BAB V PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dari Bab IV, maka akan didukung dengan kajian teoritis dan hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini. A. Pembahasan Analisis Deskriptif 1. Nilai Hasil Belajar Mata Pelajaran Produktif Temuan penelitian pada variabel nilai hasil belajar mata pelajaran produktif ini menunjukkan bahwa nilai hasil belajar pada mapel produktif berada pada rentang nilai 81,10 sampai 82,99 sebanyak 41 siswa dengan presentase sebesar 23,2%. Selain itu diperoleh hasil nilai rata-rata mata pelajaran yang tertinggi ada pada mata pelajaran Simulasi Digital yakni 84,47, sedangkan nilai mata pelajaran produktif terendah ada pada mata pelajaran Teknik Listrik Dasar Otomotif sebesar 82,82. 2. Efikasi Diri Pada variabel efikasi diri menunjukkan efikasi diri yang dimiliki siswa ada pada rentang skor 59 sampai 63 sebanyak 51 siswa dengan presentase sebesar 28,8%. Indikattor efikasi diri yang memiliki nilai rata-rata tertinggi ada pada indikator keyakinan diri dalam mencapai target/hasil yang diharapkan sebesar 3,37, sedangkan nilai rata-rata indikator paling rendah terdapat pada indikator keyakinan diri dalam mengatasi masalah yang muncul sebesar 3,11.
88
89
3. Nilai Praktik Kerja Lapangan Pada variabel nilai PKL didapatkan hasil nilai PKL paling tinggi ada pada rentang nilai 83,00 sampai 84,99 sebanyak 41 siswa dengan presentase sebesar 23,1%. Nilai rata-rata tertinggi ada pada aspek non teknis yakni sebesar 83,01, sedangkan rata-rata nilai aspek teknik sebesar 81,73. 4. Kesiapan Kerja Pada variabel kesiapan kerja menunjukkan hasil tertinggi ada pada rentang skor 80 sampai 83 sebanyak 52 siswa dengan presentase sebesar 29,3%. Indikator kesiapan kerja yang memiliki nilai rata-rata tertinggi ada pada indikator mental dan psikologis sebesar 3,29, sedangkan nilai rata-rata indikator paling rendah terdapat pada indikator keterampilan sebesar 3,11.
B. Kontribusi Nilai Hasil Belajar Mata Pelajaran Produktif terhadap Nilai Praktik Kerja Lapangan Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan secara langsung antara nilai hasil belajar mata pelajaran produktif terhadap nilai Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada siswa SMK Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kota Malang. Proses belajar mapel produktif yang diukur dengan melakukan penilaian mampu memberikan pengaruh terhadap proses PKL yang dilakukan siswa. Nilai kontribusi yang dihasilkan adalah sebesar 12,81%. Didikung oleh penelitian Anita (2015), Maala (2017), dan Ramadhan (2015) bahwa penguasaan mata diklat produktif memberikan kontribusi signifikan terhadap keberhasilan PKL. Pada penelitian Sutrisno (2016), Setiawati (2015) dan Narwoto (2013) hasil belajar siswa pada mata pelajaran produktif
90
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya dari penguasaan metode mengajar guru, media pembelajaran (sarana dan prasarna) yang digunakan guru, motivasi belajar, disiplin belajar dan dukungan orang tua baik. Nilai hasil belajar mata pelajaran produktif didapatkan siswa setelah menempuh pendidikan di sekolah. Hal-hal yang diajarkan mencakup teori kejuruan maupun praktik pada bidang kejurauan siswa. Mata pelajaran produktif SMK pada paket keahlian Teknik Kendaraan Ringan (TKR) ada pada kelompok C1 Dasar Bidang Keahlian terdapat satu mata pelajaran produktif yakni Gambar Teknik, pada C2 Dasar Program Keahlian yang terdiri dari empat mata pelajaran, yakni: Teknologi Dasar Otomotif, Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif, Teknik Listrik Dasar Otomotif dan Simulasi Digital, sedangkan untuk kelompok C3 Paket Keahlian yang terdiri dari tiga mata pelajaran, yaitu: Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan, Pemeliharaan Sasis dan Pemindah Tenaga Kendaraan Ringan, dan Pemeliharaan Listrik Kendaraan Ringan. (Permendikbud RI No. 70 Tahun 2013). Pada penelitian ini, pengambilan variabel nilai hasil belajar mata pelajaran produktif diambil pada mata pelajaran produktif yang telah didapatkan siswa selama kelas X, yakni Gambar Teknik (Gamtek), Simulasi Digital (Simdig), Teknologi Dasar Otomotif (TDO), Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif (PDTO), dan Teknik Listrik Dasar Otomotif (TLDO). Untuk mata pelajaran Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan, Pemeliharaan Sasis dan Pemindah Tenaga, serta Pemeliharaan Listrik Kendaraan Ringan tidak diambil sebagai data penelitian karena pengajaran ketiga mapel tersebut belum tuntas diberikan pada siswa yang melaksanakan PKL di semester ganjil. Sebagai informasi sampel penelitian adalah siswa kelas XI yang telah melaksanakan PKL di semester ganjil 2016/2017.
