80
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Potensi Singapore Airlines Dalam Mendukung Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pemulihan Kepariwisataan Bali 5.1.1 Perkembangan Aset dan keuntungan Perusahaan SIA Maskapai Singapore Airlines (SIA) kini merupakan maskapai kelas dunia yang terus berkembang. Perkembangan perusahaan penerbangan yang berdiri sejak tahun 1947 ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara pada umumnya, serta Singapura pada khususnya. Sejak Maret 2000, SIA telah mengoperasikan 613 penerbangan per minggu di luar Singapura meningkat dari 572 penerbangan per minggu pada tahun sebelumnya. Beberapa spek perkembangan SIA dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Beberapa Aspek Perkembangan Maskapai Penerbangan SIA No Aspek 1 Jaringan/ rute penerbangan serta jaringan kantor cabang dan kargo 2 3
Jumlah pesawat yang diperasikan Penguatan citra positif pelanggannya Peningkatan mutu layanan Manajemen yang mandiri
Keterangan Melayani 572 penerbangan per minggu dengan jaringan rute penerbangan antar benua SIA melayani penerbangan manusia dan barang (kargo) di 92 kota pada 42 negara 119 unit pesawat (sd akhir 2010)
Image atau citra positif SIA menguat sejalan dengan perkembangan perusahaan ini. 4 Kepuasan pelanggan (customer satisfaction) amat diperhatikan 5 SIA menjalankan regulasi tanpa adanya intervensi dari pemerintah baik dari aspek penentuan rute penerbangan hingga aspek-aspek lainnya. Sumber: Diolah dari berbagai sumber
81
Adapun, jaringan rute penerbangan antar benua sebanyak 69 kota pada 36 negara di wilayah Asia, Eropa, Timur Tengah, Pasifik, Amerika Utara dan Afrika (SIA, Januari 2011). Selain itu, sejak awal pendiriannya 1947, perusahaan SIA telah menjalankan regulasi tanpa adanya intervensi dari pemerintah baik dari aspek penentuan rute penerbangan hingga aspek-aspek lainnya. Sampai dengan Januari 2011, SIA didukung oleh sekitar 13.497 staf dan karyawan. Untuk memenuhi tuntutan mutu pelayanannya, SIA melayani pengangkutan penumpang manusia dan barang (kargo). Pada tahun 2008, jumlah penumpang yang diangkut SIA sebanyak 60,690.7 kursi dan kargo 6,447.5 juta ton, tahun 2009 sebanyak 52,765.7 kursi dan kargo 5,233.2 juta ton dan tahun 2011 sebanyak 52,759.4 kursi
serta kargo 5,562.8 juta ton (lihat Grafik 5.1).
Grafik 5.1 Kapasitas Penumpang dan Kargo SIA Periode 2008 – 2010
Sumber: SIA 2011
82
Dari Grafik 5.1 diketahui bahwa jumlah penumpang dan kargo yang diangkut SIA dalam tiga tahun terakhir, yakni periode 2008 – 2010. Jumlah penumpang dan kargo dari tahun 2008 sampai dengan 2009 mengalami penurunan akibat terpuruknya ekonomi dunia dan meningkatnya harga minyak. Pada tahun 2010 meningkat kembali setelah perekomian dunia membaik. Kondisi fluktuatif layanan ini berpengaruh terhadap pendapatan dan pengeluaran penerbangan kelas dunia yang bermarkas di Singapura ini. Sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 5.2, total pendapatan SIA pada tahun 2008 sebesar S$6,954.0 juta, menurun menjadi S$4,673.3 juta pada tahun 2009, dan naik kembali sebesar S$5,707.8 juta.
Grafik 5.2 Pendapatan dan Pengeluaran SIA Periode 2008 - 2010
Sumber: SIA 2011 Sesuai dengan volume layanannya, keuntungan SIA juga berfluktuasi. Jika pada tahun 2008 keuntungan bersih SIA sebesar S$715.9 juta, tahun 2009
83
turun menjadi S$243.6 juta akibat dari resesi global, maka pada tahun 2010 naik kembali menjadi S$525.1 juta (lihat Grafik 5.3).
Grafik 5.3 Keuntungan SIA Periode 2008 – 2010
Sumber: SIA 2011
Perkembangan SIA juga diikuti dengan peningkatan citranya (brand image) sebagai alat transportasi udara bermutu tinggi. Aspek kepuasan pelanggan (customer satisfaction) menjadi hal yang utama. Hal ini terbukti dari terpilihnya SIA menjadi nomor satu in-flight service di mata para pelanggannya. SIA menerima penghargaan Service Quality Award dari Center for Customer Satisfaction and Loyalty (CCSSL) dan Marketing Magazine atas layanan excellent bagi pelanggan. Singapore Airlines mencatat nilai Indonesian Service Satisfaction lndex (ISSI) sebesar 4.1557.
84
SIA juga telah memperoleh banyak penghargaan bergengsi di dunia setiap tahunnya, untuk ke 10 kalinya menerima Best Airlines for Flight to Far East and Australia dari Business Traveller Germany dan juga Airlines Top Scores in all award criteria : safety conditions of aircraft, services on board/cabin crew, services on the ground/lounges, cabin comfort/seat pitch and Catering
dari
Business Traveller Germany, “Best Airlines in the World” oleh Global TravelerUSA based magazines, 5 gelar sekaligus dari Business Travel USA yaitu, ‘Best Airlines, Best Business Class, Best Economy Class, Best Long Haul Airlines, Best Cabin Crew”, dari Luxury Travel Adviser Netherland-“Awards of ExcellenceBest Business Class Service”,
Service Quality Diamond Award 2010 (Media
Indonesia, 8 Mei 2010), Adikarya Wisata 2010 Awards dari Jakarta untuk category the National Airlines kategori, karena kontribusi SIA yang signifikan pada sektor pariwisata. Sebagaimana yang dibahas pada bab sebelumnya, upaya peningkatan layanan SIA dibarengi dengan adanya inovasi yang dilakukan jajaran manajemen SIA, termasuk dalam memperkenalkan personal entertainment system dan video on demand yang disebut Krisworld di setiap kursi penumpangnya. Perkembangan
maskapai
penerbangan
Singapore
Airlines
juga
tercermin dalam pertumbuhan year-on-year 11.4 persen pada bulan Juni 2010. Pertumbuhan ini terjadi pada seluruh sistem angkutan, yang melampaui peningkatan kapasitas (diukur dalam kursi yang tersedia per kilometer) sebesar 1.8 persen. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan load factor sebesar 7.1 persen menjadi 82.8 persen. Jumlah penumpang yang diangkut meningkat sebesar
85
7.7 persen dibandingkan bulan yang sama tahun lalu menjadi 1.4 juta (Tempo Interaktif, Sabtu, 17 Juli 2010).
5.1.2 Komitmen dan Motivasi SIA dalam melaksanakan CSR SIA telah menunjukkan diri sebagai perusahaan jasa penerbangan yang peduli melakukan tanggungjawab sosialnya. Para informan yang menjadi staf SIA menyatakan bahwa tanggung jawab yang telah dilakukan SIA antara lain diimplementasikan dalam upaya pemulihan pariwisata Bali pasca bom Bali I pada tahun 2002. SIA memiliki komitmen cukup besar untuk ikut terlibat dalam pemulihan pariwisata Bali. Bom teroris pernah menguncang pariwisata Bali pada bulan Oktober 2002. Menurut salah seorang informan, beberapa bulan setelah serangan bom Bali I tersebut, kunjungan pariwisata, khususnya wisatawan asing amat menurun drastis. Lapangan usaha di sektor pariwisata lesu, baik hotel, restoran, maupun bar. Biro perjalanan mengalami kerugian karena wisatawan yang datang ke Bali amat berkurang. Salah seorang informan menggambarkan kondisi Bali Pasca bom Bali I sebagai berikut. “Bali seperti kota hantu, kota mati saja karena wisatawan yang biasanya berjubel datang ke Bali amat sedikit”. (Justine, 51 tahun) Karena kondisi pariwisata Bali inilah SIA memiliki komitmen untuk ikut membantu pemulihan pariwisata Bali. Kegiatan tanggung jawab sosial dalam program recovery Bali ini juga dilandasi oleh motivasi SIA dalam memanfaatkan kesempatan untuk mempertahankan perusahaan SIA yang terus berkembang.
86
Layanan jasa penerbangan khususnya rute dari Eropa – Amerika ke Bali yang sudah dirintis SIA dapat dipertahankan. Eropa merupakan pemasok terbesar wisatawan ke Bali dalam jaringan penerbangan SIA. SIA juga tidak menghendaki jika pelayanan penerbangan SIA dari dan ke Bali ini dihentikan begitu saja oleh serangan teroris. Manajemen SIA sangat peduli untuk membuat Bali tetap ada di peta tujuan wisata dari wisata mancanegara. Alasan lain SIA melaksanakan tanggung jawab sosial untuk pemulihan pariwisata Bali adalah upaya melanjutkan kerjasama yang sudah baik dengan berbagai komponen pariwisata di Bali. Menurut para informan, staf SIA – kerjasama antara SIA dengan berbagai pihak di Bali sangat baik, termasuk dengan pihak industri pariwisata:
travel, hotel dan restoran, aktivitas wisata,
serta
dengan pihak Pemerintah Daerah Bali dan pihak dunia akademis. Komitmen dan motivasi SIA dalam mendukung upaya pemulihan pariwisata Bali dituangkan dalam sebuah kebijakan dan program bagi kantor Cabang SIA di Indonesia. Setelah melalui proses kajian dan persiapan teknis yang matang, kegiatan tangung jawab sosial SIA untuk pemulihan pariwisata Bali dijabarkan ke dalam 3 kegiatan pokok, yaitu: (1) program pemasaran pariwisata Bali di luar negeri, (2) pemberian beasiswa untuk peningkatan kapasitas dan profesionalitas tenaga pariwisata, dan (3) dukungan untuk pelestarian seni-budaya Bali, khususnya seni tari. Implementasi kegiatan tanggung jawab sosial SIA selanjutnya akan dipaparkan pada sub bab 5.2.
