BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini, penulis akan memberikan kesimpulan serta saran berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab sebelumnya.
5.1 Kesimpulan 5.1.1 Prosedur Penerjemahan Transposisi dan Modulasi Setelah mengadakan analisis data, penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam terjemahan cerita-cerita karya Perrault terdapat bentuk perubahan menggunakan prosedur penerjemahan transposisi dan modulasi. Berikut ini bentuk perubahan prosedur transposisi dalam terjemahan cerita-cerita karya Perrault, antara lain: 1) Bentuk Perubahan Prosedur Transposisi dalam Les Fées. Dari sejumlah 28 teks yang dianalisis dalam cerita Les Fées, bentuk perubahan yang terjadi untuk prosedur penerjemahan transposisi, yaitu pergeseran bentuk gramatikal dari BSu ke BSa, dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Pergeseran bentuk jamak menjadi bentuk tunggal dalam BSa. (2) Pergeseran bentuk tunggal menjadi bentuk jamak dalam BSa. (3) Pergeseran struktur yang terjadi karena adanya perbedaan struktur BSu dengan BSa dalam tataran sintaksis.
145
146
(4) Pergeseran satuan terjadi karena adanya perubahan satuan gramatikal dari tingkat satuan lebih tinggi ke satuan tingkatan yang lebih rendah dan sebaliknya dalam padanan BSa yang mencakup leksem, frasa atau kalimat. (5) Pergeseran kelas kata. (6) Perubahan dari kalimat majemuk dalam bahasa sumber menjadi beberapa kalimat tunggal dalam bahasa sasaran. (7) Perubahan urutan kalimat BSu yang diterjemahkan dalam BSa. (8) Penggabungan beberapa anak kalimat dalam BSu menjadi satu anak kalimat dalam BSa. 2) Bentuk Perubahan Prosedur Transposisi dalam Le Petit Chaperon Rouge. Dari sejumlah 24 teks yang dianalisis dalam cerita ini, bentuk perubahan yang terjadi untuk prosedur penerjemahan transposisi, dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Pergeseran bentuk jamak menjadi bentuk tunggal dalam BSa. (2) Pergeseran kala. (3) Perubahan dari kalimat majemuk dalam bahasa sumber menjadi beberapa kalimat tunggal dalam bahasa sasaran. (4) Perubahan urutan kalimat BSu yang diterjemahkan dalam BSa. (5) Pergeseran tataran gramatikal, kata penghubung pada BSu menjadi bentuk morfem bebas dalam BSa.
147
Bentuk perubahan prosedur penerjemahan modulasi dalam terjemahan cerita-cerita karya Perrault, antara lain: 1) Bentuk Perubahan Prosedur Modulasi dalam Les Fées. (1) Perubahan kalimat tanya (interogatif) menjadi kalimat perintah (imperatif) atau sebaliknya. (2) Kata kerja bentuk negatif menjadi bentuk deklaratif (positif). (3) Kata kerja bentuk negatif ganda menjadi bentuk deklaratif (positif). (4) Struktur kalimat aktif dalam bahasa sumber menjadi pasif dalam bahasa sasaran. (5) Perubahan sintaksis (struktur kalimat). (6) Pergeseran makna kata dari makna konkret (nyata) menjadi makna abstrak. (7) Pergeseran makna dari ungkapan bahasa sumber (BSu) ke ungkapan bahasa sasaran (BSa) yang sepadan. (8) Pergeseran makna ungkapan bahasa sumber ke padanan dalam bahasa sasaran yang tidak berupa bentuk ungkapan, padanannya dapat berupa penjelasan atau bentuk lain. (9) Pergeseran gaya bahasa dari makna sebab ke makna akibat dalam bahasa sasaran. (10) Pergeseran bentuk kalimat deklaratif (positif) menjadi bentuk kalimat negatif dalam bahasa sasaran. (11) Pergeseran medan makna. (12) Pergeseran sudut pandang
148
(13) Penggabungan makna kata kerja (verba) dalam bahasa sumber menjadi satu kata kerja dalam bahasa sasaran. (14) Penyingkatan kalimat dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. (15) Frasa, kalimat, maupun kata penghubung, dalam bahasa sasaran tidak diterjemahkan, karena dianggap tidak mengubah makna dalam bahasa sumber. 2) Bentuk Perubahan Prosedur Modulasi dalam Le Petit Chaperon Rouge. (1) Kata kerja bentuk negatif menjadi bentuk deklaratif (positif). (2) Struktur kalimat aktif dalam bahasa sumber menjadi pasif dalam bahasa sasaran. (3) Perubahan sintaksis (struktur kalimat). (4) Pergeseran makna dari ungkapan bahasa sumber (BSu) ke ungkapan bahasa sasaran (BSa) yang sepadan. (5) Pergeseran makna ungkapan bahasa sumber ke padanan dalam bahasa sasaran yang tidak berupa bentuk ungkapan, padanannya dapat berupa penjelasan atau bentuk lain. (6) Pergeseran gaya bahasa dari makna tempat ke makna fungsi. (7) Pergeseran gaya bahasa dari makna akibat ke makna sebab dalam bahasa sasaran. (8) Pergeseran bentuk kalimat deklaratif (positif) menjadi bentuk kalimat negatif dalam bahasa sasaran. (9) Pergeseran sudut pandang. (10) Penyingkatan kalimat dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.
149
(11) Frasa, kalimat, maupun kata penghubung, dalam bahasa sasaran tidak diterjemahkan, karena dianggap tidak mengubah makna dalam bahasa sumber.
5.1.2 Keterpahaman Penerjemahan Berdasarkan hasil analisis data dalam bab IV, penulis dapat memberikan kesimpulan dalam evaluasi keterpahaman penerjemahan dalam terjemahan ceritacerita karya Perrault, bahwa: 1) Kriteria Ketepatan Pada cerita I “Les Fées” dan cerita II “Le Petit Chaperon Rouge”, penilaian penerjemahan untuk kriteria ketepatan adalah cukup (nilai 2), karena sebagian besar teks sasaran, makna yang disampaikan cukup sesuai dengan makna teks sumber, ada beberapa penyimpangan makna, terdapat penambahan, penghilangan atau perubahan pesan atau kata. 2) Kriteria Kejelasan Dalam kriteria kejelasan penilaian penerjemahan ini, baik untuk cerita “Les Fées” maupun “Le Petit Chaperon Rouge” mendapat nilai 3 yaitu sangat jelas bentuk terjemahannya, karena bahasa yang digunakan dalam teks sasaran sederhana, lazim digunakan, serta mudah dipahami oleh pengguna bahasa sasaran.
150
5.2 Saran Setelah menganalisis hasil terjemahan cerita yang dihasilkan melalui prosedur penerjemahan transposisi dan modulasi serta menyimpulkannya, penulis ingin memberikan saran dan masukan untuk pertimbangan bagi mahasiswa dan dosen, yaitu:
5.2.1 Saran bagi Mahasiswa Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menambah wawasan bagi mahasiswa dalam mengenal teori tentang penerjemahan, sehingga dapat mengembangkan kemampuan penerjemahan mahasiswa, terutama dalam hal prosedur penerjemahan.
5.2.2 Saran bagi Dosen Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi dosen dalam memberikan materi tentang penerjemahan, sehingga dosen dapat lebih mengenalkan dan mengajarkan tentang teori penerjemahan kepada mahasiswa, terutama untuk prosedur penerjemahan. Serta media cetak, seperti buku cerita dapat dijadikan media alternatif pengajaran penerjemahan suatu bahasa, khususnya bahasa Prancis.