perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1.
Analisis Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Kebutuhan ruang merupakan pewadahan dari aktivitas yang terjadi dalam
rest area sesuai kelompok kegiatan dan dianalisis melalui pelaku dan macam kegiatan. Adapun tujuan pada analisis ini yaitu memperoleh kebutuhan ruang yang berdasarkan jenis kelompok kegiatan sebagai dasar proses penentuan. Tabel 5.1. Analisis Kebutuhan Ruang Pelaku a. Kegiatan Beristirahat 1) Pengunjung
Pelaku 2) Pemberi Jasa a) Restoran Pujasera
b) Minimarket
Kegiatan
dan
Beristirahat Makan Berbelanja Pijat Refleksi Beribadah Mencuci Mobil Memperbaiki Mobil Mengisi BBM Metabolisme Mengambil Uang Info Mudik Memeriksa Kesehatan
Kegiatan Memasak Transaksi pembayaran Membersihkan Ruangan Menyimpan bahan makanan Makan Metabolisme Mendisplay produk Transaksi pembayaran Membersihkan ruangan Menyimpan bahan commit to user makanan
Kebutuhan Ruang
Gazebo Restoran, Pujasera Minimarket R. Pijat Refleksi Masjid Car Wash Bengkel SPBU Toilet ATM Centre Posko Mudik Klinik
Kebutuhan Ruang Dapur Meja kasir Ruang janitor Gudang Ruang makan Pantry Toilet Ruang display Meja kasir Ruang janitor Gudang 63
perpustakaan.uns.ac.id
c) Pijat refleksi
d) Car Wash
e) Bengkel
Pelaku SPBU
digilib.uns.ac.id
Menunggu antrian Metabolisme Memijat Pasien Transaksi Pembayaran Membersihkan Ruangan Makan Metabolisme Mencuci Kendaraan Transaksi Pembayaran Menyimpan Peralatan Menunggu antrian Metabolisme Memperbaiki mobil Membeli aksesoris mobil Menyimpan spare part Transaksi pembayaran Kegiatan Menyediakan bahan bakar Menyediakan oli dan pelumas Bekerja Makan Metabolisme
b. Kegiatan Pengelola a. Head Office Koordinator rapat Bekerja Menerima tamu Makan Metabolisme 1) Front Office Memasarkan produk Bekerja Menerima tamu Makan Metabolisme 2) Supleyor
c. Kegiatan Servis 1) Staff Keamanan
Mengisi tangki BBM Makan Metabolisme
to user commit Memantau keamanan 64
Ruang tunggu Toilet R. Pijat Refleksi Meja Kasir Ruang Janitor Pantry Toilet Ruang Cuci Meja Kasir Gudang Ruang tunggu Toilet Ruang bengkel Kios aksesoris
Gudang Meja Kasir Kebutuhan Ruang SPBU
Minimarket pelumas Kantor pengelola Pantry Toilet
Ruang rapat Ruang kerja Ruang tamu Pantry Toilet Ruang display
Ruang kerja Ruang tamu Pantry Toilet Ruang Tangki
Pantry Toilet
Ruang CCTV
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menjaga keamanan Makan Metabolisme 2) Staff Kebersihan Bekerja Makan Metabolisme 3) Staff Mechanical Bekerja dan Electrical Makan Metabolisme Sumber : Analisis Lathifah, 2013 5.2.
Pos Jaga Pantry Toilet Lingkungan rest area Pantry Toilet Gudang, Ruang ME Pantry Toilet
Analisis Hubungan Ruang Analisis hubungan ruang merupakan analisis berdasarkan pola hubungan
ruang pada keterkaitan ruang yang satu dengan yang lain akan membantu proses penzoningan dalam perancangan rest area. Adapun dasar pertimbangan dalam analisis ini sebagai berikut. 5.2.1. Dasar Pertimbangan Tabel 5.2. Penilaian Derajat Jauh Dekat Nilai Derajat Jauh Dekat
Nilai
Derajat Jauh Dekat Tidak ada Fisik Audio visual Audio Visual
A Harus dekat sekali 0 B Sangat dekat 1 C Dekat 2 D Kurang dekat 3 E Tak perlu dekat 4 F Harus jauh Sumber: Materi Kuliah Metode Perancangan Arsitektur dari Dr. Titis Srimuda Pitana, ST,M. Trop. Arch 5.2.2. Proses Penentuan 1) Hubungan Ruang Makro
commit to user 65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 5.3. Hubungan Ruang Makro 1.
Kelompok kegiatan penerima
2.
Kelompok kegiatan beristirahat
3.
Kelompok kegiatan pengelola
4.
B 1 C 1.4 C 1.4
Kelompok kegiatan servis
D 1.4 D 0
E 0
Sumber: Analisis Lathifah, 2013 2) Hubungan Ruang Mikro (1) Kegiatan Penerima Tabel 5.4. Hubungan Ruang Mikro Kegiatan Penerima 1.
Lapangan Parkir
2.
Enterance Hall
3.
Loading Dock
4.