91
Dalam pelaksanaan penilaian hasil belajar di sekolah siswa mendapat penilaian dalam tiga aspek, yakni: aspek kognitif, afektif serta aspek psikomotorik sesuai dengan Pemendikbud Tahun 2006 Nomor 22 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Aspek konitif merupakan penguasaan pengetahuan yang telah diterima di sekolah. Aspek afektif merupakan kemampuan sikap yang di dalamnya meliputi minat/ keinginan/ kesadaran siswa. sedangkan aspek psikomotorik merupakan ranah keterampilan siswa dalam praktik. Ketiga aspek baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang didapat di sekolah nantinya akan mereka gunakan sebagai bekal ilmu ketika siswa tersebut melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Industri. Aspek kognitif dan psikomotorik yang dipelajari siswa selama di sekolah secara terori maupun praktik nantinya akan diaplikasikan pada saat Praktik Kerja Lapangan berlangsung. Dengan dimilikinya bekal ilmu pengetahuan produktif dan ditunjang dengan keterampilan yang dipelajari saat siswa di sekolah diharapkan mampu membantu siswa dalam mengerjakan pekerjaan saat pelaksanan PKL. Aspek afektif juga memiliki pengaruh yang sangat besar saat siswa harus berinteraksi dengan lingkungan kerja saat PKL. Aspek afektif akan sangat berpengaruh pada soft skill dan sikap siswa saat berada di Industri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin baik/tinggi nilai mata pelajaran produktif yang didapatkan siswa di sekolah, maka akan semakin tinggi pula nilai Praktik Kerja Lapangan yang didapatkan.
C. Kontribusi Efikasi Diri terhadap Nilai Praktik Kerja Lapangan Analisi data yang dilakukan pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan secara langsung antara efikasi diri terhadap nilai
92
Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada siswa SMK Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kota Malang. Nilai kontribusi yang dihasilkan adalah sebesar 3,57%. Efikasi diri pada siswa akan memicu nilai praktik kerja lapangan. Diharapkan jika siswa memiliki keyakinan diri yang tinggi dalam menghadapi berbagai persoalan maka akan dapat mengerahkan berbagai upaya dalam menghadapi persoalan (Permatasari, 2010). Dalam penelitian Santrock (2009) dan Lifiatno (2012) siswa yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan akan menghadapi tugas/pekerjaan dengan keinginan yang besar. Senada dengan penelitian Naqiyah (2009) individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan menganggap tugas/pekerjaan yang rumit menjadi tantangan dan terpacu untuk memecahkannya. Efikasi diri yang tinggi akan memiliki kecenderungan menyelesaikan masalah/kesulitan dengan perasaan tenang, yang akan berpengaruh pada saat siswa menghadapi Praktik Kerja Lapangan. Saat pelaksanaan PKL siswa akan dihadapkan dengan berbagai pesoalan-persoalan yang muncul seperti penyelesaian tugas-tugas yang rumit, target yang telah ditentukan dan sebagainya. Jika siswa yakin dan mampu menghadapai berbagai persoalan di tempat kerja saat PKL maka besar kemungkian akan mudah memperoleh nilai yang tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi efikasi diri yang dimiliki siswa, maka akan semakin tinggi nilai Praktik Kerja Lapangan yang didapatkan.