87
5.1.3 Harapan Stakeholders Internal dan eksternal Keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007). Fenomena seperti ini terjadi, karena adanya tuntutan dari masyarakat akibat negative externalities yang timbul serta ketimpangan sosial yang terjadi (Harahap, 2002). Untuk itu, tanggung jawab perusahaan yang semula hanya diukur sebatas indikator ekonomi (economics focused) dalam laporan keuangan, kini harus bergeser dengan memperhitungkan faktor-faktor sosial (social dimentions) terhadap stakeholders, baik internal maupun eksternal. Program tanggung jawab sosial SIA dilaksanakan dan didukung oleh stakeholders internal, yakni dari pihak staf dan manajemen SIA sendiri. Beberapa informan staf SIA Denpasar mengemukaan bahwa kegiatan SIA dipandang sebagai kewajiban perusahaan di tempat SIA melakukan kegiatan bisnis, manajemen menganut pepatah “ dimana tanah dipijak disitu langit dijunjung.” Jadi dimana SIA beroperasi maka SIA bertanggungjawab untuk mensejahterakan daerah tersebut bukannya hanya untuk mengambil keuntungan saja dan tetap beroperasi. Perkembangan maskapai SIA ditandai dengan perluasan rute penerbangan SIA yang antara lain tujuannya di wilayah negara-negara Asean dan wilayah Asia Pasific. Indonesia merupakan salah satu negara yang penting untuk penerbangan di wilayah Asia-Pasific sehingga SIA membuka kantor cabangnya di Jakarta dan Denpasar. Keseriusan SIA melaksanakan tanggung jawab sosial untuk pemulihan pariwisata Bali didasari oleh motivasi dari manajemen dan karyawan
88
SIA agar operasi perusahaan mereka tetap jalan. Dalam kaitan ini salah seorang informan menyatakan sebagai berikut. “Mandegnya operasi penerbangan SIA dengan tujuan Bali tentu tidak kita harapkan. Kelesuan pasar pariwisata akibat bom perlu kita antisipasi. SIA berkepentingan untuk menjadikan pariwisata Bali kembali normal. Dengan pulihnya kondisi pariwisata Bali seperti semula (sebelum bom 2002), maka wisatawan asing akan memakai kembali jasa kami”. (Ang BS,45 tahun). Informan menandaskan bahwa tanggung jawab sosial dilaksanakan SIA agar operasional perusahaan SIA tetap berjalan di Bali. Kantor cabang SIA di Denpasar akan dapat dipertahankan apabila penerbangan dengan tujuan Denpasar bisa terus dijalankan. Informan lain mengemukan bahwa pelaksanaan tanggung jawab sosial terkait dengan pemikiran manajemen agar karyawannya untuk bisa terus bekerja. Dalam kaitan ini, di samping terus berupaya memelihara hubungan dan kerjasama yang baik dengan para pelanggan yang loyal, implementasi tanggung jawab sosial dalam pemulihan pariwisata Bali merupakan strategi perusahaan yang kongkrit untuk menjamin kelangsungan perusahaan dan kelangsungan posisi mereka selaku karyawan atau pekerja. Salah seorang informan, mantan manager SIA Kantor Cabang Bali menjelaskan sebagai berikut. “CSR yang kami lakukan memang bisa menambah citra positif dan loyalitas pelanggan SIA, tapi bagi kami keikutsertaan SIA dalam pemulihan pariwisata Bali memiliki fungsi strategis. Berlanjutnya layanan penerbangan ke Bali berarti posisi kami tetap aman karena staf kami bisa terus bekerja” .(D. Lim, 40 tahun). Sebagaimana ditegaskan oleh informan, partisipasi SIA untuk ikut andil terlibat dalam pemulihan pariwisata Bali didasari oleh dorongan manajemen pusat
89
yang sangat peduli terhadap masyarakat Bali dan khususnya para staf atau karyawannya. Para karyawan SIA khususnya di kantor SIA Denpasar berharap agar mereka tetap bisa bekerja, tidak di rumahkan gara-gara lesunya pariwisata Bali. Dengan memulihkan situasi Bali sebagai daerah destinasi pariwisata utama di Indonesia, maka layanan penerbangan SIA akan dapat terus dipertahankan. Ini berarti para karyawannya tetap dapat dikaryakan untuk menjamin kesejahteraan mereka dan keluarga mereka. Di samping harapan pihak internal, program tanggung jawab sosial SIA juga sebagai respon atas adanya harapan pihak eksternal, yakni stakeholders mitra kerja SIA. Pelaku bisnis pariwisata mitra kerja SIA di Bali menghendaki agar SIA turut berpartisipasi dalam pemulihan pariwisata Bali pasca bom Bali I (2002). Mitra kerja SIA di Bali, yakni pihak travel dan hotel merasa berkepentingan agar bisnis mereka tetap beroperasi. Untuk itu, mereka amat memyambut positif rancangan yang diajukan oleh manajemen SIA dan turut terlibatnya SIA langsung sebagai motor
dalam pemulihan pariwisata Bali. Berkaitan dengan hal ini
komentar dari salah seorang pemilik travel agen di Bali, sebagai berikut, “SIA adalah perusahaan yang sangat peduli dengan kondisi pariwisata Bali pada saat terpuruk pasca bom 2002. SIA tidak berhenti untuk terbang ke Bali seperti perusahaan penerbangan yang lain yang hanya memikirkan kepentingan sendiri saja. SIA tetap menunjukan komitmennya terbang ke Bali meskipun pesawatnya hanya ada sedikit penumpang. Kami benarbenar merasa mendapat dukungan dengan SIA dan lebih-lebih dengan inisiatif rencana recovery Bali yang didengungkan beberapa minggu setelah bom 12 Oktober 2002. SIA juga mengandeng pelaku industri pariwisata Bali dalam rencana recovery ini” .(P.E Tallo, 60 tahun). Program tanggung jawab sosial SIA dalam upaya pemulihan pariwisata Bali dinilai oleh para mitra kerjanya dapat menguatkan kerja sama bisnis yang
90
mereka kembangkan. Dalam kaitan ini salah seorang informan, dosen pariwisata Bali mengemukaan bahwa kerjasama SIA dengan pihak hotel dan travel bisa dipelihara dan dikembangkan apabila SIA turut terlibat dan peduli terhadap pariwisata Bali. “Dengan SIA dalam membantu pemasaran wisata Bali di luar negeri serta dukungan SIA untuk kemajuan budaya Bali amat positif untuk memantapkan kerjasama antar pelaku bisnis pariwisata Bali dengan SIA”. (Agung Semadhi, 50 tahun).
Tabel 5.2 Faktor Internal dan Eksternal yang mempengaruhi SIA melakukan kegiatan tanggung jawab sosialnya No Internal Eksternal 1 • Harapan staf/karyawan SIA agar • Mitra kerja SIA (hotel, travel) di perasahaannya bisa tetap Bali berkepentingan agar SIA operasional. melakukan tanggung jawab sosialnya untuk pemulihan pariwisata Bali 2 • Harapan staf/karyawan SIA agar • Para pengelola jasa travel dan hotel mereka bisa terus bekerja dan perlu dukungan SIA untuk terus meningkatkan kualitas mendatangkan tamu (wisatawan pelayanan SIA mancanegara) untuk memilih Bali sebagai daerah tujuan wisatanya. 3 • Harapan staf/karyawan SIA agar • Kerjasama yang baik serta mutu citra positif SIA di mata pelayanan yang prima SIA kepada pelanggan dapat semakin mitra kerjanya perlu terus dikuatkan diperhatahankan. 4 • Harapan staf/karyawan SIA agar • Tanggungjawab sosial SIA untuk kesejahteraan mereka bisa terus pemulihan pariwisata Bali meningkat sejalan dengan merupakan kerjasama multi pihak kemajuan perusahaan yang saling menguntungkan (winwin solution). Sumber: diolah dari bahan primer Program tanggung jawab sosial SIA dalam pemulihan pariwisata Bali juga dianggap sebagai bagian dari upaya menjaga citra dan mutu pelayanan SIA kepada para mitra kerjanya. Di samping itu, para pengamat pariwisata menilai
91
bahwa program tanggung jawab sosial SIA dianggap sebagai langkah yang menguntungkan semua pihak. Tanggung jawab sosial SIA dalam pemulihan pariwisata Bali itu dianggap sebagai win win solution yang menguntungkan kedua belah pihak. Di satu sisi, upaya tanggung jawab sosial itu dapat menguntungkan pariwisata Bali karena SIA mampu mendatangkan wisatawan mancanegara dengan jumlah yang relatif besar beberapa bulan setelah peristiwa bom Bali I tahun 2002. Bali yang semula sepi, hotel banyak yang kosong, operasional travel terhenti menjadi beroperasi kembali. Di sisi yang lain, layanan penerbangan SIA dari dan ke Bali bisa terus beroperasi. Pada masa recovery ini yang utama bagi SIA adalah ada orang yang mau terbang ke Bali, penghasilan bukan hal yang utama dan karyawan SIA yang ada di Bali bisa terus bekerja dan melayani pelanggan. SIA melaksanakan tangung jawab sosialnya merupakan bagian dari strategi
perusahaan
untuk
mempertahankan
keberlanjutannya,
dengan
memperhitungkan berbagai variabel internal dan eksternal. Berbagai variabel tersebut berwujud pihak-pihak yang dapat terpengaruh serta mempengaruhi jalannya operasi perusahaan dalam mencapai tujuannya. Pihak-pihak tersebut kini biasa
disebut
sebagai
stakeholder
atau
pemangku
kepentingan.
Karyawan/keluarganya serta masyarakat sekitar perusahaan merupakan dua di antara banyak pemangku kepentingan yang sah, sehingga dampak perusahaan terhadap mereka harus dipikirkan dengan masak. Salah satu wujud tanggung jawab sosial perusahaan yang bersifat internal adalah menjamin kesejahteraan para karyawan. Karyawan beserta
92
keluarganya merupakan bagian tidak terpisahkan dalam roda produksi perusahaan. Pemenuhan kebutuhan perumahan untuk karyawan kemudian menjadi langkah strategis dalam mempertahankan keberlanjutan perusahaan. Secara eksternal, wujud CSR adalah upaya meminimalisasi dampak negatif dan maksimisasi dampak positif operasi perusahaan. Wujud tanggung jawab sosial perusahaan dalam minimisasi dampak negatif—terkait isu perumahan—adalah pemberian kompensasi yang setara terhadap masyarakat terkena dampak bila perusahaan dalam operasinya harus memindahkan kelompok masyarakat tertentu ke luar dari wilayah dampak operasinya. Sedangkan tanggung jawab sosial perusahaan dalam maksimisasi dampak positif terwujud dalam bentuk pemberdayaan kelompok masyarakat rentan yang tinggal di wilayah dampak operasi perusahaan. Kedua hal tersebut di atas merupakan satu bentuk investasi sosial dengan tujuan utamanya adalah memperoleh “social license to operate” dari para pemangku kepentingan strategis yang tinggal di wilayah dampak (Sampurna, 2006).
5.2. Implementasi Tanggung Jawab Sosial Singapore
Airlines Dalam
Pemulihan Kepariwisataan Bali Singapore
Airlines (SIA) merupakan salah satu perusahaan swasta
yang ikut terlibat dalam upaya Pemulihan Kepariwisataan Bali pasca bom Bali I (2002) dan bom Bali II (2005). Tanggung Jawab Sosial SIA ini diimplemtasikan dalam bentuk tiga kegiatan pokok, yaitu: (1) program pemasaran pariwisata Bali di luar negeri, (2) pemberian beasiswa untuk peningkatan kapasitas dan
93
profesionalitas tenaga pariwisata, dan (3) dukungan untuk pelestarian seni-budaya Bali.