Kanopi
A 1.2 C 1.4 D 1.4
B 1.2 A 1.2
C 1.4
Sumber: Analisis Lathifah, 2013 Tabel 5.5. Penilaian Derajat Jauh Dekat Nilai A B C D E F
Derajat Jauh Dekat Harus dekat sekali Sangat dekat Dekat Kurang dekat Tak perlu dekat Harus jauh
Nilai 0 1 2 3 4
Derajat Jauh Dekat Tidak ada Fisik Audio visual Audio Visual
Sumber: Materi Kuliah Metode Perancangan Arsitektur dari Dr. Titis Srimuda Pitana, ST,M. Trop. Arch
commit to user 66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2) Kegiatan Beristirahat a. Pengunjung Tabel 5.6. Hubungan Ruang Mikro Kegiatan Beristirahat Pengunjung 1.
Gazebo
2.
Restoran, Pujasera
3.
Minimarket
4.
R. Pijat Refleksi, Klinik
5.
Masjid
6.
Car Wash
7.
Bengkel, Posko Mudik
8.
SPBU
9.
Toilet
10.
ATM Centre
B 1.2 B C 1.4 1.4 E E 0 4 E E 4 0 E 0 D 1 F A 0 1.2 E 4 F 4 D D 4 4 E E 4 4
E 0
C D 4 D 1.4 D 1.4 D E 1.4 D 1.4 F 4 E 1.4 F 0 E 4 E 0 D 0 E 4 E 1.4 E 0 D 0 B 0 1.4 E 1.2 B 0 D 1.4 E 4 1 E D 4 0
F 1.4 E 0
F 0
Sumber: Analisis Lathifah, 2013 b. Pemberi Jasa a) Restoran dan Pujasera Tabel 5.7. Hubungan Ruang Mikro Kegiatan Jasa Restoran-Pujasera 1. Dapur 2.
Meja Kasir
3.
Ruang Janitor
4.
Gudang
5.
Ruang Makan
6.
Pantry
7.
Toilet
E 3 E 0 C 1.2
E 0 A 1.2 E 0
C 1.4 D 1 E 0 E 1.4 E 0
B 1.4 C 1.2 E 0 E 0
D 0 B 1.2 B 1.4
A 1.4 E 0
B 1.4
Sumber: Analisis Lathifah, 2013
commit to user 67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Minimarket Tabel 5.8. Hubungan Ruang Mikro Kegiatan Jasa Minimarket 1.
Ruang Display
2.
Meja Kasir
3.
Ruang Janitor
4.
Gudang
5.
Pantry
6.
Toilet
A 1.2
E 0 A C 1.4 B 1.4 C 1.4 E 1.4 1 C C 1.4 D 1.4 1 E 0 D 1
E 0 E 0
E 0
Sumber: Analisis Lathifah, 2013 c) Pijat Refleksi Tabel 5.9. Hubungan Ruang Mikro Kegiatan Jasa Pijat Refleksi 1.
R. Pijat Refleksi
2..
Meja Kasir
3.
Ruang Janitor
4.
Pantry
5.
Toilet
A 1.2 D 4 A 1.4 D 1
D 0 C 1 D 1
E 0 D 1
D 1
Sumber: Analisis Lathifah, 2013 d) Car Wash Tabel 5.10. Hubungan Ruang Mikro Kegiatan Jasa Car Wash 1.
R. Cuci
2..
Meja Kasir
3.
Ruang Janitor
4.
R. Tunggu
5.
Toilet
A 1.4 D 1 E 0 D 1
Sumber: Analisis Lathifah, 2013
commit to user 68
C 1.4 A 1.4 D 1
A 1.4 D 1
D 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e) Bengkel Tabel 5.11. Hubungan Ruang Mikro Kegiatan Jasa Bengkel 1.
Ruang Bengkel
2.
Kios Aksesoris
3.
Gudang
4.
Meja Kasir
5.
Ruang Tunggu
6.
Toilet
A 1.4 A A 1.4 A 1.4 A 1.4 B C 1.4 C 1.4 1 D 1.4 E 0 E 0 A 0 1.4 E E 0
E 0
0
Sumber: Analisis Lathifah, 2013 f) SPBU Tabel 5.12. Hubungan Ruang Mikro Kegiatan Jasa SPBU 1.
SPBU
2..
Minimarket Pelumas
3.
Kantor Pengelola
4.
Pantry
5.
Toilet
A 1.4 B 1.4 A 1.4 E 1
B 1.4 E 4 C 1.4
E 4 E 0
E 0
Sumber: Analisis Lathifah, 2013 (3) Kegiatan Pengelola a. Head Office Tabel 5.13. Hubungan Ruang Mikro Kegiatan Pengelola Head Office 1.
Ruang Rapat
2.
Ruang Kerja
3.
Ruang Tamu
4.
Pantry
5.
Toilet
A 1.2 C 1.4 D 0 E 1
C 1.4 D 1 E 1
D 1 D 1
E 1
Sumber: Analisis Lathifah, 2013
commit to user 69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Front Office Tabel 5.14. Hubungan Ruang Mikro Kegiatan Pengelola Front Office 1.
Ruang Display
2.
Ruang Kerja
3.
Ruang Tamu
4.
Pantry
5.
Toilet
A 1.4 C 1.4 C 1 D 1
C 1.4 C 1.4 D 1
E 0 D 1
E 0
Sumber: Analisis Lathifah, 2013 c. Supplier Tabel 5.15. Hubungan Ruang Mikro Kegiatan Pengelola Supplier 1. Ruang Tangki 2. 3.