D. Kontribusi Nilai Hasil Belajar Mata Pelajaran Produktif dan Efikasi Diri terhadap Nilai Praktik Kerja Lapangan Berdasarkan hasil analisis kontribusi nilai hasil belajar mata pelajaran produktif dan efikasi diri terhadap nilai Praktik Kerja Lapangan secara simultan
93
didapatkan hasil kontribusi sebesar 22,5%. Sedangkan kontribusi variabel lain di luar penelitian sebesar 77,5%. Lebih besarnya kontribusi variabel lain di luar variabel yang diteliti dikarenakan banyaknya faktor-faktor lain yang mempengaruhi variabel nilai PKL. Faktor-faktor lain tersebut bisa berfungsi sebagai faktor pendukung maupun faktor penghambat pelaksanaan PKL yang nantinya mempengaruhi nilai PKL siswa. Beberapa faktor pendukung diantaranya adalah: sumber daya manuasi yang ada, fasilitas yang digunakan, komunikasi yang dibangun dan sikap pelaksana (Nurharjadmo, 2008). Faktor sumber daya manusia mendukung lancarnya program PKL, khususnya guru-guru yang mengajar mapel produktif di SMK. Disamping itu, juga dalam penentuan industri pasangan, diharapkan jika instritusi pasangan PKL baik, maka akan diperoleh instruktur yang berkeahlian dan memiliki standar kemampuan mendidik yang baik. Selain SDM yang baik, fasilitas baik di sekolah maupun di tempat industri harus cukup maju. Jika peralatan di sekolah cukup lebih sederhana, maka dengan program PKL tersebut siswa diharapkan bisa menggunakan peralatan-peralatan yang lebih lengkap selama praktik di industri. Dari segi komunikasi, baik komunikasi antara sekolah dengan siswa maupun antara sekolah dengan pihak industri pasangan. Komunikasi antara sekolah dengan siswa seperti: sosialisasi program PKL, kurikulum PKL, berbagai aturan selama PKL berlangsung, yang nantinya akan menumbuhkan pemahaman siswa tentang manfaat dari program PKL. Komunikasi antara sekolah dengan industri pasangan, seperti: perjanjian kerja sama, pembekalan siswa yang akan melakukan PKL, saat pembimbingan hingga penilaian PKL. Dari segi sikap pelaksana dan sasaran program, baik sekolah maupun institusi pasangan. Komitmen dari kedua pihak agar
94
tercapainya program PKL harus dijunjung tinggi, sehingga proses PKL dapat menjadi
wadah
bagi
siswa
secara
senyatanya
dalam
meningkatkan
keterampilannya. Faktor-faktor penghambat PKL juga akan mempengaruhi nilai PKL siswa. faktor penghambat tersebut diantaranya: keterbatasan dana yang dimiliki pihak sekolah serta hambatan yang bersumber dari siswa (Nurharjadmo, 2008). Faktor keterbatasan dana yang dimiliki pihak sekolah menyebabkan siswa harus membayar biaya tambahan ketika PKL, sedangkan hambatan yang bersumber dari siswa seperti kurangnya keseriusan siswa saat melaksanakan program PKL. Siswa menganggap PKL sebagai formalitas belaka dan menganggap PKL suatu hal yang dilakukan dengan santai sehingga menyebabkan mereka sering bolos dan tidak memperhatikan selama program PKL. Ditunjang penelitian dari Putriatama (2016) seperti kurangnya koordinasi antara pihak industri dan sekolah sehingga pelaksanaan PKL belum memiliki pedoman yang jelas sampai mana kompetensi yang harus dicapai oleh siswa, tempat PKL yang kurang sesuai sehingga siswa hanya
memiliki
sedikit
pengalaman
kerja
yang
berhubungan
dengan
kompetensinya dan minimnya bimbingan baik dari guru maupun pihak industru sehingga jika terjadi permasalahan di industri saat kegiatan PKL menjadikan siswa malas untuk menyelesaikannya. Selain banyak faktor yang mempengaruhi nilai PKL pengambilan data nilai hasil belajar mapel produktif yang diambil dari nilai rapot serta efikasi diri yang diambil dari hasil angket siswa masih belum sepenuhnya menunjukkan hal sebenarnya dari yang diteliti. Nilai rapot siswa yang merupakan gabungan dari banyak nilai ditunjang adanya sisten Standar Kompetensi Minimum (SKM) yang
95
harus dipenuhi siswa membuat data yang diambil belum mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Selain itu pengambilan data efikasi diri yang menggunakan angket dimungkinkan siswa tidak mengisi angket dengan keadaan siswa yang sebenarnya. Variabel nilai praktik kerja lapangan (PKL) sendiri dipengaruhi oleh variabel nilai hasil belajar mata pelajaran dan variabel efikasi diri. Hipotesis tersebut didapatkan dari kajian teori dan hasil penelitian terdahulu yang sejenis. Hubungan langsung antara variabel nilai hasil belajar mata pelajaran produktif dengan nilai praktik kerja lapangan didasarkan pada teori Pratomo (2014) dan Ramadhan (2015) pada bab dua, serta penelitian dari Anita (2015) Malaa (2017) dan Ramadhan (2015) pada point B. Hubungan langsung antara efikasi diri dan nilai hasil Praktik Kerja Lapangan (PKL) didasarkan pada teori Permatasari (2010), Santrock (2009), dan Lifiatno (2012) serta Naqiyah (2009) seperti yang dipaparkan pada point C. Dari hasil penelitian serta analisis yang didukung dari penelitianpenelitian terdahulu sehingga dapat disimpulkan bahwa smakin tinggi nilai hasil belajar mata pelajaran produktif dan efikasi diri, maka akan tinggi kesiapan kerja yang didapatkan.