5.2.1 Program Pemasaran Kunjungan Pariwisata Ke Bali Pasca peristiwa bom Bali I (2002) kunjungan wisatawan asing ke Bali sangat menurun drastis. Beberapa negara mengeluarkan travel warning agar warga negaranya tidak mengunjungi Indonesia, khususnya Bali karena dianggap tidak aman. Manajemen pusat SIA di Singapura dengan tanggap segera meresponse kondisi terpuruk ini dengan segera datang ke Bali pada akhir Oktober 2002 setelah kejadian bom untuk mengadakan pertemuan dengan stakeholders pariwisata Bali, Bali Tourism Board dan Dinas Pariwisata Provinsi Bali yang pada saat itu belum ada rancangan dalam pemulihan pariwisata Bali. Secara
bersamaan
SIA
menggerakan
networking
nya
untuk
mengadakan kajian pangsa pasar untuk mengetahui pasar-pasar pemasok wisatawan yang manakah yang bisa mendukung pemulihan pariwisata Bali secara instan untuk jangka pendek. Tujuan jangka pendek adalah menciptakan keramaian di Bali dengan wisatawan asing sebelum program selanjutnya yaitu mengundang travel agen/operator dan media asing datang melihat Bali secara langsung. Manajemen SIA memikirkan dengan teliti segala dampak yang akan terjadi sebelum tahap selanjutnya dalam program pemulihan pariwisata ini dilaksanakan. Dampak yang ingin dicitrakan dengan meluncurkan paket murah ini adalah untuk mendatangkan sebanyak-banyaknya wisatawan mancanegara datang ke Bali dan ini itu pembuktian tahap selanjutnya untuk para travel agen/operator
94
luar negeri dan media yang diundang untuk menyaksikan telah kembalinya pariwisata Bali. SIA juga memikirkan dengan matang kalau travel agen/operator atau media yang diundang pertama untuk melihat situasi Bali saat pariwisata masih belum pulih maka akan memberikan dampak negatif. Media bisa memberikan pemberitaan yang negatif dan membuat proses pemulihan akan lebih lama. Pemikiran dari manajemen SIA sangat detail dan berhati-hati dalam program pemulihan pariwisata Bali agar tidak menjadi boomerang. Dalam kajian pangsa pasar yang bisa digerakan dengan value for money dalam pemulihan pariwisata Bali ini, maka didapatkan pangsa pasar Singapura, Malaysia, Vietnam, Thailand dan Timur Tengah. Pangsa pasar ini bisa digerakkan dengan cepat karena faktor harga, yaitu harga yang murah atau yang disebut value for money paket. Dengan bekerja sama dengan dua hotel dan satu travel agen, Bali Dinasty Resort dan Melia Bali serta travel agen Golden Rama Express membuat paket recovery. Masing-masing stakeholder tidak mengambil keuntungan untuk paket ini karena tujuannya recovery untuk membuat wisatawan mau datang ke Bali dulu untuk meramaikan Bali yang bagaikan kota mati. Paket recovery Bali ini di luncurkan di Singapura pada akhir November 2002. Dengan cepat pasar merespon dan paket terjual, sampai terjadi kurangnya tempat duduk yang tersedia pada penerbangan Singapore Airlines ke Bali. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata pada saat itu adalah Bapak Gede Ardika dan pada saat kunjungannya ke Singapura bertemu dengan para travel agen dihimbau untuk meminta Singapore Airlines menambah seat kapasitas ke Bali pada bulan
95
Desember 2002. Pada bulan Desember paket ini dijual juga di Malaysia dan Thailand. Program ke dua yang bernama “ Enchanting Bali”, yang berarti Bali sama seperti yang dulu diluncurkan pada 1 Januari 2003, untuk pangsa pasar yang lebih luas Asean dan Timur Tengah. Paket ini memberikan nilai tambah seperti shopping voucher, diskon-diskon untuk belanja, penginapan, restoran,spa dan masuk obyek-obyek wisata.
Untuk shopping voucher dan diskon, SIA
berkerja sama dengan toko-toko suvenir, batik, hotel dan restoran, spa dan tempattempat bermain seperti Waterboom, Bali Hai cruise dan sebagainya. Pada bulan April – Juni 2004, SIA Jerman bekerja sama dengan koran BILD mengadakan kuis tentang Bali dengan hadiah berlibur ke Bali selama seminggu. Di Bali SIA didukung oleh pemerintah Bali dan juga industri pariwisata, seperti sebanyak 20 anggota Bali Village ikut berpartisipasi dengan memberikan akomodasi dan tour gratis selama pemenang kuis dari Jerman ini berada di Bali. SIA memberikan
tiket gratis untuk 300 orang pemenang.
Walikota Denpasar dan juga Gubernur Bali pada saat itu menjamu para pemenang dari Jerman ini untuk makan malam dengan keramah tamahan orang Bali dan juga memberikan hiburan seni-budaya Bali.
Tujuan dari program dengan tabloid
BILD adalah untuk membuat wisatawan Jerman datang dan melihat langsung serta merasakan kondisi Bali yang sudah kondusif. Program yang dikembangkan SIA tersebut bertujuan untuk memulihkan kepercayaan masyarakat Jerman yang merupakan pemasok besar wisatawan untuk Bali. Berita yang dimasukan kedalam tabloid BILD ini bukan dari berita media
96
tetapi langsung testemoni dari masyarakat Jerman itu sendiri , asli tanpa rekayasa tentang kondisi Bali saat itu. Ini merupakan mouth to mouth advertisement untuk Bali. Program ini memberikan dampak positif bagi Bali karena kembalinya kepercayaan masyrakat Jerman terhadap Bali. Setelah program ini, SIA mendatangkan tour operator/agen dan media dari berbagai negara. “Kami sangat senang dengan apa yang telah dilaksanakan SIA, terutama dalam mendukung pemulihan pariwisata Bali. Peningkatan yang sangat signifikan dalam hunian hotel kami waktu itu. Sebanyak 5000 orang tinggal di hotel kami dalam perioda 3 bulan, Januari 2005 – Maret 2005”. ( Gede Parmita, 54 tahun). Peristiwa bom kembali menghantam Bali pada 01 Oktober 2005 dan berdampak negatif bagi dunia pariwisata Bali. Padahal angka kedatangan turis di Bali ketika itu baru mulai merangkak naik sejak awal 2005, setelah sempat menurun drastis akibat bom Bali
pada 12 Oktober 2002. Berdasarkan data
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Januari 2006), jumlah turis asing yang datang berkunjung ke Bali per November 2005, jauh menurun dari 86,8 ribu orang menjadi 67,7 ribu orang. Penurunan sebesar 22.02% ini mencerminkan keberlanjutan dampak teror bom. Sementara itu hunian hotel hanya sekitar 28% (Press Release SIA, Denpasar, 28 Januari 2006) Upaya pemulihan terus menerus dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan daerah Bali dengan dukungan berbagai pihak terhadap pariwisata Bali, termasuk maskapai penerbangan Singapore Airlines. Untuk itu, kegiatan pertama yang dijalankan SIA dalam upaya pemulihan pariwisata Bali adalah melakukan promosi wisata ke luar negeri. Promosi wisata ini berisi bahwa peristiwa bom Bali adalah peristiwa yang tidak diharapkan oleh masyarakat Bali dan masyarakat
97
Indonesia pada umumnya. Mereka menghendaki agar Bali tetap aman dan nyaman sebagai paradise island. Pengemasan promosi wisata ke luar negeri dilakukan dengan menjalin kerja sama dengan stakeholders, mitra kerja SIA di Indonesia, khususnya para pihak yang bergerak dalam bisnis pariwisata di Bali. Menurut salah seorang informan, industri pariwisata, SIA berupaya menggalang kerjasama dalam menyiapkan paket promosi wisata di luar negeri ini antara lain dilakukan dengan menyelenggarakan beberapa kali workshop, diantaranya adalah workshop dengan melibatkan Biro perjalanan, hotel, LSM dan akademisi dengan dukungan Pemerintah Provinsi Bali. “Dalam workshop ini kita menyepakati paket promosi yang dikemas dalam bentuk brosur dan produk cenderamata pendukungnya”. (Esther, 54 tahun)
98
Dokumen: SIA 2005
Gambar 5.1
99
Tarif hotel yang terkemas dalam brosur SIA pasca bom Bali 2002
Dokumen: SIA 2005 Gambar 5.2 Paket cenderamata/souvenir SIA Untuk memulihkan situasi dan mengembalikan kepercayaan dunia terhadap pariwisata Bali, kembali Singapore Airlines (SIA) bekerjasama dengan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata mengadakan Bali Recovery Program. Terkait hal itu, SIA mengundang media dan travel operator/agen dari jaringan
100
SIA untuk mengunjungi dan melihat langsung perbaikan kondisi dan situasi paska bom Bali II Oktober 2005 agar mereka dapat menyampaikan dan mempromosikan Bali kembali di daerah mereka masing-masing sehingga niat berkunjung ke Bali terus bangkit. Dalam rangka recovery pariwisata Bali, SIA telah menjalin kerja sama yang erat selama ini dengan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dalam mempromosikan Indonesia kepada dunia internasional. Dalam kaitan ini, SIA melayani Bali dengan melakukan 28 penerbangan setiap minggu ke Bali dari Singapura dan mengoperasikan sekitar 100 penerbangan per minggu ke Indonesia (Press Release SIA, 28 Januari 2006). Di samping dilakukan dengan paket wisata yang menarik, promosi wisata di luar negeri, khususnya di Jerman dilakukan SIA dengan melibatkan mitra kerja media massa lokal (radio dan media cetak). Promosi pariwisata ke luar negeri ini berisi menginformasikan tentang keunikan kebudayaan masyarakat Bali, menginformasikan bahwa Bali adalah tempat yang aman dan nyaman untuk dikunjungi. Bali merupakan pulau surga bagi wisatawan. SIA telah melaksanakan program perjalanan familirisasi (Fam trip) untuk travel agen dari luar negeri sejak Desember 2005. Sebanyak 11 travel agen dari Singapore telah berkunjung ke Bali pada Desember 2005. Sedangkan pada bulan Januari 2006 sampai Mei 2006 telah datang para travel agen dari Prancis, Jerman, Inggris, Belanda, Skandinavia, Swiss, Afrika Selatan, India, dan China. Kedatangan mereka terbukti dapat mendukung promosi wisata Bali dan berhasil dalam mendukung pencapaian target 6 juta wisatawan asing pada 2006.