Pantry
F 0
Toilet
D 1
D 1
Sumber: Analisis Lathifah, 2013 (4) Kegiatan Servis a. Staff Keamanan Tabel 5.16. Hubungan Ruang Mikro Kegiatan Servis Staff Keamanan 1. Ruang CCTV A 2.
Pos Jaga
3.
Pantry
4.
Toilet
1.2 D 1.4 E 1
Sumber: Analisis Lathifah, 2013
commit to user 70
D 1 D 1
D 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Staff Kebersihan Tabel 5.17. Hubungan Ruang Mikro Kegiatan Servis Staff Kebersihan 1.
Lingkungan
2.
Pantry
3.
Toilet
A 1.2 E 1
E 1
Sumber: Analisis Lathifah, 2013 c. Staff Mechanical Electrical Tabel 5.18. Hubungan Ruang Mikro Kegiatan Servis Staff Mechanical Electrical 1.
Gudang
2.
Ruang ME
3.
Pantry
4.
Toilet
B 1.4 D 1 D 1.4 E D 1 1
F 0
Sumber: Analisis Lathifah, 2013
commit to user 71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5.2.3. Analisis Pertalian/Hubungan Ruang Tabel 5.19. Pertalian/Hubungan Ruang Tanda Uraian pertalian/hubungan Pergerakan Langsung Tak Langsung Jenis Hubungan Fisik 1.1 Audio Visual 1.2 Pendengaran (auditive) 1.3 Pandangan (visual) 1.4 Kelas Hubungan Manusia dengan manusia 2.1 Peralatan dengan peralatan 2.2 Hewan dengan tumbuhan 2.3 Manusia dengan hewan dan 2.4 tumbuhan Manusia dengan peralatan 2.5 Frekuensi Hubungan Tetap, terus menerus 3.1 (continuos) Berulang (repetitive) 3.2 Kadang-kadang 3.3 Jarang 3.4 Frekuensi User Tinggi, padat 4.1 Menengah, sedang 4.2 Rendah 4.3 Frekuensi Waktu Tetap (permanen) 5.1 Sementara (temporary) 5.2 Nilai Hubungan yang Terjadi Positif Penting Saling mengenai Tak penting Negatif Tak diinginkan
Kode
Tak dapat diterima
Sumber: Materi kuliah Metode Perancangan Arsitektur dari Dr. Titis Srimuda Pitana, ST, M.Trop.Arch
commit to user 72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Hubungan Ruang Makro
A
1.1 : 1.2 : 2.5 : 3.1 : 4.1 : 5.1
B
1.1 : 1.2 : 2.1 : 3.1 : 4.1 : 5.2
A
1.1 : 1.2 : 2.5 : 3.3 : 4.1 : 5.1
C
1.1 : 1.2 : 2.1 : 3.1 : 4.1 : 5.2
A
1.1 : 2.5 : 3.3 : 4.3 : 5.2
D
1.1 : 2.1 : 3.1 : 4.1 : 5.2
Skema 5.1. Pertalian/Hubungan Ruang Kelompok Kegiatan Penerima Sumber: Analisis Lathifah, 2013
B
1.1 : 1.2 : 2.1 : 3.3 : 4.2 : 5.2
C
1.1 : 1.2 : 2.1 : 3.1 : 4.1 : 5.1
B
1.1 : 2.5 : 3.4 : 4.3 : 5.2
D
1.1 : 2.1 : 3.1 : 4.2 : 5.1
Skema 5.2. Pertalian/Hubungan Ruang Kelompok Kegiatan Beristirahat Sumber: Analisis Lathifah, 2013
C
1.1 : 1.2 : 2.1 : 2.5 : 3.1 : 4.1 : 5.1
D
1.1 : 1.2 : 2.1 : 3.1 : 4.1 : 5.2
Skema 5.3. Pertalian/Hubungan Ruang Kelompok Kegiatan Pengelola Sumber: Analisis Lathifah, 2013
Keterangan :
A
Kelompok Kegiatan Penerima
C
Kelompok Kegiatan Pengelola
B
Kelompok Kegiatan Beristirahat
D
Kelompok Kegiatan Servis
commit to user 73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5.2.4. Analisis Penentuan Jumlah Pengguna Analisis penentuan jumlah pengguna mengacu pada kriteria rest area pada tipe A. Penggunaan tipe A dipertimbangkan dengan karakter Jalan Tol SoloSemarang yang memiliki jarak tempuh sebesar 75,6 kilometer. Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah No. 353/KPTS/M/2001 pasal 12 menyebutkan bahwa rest area yang berada pada jarak tempuh minimal 40 kilometer tergolong pada kriteria rest area tipe A. Sedangkan pada rest area tipe A memiliki kriteria penggunaannya diperuntukkan untuk 100 kendaraan dan setiap kendaraan diasumsikan terdiri atas 1 pengemudi dan 1 penumpang sehingga total pengunjung sebanyak 200 orang. 5.2.5. Analisis Besaran Ruang Untuk mengetahui kebutuhan lahan dalam rest area ini maka perlu diadakan analisis penentuan besaran ruang berdasarkan jenis, jumlah dan kapasitas ruang dalam perancangan. 5.2.5.1.
