang menyoroti sarana dan prasarananya, ada yang menyoroti kepemimpinan kepala sekolah dan ada juga yang menyoroti kompetensi guru dan lain sebagainya. Dari hasil kajian penelitian tergambar bahwa penyebab mutu pendidikan bangsa ini rendah adalah karena rendahnya mutu proses pembelajaran di kelas. Karena guru sebagai actor utama dan sebagai penyelenggara proses pembelajaran di kelas maka mutu proses sangat ditentukan oleh factor guru itu sendiri. Bahwa kompetensi guru belum diberdayakan secara maksimal untuk kepentingan peserta didik melalui proses pembelajaran. Penelitian ini telah mengkaji secara lebih spesifik dan mendalam tentang pemberdayaan kompetensi guru dalam proses pembelajaran di kelas. Hal-hal yang dikaji adalah: pertama; implementasi kompetensi guru dalam proses belajaran. kedua; Hal-hal yang dilakukan guru dalam melaksanakan tugas profesi. ketiga; Bagaimana bentuk bantuan kepala sekolah dan pengawas sekolah agar guru
248
melaksanakan tugas profesinya secara optimal dan keempat; masalah-masalah yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran. Kesimpulan umum dari hasil penelitian ini adalah bahwa implementasi kompetensi pedagogic, kompetensi social dan kompetensi kepribadian secara keseluruhan
cukup
menggembirakan.
Namun
implementasi
kompetensi
professional masih menemui banyak hambatan, baik secara internal empowering maupun secara eksternal empowering. Banyak upaya yang dilakukan oleh guru untuk melaksanakan tugas profesi sebaik-baiknya namun kemampuan internal dalam hal memberdayakan kompetensinya masih terbatas dan juga minimnya daya dukung lingkungan yang menyediakan berbagai sumber belajar. Sementara itu pemberdayaan kompetensi guru secara eksternal baik oleh kepala sekolah maupun oleh pengawas sekolah belum terwujudkan sebagaimana mestinya. Inilah yang menjadi faltor penyebab proses pembelajaran yang kurang bermutu yang membutukna upaya perbaikan. Kesimpulan umum hasil penelitian di atas
telah memberikan gambaran
mengenai pemberdayaan kompetensi guru professional SMA di kabupaten Flores Timur. Sedangkan untuk mendapakan gambaran yang lebih spesifik tentang: Pertama; Implementasi kompetensi guru professional dalam proses pembelajaran, Kedua; Apa yang dilakukan guru untuk melaksanakan tugas profesi yang sebaikbaiknya, Ketiga; .Bagaimana bentuk bantuan kepala sekolah dan pengawas sekolah agar guru melaksanakan tugas profesinya secara optimal, serta, Keempat; .Masalah-masalah apa saja yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran, maka secara spesifik kita dapat melihatnya pada kesimpulan di bawah ini.
249
1). Implementasi kompetensi guru dalam proses pembelajaran. Kompetensi diartikan sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati
dan dikuasai oleh guru dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi-kompetensi yang dimiliki guru yang perlu untuk menjalankan
tugas keprofesionalan itu adalah
kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi
social dan
kompetensi professional. Keempat kompetensi inilah yang harus dimplementasikan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil pengkajian penelitian yang dipaparkan di atas maka, implementasi kompetensi guru dalam proses pembelajaran dapatlah disimpulkan sebagai berikut: (1).Kompetensi pedagogic. Implementasi kompetensi pedagogic guru profesional dalam proses pembelajaran cukup menggembirakan, hal inimenampak dalam upaya guru untuk membangun sikap-sikap positif dalam diri siswa seperti: a..Bersikap ramah, murah senyum, dan saling menghormati. b.Santun dalam bertindak dan mengormati sesama. c.Bersikap jujur, terbuka dan empati terhadap orang lain. Dan lain sebagainya. (2).Kompetensi kepribadian. Implementasi kompetensi kepribadian guru profesional dalam proses pembelajaran cukup menggembirakan, hal ini menampak dalam upaya guru untuk membangun kepribadian siswa sebagai berikut:
250
a).Disiplin. b).Percaya diri. c).Sikap partisipatif. d).Responsif. e).Adaptif. f). Memiliki semangat juang. g).Memiliki daya saing. Dan lain sebagainya. (3).Kompetensi social. Implementasi kompetensi pembelajaran
social guru professional dalam proses
cukup menggembirakan, hal ini menampak dalam upaya
guru untuk membangun sifat-sifat social siswa sebagai berikut: a).Menghargai perbedaan di antara sesama teman dan orang lain. b).Menghargai pendapat orang lain. c).Menghargai keputusan kelompok. Dan lain sebagainya. (4).Kompetensi professional. Implementasi kompetensi professional guru dalam proses pembelajaran menampak dalam upaya guru untuk membangun kemampuan akademik dan skil pada diri siswa sebagai berikut: a).Siswa memiliki ilmu pengetahuan b).Cakap dalam membangun komunikasi. c).Memiliki kemampuan untuk membangun relasi dan menjaga relasi.