101
Dalam upaya promosi wisata di luar negeri tersebut, pada bulan Januari 2006, telah datang media dari Hong Kong, Itali dan Jepang. Selanjutnya pada Februari dan Maret 2006 media-media yang akan berkunjung ke Bali adalah dari Jerman, Rusia, Skandinavia, Afrika Selatan, India dan Timur Tengah. Mereka berkesempatan untuk bertatap muka dengan para pelaku pariwisata dan sekaligus melihat langsung situasi yang sebenarnya di Pulau Dewata itu. Kantor Perwakilan SIA di negara negara lain sangat mendukung program pemulihan Bali ini, seperti di Denmark, SIA bekerja sama dengan agenagen perjalanan yang banyak menjual tiket ke Bali untuk memasang iklan tentang Bali diberbagai media di Skandinavia. SIA Skandinavia pada tahun 2006 telah datang bersama wartawan dan TV krew untuk merekam keindahan Bali dan membuat program yang akan ditayangkan untuk konsumsi para pemirsa Skandinavia. Demikian pula SIA Jerman sangat aktif mempromosikan Bali
di
harian-harian media utama di Jerman dan penayangan ulang selama 30 menit “SIA special on Bali” di NTV, (TV swasta di Jerman). Dalam kaitan ini, pada bulan Maret 2006 SIA menjalin kerjasama dengan Pemda Bali dan Bali Village mengadakan kegiatan roadshow di tiga kota besar di Jerman, yaitu Frankfurt, Stuttgart dan Hamburg, di Spanyol dan Portugal dengan melakukan kegiatan press conference untuk mempromosikan Bali di luar negeri yang menghadirkan Kapolda Bali, Wakil Gubernur Bali, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali dan Bali Tourism Board. Selain program familirisasi dari perjalanan ke Bali oleh
102
travel agen dan media luar negeri, SIA juga meluncurkan paket khusus Bali Super Holiday sejak Nopember 2005 untuk Bali recovery setelah bom 01 Oktober 2005. Dengan hadirnya pengelola media massa ke Bali dari berbagai negara tersebut, secara langsung maupun tidak langsung citra pariwisata yang sudah terpuruk akibat diguncang dua kali serangan bom teroris (2002 dan 2005) kembali menguat. Lebel Bali yang dikenal exotic, tempat kunjungan wisata yang memikat dunia kembali dikuatkan. Citra wisata yang positif bahwa Bali tetap aman dan nyaman bisa terbangun kembali sehingga minat pelancong asing untuk hadir kembali bisa dipulihkan karena pembuktikan awak media massa terhadap kondisi Bali yang sesungguhnya tersebut. Upaya SIA dalam mempromosikan pariwisata Bali bersama pengelola media massa tersebut dapat menguatkan kembali citra Bali sebagai destinasi wisata yang tetap layak dikunjungi. Promosi wisata pasca bom Bali II tahun 2005 tersebut dikemas dengan menarik dengan tawaran harga yang bersaing. Biaya paket wisata, baik travel dan biaya penginapan hotel sengaja dibuat lebih murah, yaitu value for money (lihat gambar 5.3).
103
Dokumen: SIA 2005 Gambar 5.3 Brosur perjalanan ke Bali Upaya promosi wisata pasca bom Bali 2005 oleh SIA di luar negeri secara bertahap mampu meyakinkan masyarakat Eropa untuk melancong ke Bali. Bali kembali menjadi pilihan utama untuk bepergian wisata mereka sebagaimana
104
yang ditegaskan oleh Hew Chuen Chiet , General Manager Indonesia, Singapore Airlines berikut. “Program-program (promosi ke luar negeri) itu merupakan kerja sama dengan pemerintah Indonesia dan kalangan industri pariwisata Bali untuk mengemBalikan kepercayaan para wisatawan dan menempatkan kembali Bali di peta wisata”. (Press Release, 28 Januari 2006). Paket wisata SIA dengan melibatkan pihak travel dan hotel ini ternyata membuahkan hasil. Wisatawan mancanegara, terutama yang berasal dari negaranegara Eropa-Amerika kembali berminat untuk berkunjung ke Bali. Kenaikan kunjungan wisatawan mancanegara ini terlihat setelah adanya upaya recovery pada tahun 2003 dan 2007 (lihat Grafik 5.1 pada sub bab 5.3.2) Industri-industri pariwisata yang sangat berperan dalam pengembangan pariwisata adalah: biro perjalanan wisata, hotel dan restoran. Selain itu juga didukung oleh industri-industri pendukung pariwisata lainnya. Biro perjalanan wisata merupakan jembatan penghubung antara wisatawan dengan penyedia jasa akomodasi, restoran, operator adventure tour, operator pariwisata dan lain-lain. Umumnya wisatawan menggunakan jasa biro perjalanan wisata dalam menentukan rencana perjalannya (tour itinerary), selain pihak wisatawan mengatur rencana perjalanannya sendiri. Dalam konteks pengembangan pariwisata, biro perjalanan wisata memiliki peran penting dalam melakukan promosi untuk mendatangkan wisatawan. Ketidaktahuan wisatawan terhadap destinasi yang
akan dikunjungi merupakan faktor pendorong utama untuk
menggunakan jasa biro perjalanan wisata sebagai pemandunya (Subadra, 2009).
105
SIA telah berhasil menggalang partisipasi berbagai stakeholders di luar negeri dalam upaya pemulihan pariwisata Bali Pasca bom bali II. Pelibatan pihak media massa dalam promosi wisata Bali pada tahun 2006 telah mengembalikan citra bahwa Bali tetap layak menjadi pilihan tujuan wisata utama di Indonesia.
5.2.2 Program Pemberian Beasiswa di Bidang Kepariwisataan Mutu pelayanan pariwisata amat tergantung dari skill SDM yang terlibat. Untuk itu, salah satu kegiatan CSR SIA adalah memberikan dukungan beasiswa bagi mahasiswa bidang pariwisata. Menurut Desmond Lim, Manager Bali Singapore Airlines pariwisata adalah sektor yang strategis untuk pendapatan devisa negara dan hanya bisa dikembangkan oleh tenaga dan lembaga pariwisata yang profesional. Salah satu tujuan Singapore Airlines adalah mendukung kemajuan sumber daya manusia Indonesia, khususnya di Bali untuk menjadi tenaga kerja pariwisata yang professional. Singapore Airlines (SIA) bersama 27 mitra dari agen perjalanan dan agen kargo di Bali pada bulan Mei 2000 meluncurkan program “Human Resources Development Program. Melalui program ini, SIA dan agen rekanannya mempersembahkan bea siswa kepada pelajar Bali yang kurang mampu namun memiliki nilai cemerlang untuk mempelajari pariwisata, industri perjalanan dan logistik di Sekolah Tinggi Pariwisata Bali dan Politeknik Negeri Bali, serta mempelajari seni di Institut Seni Indonesia (ISI). Bea siswa ini diberikan sampai siswa/siswi yang masuk dalam kriteria penerima beasiswa tamat D3 atau D4 di masing-masing sekolah.
106
SIA menggandeng mitra agen tiketing dan kargo untuk ikut dalam kegiatan tanggung jawab sosial ini agar para agen ini juga mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pendidikan terbaik bagi pelajar yang kurang mampu bukan hanya melihat hasil akhir dan mencari lulusan terbaik untuk dikaryakan. Program bea siswa tersebut dirancang dengan dana tahunan dari travel agen dan agen kargo yang ditunjuk SIA, yang mana jumlah sumbangan terkumpul itu digandakan nilainya oleh SIA. Para siswa tidak saja meraih manfaat latihan kerja dengan SIA dan agen-agen yang ditunjuk di Bali, tapi banyak di antara mereka saat ini telah menjalani karirnya di bidang pariwisata, travel dan kargo. Sampai dengan tahun 2006, beasiswa bernilai total Rp 80 juta sudah diberikan untuk keenam kalinya kepada 102 mahasiswa sekolah pariwisata dan seni di Bali. Enam belas (16) di antaranya telah lulus dan mendapat pekerjaan yang sesuai dengan keterampilannya. Pada tahun ajaran 2005/2006, sebanyak 12 beasiswa baru diberikan kepada 4 mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata Bali, 4 mahasiswa Politeknik Negeri Bali dan 4 mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI). Mereka adalah mahasiswa berprestasi yang termasuk 10 besar di kelasnya dan masing-masing mendapatkan beasiswa senilai Rp2,5 juta (untuk mahasiswa STP Bali dan Politeknik) dan Rp 1,25 juta (untuk mahasiswa ISI) untuk melanjutkan pendidikannya (Press Release SIA, Denpasar, 27 Juni 2006). Dukungan beasiswa SIA bagi para mahasiswa pariwisata tersebut merupakan wujud kongkrit perusahaan penerbangan ini terhadap perkembangan pariwisata Bali. Sudah selayaknya SIA yang memiliki jaringan kerjasama dengan
107
pebisnis pariwisata turut peduli terhadap upaya peningkatan SDM di bidang pariwisata Bali. Dukungan
beasiswa
bagi
mahasiswa
pariwisata
itu
dapat
menguntungkana kedua belah pihak. Pertama, dukungan beasiswa tersebut sebagai wujud kepedulian SIA terhadap pengembagan SDM pariwisata Bali. Kedua, langkah kongkrit SIA tersebut telah memberikan citra positif bagi perusahaan maskapai penerbangan yang berpusat di Singapura sebagaimana pernyataan salah seorang informan berikut. “Dampak positif secara langsung dapat dirakan bagi si penerima bantuan beasiswa yang diberikan SIA. Selain itu, kunjungan wisatawan asing yang menumpang SIA juga dapat ditingkatkan sejalan dengan menguatnya citra positif SIA sendiri”. (Agung Semadhi, 50 tahun). “Sebagai salah seorang penerima beasiswa dari SIA, waktu saya bersekolah di STP hinggga tamat merupakan anugerah yang saya rasakan. Saya dapat menyelesaikan kuliah tanpa harus takut tidak dapat menyelesaikan kuliah karena ketidakmampuan orang tua secara finansial. Saya juga diberi peluang untuk manggang di SIA Denpasar selama 6 bulan. Saya bersyukur sekali begitu tamat di STP, saya juga ditawarkan pekerjaan di SIA Denpasar, sedangkan teman saya di salah satu agen, mitra SIA. Saya merasakan SIA dan mitra agennya memberikan prioritas kepada penerima beasiswa untuk dapat bekerja juga”. (Anik Sugiarta, 29 tahun) Beasiswa SIA yang diberikan kepada mahasiswa bidang pariwisata sesuai dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan profesionalitas tenaga di bidang pariwisata. SDM merupakan faktor penting bagi pengembangan sektor pariwisata, di samping fasilitas fisik akomodasi, atraksi wisata dan objek wisata itu sendiri. Dalam kaitan ini,UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Pasal 11 dan 12) dinyatakan bahwa pekerja pariwisata memerlukan standar
108
kompetensi dan sertifikasi. Secara bertahap setiap tenaga kerja bidang pariwisata wajib memiliki standar kompetensi kerja. Dukungan beasiswa SIA untuk pendidikan pariwisata bertujuan agar pariwisata Bali didukung oleh tenaga kerja profesional yang handal, berstandar, dan bersertifikat internasional untuk menjamin terpenuhinya tuntutan kebutuhan standar pelayanan wisatawan. Untuk itu upaya peningkatan kualitas SDM pariwisata merupakan agenda yang mendesak terlebih dalam menghadapi tantangan di tataran regional ASEAN yang telah sepakat menerapkan kemudahan mobilitas tenaga kerja pariwisata di kawasan ini melalui Mutual Recognition Arrangement (MRA). Untuk mengantisipasi hal itu, dilakukan gerakan pengembangan SDM unggul berbasis kompetensi di sektor pariwisata. Sertifiksi tenaga pariwisata ini diperlukan karena daya saing dan kualitas tenaga kerja pariwisata Indonesia masih rendah atau menempati peringkat 40 dari 133 negara (Prabowo, Rabu, 22 September 2010).