Dasar Pertimbangan
1) Perhitungan Khusus Standar luasan unit fungsi yang dibakukan sebagai berikut. a. Pendekatan kebutuhan dan besaran perabot b. Pendekatan hubungan personal bagi individu untuk mewujudkan personal space-nya sebagai batas kenyamanan sesuai dengan tingkat interaksi social dengan menggunakn rumusan sebagai berikut. Luas alas personal space x jumlah pelaku Keterangan
𝜋 = 3, 14 r = jarak personal space sesuai dengan tingkat interaksi sosial A = pendekatan kapasitas ruang/jumlah pelaku kegiatan commit to user 74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Kebutuhan flow/ruang gerak menurut jenis kegiatan, dengan ketentuan sebagai berikut. 10 % = standart minimum 20 % = kebutuhan keleluasaan sirkulasi 30 % = kebutuhan kenyamanan fisik 40 % = kebutuhan kenyamanan psikologi 50 % = tuntutan persyaratan spesifik kegiatan 60 % = keterlibatan terhadap servis kegiatan 70 – 100 %
= keterkaitan dengn banyaknya kegiatan pada ruang publik
2) Perhitungan standar a. Data arsitek, Ernst Neufert b. Time Saver : Standart For Building, Joseph De Chaira dan John Hancock Callender
5.2.5.2.
Proses penentuan
1) Kelompok Kegiatan Penerima Tabel 5.20. Analisis Besaran Ruang Kegiatan Penerima Besaran Ruang Ruang
Kapasitas/
Standar
unit
Luas Flow (m2)
Luas/
Area
unit
Tinggi Jumlah (m)
Vol. ±(m3)
Enterance Hall
30 orang
0,8 m2/org
24
50 %
36
4
1
144
Loading Dock
5 orang
0,8 m2/org
4
40 %
5,6
4
1
22,4
Kanopi
5 orang
0,8 m2/org
4
40 %
5,6
4
1
22,4
TOTAL LUASAN
47,2
TOTAL VOL. 188,8
Sumber: Analisis Lathifah, 2013
commit to user 75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Kelompok Kegiatan Beristirahat Tabel 5.21. Analisis Besaran Ruang Kegiatan Beristirahat
Ruang Gazebo Restoran R. Makan
Dapur Meja Kasir R. Janitor Gudang
Pujasera R. Makan Dapur Meja Kasir Gudang Minimarket Ruang Display Meja Kasir Gudang
R. Pijat refleksi 1. Ruang Pijat 2. Meja Kasir 3. Gudang Masjid Ruang Sholat Ruang Wudhu Toilet
Kapasitas/ unit 5 orang
Besaran Ruang Luas Flow Luas/ (m2) Area unit 4 40 % 5,6
Standar 0,8 m2/org
40 orang 10 set meja makan 4 5 set meja makan 2 5 orang Perabot masak 2 orang Meja kasir 1 orang Asumsi
1.3 m2/org 2,5 m2/meja
52 25
30 % 67,6 30 % 32,5
1,5 m2/meja 1,3 m2/org 0,6x 5 kitchen 1,3 m2/org 0,6 x 2 meja 1,3 m2/org
7,5 6,5 3 2,6 1,2 1,3 6
30 % 50 % 50 % 30 % 30 % 30 % 30 %
9,75 9,75 4,5 3,38 1,56 1,69 7,8 138,53
12 orang 3 set meja makan 4 2 orang Perabot masak 1 orang Meja kasir Asumsi
1.3 m2/org 2,5 m2/meja 1,3 m2/org 0,6x 2 kitchen 1,3 m2/org 0,6 x 1 meja
15,6 7,5 2,6 1,2 1,3 0,6 2
30 % 30 % 50 % 50 % 30 % 30 % 30 %
20,28 9,75 3,9 1,8 1,69 0,78 2,6 40,8
Asumsi 1 orang Meja kasir Asumsi
20 1,3 0,6 3
1,3 m2/org 0,6 x 1 meja
5pasien+5karyawan 1,3 m2/org 1 orang 1,3 m2/org Asumsi
100 orang 20 orang
13 1,3 2
1,3 m2/org 130 1,3 m2 /org 26 commit to user 76
30 % 30 % 30 % 30 %
Tinggi
Jumlah
2,5 3
8 3
Vol ±(m3) 112 1247
3
8
980
3
2
195
3
1
86
4
1
959
26 1,69 0,78 3,9 32,37
30 % 16,9 30 % 1,69 30 % 2,6 28,56 30 % 169 30 % 33,8
perpustakaan.uns.ac.id
Pria
Wanita Gudang