E. Kontribusi Nilai Hasil Belajar Mata Pelajaran Produktif terhadap Kesiapan Kerja Analisis data yang dilakukan pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan secara langsung antara nilai hasil belajar mata pelajaran produktif terhadap kesiapan kerja pada siswa SMK Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kota Malang. Nilai kontribusi yang dihasilkan adalah
96
sebesar 10,42%. Hal tersebut didukung oleh penelitian dari Baiti (2014) bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara prestasi belajar dasar kejuruan terhadap kesiapan kerja siswa SMK sebesar 9%. Pada penelitian lain, Pratiwi (2016) mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh prestasi belajar produktif terhadap kesiapan kerja siswa di SMK sebesar 44,9%. Hal senada didapatkan dari hasil penelitian Lestari (2015) bahwa terhadap pengaruh yang positif dan signifikan pengalaman PKL, hasil belajar mata diklat produktif dan dukungan sosial keluarga terhadap kesiapan kerja dengan koefisien determinasi sebesar 32,7%. Ditegaskan pula dari penelitian Mu’ayati (2014) yang menunjukkan bahwa penguasaan mata diklat produktif berpengaruh sebesar 8,70% terhadap kesiapan kerja. Selanjutnya penelitian dari Margunani (2012) menunjukkan bahwa ada pengaruh penguasaan mata diklat produktif terhadap kesiapan kerja siswa sebesar 18,15%. Pebedaan kesiapan kerja yang dimiliki setiap individu dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti: 1) prestai, 2) keterampilan, dan 3) kecakapan. Sedangkan faktor yang mempengaruhi kecakapan seorang individu yaitu: 1) faktor kelahiran (herediter), 2) pengalaman interaksi dengan lingkungannya antara lain melalui proses belajar, 3) bakat yang bergantung pada individu yang bersangkutan (Makmun, 2009:61). Salah satu faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja adalah prestasi, dimana di dalamnya mencakup prestasi belajar. Prestasi belajar dapat diukur dengan melakukan penilaian hasil belajar yang telah dipelajari oleh individu selama di sekolah. Nilai hasil belajar mata pelajaran produktif mencerminkan sejauh mana kemajuan siswa dalam menyerap pembelajaran khususnya pembelajaran produktif paket keahlian Teknik Kendaraan Ringan. Penilaian hasil belajar mata pelajaran
97
produktif dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti tes formatif dan tes sumatif. Pada penelitian ini data nilai hasil belajar mata pelajaran produktif TKR diambil dari rata-rata nilai total tiap mapel produktif yang ada di rapot siswa. Nilai hasil belajar yang tinggi dipengaruhi oleh aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Jika prestasi dari aspek-aspek tersebut baik maka kesiapan kerja siswa juga akan meningkat. Nilai hasil belajar mata pelajaran produktif yang didapatkan siswa selama di sekolah mampu membuat siswa menjadi individu yang siap kerja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi efikasi diri yang dimiliki siswa, maka akan semakin tinggi nilai Praktik Kerja Lapangan yang didapatkan. F. Kontribusi Efikasi Diri terhadap Kesiapan Kerja Analisi data yang dilakukan pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan secara langsung antara efikasi diri terhadap kesiapan kerja pada siswa SMK Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kota Malang. Nilai kontribusi yang dihasilkan adalah sebesar 1,72%. Penelitian yang dilakukan Kuniawati (2016) didapatkan hasil bahwa efikasi diri berpengaruh terhadap kesiapan kerja. Didukung penelitian dari Yuwanto (2014), memaparkan bahwa ada hubungan yang positif antara efikasi diri dengan kesiapan kerja sebesar 35,7%. Salah satu kemapuan yang harus dimiliki calon pencari kerja adalah kemampuan atau kesiapan mental. Individu yang mempunyai kematangan mental yang baik akan dapat membangkitkan kepercayaan diri (self efficacy) atau keyakinan diri dalam menghadapi lingkungan baru dimana insividu tersebut akan bekerja. Hasil penelitian dari Vouri (2005) menyatakan bahwa untuk memperoleh perubahan perilaku di masa depan maka perlu adanya keterampilan dan efikasi diri.