5.2.3 Program Pelestarian Seni-Tradisi Budaya Bali Konsep pariwisata budaya sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Propinsi Bali Nomor 3 Tahun 1991 tentang pariwisata budaya yaitu sebagai salah satu jenis pariwisata yang dalam pengembangannya ditunjang oleh faktor-faktor kebudayaan Bali dan yang dijiwai oleh Agama Hindu sebagai bagian dari kebudayaan nasional, yang diharapkan adanya keserasian, keselarasan, dan keseimbangan.
109
Secara konsepsional pariwisata budaya diharapkan menciptakan keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara penyelenggaraan pariwisata dan kebudayaan Bali. Selain itu, mutu obyek dan daya tarik wisata diharapkan dapat meningkat dan tetap lestari, serta mampu mempertahankan norma, nilai kebudayaan, agama dan menghindari pengaruh negatif pariwisata. Konsep ini selaras dengan paradigma baru yaitu pariwisata yang berkelanjutan yang berbasis masyarakat dan senantiasa memelihara mutu dan kelanjutan sumber daya alam, meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal dan terwujudnya keseimbangan antara sumbar daya alam dan budaya, kesejahteraan masyarakat lokal serta kepuasan wisatawan (Ardika, 2002: 1). Menurut salah seorang staf SIA di Denpasar, budaya Bali merupakan aset utama pariwisata Bali. Oleh karena itu, tanggung jawab sosial SIA dalam upaya pemulihan pariwisata Bali pasca bom I (2002) dilaksanakan dalam bentuk pemberian bantuan beasiswa kepada mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) untuk pendidikan mereka. Bantuan itu dimaksudkan sebagai wujud kepedulian SIA terhadap upaya pelestarian dan perkembangan kebudayaan masyarakat Bali. Terkait dengan upaya SIA dalam mendukung pelestarian seni-budaya Bali ini salah seorang informan menyatakan sebagai berikut. “Tak kurang dari 102 mahasiswa sekolah pariwisata dan seni di Bali memperoleh dukungan beasiswa dari SIA. Disamping bertujuan untuk meningkatkan profesionalitas SDM pariwisata, bantuan itu juga bertujuan agar seni-budaya Bali tetap terbina”. (D. Lim, 42 tahun). Dalam kaitan ini Singapore Airlines telah menyerahkan dana senilai USD 13.000 kepada Pemerintah Daerah Bali untuk mendukung program pelestarian budaya Bali yang menjadi pilar penting pariwisata Bali, khususnya
110
seni tari Bali. Dana ini digunakan untuk pelestarian antara lain tari tradisional seperti Legong Keraton dan tari Telek di Desa Munggu, Badung serta tari tradisional yang dari daerah-daerah lain juga menerimanya. “SIA sangat peduli dengan pelestarian seni budaya Bali, tertutama dalam pelestarian tari-tari tradisional yang sudah langka. Sumbangan yang diberikan oleh SIA sangatlah berharga karena dengan dana ini pelatihan diberikan kepada generasi muda untuk berlatih tari-tarian tradisional sehinggga tidak punah. Dari beberapa tarian tradisional yang dilestarikan adalah Tarian Legong Kraton dan Tari Telek dari desa Munggu, Badung. Saat ini sebanyak 12 mahasiswa dari luar negeri ( Rusia, Korea, Jepang, India) yang belajar tari ini di desa Munggu”. (Nikanaya, 61 tahun) Wujud kongkrit yang menjadi modal budaya pariwisata Bali adalah kesenian, termasuk seni Pertunjukan Tradisional. Seni pertunjukan tradisional telah menjadi elemen budaya yang paling konkret yang bisa segera ditawarkan kepada wisatawan karena sifat universal seni tari dan musik sebagai pengiringnya lebih mudah untuk dinikmati (diapresiasi) wisatawan tanpa perlu keterlibatan yang mendalam, dan mudah dipaket/dikemas untuk didatangkan ke hotel-hotel, termasuk dipertontonkan ke luar negeri dalam wujud misi kesenian untuk promosi pariwisata. Reputasi seni pertunjukan tradisional Bali sudah diakui secara luas baik oleh para spesialis maupun wisatawan kebanyakan. Seni pertunjukan adalah salah satu aset terpenting bagi citra pariwisata budaya. Secara umum seni pertunjukan Bali dapat dikatagorikan menjadi tiga: (1) Seni Tari Wali (sacred, religius dance) ialah seni tari yang hanya dipertunjukan di Pura-pura dan tempattempat yang ada hubungannya dengan upacara agama dan umumnya tidak memakai lakon; (2) Seni Tari BeBali (ceremonial dance) ialah seni tari yang berfungsi sebagai pengiring upacara di Pura atau di luar Pura yang pada umumnya
111
memakai lakon; (3) Seni Tari Balih –Balihan (seculer dance) segala macam seni tari yang mempunyai unsur dan dasar dari seni tari yang luhur yang berfungsi sebagai hiburan (Saryani, 2005: 118). Pengkatagorian ini ditegaskan pada tahun 1971 oleh Majelis Pertimbangan dan Pembinaan Kebudayaan (LISTIBIYA) Bali sebagai respon dari semakin merambahnya pertunjukan untuk pariwisata ke seni-seni yang sifatnya sakral. Pertemuan ini merekomendasikan agar kesenian yang sifatnya wali dan bebali tidak dikomersialkan. Bandem dalam bukunya Kaja and Kelod: Balinese Dance in Transition secara rinci mengklasifikasi berbagai seni pertunjukan yang ada di Bali hingga awal tahun 1980-an. Tergolong ke dalam wali misalnya: Berutuk, Sang Hyang Dedari, Rejang dan Baris Gede; beBali seperti: Gambuh, Topeng Pajegan, Wayang Wong; dan Balih-Balihan diantaranya: Legong, Parwa, Arja, Prembon, dan Joged. Dampak atau pengaruh pariwisata terhadap kebudayaan Bali oleh para peneliti dikatakan sebagai negatif dan positif. Dampak negatif adalah terjadinya komersialisasi, komodifikasi dan profanisasi yang mengarah pada penggerusan; sedang dampak postif adalah terpacunya kreativitas seni budaya penduduk lokal untuk memenuhi kepentingan pariwisata (Ardika 2004). Dalam konteks seni pertunjukan tradisional pengaruh positif dan negatif juga terjadi. Munculnya kreativitas nyata sekali terlihat pada berkembang pesatnya berbagai jenis seni pertunjukan di Bali termasuk meningkatnya jumlah penggiat kesenian, namun pada saat yang sama beberapa tarian sakral termasuk elemen prosesi ritual
112
mengalami profanisasi karena mulai dipertunjukkan kepada wisatawan (Saryani, 2006: 119).
5.3. Kontribusi Tanggung Jawab Sosial Singapore Airlines Pemulihan Pariwisata Bali Tanggung Responsibility (CSR)
jawab
sosial
merupakan
perusahaan
bentuk
atau Corporate
kepedulian
perusahaan
Dalam
Social terhadap
lingkungan eksternal perusahaan melalui berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka penjagaan lingkungan, norma masyarakat, partisipasi pembangunan, serta berbagai bentuk tanggung jawab sosial lainnya. Selain itu tanggung jawab sosial juga sebagai bentuk komitmen perusahaan dalam pengembangan ekonomi yang berkesinambungan dalam kaitannya dengan karyawan beserta keluarganya, masyarakat sekitar dan masyarakat luas pada umumnya, dengan tujuan peningkatan kualitas hidup mereka (WBCSD, 2002). Tanggung jawab sosial perusahaan SIA memiliki kontribusi nyata bagi pengembangan kehidupan sosial-ekonomi stakeholders, baik stakeholders internal, yakni staf dan pihak manajemen SIA sendiri maupun stakeholders eksternal, yakni pihak mitra kerja SIA, termasuk pihak pemerintah Provinsi Bali, pengelola hotel, biro perjalanan serta pihak lain yang terkait dengan bisnis pariwisata di Bali.