3 orang 2 orang 2 washtafel 5 orang 2 washtafel Asumsi
Car Wash Car Wash Track 1 mobil Meja Kasir Ruang Tunggu 1 orang Gudang 4 orang
digilib.uns.ac.id
2,25 m2/KM 1,3 m2/urinoir 1,5 m2/washtafel 2,2 m2/KM 1,5 m2/washtafel
6,75 2,6 3 11 3 2
30 % 30 % 30 % 30 % 30 % 30 %
4 m x 20 m
80
30 % 104
1,3 m2/org 1,3 m2/org
1,3 5,2
30 % 1,69 30 % 6,76
2
30 % 2,6 115,05
Asumsi Bengkel R. Perbaikan Meja Kasir Ruang Tunggu Kios Aksesoris R. Display Gudang
3 mobil 1 orang 4 orang
15 m2/mobil 1,3 m2/org 1,3 m2/org
45 1,3 5,2
30 % 58,5 30 % 1,69 30 % 6,76
4 orang
1,3 m2/org
5,2
30 % 6,76
6 2
30 % 7,8 30 % 2,6 84,11
Asumsi Asumsi SPBU Stasiun 10 pump islands Pengisian Kantor 4 orang Pengisian tangki Perabot Parkir Tangki Tangki ATM Centre Mesin ATM
Toilet Umum Pria
Wanita
8,75 3,38 3,9 14,3 3,9 2,6 239,63
70 m2/unit
700
30 % 910
1,3 m2/org 2 m2/meja
5,2 8 24 10
30 % 30 % 30 % 30 %
4 buah 4 orang
1 m2/mesin ATM 1,3 m2/org
4 5,2
6 orang 5 orang 5 orang 3 washtafel 14 orang 7 orang 4 washtafel
2,25 m2/KM 13,5 2 m2/toilet 10 1,3 m2/urinoir 6,5 1,5 m2/washtafel 4,5 2,25 m2/KM 31,5 2 m2/toilet 14 1,5 m2/washtafel 6 commit to user
3
1
345
5
1
420
5
1
4856
2,5
1
30
2,5
1
280
6,76 10,4 31,2 13 971,36
30 % 5,2 30 % 6,76 11,96 30 % 30 % 30 % 30 % 30 % 30 % 30 %
17,55 13 8,45 5,85 40,95 18,2 7,8 111,8 77
perpustakaan.uns.ac.id
Parkir TOTAL LUAS
digilib.uns.ac.id
Asumsi 100 mobil
10 m2/mobil
1000
40 % 1400 3180 Sumber: Analisis Lathifah, 2013
1 TOTAL VOL.
1400 10910
3) Kelompok Kegiatan Pengelola Tabel 5.22. Analisis Besaran Ruang Kegiatan Pengelola Besaran Ruang Ruang
Kapasitas/
Standar
Luas Flow Luas/ unit Tinggi
unit Ruang Rapat
TOTAL Ruang kerja Direktur
Meja resepsionis
10 orang 1 Meja rapat 10 Kursi 2 Lemari Refrigrator Meja
(m2) Area 1,3 m2/org 5 m2/meja 0,5 x 0,6 m2 0,5 x 2 m2/lemari 0,6 x 0,6 m2 0,4 x 1 m2
13 5 3 2 0,36 0,4
30 % 30 % 30 % 30 % 30 % 30 %
1 Meja kerja 3 Kursi 1 Lemari 1 Toilet
0,7 x 1,4 m2 0,5 x 0,6 m2 0,5 x 1,5 m2 1,5 x 3,0 m2
0,98 0,9 0,75 4,5
30 % 30 % 30 % 30 %
1 Meja kerja 1 Lemari 1 Kursi
0,7 x 1,4 m2 0,5 x 1,5 m2 0,5 x 0,6 m2
0,98 0,75 0,3
30 % 30 % 30 %
1 Man.operasional 5 Karyawan 6 Meja kerja 6 Kursi 5 Filling cabinet 1 Lemari
1,3 m2/org 1,3 m2/org 0,7 x 1,4 m2 0,5 x 0,6 m2 0,4 x 0,62 m2 0,5 x 1,5 m2
1,3 6,5 5,88 1,8 1,24 0,75
30 % 30 % 30 % 30 % 30 % 30 %
6
30 %
Manajemen
Humas 1 Kepala humas 5 karyawan TOTAL Ruang tamu TOTAL Pantry
1 set sofa (asumsi) 1 lemari display
5 m2/set 0,6 x 1,5 m2
5 0,9
30 % 30 %
5 orang Kitchen set
1,3 m2/org 6,5 commit to user 0,6 x 2 m2 1,2
30 % 30 %
78
Jumlah Vol ±(m3)
(m) 16,9 6,5 3,9 2,6 0,5 0,5 30,9 30,9 1,27 1,17 0,98 5,85 9,27 1,27 0,98 0,32 2,57 1,69 8,45 7,64 2,34 1,35 0,98 22,45 7,8 28,6 62,89 6,5 1,17 7,67 8,45 1,56
2,5
1
55
2,5
1
157,22
2,5
1
19,17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(asumsi) TOTAL Toilet Pria
10,01 1 orang 2 orang 2 washtafel
Wanita
2 orang 2 washtafel
2,25 m2/KM 1,3 m2/urinoir 1,5 m2/washtafel 2,25 m2/KM 1,5 m2/washtafel
2,25 2,6 3
30 % 2,95 30 % 3,38 30 % 3,9
3 3
30 % 3,9 30 % 3,9 18,03 192,31
TOTAL TOTAL LUASAN
2,5
1
2,5 1 TOTAL VOL.
