BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan hasil-hasil penelitian dalam Bab IV. A. Kesimpulan Merujuk pada hasil temuan dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan pada Bab IV, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sesuai pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Kesimpulan Umum Berdasarkan sejumlah temuan di lapangan, tampak bahwa revitalisasi karakter bangsa melalui pendidikan kewarganegaraan dengan pengembangan budaya lokal di masyarakat Kota Surakarta-Jawa Tengah melalui pengembangan budaya Macapat sebagai usaha untuk membangun karakter bangsa dari anggota masyarakat. Macapat mengandung nilai-nilai luhur budaya bangsa yang sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 pasal 3 dan objek citizenship education. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu bidang kajian yang menggemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui koridor “value-based education”. Pengembangan karakter bangsa di masyarakat Kota Surakarta melalui bentuk kegiatan dan pembinaan budaya Macapat dengan menginternalisasi nilai-nilai Macapat melalui pendekatan interventif dan habituasi yang dilakukan di rumah maupun di lingkungan masyarakat. 239
Berdasarkan rumusan masalah, sebagaimana telah diuraikan dalam bab IV, maka tampak revitalisasi karakter bangsa melalui Pendidikan Kewarganegaraan dengan budaya lokal Macapat di Kota Surakarta dapat dirinci sebagai berikut: a. Keterkaitan
Antara
Karakter
Anggota
Masyarakat
Dengan
Pembangunan Karakter Bangsa cukup erat, masyarakat mendukung dan menganggap penting pembangunan karakter bangsa dengan melakukan pembinaan nilai dan sikap toleransi, kerja keras, gotong royong, sopan santun, dan cinta tanah air melalui kegiatan rutin kemasyarakatan seperti Macapatan. Anggota masyarakat Surakarta memiliki karakter yang taqwa, ramah, santun perkataanya, tepo seliro, kerja sama, kreatif inovatif, gotong royong, kepedulian, kerja keras, jiwa patriotik, dan toleransi tetapi masih ada beberapa anggota masyarakat memiliki sikap sombong, pelit, dan tidak memiliki kepedulian sosial yang diasumsikan karena tidak mengetahui dan paham serta mengikuti kegiatan Macapat. Kegiatan pembinaaan nilai sebagai upaya pembangunan karakter bangsa yang harus selalu dibina, diwariskan, dan diperbaiki sehingga mempribadi kedalam diri individu masyarakat Surakarta guna membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, berbudi luhur, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, dan berorientasi ipteks yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. b. Keterkaitan Budaya Macapat Dengan Pembangunan Karakter Bangsa bahwa Macapat sebagai sarana dan wahana dalam pembangunan karakter bangsa masih relevan pada masa kini meskipun perlu ada inovasi baru dalam 240
penampilan agar kemajuannya beriringan dengan kebudayaan yang bersifat materil. c. Mekanisme Internalisasi Nilai-Nilai Macapat Untuk Pengembangan Karakter Bangsa pada masyarakat Kota Surakarta, di keluarga melalui pendekatan interventif, habituasi, dan enkulturasi yang meliputi pemberian pemahaman, memberikan keteladanan, membangun kebersamaan, dan komunikasi melalui
rengeng-rengeng, ura-ura untuk mengisi waktu
senggang, menangkal kesepian, penawar lelah, penahan rasa kantuk, dan sebagainya. Di lingkungan masyarakat melalui habituasi dan akulturasi seperti kegiatan Macapatan yang rutin lewat nyanyian, drama, gending, dan wayang mengunakan musik modern dan upacara adat seperti selamatan tujuh bulan kehamilan, kelahiran, khitanan, perkawinan, dan tolak balak. d. Tembang Macapat yang Dominan Berpengaruh dalam Pembangunan Karakter Bangsa tembang Macapat cilik/alit paling dominan untuk pengembangan karakter bangsa pada masyarakat kota Surakarta karena hanya ada dua tembang Macapat tengahan yaitu Gambuh dan Megatruh yang diketahui dan dipahami masyarakat. e. Strategi
Integrasi
Nilai-Nilai
Macapat
dalam
Pendidikan
Kewarganegaraan di Masyarakat dalam Upaya Mengembangkan Karakter Bangsa dengan mengintegrasikan nilai kerukunan, nilai ketuhanan, nilai kesopanan, nilai kepedulian sosial, nilai nasionalisme, nilai demokrasi, nilai ketaqwaan, kerja sama, tanggung jawab, disiplin, mandiri, gotong royong, cinta tanah air, disiplin, inovatif kreatif, dan visioner meliputi 241
kegiatan rutin Macapatan, pementasan Macapat dengan melalui drama dan wayang, serta perlombaan, dan kebiasaan menyayikan dan mendengar Macapat saat beraktivitas di rumah. 2. Kesimpulan Khusus a. Keberhasilan pembangunan karakter bangsa dengan strategi integrasi nilainilai Macapat dalam pendidikan kewarganegaraan di masyarakat dalam upaya mengembangkan karakter bangsa merupakan tanggung jawab bersama dari berbagai komponen yang dilakukan secara berkesinambungan, terintegrasi, dan tersistematis dengan berbagai inovasi untuk mencapai suatu tujuan bangsa.