113
5.3.1 Internal 1) Penguatan Good Governance Perusahaan SIA Upaya pengelolaan tanggung jawab sosial perusahaan mencakup empat strategi: (1) strategi reaktif, yakni kegiatan bisnis yang melakukan strategi reaktif dalam tanggung jawab sosial cenderung menolak atau menghindarkan diri dari tanggung jawab sosial; (2) strategi defensive, yakni strategi defensif dalam tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan terkait dengan penggunaan pendekatan legal atau jalur hukum untuk menghindarkan diri atau menolak tanggung jawab sosial; (3) strategi akomodatif, yakni strategi akomodatif merupakan tanggung jawab sosial yang dijalankan perusahaan dikarenakan adanya tuntutan dari masyarakat dan lingkungan sekitar akan hal tersebut, dan (4) strategi proaktif, yakni perusahaan memandang bahwa tanggung jawab sosial adalah
bagian
dari
tanggung
jawab
untuk
memuaskan stakeholders.
jika stakeholders terpuaskan, maka citra positif terhadap perusahaan akan terbangun (http://managementgroup.blog.perbanas.ac.id ). Menurut staf SIA, upaya SIA dalam pelaksanaan tanggung jawab sosialnya
untuk
pemulihan
pariwisata Bali merupakan
bentuk
strategi
perusahaannya secara proaktif untuk menghimpun dukungan berbagai pihak (stakeholders) untuk upaya agar pariwiusata Bali tidak mati suri. Salah seorang informan menandaskan: “Habis bom Bali I (2002) dan bom Bali II (2005), beberapa kota Bali kayak kota hantu. Hanya sedikit tamu asing yang datang. Untuk itu, kami (SIA) terus mengkoordinir para pelaku bisinis pariwisata (travel, hotel, pemerintah, dsb) untuk membuat rencana, bagaimana menyelamatkan Bali ini. SIA membuat promosi dan paket perjalanan ke Bali dengan tarif bersaing agar tamu kembali mau datang ke Bali.” (Ang BS, 45 tahun)
114
Selain itu, pelaksanaan tanggung jawab sosial SIA dapat memperkuat prinsip Good Corporate Governance yang dikuatkan dalam pengembangan perusahaan SIA. Good Corporate Governance di perusahaan SIA didukung oleh segenap staf/karyawannya. Mereka menjunjung tinggi prinsip Good Corporate Governance yang menganut prinsip keterbukaan (transparency), memiliki ukuran kinerja dari semua jajaran perusahaan berdasarkan ukuran-ukuran yang konsisten dengan corporate values. Sasaran usaha dan strategi Perusahaan jasa penerbangan sebagai pencerminan akuntabilitas Perusahaan jasa penerbangan (accountability), berpegang pada ketentuan yang berlaku sebagai wujud tanggung jawab perusahaan (responsibility), objektif dan bebas dari tekanan pihak manapun dalam pengambilan
keputusan
(independency),
serta
senantiasa
memperhatikan
kepentingan seluruh stakeholders berdasarkan azas kesetaraan dan kewajaran (fairness). Dalam hubungan ini SIA telah memperhatikan aspek keterbukaan dan akuntabilitas. Hal ini sesuai dengan prinsip triple bottom line reporting yang direkomendasikan oleh Global Reporting Initiative (GRI) bahwa upaya realisasi dari tanggung jawab sosial merupakan pengungkapan (disclosure) terhadap aspek ekonomi (economic), lingkungan (environmental), dan sosial (social) sekarang ini menjadi cara bagi perusahaan untuk mengkomunikasikan bentuk akuntabilitasnya kepada stakeholder. Kebijakan dan tata kelola suatu perusahaan menjadi lebih memperhatikan kebutuhan dari para stakeholder (Murtanto, 2005: 4).
115
2) Penguatan Citra Positif Perusahaan SIA Penerapan tanggung jawab sosial perusahaan memiliki beberapa manfaat. Manfaat tanggung jawab sosial perusahaan meliputi: (a) manfaat bagi perusahaan dapat menimbulkan citra positif perusahaan di mata masyarakat dan pemerintah; (b) manfaat bagi masyarakat, selain kepentingan masyarakat terakomodasi, hubungan masyarakat dengan perusahaan akan lebih erat dalam situasi win-win solution; (c) manfaat bagi pemerintah, dalam hal ini pemerintah merasa memiliki partner dalam menjalankan misi sosial dari pemerintah dalam hal tanggung jawab sosial (http://managementgroup.blog.perbanas.ac.id). Keikutsertaan SIA dalam upaya pemulihan pariwisata Bali turut meningkatkan citra positif perusahaan penerbangan yang bermarkas di Singapura ini. Salah seorang pengamat pariwisata Bali mengungkapkan penilaiannya sebagai berikut. “saya ikuti SIA punya komitmen dalam membangun pariwisata Bali, termasuk memberikan besiswa kepada beberapa mahasiswa bidang seni dan pariwisata. Bagi kami yang bekerja di Kampus, tentu punya penilaian bahwa citra SIA yang sudah baik akan menjadi lebih baik”. (Mercya, 45 tahun). Penilaian positif terhadap kepedulian SIA melaksanakan tanggung jawab sosialnya dalam pemulihan pariwisata Bali tersebut diperkuat dengan berbagai komentar dari pemerhati pariwisata Bali dan para konsumennya. Salah seorang pemerhati pariwisata Bali, Mercya Soesanto (46 tahun) menilai bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial oleh SIA dapat memperkuat simpati para pelanggannya. Ia menyatakan sebagai berikut.
116
“Tanggung jawab sosial SIA di Bali dapat membuat loyalitas pelanggan – selain itu, kerjasama stakeholders juga semakin kuat. Citra SIA yang baik dapat dipertahankan”. (Surya Anaya, 46 tahun). Masyarakat sudah menilai pantas apabila SIA memperoleh penghargaan bergengsi, yakni Service Quality Diamond Award 2010 (Media Indonesia, 8 Mei 2010) atas mutu pelayanannya itu. Hal ini sesuai dengan teori stakeholder bahwa kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut. Makin powerful stakeholder, makin besar usaha perusahaan beradaptasi. Pemberian tanggung jawab sosial perusahaan dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dengan stakeholdernya.
3) Peningkatan Kesejahteraan Karyawan SIA Dari perspektif ekonomi, perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi jika informasi tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan (Verecchia, 1983 dalam Basamalah dan Jermias, 2005). Perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka panjang melalui penerapan CSR (Yuniarsih dkk, 2000:3). Dalam kaitan ini,
CSR
menjadi
suatu
strategi
perusahaan
dalam
mempertahankan
keberlanjutannya, dengan memperhitungkan berbagai variabel internal dan eksternal. Berbagai variabel tersebut berwujud pihak-pihak yang dapat terpengaruh serta mempengaruhi jalannya operasi perusahaan dalam mencapai tujuannya. pemangku
Pihak-pihak tersebut kini biasa disebut sebagai stakeholder atau kepentingan.
Karyawan/keluarganya
serta
masyarakat
sekitar
117
perusahaan merupakan dua di antara banyak pemangku kepentingan yang sah, sehingga dampak perusahaan terhadap mereka harus dipikirkan dengan masak. Salah satu wujud tanggung jawab sosial perusahaan yang bersifat internal adalah menjamin kesejahteraan para karyawan (www.csrindonesia.com, 2007). Secara umum CSR adalah strategi perusahaan mempertahankan keberlanjutannya, dengan memperhitungkan berbagai variabel internal dan eksternal. Berbagai variabel tersebut berwujud pihak-pihak yang dapat terpengaruh serta mempengaruhi jalannya operasi perusahaan dalam mencapai tujuannya. Pihak-pihak tersebut kini biasa disebut sebagai stakeholder atau pemangku
kepentingan.
Karyawan/keluarganya
serta
masyarakat
sekitar
perusahaan merupakan dua di antara banyak pemangku kepentingan yang sah sehingga dampak perusahaan terhadap mereka harus dipikirkan dengan masak. Salah satu wujud tanggung jawab sosial perusahaan yang bersifat internal adalah menjamin kesejahteraan para karyawan. Karyawan beserta keluarganya merupakan bagian tidak terpisahkan dalam roda produksi perusahaan. Pemenuhan kebutuhan perumahan untuk karyawan kemudian menjadi langkah strategis dalam mempertahankan keberlanjutan perusahaan (Endro Sampurna, 2006). Beberapa informan, baik wakil dari staf SIA maupun pemerhati pariwisata Bali menilai bahwa tanggung jawab sosial yang dilakukan SIA dalam upaya turut memulihkan pariwisata Bali justru berfungsi langsung dalam memperkuat keberadaan jaringan perusahaan penerbangan terkemuka ini di
118
wilayah Asia-Pasific, khususnya Bali. Dalam kaitan ini salah seorang informan menyatakan sebagai berikut. “Bali menjadi rute penerbangan SIA yang strategis. Seringkali para penumpang dari wilayah Eropa berkunjung ke Bali terus melanjutkan penerbangan ke wilayah lain, termauk ke Australia. Keberhasilan pihak pemerintah Provinsi Bali yang didukung oleh berbagai pihak, termasuk SIA dalam mengembalikan citra aman, menarik bagi para wisatawan asing amat berarti bagi kelangsungngan bisnis SIA dan kelangsungan nasib para pekerjanya, termasuk kami yang ditugaskan di sini (Suarcayasa, 45 tahun) Keberlanjutan pariwisata Bali amat diharapkan oleh para pegawai di lingkungan
SIA. Penguatan
citra
positif
SIA yang
dibarengi
dengan
perkembangan bisnisnya amat menentukan bagi kelangsungan pekerjanya. Para pegawai tetap serta staf manajemen SIA turut terselamatkan dari ancaman PHK. Perkembangan perusahaan SIA amat berarti bagi kesejahteraan mereka.
5.3.2 Eksternal Ada beberapa alasan mengapa sebuah perusahaan memutuskan untuk menerapkan tanggung jawab sosialnya (CSR) sebagai bagian dari aktifitas bisnisnya, yakni: (1) Moralitas: Perusahaan harus bertanggung jawab kepada banyak pihak yang berkepentingan terutama terkait dengan nilai-nilai moral dan keagamaan yang dianggap baik oleh masyarakat. Hal tersebut bersifat tanpa mengharapkan balas jasa: (2) Pemurnian Kepentingan Sendiri: Perusahaan harus bertanggung
jawab
terhadap
pihak-pihak
yang
berkepentingan
karena
pertimbangan kompensasi. Perusahaan berharap akan dihargai karena tindakan tanggung jawab mereka baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang; (3) Teori Investasi : Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap stakeholder
119
karena tindakan yang dilakukan akan
mencerminkan kinerja keuangan
perusahaan; (4) Mempertahankan otonomi : Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap stakeholder untuk menghindari campur tangan kelompok-kelompok yang ada didalam lingkungan kerja dalam pengambilan keputusan manajemen (http://managementgroup.blog.perbanas.ac.id). Pelaksanaan tanggung jawab sosial SIA dalam upaya pemulihan pariwisata Bali merupakan bentuk dari kepedulian moral perusahaan, sekaligus dimotivasi untuk penguatan otonomi perusahaan serta perhitungan kelangsungan bisnis di bidang transportasi udara. Secara ekternal, pelaksanaan tanggung jawab sosial SIA dapat berpengaruh positif bagi upaya peningkatan kunjungan wisatawan asing ke Bali, penguatan citra positif pariwisata Bali, penguatan penegakan prinsip Tri Hita Karana (THK) dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Bali.
1) Peningkatan Kunjungan Wisatawan Asing ke Bali Pariwisata
merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki
mekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara asalnya, di daerah tujuan wisata hingga kembali ke negara asalnya yang melibatkan berbagai hal seperti; transportasi, penginapan, restoran, pemandu wisata, dan lain-lain. Oleh karena itu, industri pariwisata memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan pariwisata. Dalam menjalankan perannya, industri pariwisata harus menerapkan konsep dan peraturan serta panduan yang
berlaku dalam pengembangan
120
pariwisata agar mampu mempertahankan dan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan yang nantinya bermuara pada pemberian manfaat ekonomi bagi industri pariwisata dan masyarakat lokal (Subadra, 2009). Upaya pemulihan pariwisata Bali melalui tanggung jawab sosial SIA dengan promosi wisata ke lura negeri berdampak pada peningkatan kunjungan wisatawan asing ke Bali. Kunjungan wisatawan asing yang sempat turun pada waktu peristiwa bom I (2002) dan bom Bali II (2005) kembali dapat ditingkatkan. Tren kunjungan wisatawan asing ke Bali selama periode 2002 sd. 2009 dapat dilihat pada Grafik 5.4.