98
Diharapkan dengan individu tersebut memiliki keterampilan dan efikasi diri yang baik akan memperoleh hasil yang baik dalam berperilaku menghadapi dunia kerja. Dalam usahanya untuk menghadapi kerja seringkali mendapatkan kesulitan dan hambatan. Maka dari itu untuk dapat berbagai macam hambatan yang akan ditemuinya maka dibutuhanlah efikasi diri. Di dalam dunia kerja, individu harus dapat mengemban kehidupan keras serta tanggung jawab yang berbeda degan saat di dunia akademik. Dengan individu memiliki efikasi diri maka mampu memberikan pijakan untuk mengevaluasi dirinya agar mampu menghadapi tuntutan pekerjaan dan persaingan secara dinamis. Efikasi diri didapatkan, dikembangkan, atau diturunkan melalui beberapa kombinasi dari empat sumber, yaitu: pengalaman-pengalaman tentang penguasaan, pemodelan sosial, persuasi sosial, kondisi fisik dan emosi. Pengalamanpengalaman tentang penguasaan terkait dengan performa atau kinerja yang sudah dilakukan siswa di masa lalu, pengalaman yang diperoleh siswa akan membentuk mental siswa dalam menghadapi suatu hal sehingga siswa dapat kesulitan maupun hambatan sesuai pengalaman yang dilalui, selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami (2013). Pemodelan sosial didapatkan siswa dari orang lain baik lingkungan sekolah maupun lingkungan luar sekolah. Pada pemodelan sosial siswa meniru tindakan melalui hasil pengamatan yang nantinya akan membantu siswa dalam memperoleh kesiapan kerja. Efikasi diri juga didapat dari persuasi sosial. Persuasi sosial diakibatkan dari interaksi dan komunikasi siswa dengan lingkungan sosialnya yang akan mempengaruhi pemikiran siswa terhadap bidang kerja yang akan digelutinya. Persuasi sosial didapatkan dari saran maupun nasihat yang diperoleh dari orang lain. Ditunjang dengan kondidi fisik maupun emosi, siswa
99
yang mampu mengatur emosinya dan mampu berinteraksi dengan lingkungannya akan dibutuhkan di dunia kerja sehingga dapat memiliki efikasi diri yang baik. Kepemilikan efikasi diri pada individu diharapkan dapat meningkatkan kesanggupan siswa untuk bekerja dan beradaptasi dengan lingkungan kerjanya. Efikasi diri menunjukkan terimplementasikannya proses belajar yang telah dijalani oleh siswa melalui perubahan tingkah laku yang dapat membentuk kesiapan kerja (Trisnawati, 2017). Dari hasil penelitian serta analisis yang didukung dari penelitian-penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi efikasi diri yang dimiliki siswa, maka akan semakin tinggi nilai kesiapan kerja yang didapatkan.