b. Dorongan kuat untuk memahami dan membiasakan diri untuk menyanyikan ataupun mendengarkan tembang Macapat dari setiap individu akan membantu dalam pembangunan karakter bangsa. c. Keberhasilan
penginternalisasian
nilai-nilai
Macapat
hanya
sebatas
meningkatkan civic skiil dan civic disposition belum meningkatkan civic knowledge dalam Pendidikan Kewarganegaraan karena hanya sebatas pengembangan dan pembinaan nilai-nilai. B. Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan di atas, penelitian ini merekomendasikan beberapa hal berkaitan dengan revitalisasi karakter bangsa melalui pendidikan kewarganegaraan dengan pengembangan budaya lokal, yakni sebagai berikut: 1. Kepada Pemerintah Daerah Kota Surakarta terkait, keberadaan dan keberagaman nilai-nilai luhur budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sampai saat ini belum optimal dalam menghidupkan/menggiatkan kembali
242
kesenian tradisional sebagai usaha membangun karakter warga negara. Salah satu
sarana
untuk
melakukan
revitalisasi
karakter
bangsa
dengan
mengembangkan dan menggali nilai-nilai budaya lokal yang ada di Kota Surakarta mengingat Kota Surakarta memiliki visi kota budaya. Pemahaman dan pembinaan, khususnya Macapat di lingkungan masyarakat pemerintah daerah Kota Surakarta ikut bertanggung jawab tidak hanya mengadakan perlombaan saja tetapi ada pembinaan dengan adanya alokasi dana khusus pembinaan
dan
pengembangan
budaya
Macapat
serta
mengadakan
monitoring, evaluasi, dan realisi dari hasil monitoring dan evaluasi. Selain itu, perlu adanya kebijakan kegiatan Macapat di setiap kelurahan agar semua masyarakat Surakarta menjadi terbiasa. 2. Kepada Masyarakat Kota Surakarta, menginggat budaya Macapat memuat nilai-nilai luhur budaya bangsa seperti nilai ketakwaan, kemandirian, kejujuran, tanggung jawab, kepedulian sosial, jiwa patriotik, persatuan, kerja keras, kejujuran, kepatuhan, sopan-santun, kewaspadaan/hati-hati/cermat, budi pekerti luhur, pantang menyerah, disiplin, vioner, hemat, hidup sehat, kebijaksanaan, gotong royong, kerukunan, dan patuh terhadap hukum serta sebagai karakter individu yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila yang bersumber dari olah hati, olah pikir, olah raga dan olah rasa serta karsa. Maka, harus ditingkatkan kegiatan Macapatan yang sudah dan perlu adanya inovasi baru dalam penampilan supaya semua kalangan tertarik. 3. Kepada seniman khususnya pencipta lagu untuk menciptakan lagu anak-anak yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak dan memuat nilai-nilai 243
edukatif, seperti yang terkandung dalam Macapat menginggat sekarang ini sudah jarang sekali lagu untuk anak-anak. 4. Kepada sekolah terkait pengembangan budaya Macapat diharapkan setiap sekolah menjadi pusat pengembangan budaya (center culture) sebagai proses enkulturasi untuk menjadi kekuatan bangsa Indonesia. 5. Kepada budayawan terkait pengembangan karakter bangsa melalui pendidikan kewarganegaraan dengan budaya lokal perlu ada inovasi dan kolaborasi budaya-budaya yang ada di daerah tersebut, dimana disesuaikan dengan zaman sekarang dan menggunakan IPTEK yang canggih sehingga menarik banyak orang terutama media massa. 6. Untuk peneliti selanjutnya, Macapat merupakan budaya Jawa yang memuat nilai-nilai edukatif dan pedoman hidup yang dapat digunakan sebagai sarana pembangunan karakter bangsa. Untuk itu, agar dapat dilakukan penelitian sejenis untuk daerah Jawa tetapi Jawa bagian utara, selatan (pesisir), Keraton Jogjakarta, dan Jawa bagian timur. Sehingga diperoleh data dan kesimpulan akurat tentang pendekatan budaya lokal yang efektif sebagai upaya membangun karakter bangsa melalui pendidikan kewarganegaraan di sekolah. Selain itu, Surakarta sebagai Kota Budaya yang memiliki banyak kearifan lokal, agar dapat dilakukan penelitian sejenis sehingga diperoleh data dan kesimpulan akurat tetang sarana yang strategis dalam pembangunan karakter bangsa.
244