Grafik 5.4 Tren Kunjungan Wisatawan asing Ke Bali Periode 2000 - 2009
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Bali, 2010 Seperti ditunjukkan pada Grafik 5.4, kunjungan wisatawan asing ke Bali mengalami fulktuasi baik dari segi jumlah maupun pertumbuhannya. Pasca bom Bali I (Oktober 2002) Kedatangan wisatawan asing nampak menurun setelah peristiwa bom Bali I, yakni dari 1.285.842 orang dengan tingkat pertumbuhan –
121
5.23% pada tahun 2002 turun menjadi 993.185 orang dengan tingkat pertumbuhan –22.76% pada tahun 2003. Dengan adanya upaya pemulihan (recovery) kedatangan tamu asing kembali naik, yakni sebanyak 1.472.191 orang dengan tingkat pertumbuhan 48.23% pada tahun 2004. Selanjutnya pasca peristiwa bom Bali II (Oktober 2005), kedatangan wisatawan asing ke Bali nampak sedikit menurun, yakni sebanyak 1.88.984 orang dengan tingkat pertumbuhan -4.89% pada tahun 2005 turun menjadi 1.262.537 orang dengan tingkat pertumbuhan -9.1% pada tahun 2006. Dengan adanya upaya pemulihan (recovery) kedatangan tamu asing kembali naik, yakni sebanyak 1.668.531 orang dengan tingkat pertumbuhan 32.16% pada tahun 2007. Trend kunjungan wisatawan Asing ke Bali tersebut sesuai dengan kondisi kedatangan wisatawan asing secara nasional. Selama periode 2000-2007, wisatawan aisng yang berkunjung ke Indonesia menunjukkan tren konsisten dengan angka secara kasar lima juta per tahun. Angka tersebut turun pada tahun 2002 (sebanyak 2.3%), 2003 (sebanyak 11.2%) dan juga pada tahun 2006 (sebanyak 2.6%) yang sebagian besar bisa dikaitkan dengan serangan bom teroris di Bali dan Jakarta. Meskipun begitu, kedatangan pengunjung internasional terlihat pulih cukup cepat setelah serangan-serangan ini, walaupun perlu dicatat bahwa peningkatan dari tahun 2000 ke 2007 cukup rendah, yakni sekitar10% (Dinas Pariwisata Provinsi Bali, 2010).
122
Grafik 5.5 Tren Kunjungan Wisatawan langsung ke Bali Periode 2000 - 2007
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Bali, 2010 Data kunjungan wisatawan mancanegara yang dilaporkan dari Dinas Pariwisata Provinsi Bali, 2010 di atas diperkuat dengan data kunjungan wisatawan dari 15 negara pangsa pasar Bali yang ditunjukkan pada Grafik 5.5. Ke-15 negara pangsa pasar ini adalah Jepang, Australia, Korea Selatan, Taiwan, Inggris, Jerman, Malaysia, Amerika Serikat, Prancis, Belanda, Singapura, Italia, New Zealand, Swis, dan RRC. Pada Grafik 5.5 terungkap bahwa upaya pemulihan pariwisata Bali yang dilakukan oleh SIA dan stakeholders lainnya telah mampu meningkatkan kunjungan wisatawan asing (pasca bom Bali I 2002) dari 993,029 tahun 2003 menjadi 1,458,309 jiwa pada tahun 2004, dan mampu meningkatkan kunjungan wisatawan asing (pasca bom Bali II 2005) dari 1,260,317 tahun 2006 menjadi 1,664,854 jiwa pada tahun 2007.
2) Penguatan Citra Positif Pariwisata Bali Pembangunan kepariwisataan seharusnya mampu kontribusi nyata dalam upaya-upaya pelestarian budaya suatu negara atau daerah yang meliputi
123
perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan budaya
negara atau daerah.
UNESCO dan UN-WTO dalam resolusi bersama mereka di tahun 2002telah menyatakan bahwa kegiatan pariwisata merupakan alat utama pelestarian kebudayaan. Dalam konteks tersebut, sudah selayaknya bagi Indonesia untuk menjadikan
pembangunan
kepariwisataan
sebagai
pendorong
pelestarian
kebudayaan diberbagai daerah. Tanggung jawab sosial yang telah dilaksanakan SIA telah ikut berkontribusi dalam memulihkan pariwisata Bali. Implemnetasi tanggungjawab sosial yang dilaksanakan SIA telah menyentuh dimensi pawongan, yakni meningkatkan kapasistas SDM pariwisata melalui program Scholorship serta turut melestarikan seni-budaya Bali. Tanggung jawab sosial SIA turut mendukung upaya pembangunan pariwisata berkesinambungan (Sustainable Development). Dengan sifat kegiatan pariwisata
yang
menawarkan
keindahan
alam,
kekayaan
budaya
dan
keramahtamahan penduduk Bali. Upaya pengelolaan kepariwisataan yang baik, senantiasa mempertimbangkan pelestarian lingkungan alam dan penguatan tradisi masyarakat setempat. Upaya pelaksanaan tanggungjawab sosial SIA disamping mampu mendatangkan para wisatawan asing ke Bali, juga berupaya meyakinkan kepada para pelancong yang datang akan keunikan tradisi budaya Bali serta kenyamanan Bali sebagai destinasi wisata terkemuka di Indonesia. Dengan gencarnya promosi wisata di luar negeri serta paket perjalanan wisata ke Bali yang bersaing, SIA telah mampu meyakinkan tamu asing bahwa Bali merupakan paradise island –
124
yang tetap memikat. Identitas “pariwisata budaya Bali” serta klaim atas citra budaya Bali yang eksotik dan asli, manusianya mencintai kedamaian – yang telah terbangun sejak rezim kolonial dan diperkuat oleh rezim Orde Baru dahulu telah mengukuhkan pariwisata budaya Bali yang bisa dijual untuk pariwisata. Pesona pariwisata budaya Bali telah memikat wisatawan untuk memberikan dolarnya bagi masyarakat Bali. Santikarma (dalam Suryawan, 2008) menuliskan: Bagi beberapa orang yang diuntungkan oleh kucuran dolar industri pariwisata, gambar ini bukan lagi sebuah bikinan tetapi sebuah gambaran keramat yang tidak boleh diutak-atik. Gambaran ini bahkan perlu dijaga oleh barisan pecalangan (satpam desa adat). Gambaran ini tidak boleh dikritik karena dia telah terbukti sebagai modal yang telah mendatangkan banyak devisa (Suryawan, Sabtu, 08 Maret 2008). Gerakan sosial pekerja pariwisata Kabupaten Badung dapat memperkuat politik identitas pariwisata Bali. Dengan melaksanakan sapta pesona, citra pariwisata budaya Bali yang aman, nyaman serta mempesona semakin kuat. Citra pariwisata budaya Bali yang sudah terbangun sejak zaman kolonial tersebut kembali bisa dipertahankan. Prinsip sapta pesona, yakni situasi “aman, tertib, sejuk, indah dan ramah tamah” yang sempat pudar dengan peristiwa bom Bali I (2002) dan II (2005).
125
Tabel 5.3 Unsur Sapta Pesona Penunjang Daya Tarik Pariwisata Aman
Suatu kondisi/keadaan yang memberikan suana aman, tenteram bagi wisatawan
Tertib
Suatu kondisi/keadaan yang mencerminkan suasana tertib, teratur dan disiplin dalam semua aspek kehidupan masyarakat
Bersih
Suatu kondisi/keadaan yang menampilkan sifat bersih dan sehat
Sejuk
Suatu kondisi/keadaan lingkungan yang memberikan suasana segar dan nyaman
Indah
Suatu kondisi/keadaan yang mencerminkan penataan yang teratur, tertib dan serasi, sehingga memancarkan keindahan
Ramah-tamah
Sifat dan perilaku masyarakat yang akrab dalam pergaulan, hormat dan sopan dalam berkomunikasi, suka senyum, menyapa, memberikan pelayanan dan tanpa pamrih.
Kenangan
Meliputi berbagai kenangan yang baik selama pelayanan seperti akomodasi, atraksi budaya, makanan khas daerah, dan cenderamata.
Sumber: Dinas Pariwisata Kota Denpasar, 1999: 2 Dengan penerapan sapta pesona (Table 5.3), para wisatawan, baik domestik maupun asing pun tetap menyukai pariwisaata Bali, termasuk obyek dan fasilitas pariwisata yang ada di wilayah Kabupaten Badung. Kondisi pariwisata Bali yang tertib dan damai bisa dipertahankan. Solusi untuk menjamin “keamanan” dan kenyamanan wisatawan yang berkunjung di Bali menjadi faktor penting dalam upaya pengelolaan citra positif pariwisata budaya Bali (Putra, 2006: 327-328). Faktor keamanan menjadi bagian dari modal utama denyut pariwisata Bali. Segala bentuk kerusuhan, terutama terorisme perlu dianstisipasi dalam keberlangsungan pariwisata Bali. Tanpa keamanan yang memadai, industri
126
pariwisata akan rontok dan kebudayaan tidak akan berkembang semestinya. Sebaliknya, semakin aman Bali, semakin semakin tinggi angka kunjungan wisatawan mancanegara maka semakin tinggi ancaman terorisme karena kelompok teroris seperti terlihat selama ini senantiasa menjadikan turis sebagai target (Putra, 2006: 319). Tanggung jawab sosial SIA dalam pemulihan pariwisata Bali merupakan bagian dari pengembangan masyarakat (community development). Hal ini merupakan implementasi CSR (corporate social responsibelities) proporsional yang berorientasi kepada pemberdayaan dan pengembangan masyarakat (Soetomo,
2006:118).