G. Kontribusi Nilai Praktik Kerja Lapangan terhadap Kesiapan Kerja Analisi data yang dilakukan pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan secara langsung antara nilai Praktik Kerja Lapangan terhadap kesiapan kerja pada siswa SMK Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kota Malang. Nilai kontribusi yang dihasilkan adalah sebesar 19,89%. Didukung dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Valid (2013) menyatakan terdapat pengaruh positif dan signifikan antara pengalaman PKL terhadap kesiapan kerja siswa. senada dengan penelitian dari Muyasaroh (2013), Arifin (2014), Putriatama (2016) dan Pratiwi (2016) menyebutkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pengalaman PKL terhadap kesiapan kerja. Dikuatkan pula oleh penelitian Oktavia (2014) didapatkan hasil bahwa PKL memberikan kontribusi sebesar 22,15% terhadap kesiapan kerja. Hal ini disebabkan karena siswa mampu memperoleh ilmu pengetahuan yang baik di tempat di PKL.
100
Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di SMK rata-rata dilaksanakan pada saat siswa kelas XI. Dilaksanakan dalam dua tahap, yakni gelombang pertama berangkat pada semsester ganjil dan gelombang kedua berangkat pada semester genap. Penelitian ini mengambil sampel pada siswa kelas XI yang melakukan PKL pada gelombang pertama yakni pada semester ganjil 2016/2017. Sebelum pelaksanaan PKL sendiri siswa mendapatkan bimbingan dan pengarahan oleh pihak sekolah. Penilaian terhadap siswa selama melaksanakan pekerjaan di dunia usaha/industri sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan wewenang pihak industri. Aspek yang dinilai berupa aspek non teknis yang meliputi kedisiplinan, tanggung jawab, kreativitas, kemandirian, maupun etos kerja. Sedangkan aspek teknis yang meliputi tingkat penguasaaan ketrampilan dalam melaksanakan pekerjaan. Menurut Kurikulum SMK Pedoman Pelaksanaan penilaian menjadi wewenang penuh pihak industri selama pelaksanaan PKL. Sekolah hanya menerima hasil penilaian dari industri untuk dikonversikan terhadap mata pelajaran terkait. Pada akhir praktek kerja industri, siswa akan memperoleh hasil yang berbentuk nilai prestasi. Prestasi tersebut digunakan untuk mengakui kemampuan yang dimiliki oleh siswa dari hasil pengembangan di lapangan. Hasil yang diperoleh siswa akan ditunjukkan dalam bentuk sertifikat. Dalam sertifikat ada tanda/surat keterangan (pernyataan tertulis) atau tercetak dari orang yang berwenang (DU/DI) yang dapat digunakan sebagai bukti suatu kejadian (prestasi yang diperoleh siswa dalam praktik kerja industri). Angka yang tertera pada sertifikat yang diperoleh siswa merupakan hasil penilaian yang dilakukan dunia industri (Instruktur di dunia usaha/dunia industri), dengan aspek yang dinilai adalah
101
sebagai berikut : a) Aspek teknis adalah tingkat penguasaan ketrampilan siswa dalam menyelesaikan pekerjaannya (kemampuan produktif), b) Aspek non teknis adalah menilai sikap dan perilaku siswa selama di dunia usaha dan dunia industri yang menyangkut antara lain: kejujuran, tanggung jawab, disiplin dan sopan santun. Pengalaman yang didapat siswa selama melakukan PKL di Industri akan memiliki dampak yang positif pada kesiapan kerjanya. Saat persiapan PKL, siswa akan diberikan bekal keilmuan maupun gambaran pekerjaan yang akan dilakukan saat PKL. Saat program PKL berlangsung siswa dapat menerapkan bekal ilmu yang diberikan saat di sekolah serta dapat mengukur sejauh mana kemampuan, baik ilmu keterampilan maupun sikap yang dimilikinya. Sehingga saat siswa yang telah mengikuti program PKL akan memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang dunia kerja yang sesungguhnya. Pengalaman PKL yang diterima siswa selama berada di Industri pasti akan mempengaruhi kesiapan kerjanya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai PKL yang dimiliki siswa, maka akan semakin tinggi nilai kesiapan kerja yang didapatkan.