25,02
45 482
Sumber: Analisis Lathifah, 2013 4) Kelompok Kegiatan Servis Tabel 5.23. Analisis Besaran Ruang Kegiatan Servis Besaran Ruang Ruang
Kapasitas/
Standar
Luas (m2) Flow
unit Ruang CCTV
Pos Jaga Penjaga Toilet Tempat Istirahat
2 orang Perlengkapan CCTV 2 orang 1 orang 1 orang
Ruang Janitor Asumsi R. Genset Asumsi R. Pompa Asumsi R. Panel Asumsi R. Trafo Asumsi R. AHU Asumsi R. Chiller Asumsi TOTAL LUASAN
Area 1,3 m2/org
2,6 4
1,3 m2/org 2,25 m2/KM 4 m2/org
Luas/ unit
30 % 3,38 30 % 5,2 8,58
30 % 3,38 30 % 2,93 30 % 5,2 11,51 3 30 % 3,9 30 30 % 39 6 30 % 7,8 6 30 % 7,8 6 30 % 7,8 10 30 % 13 6 30 % 7,8 99,39 Sumber: Analisis Lathifah, 2013
Tinggi
Jumlah
(m)
Vol. ±(m3)
2,5
1
22
2,5
1
29
2,6 2,25 4
3 1 4 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 TOTAL VOL.
commit to user 79
12 156 23,4 23,4 23,4 39 24 329
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Rekapitulasi kebutuhan besaran ruang sebagai berikut. Tabel 5.24. Rekapitulasi Kebutuhan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan
Besaran Ruang (m2)
Besaran Volume (m3)
48 m2
189 m3
2. Beristirahat
3180 m2
10910 m3
3. Pengelola
193 m2
482 m3
4. Servis
100 m2
329 m3
3521 m2
11910 m3
1. Penerima
TOTAL
Sumber: Analisis Lathifah, 2013 Koefisien Bangunan sebesar 70% = 3521 m2 maka total kebutuhan besaran ruang sebagai berikut. = 1/ 70% x 3521 m2 = 5030 m2
5.3.
(dibulatkan)
Penentuan Wilayah dan Site
Penentuan wilayah dan site rest area berada di sepanjang jalur Jalan Tol SoloSemarang dan merupakan bahu jalan yang dimanfaatkan sebagai sarana peristirahatan. Penentuan wilayah dan site ini juga mempertimbangkan persyaratan teknis pembangunan jalan tol bahwa pada jalan tol harus tersedia tempat istirahat dan pelayanan untuk kepentingan pengguna jalan tol paling sedikit satu untuk setiap jarak 50 (lima puluh) kilometer setiap jurusan (PP No.15, 2005).
commit to user 80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5.3.1. Analisis Penentuan Site
Gambar 5.1. Eksisting Site Sumber : www.google.com diakses pada tanggal 27 Maret 2013
Lokasi rest area yang akan dirancang terletak di kecamatan Sidomulyo, Ungaran, Kabupaten Semarang dan berada pada bahu Jalan Tol Solo-Semarang KM 22. Lokasi termasuk dalam ruas Tol Ungaran-Semarang yang akan dirancang sebagai sarana peristirahatan dan penanda pencapaian lokasi. Pertimbangan pemilihan lokasi didasarkan pada potensi wilayah, diantaranya sebagai berikut. 1) Berada pada jalur lurus dan bukan tikungan. 2) Memiliki akses dari dalam jalan tol berupa bahu jalan untuk pencapaian bagi pengunjung dan akses dari luar jalan tol berupa jalan lingkungan untuk pencapaian bagi pengelola. 3) Mudah dalam pengolahan lahan karena sudah bagian dari bahu Jalan Tol Solo-Semarang.
commit to user 81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1 KM menuju Jembatan Penggaron
Sign 100 m ke Rest Area
Sign 500 m ke Rest Area Gerbang Tol Ungaran
Gambar 5.2. Eksisting Site terhadap Rambu Jalan Tol Solo-Semarang Sumber: Analisis Lathifah, 2013
Berdasarkan gambar di atas, diketahui site memiliki jarak sebesar 1.850 meter dari gerbang tol Ungaran dan berada pada jalur lurus dengan jarak tempuh sebesar 850 meter. Selain itu, site memiliki jarak 1 km dari jembatan penggaron yang memiliki rambu untuk memacu kendaraan saat melintas jalan tol Solo-Semarang. Pada jalur jalan tol Solo-Semarang dari gerbang tol Solo-Semarang hingga site terdapat rambu jalan yang menginformasikan aka nada tempat peristirahtan pada titik 100 m dan 500 m mendekati rest area. Adapun peraturan yang berlaku di lokasi berdasarkan persyaratan teknis perencanaan dan perancangan rest area sebagai berikut. 1) Koefisien Dasar Bangunan 40-50% 2) Koefisien Luas Bangunan 100 % 3) Garis Sempadan Bangunan dari Jalan Tol Solo-Semarang 12,5 meter Analisis penentuan site ini merupakan langkah memperoleh lokasi site perencanaan dan perancangan Rest Area Jalan Tol Solo-Semarang. Melalui pertimbangan luasan lahan perencanaan milik PT. Jasamaga yang tersedia, kesesuaian dengan konsep perencanaan dan perancangan. Kebutuhan luasan commit to user minimum tanah untuk perencanaan dan perancangan rest area adalah 5.650 m2 82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk asumsi satu lantai. Sedangkan site yang tersedia sekitar 9.000 m2 dengan pertimbangan luasan area parkir sebanyak 100 kendaraan di satu lantai.