251
2). hal-hal yang dilakukan guru dalam melaksanakan tugas profesi Berdasarkan kajian hasil penelitian di atas, disimbulkan bahwa guru telah berupaya maksimal untuk melaksanakan tugas profesi sebaik-baiknya. Hal ini menampak pada upaya guru seperti: 1).Berusaha memiliki buku sumber sebanyak mungkin. 2).Memberi dorongan kepada siswa dengan berbagai strategi agar siswa memiliki buku pelajaran. Hal ini untuk mengatasi kelangkaan tersedianya sumber belajar di kabupaten Flores Timur. 3).Membuat perenkat pembelajaran. 4).Menyampaikan silabus pada setiap awal semester. 5).Menyampaikan kepada siswa buku-buku sumber yang digunakan. 6).Mengelola kelas secara baik. 7).Mengatur volume suara dan intonasi suara secara baik. 8).enyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta didik. 9)..Mengawali dan mengakhiri pelajaran tepat waktu. 10).Bertutur kata yang sopan. 11).Berpakaian sopan, bersih dan rapih. 12).Menghargai peserta didik. 13).Menghargai pendapat peserta didik. 14).Bersedia mengajar lebih dari 24 jam pelajaran. 15).Berusaha menyesuaikan diri untuk mengajar pada kelas dengan rombongan di atas ketentuan standar proses.
252
3).Bentuk bantuan kepala sekolah dan pengawas sekolah kepada guru. Berdasarkan standar proses bahwa, pengawasan proses pembelajaran meliputi; Pemantauan, Supervisi, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut. Dan
kegiatan pengawasan proses pembelajaran ini dilakukan oleh
kepala sekolah dan pengawas sekolah. Kegiatan pemantauan dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian hasil pembelajaran dan ini dilakukan dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara dan dokumentasi. Dari kajian hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah dan pengawas sekolah belum melakukan pemantauan secara optimal terhadap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian hasil pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Kegiatan supervise proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian hasil pembelajaran. Dan supervise pembelajaran ini diselenggarakan dengan cara; pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi.Dari kajian hasil penelitian di atas disimpulkan bahwa supervise proses pembelajaran sebagai upaya memberikan pelayanan untuk
meningkatkan kemampuan professional guru belum
berjalan sesuai dengan harapan atau standar proses. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan, naan
pelaksa-
proses pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran. Evaluasi
proses pembelajaran ini diselenggarakan dengan cara, pertama; memban-
253
dingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses, dan kedua; Mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi guru.
Evaluasi proses pembelajaran ini
memusatkan pada keseluruhan kinerja guru dalam proses pembelajaran. Dari kajian hasil penelitian di atas disimpulkan bahwa kepala sekolah sekolah dan pengawas sekolah belum melaksanakan evaluasi proses pembelajaran, membuat pelaporan dan melaksanakan tindak lanjut sesuai dengan ketentuan dalam standar proses. 4).Masalah-masalah yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran. Dari kajian hasil penelitian bahwa; pertama: Guru-guru mengalami kesulitan dalam menguasai karakteristik peserta didik. kedua; Guru mengalami kesulitan dalam menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain. Ketiga; Guru mengalami kesulitan
dalam melibatkan peserta didik untuk mencari informasi yang
luas dan dari hasil kajian diatas dapat memberi gambaran bahwa guru-guru dalam menjalani tugas profesinya menghadapi beberapa masalah yang membutuhkan solusi. Dari gambaran-gambaran di atas maka dapat disimpulkan bahwa guru-guru mengetahui secara persis masalah-masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran. 6.2.Makna Penelitian. Temuan penelitian bermakna: bahwa Intensitas pemberdayaan kompetensi guru baik secara internal empowering maupun secara eksternal empowering , berkontribusi pada mutu proses pembelajaran di kelas.
254
Berangkat dari suatu pemahaman sistemik bahwa kompetensi pedagogic, kepribadian, social maupun kompetensi profesional yang dimiliki guru professional tidaklah untuk kepentingan dirinya sendiri melainkan kompetensi yang dimilikinya itu haruslah diberdayakan untuk kepentingan peserta didik melalui proses pembelajaran. Dari pemahaman itulah maka apabila semakin maksimal kompetensi itu diberdayakan dalam proses pembelajaran akan berdampak pada meningkatnya kualitas proses pembelajaran itu. Dan sebaliknya apabila pemberdayaan kompetensi guru sangat minimal dalam proses pembelajaran maka akan berdampak pada renddahnya kualitas proses pembelajaran. Selanjutnya, apabila proses pembelajaran bermutu maka kualitas out put dan out come bisa memenuhi harapan dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. 6.3. Rekomendasi. 1.Dari kesimpulan penelitian menunjukan bahwa kompetensi pedagogic, kompetensi social, dan kompetensi kepribadian guru professional dalam proses pembelajaran cukup menggembirakan dalam pemberdayaannya. Akan tetapi kompetensi professional dalam proses pembelajaran sedikit mengalami masalah sehingga, pemerintah setempat perlu memperhatikan hal ini secara serius dengan memfasilitasi dan memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk mengembangkan diri melalui berbagai kegiatan keprofesionalan. 2.Pengawasan proses pembelajaran yang mencakup pemantauan, supervise, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut sesuai standar proses belum dijalankan secara optimal oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah oleh karena
255
itu pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah daerah perlu menyelenggarakan menyangkut
diklat untuk kepala sekolah dan pengawas sekolah
pelaksanaan pengawasan proses pembelajaran agar dapat
membantu dan meningkatkan kemampuan mereka untuk menjalankan tugas pengawasan ini secara professional. 3.Mengingat pentingnya peranan pengawasan dalam proses pembelajaran maka pemerintah daerah kabupaten Flores Timur melengkapi jumlah pengawas pendidikan sampai mencapai maksimal sesuai kebutuhan. 4.Karena keterbatasan media pembelajaran dan sumber-sumber belajar maka Pemerintah daerah kabupaten Flores Timur dan Pemerintah provinsi NTT dan pihak komite sekolah berupaya melengkapi berbagai media pembelajaran dan sumber belajar lain yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran agar dapat membantu guru dalam memberdayakan kompetensinya..
256