H. Kontribusi Nilai Hasil Belajar Mata Pelajaran Produktif, Efikasi Diri dan Nilai Praktik Kerja Lapangan terhadap Kesiapan Kerja Berdasarkan hasil analisis kontribusi nilai hasil belajar mata pelajaran produktif, efikasi diri dan nilai Praktik Kerja Lapangan (PKL) terhadap nilai Praktik Kerja Lapangan secara simultan didapatkan hasil kontribusi sebesar 52,7%. Sedangkan pengaruh variabel lain di luar penelitian sebesar 47,3 %. Kontribusi lain diluar variabel yang diteliti bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya: fisik, mental, emosi, pengetahuan, wawasan, kecerdasan, bakat,
102
minat, motivasi belajar, latar belakang ekonomi keluarga, bimbingan vokasional, informasi pekerjaan yang didapat siswa serta keaktifan berorganisasi siswa, dukungan sosial keluarga (Sari, 2012; Farida, 2012; Karina, 2012; Krisnamurti, 2017, Lestari, 2015). Selain banyak faktor pengambilan data nilai hasil belajar mapel produktif, efikasi diri serta nilai PKL yang diambil masih belum sepenuhnya menunjukkan hal sebenarnya dari yang diteliti. Nilai PKL siswa yang merupakan penilaian dari industri pasangan masih belum menunjukkan kemampun sebenarnya yang didapat siswa selama proses PKL. Yang terjadi di lapangan penilaian PKL dari industri masih belum mengevaluasi keseluruhan kemampuan siswa baik evaluasi materi maupun evaluasi keterampilan praktik. Pembahasan nilai hasil belajar mapel produktif dan efikasi diri sama seperti pembahasan pada point D. Variabel kesiapan kerja dipengaruhi oleh variabel nilai hasil belajar mata pelajaran, variabel efikasi diri dan nilai praktik kerja lapangan. Hipotesis tersebut didapatkan dari kajian teori dan hasil penelitian terdahulu yang sejenis. Hubungan langsung antara variabel nilai hasil belajar mata pelajaran produktif dengan kesiapan kerja didasarkan pada penelitian Makmun (2009), Baiti (2014), Pratiwi (2016), Lestari (2015), Mu’ayati (2014) dan Margunami (2012) pada point E. Hubungan langsung antara efikasi diri dan kesiapan kerja didasarkan pada teori Vouri (2005), Trisnawati (2017), Utami (2013), Kurniawati (2016) dan Yuwanto (2014) seperti yang dipaparkan pada point F. Hubungan langsung antara variabel nilai Praktik Kerja Lapangan (PKL) dengan kesiapan kerja didasarkan pada penelitian Valid (2013), Musyaroh (2013), Oktavia (2014), Arifin (2015 dan Pratiwi (2016) pada point G.
103
Ditunjang penelitian Muktiani (2014) dan Baiti (2014) yang menyatakan bahwa PKL dan prestasi mata pelajaran produktif berpengaruh secara simultan terhadap kesiapan kerja sebesar. Nilai hasil belajar mapel produktif didapat dari prestasi belajar selama di sekolah memiliki peran penting dalam membangun kesiapan kerja siswa. prestasi belajar mapel produktif dijadikan bekal siswa untu bekerja. Dengan penguasaan materi maupun praktik mapel produktif yang baik akan dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa untuk bekerja setelah lulus. Selain itu bekal ilmu baik teoritis maupun praktik yang diberikan oleh guru selama di sekolah dapat mendukung kegiatan PKL siswa di Industri. Dengan hasil belajar mapel produktif yang baik maka PKL yang diadakan akan berjalan dengan lancar. Program PKL di industri akan memberikan gambaran tentang dunia kerja yang sebenarnya sehingga akan mendorong kesiapan kerja siswa setelah lulus. Temuan ini mengindikasikan bahwa dalam upaya meningkatkan kesiapan kerja siswa maka pembelajaran mapel produktif, efikasi diri dan pengalaman PKL harus lebih diintensifkan. Dengan demikian pembelajaran mapel produktif yang yang dilihat dari nilai hasil belajar mapel produktif, efikasi diri dan pengalaman PKL yang dilihat dari nilai PKL akan memberikan pengaruh positif secara simultan dalam pembentukan kesiapan kerja siswa. Berpijak pada besarnya kontribusi yang diberikan oleh masing-masing variabel, pengalaman PKL yang dilihat dari perolehan nilai PKL memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan nilai hasil belajar mapel produktif dan efikasi diri terhadap kesiapan kerja siswa SMK paket keahlian TKR di Kota Malang. Artinya, perolehan besarnya nilai PKL yang menunjukkan seberapa besar
104
pengalaman yang didapat siswa saat PKL menentukan naik turunnya kesiapan kerja siswa SMK paket keahlian TKR di Kota Malang.