5.3.2. Batasan Site Secara makro, kawasan site merupakan bahu Jalan Tol Solo-Semarang yang dikelilingi pemukiman penduduk dengan kepadatan rendah sehingga kondisi lahan di kawasan site belum padat bangunan. Dominasi lahan berupa lahan komersil yaitu Jalan Tol Solo-Semarang.
Batas Utara
Batas Timur
Batas Barat
Batas Selatan
Gambar 5.3. Batasan Site di Jalan Tol Solo-Semarang Sumber: Dokumentasi Lathifah, 2013
Adapun batasan site sebagai berikut. 1) Utara
: Jalan Akses Tol Solo-Semarang
2) Selatan
: Lembah
3) Timur
: Jalan Tol Solo-Semarang
4) Barat
: Kuburan Cina dan Pemukiman
5.3.3. Potensi Site Adapun potensi site sebagai berikut. 1) Memiliki luasan yang memadai dan representative 2) Berada pada jalur yang lurus commit to user 83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Berada pada KM 22 yang memenuhi persyaratan teknis pengadaan rest area minimal memiliki satu sarana peristirahatan dalam jarak tempuh 50 kilometer.
5.3.4. Kendala Site Site ini berada pada Jalan Tol Solo-Semarang yang memiliki kondisi fisik berupa tanah kapur yang semula adalah bukit sehingga perlu pengolahan khusus pada stuktur bangunan.
5.4.
Analisis Site
5.4.1. Analisis Pola Pencapaian 5.4.1.1.
Tujuan
dan Pertimbangan
Analisis pola pencapaian ini berfungsi sebagai proses menentukan hierarki posisi kelompok fasilitas dalam site, visibilitas ketercapaian site, menentukan
main
entrance dan side entrance. Adapun pertimbangan penentuan pencapaian ini berdasarkan akses dari dari Jalan Tol Solo-Semarang dan akses dari luar, kondisi jalan pada bidang lurus, serta kemudahan akses antar fasilitas. Adapun pertimbangan dalam analisis ini yaitu mengenai jarak aman untuk menepi yang diatur dalam persyaratan teknis pengadaan jalan tol berdasarkan pada Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah No. 353/KPTS/M/2001. 5.4.1.2.
Analisis Pencapaian Site
Akses menuju site rest area ini hanya dapat diakses melalui Jalan Tol SoloSemarang sehingga menggunakan main enterance dan side enterance pada sisi yang bersinggungan dengan jalan tol. Selain itu, akses menuju wilayah perancangan diawali dengan tambahan bahu jalan untuk menepi ketika ingin beristirahat. Analisis pencapaian ini akan mempengaruhi letak main enterance (ME) in-out dan side enterance (SE). Pada ME in terdapat pengolahan berupa gate, hall drop in, plaza dan taman yang akan mengarahkan sirkulasi dalam rancangan. Sedangkan pada ME out terdapat pengolahan sirkulasi antara pengunjung yang keluar dan pengisian bahan bakar sehingga diperlukan jalan yang lebar. Pada commit to user pengolahan SE, perancangan diperuntukan bagi pencapaian pengelola sehingga 84
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hanya dapat dilalui tanpa kendaraan untuk menjaga keamanan dalam rancangan. Adapun perletakan ME dan SE direspon melalui penzoningan kegiatan sebagai berikut. 1) ME in-out terpisah ME in-out dipisahkan agar pengunjung mampu melewati seluruh fasilitas rest area sebagai media pemasaran seluruh fasilitas. Sistem pencapaian dibuat menjadi sirkulasi dengan menerapkan pemetaan place centered mapping yang akan mengarahkan pengunjung untuk mencapai keseluruhan site serta mengurangi resiko kemacetan dalam kawasan rest area.
SIDE ENTERANCE
MAIN ENTERANCE
Gambar 5.4. Analisis Site terhadap Pencapaian Sumber : Analisis Lathifah, 2013 2) Side Enterance Pada analisis pencapaian terdapat potensi akses alternatif dari lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai akses servis atau pengelola sehingga karyawan maupun pengelola mampu mencapai lokasi tanpa melalui Jalan Tol Solo-Semarang. Selain itu, akses lingkungan ini dapat dijadikan akses alternatif sebagai area evakuasi saat terjadi bahaya. commit to user 85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Zona Pengelola
Zona Servis Zona Istirahat Zona Penerima
Gambar 5.5. Hasil Zoning terhadap Pencapaian Sumber : Analisis Lathifah, 2013 5.4.2. Analisis Orientasi terhadap Site 5.4.2.1.
Tujuan dan Pertimbangan
Analisis Orientasi pada perancangan ini dimaksudakan sebagai upaya penentuan point of interest pada bangunan sehingga pengunjung mampu mengetahui keberadaan bangunan dan pintu masuk menuju kawasan rest area. 5.4.2.2.