Melalui
program
community
development
dapat
dikembangkan dan dimanfaatkan unsur modal sosial baik yang dimiliki dunia usaha maupun masyarakat. SIA sebagai pelaku dunia usaha dapat membangun citra sehingga selanjutnya dapat berdampak pada perluasan jaringan dan peningkatan trust. Sementara itu masyarakat Bali melalui community development dapat dikembangkan dan dimanfaatkan unsur solidaritas sosial, kesadaran kolektif, mutual trust dan reciprocal dalam masyarakat untuk mendorong tindakan bersama guna meningkatkan kondisi kehidupan ekonomi, sosial dan kulturalnya. Melalui community development dapat diharapkan adanya hubungan sinergis antara kekuatan dunia usaha melalui berbagai bentuk bantuannya dengan potensi yang ada dalam masyarakat. Pelaksanaan tanggung jawab sosial demi pemulihan kepariwisataan di Bali dapat dipandang sebagai community development yang proporsional atau ideal. Kedua belah pihak baik SIA maupun
127
masyarakat di Bali sama-sama dapat mengambil keuntungan. Masyarakat di Bali dapat kembali memperbaiki perekonomiannya dengan majunya kepariwisataan di Bali pasca pemulihan. Sebaliknya, SIA dapat lebih lancar usahanya dengan makin banyaknya
jumlah
wisatawan
mancanegara
yang
menggunakan
jasa
transportasinya menuju daerah tujuan wisata Bali.
3) Penguatan Penegakan Prinsip Tri Hita Karana (THK) Masuknya investor ke Bali berdampak positif bagi penguatan nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, dan mendukung upaya pemenuhan kepentingan Yadnya serta kepentingan dirinya sendiri. Tradisi budaya Bali bisa dapat dijamin kesinambungannya (Geriya, 2005: 36). Perkembangan sosial budaya di Desa Adat Pecatu sekarang dapat menunjang kesinambungan tradisi budaya Bali. Pengungkapan (disclosure) tanggung jawab sosial SIA telah mencakup triple buttom line, yakni upaya memperhatikan tiga aspek pokok, yakni aspek ekonomi (economic), lingkungan (environmental), dan sosial (social) sekarang ini menjadi cara bagi perusahaan untuk mengkomunikasikan bentuk akuntabilitasnya kepada stakeholder. Kebijakan dan tata kelola suatu perusahaan pada masa mendatang harus lebih memperhatikan kebutuhan dari para stakeholder (Murtanto, 2005: 4). Pariwisata budaya Bali adalah pariwisata berwawasan budaya yang mengedepankan nilai religius, harmoni, kebersamaan, keseimbangan dengan bersandar pada cipta, rasa, karsa dan berbagai kearifan untuk menumbuhkan iklim keteraturan, kedamaian, dan kreatifitas dan ketertuban kosmos. Beberapa dasar
128
strategik pembangunan
Pengembangan pariwisata budaya Bali mencakup
dimensi fisik, non fisik (sebagai input) dan keadaan yang sinergis, dinamis, terbuka, dan menjunjung tinggi kearifan budaya lokal (sebagai out put). Upaya pencapaian untuk menuju kepada cita-cita pembangunan berwawasan budaya itu, dilakukan dengan pendekatan dialogis, partisipatif, obyektif dan etis. Hasil yang hendak dicapai (aksiologi) dalam pembangunan pariwisata berwawasan budaya ini meliputi: a) Tercapainya kesejahteraan yang merata; b) Teraktualisasinya Tri Hita Karana dan terjaganya kualitas lingkungan (Wayan Geriya, 2002: 43). Pelaksanaan tanggung jawab sosial SIA secara langsung maupun tidak langsung dapat berkontribusi bagi penguatan prinsip Tri Hita Karana yang bersumber dari Pustaka Agama Hindu. Dalam bagawadgita bab III Sloka 10 dinyatakan bahwa unsur penting dalam tercapainya keharmonisan dunia adalah prajapati (Tuhan Yang Maha Esa), praja (manusia) dan kamadhuk (keinginan hawa nafsu/alam lingkungannya (Tri Hita Karana, 2003: 27).
4) Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Bali Pariwisata seringkali dipersepsikan sebagai mesin ekonomi penghasil devisa bagi pembangunan ekonomi di suatu negara tidak terkecuali di Indonesia. Pariwisata dapat menjadi wahana peningkatan ekonomi dan industri jasa. Menurut Erawan (dalam Budiasa, 2000: 2) Pariwisata memiliki peranan sangat penting dalam perekonomian Bali yang secara total menyumbang sebesar 51.6% (1998) terhadap pendapatan masyarakat daerah Bali dan sebesar 38.0% dari keseluruhan kesempatan kerja di daerah Bali.
129
SIA turut andil dalam pemilihan ekonomi pariwisata Bali, yakni dengan upaya menaikkan kembali kehadiran wisatawan asing ke Bali, khususnya dalam periode 2003 (pasca bom Bali I) dan 2006 (pasca bom Bali II). Dengan kembali mengalirnya wisatawan asing datang ke Bali, maka roda ekonomi pariwisata masyarakat Bali kembali jalan, berputar. Kesejahteraan sosial ekonomi sebagian masyarakat Bali yang menggaungkan kehidupannya dari sektor pariwisata juga kembali hidup. Hikmah kebahagiaan dan kesejahteraan yang dibangun dari sektor pariwisata kembali dapat digairahkan. Kebahagiaan lahir batin masyarakat Hindu Bali terkait dengan Tri Hita Karana, yakni keseimbangan antara manusia dengan sesamanya (Pawongan), manusia dengan lingkungannya (palemahan) dan hubungan manusia dengan Tuhannya (Parhyangan) (Ida Bagus Mantra, 1996: 26). Tri Hita Karana berarti tiga penyebab kesejahteraan (Tri berarti tiga, Hita berarti sejahtera, dan Karana berarti sebab), yang terdiri dari parhyangan (lingkungan spiritual), pawongan (lingkungan sosial), dan palemahan (lingkungan alamiah). Filosofis Tri Hita Karana mengandung nilai-nilai yang bersifat universal yang mengekspresikan pola-pola hubungan harmonis dan seimbang antara manusia dengan lingkungan spiritual, lingkungan sosial, dan lingkungan alamiah dalam rangka mencapai kesejahteraan hidup lahir dan batin (Iswara, 2004: 149). Makna kebahagiaan sering diidentikkan dengan kesejahteraan. Kesejahteraan merupakan tujuan pembangunan manusia yang menurut UNDP (1995) mencakup empat hal pokok, yakni
produktivitas,
(http://www.wattpad.com).
pemerataan,
kesinambungan,
pemberdayaan
130
Dampak internal dan eksternal dari upaya pemulihan pariwisata Bali di atas sesuai dengan teori struktural fungsional bahwa masyarakat cenderung mengarah kepada suatu keadaan ekuilibrium atau homeostatis (Maliki, 2003:4546). Seluruh stakeholders yang terkait dengan pariwisata sebagai sebuah sistem yang saling terkait atau saling berhubungan. Baik itu pemerintah Indonesia, masyarakat Bali, Singapore Airlines, dan wisatawan merupakan entitas pariwisata yang sangat menentukan bagi perkembangan pariwisata Bali. Secara internal, upaya pemulihan pariwisata Bali berdampak positif bagi penguatan good governance perusahaan SIA, penguatan citra positif perusahaan SIA dan peningkatan kesejahteraan karyawan SIA. selanjutnya secara eksternal, upaya pemulihan pariwisata Bali berdampak positif untuk penguatan citra positif pariwisata Bali, peningkatan kunjungan wisatawan asing ke Bali, serta penguatan penegakan prinsip Tri Hita Karana (THK) dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Bali. Komitmen SIA dalam mendukung pelestarian lingkungan hidup sebagai implementasi dari prinisp THK dilakukan secara berlanjut pasca bom Bali II. Dalam kaitan ini misalnya dalam perayaan 25 tahun penerbangan Singapore Airlines ke Denpasar Bali, Singapore Airlines bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Provinsi Bali, dan Asosiasi Bali Village serta mitra agen perjalanan dan kargo menyelenggarakan kegiatan pelepasan penyu muda yang diadakan di The Wharf, Hotel Ramada, Kuta Bali pada hari Rabu tanggal 20 April 2011. Penyu - atau yang juga dikenal dengan marine turtle - termasuk spesies hewan laut yang sudah mulai langka di dunia. Melalui kegiatan ini Singapore Airlines
131
berharap dapat memberikan kontribusi nyata untuk turut menyelamatkan hewan langka ini dari kepunahan dengan cara melakukan pelepasan 250 penyu muda kembali ke habitatnya di laut. Sehubungan dengan kegiatan SIA yang menunjang THK ini Manager Singapore Airlines Bali menyatakan sebagai berikut. "Sebagai bagian dari program Corporate Social Responsibility (CSR) Singapore Airlines, kegiatan ini merupakan salah satu wujud komitmen kami untuk menjaga kelestarian hewan langka di Indonesia, khususnya di pulau Dewata Bali. Kami berharap kegiatan ini juga mampu memberi inspirasi kepada masyarakat luas untuk turut berperan aktif dalam usahausaha pelestarian lingkungan dan hewan langka di pulau Bali’. (Eric Eng, 36 tahun). Sebagaimana pernyataan salah seorang pejabat Singapore Airlines tersebut bahwa upaya pelestarian lingkungan hidup menjadi bagian dari kegiatan tanggung jawab sosial SIA dalam membantu mempertahankan Bali sebagai salah satu tujuan wisata terbaik di dunia. Hal ini sesuai dengan keberadaan masyarakat Bali yang dikenal sangat menghargai kearifan dan kultur lokal yang membuatnya menjadi salah satu tujuan wisata terbaik di dunia (Press release SIA, 20 April 2011). Upaya penegakan prinsip Tri Hita Karana (THK) akan berarti bagi pembangunan pariwisata Bali yang berkelanjutan. Paradigma pariwisata budaya berkelanjutan meliputi: terpeliharanya mutu sumber daya alam dan budaya, meningkatnya kesejahteraan masyarakat lokal, dan terwujudnya kepuasan wisatawan (Ardika, 2006:164). Menurut Komisi Bali Sustainable Development, salah satu kriteria pembangunan berkelanjutan adalah unsur budaya dan perlunya keseimbangan. Secara umum, kriteria pembangunan berkelanjutan di Bali adalah: (a) integritas
132
ekologi,
untuk
melestarikan
memelihara
keragaman
sistem-sistem
genetik
serta
pendukung
untuk
kehidupan,
meyakinkan
untuk
berlanjutnya
pemanfaatan spisies dan berbagai ekosistem yang ada; (b) efisiensi, untuk mengevaluasi berbagai jalan alternatif atau model-model pembangunan yang efisien baik dari aspek pembiayaan, sumber daya serta kesertaan masyarakat; (c) keadilan, untuk terjaminnya keadilan akan kesempatan dan pengakuan atas kebutuhan individu dan keluarga, kelompok-kelompok sosial; (d) integritas kultur, untuk memperkuat pelestarian dan perbaikan kehidupan dan kebudayaan sebagai diekspresikan dalam agama, seni dan organisasi sosial; (e) komunitas, untuk meningkatkan kemampuan lokal agar berparitisipasi aktif dalam mencapai berbagai tujuan pembangunan (Utama, 2007: 67).