Analisis Pengolahan Orientasi
Pengolahan orientasi dilakukan melalui analisis arah pandang bagi pengguna dengan mempertimbangkan aspek visual sehingga pengunjung mampu mengenali keberadaan rest area. Pengenalan ini dilakukan dengan adanya pengolahan point of interest berupa gate sebagai jalur masuk menuju site serta penataan bangunan komersil sepanjang sisi Jalan Tol Solo-Semarang. Pengolahan gate
merupakan transformasi dari estetika idiom Candi
Gedongsongo sebagai penanda pencapaian dan pintu masuk.
commit to user 86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 5.6. Analisis Site terhadap Orientasi Bangunan Sumber : Analisis Lathifah, 2013 Berdasarkan analisis di atas, point of interest akan mempengaruhi penanda pencapaian bangunan serta arah hadap bangunan. Pada zona komersil, bangunan memiliki dua arah hadap fasad sehingga mampu ditangkap secara visual melalui dua arah yaitu terhadap rest area maupun Jalan Tol Solo-Semarang. Sedangkan pada zona istirahat, arah hadap hanya dapat ditangkap pada kawasan rest area saja. Kedua zona akan mempengaruhi mengenai pembagian zona terhadap analisis.
Zona Pengelola Zona Istirahat Zona Servis
Zona Penerima
Gambar 5.7. Hasil Zoning terhadap Orientasi Bangunan commit to user Sumber : Analisis Lathifah, 2013 87
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5.4.3. Analisis View 5.4.3.1.
Tujuan dan Pertimbangan
Analisis view pada perancangan ini dimaksudkan sebagai upaya memberikan kenyamanan visual bagi pengunjung sehingga sarana peristirahatan mampu berjalan optimal melalui pengolahan fasade bangunan. Dasar pertimbangan dalam analisis ini yaitu potensi lingkungan sekitar yang layak diekspos serta pengolahan fasad melalui penerapan estetika idiomatic kitsch dengan objek Candi Gedongsongo. 5.4.3.2.
Analisis Pengolahan View
Dalam estetika idiomatic kitsch, pengolahan fasad hanya mengambil beberapa bagian estetik Candi Gedongsongo sehingga mampu menjadi penanda bagi pengunjung maupun pengguna lalu lintas. Adapun analisis pengolahan view ini akan mempengaruhi komposisi fasad dan perletakan bukaan untuk kenyamanan visual bagi pengunjung sebagi berikut. Eksisting pada lingkungan site berada di daerah perbukitan dan hutan cemara yang dapat diekspos sebagai view ke luar bangunan. Hal ini akan mempengaruhi keberadaan bangunan serta perletakan bukaan.
U Gambar 5.8. View Keluar Site Sumber : Dokumentasi Lathifah, 2013
commit to user 88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) View ke utara menghadap perbukitan perlu diekspos untuk memberikan kesan natural dan seolah berada dalam lokasi Candi Gedongsongo sebagai penguat penanda Kota Ungaran. 2) View ke timur menghadap Jalan Tol Solo-Semarang yang berbatasan langsung dengan perbukitan dan memiliki lekuk panorama yang menarik. 3) View ke selatan menghadap lembah yang memiliki panorama perbukitan yang tidak terhalang oleh objek lain. 4) View ke barat berbatasan langsung dengan kuburan cina sehingga diperlukan penghalang untuk mengurangi akses visual berupa barrier vegetasi atau bukaan pada fasad bangunan.
Gambar 5.9. Analisis Site terhadap Pengolahan View Sumber : Analisis Lathifah, 2013 Berdasarkan hasil analisis di atas, pengolahan view akan mempengaruhi terhadap bukaan dan orientasi bangunan sehingga view yang bernilai positif akan lebih di ekspos sehingga dapat menambah kenyamanan bagi pengunjung rest area. Pengolahan di muka jalan juga akan bertransformasi dari idiom Candi Gedongsongo berupa penghadiran ornament pada badan bangunan.
commit to user 89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Zona Pengelola
Zona Istirahat
Zona Zona Penerima Servis
Gambar 5.10. Hasil Zonning View pada site Sumber : Analisis Lathifah, 2013 5.4.4. Analisis Pergerakan Matahari 5.4.4.1.
Tujuan dan Pertimbangan
Tujuan dalam analisis ini yaitu pengamatan pada pergerakan matahari terhadap kondisi site sehingga mampu merespon karakter yang dimunculkan dari pergerakan matahari berupa sifat panas dan menyilaukan. Pada sisi timur site berbatasan dengan Jalan Tol Semarang-Solo yang bersebrangan langsung dengan bukit sehingga memiliki shading yang menghalangi sinar matahari mencapai site sehingga pemanfaatannya tidak dapat digunakan secara optimal. Sedangkan pada sisi barat site tidak memiliki bangunan atau objek tinggi sehingga sinar matahari dapat menjangkau secara optimal. 5.4.4.2.
Analisis Pergerakan Matahari
Sore Hari - Panas - Menyilaukan
Pagi Hari - Menghangatkan - Mengandung Vit. D Berpotensi terdapat shading dari bukit seberang site
Gambar 5.11. Kondisi Eksisting Site di Sisi Selatan Sumber : Dokumentasi dan Analisis Lathifah, 2013 commit to user 90
Perlu adanya shading sebagai upaya pengurangan intensitas panas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan analisis di atas, pergerakan matahari akan mempengaruhi mengenai pengadaan bukaan serta filter bagi sinar matahari yang terik. Keduanya akan mempengaruhi penzoningan berupa pemanfaatan kegiatan istirahat pada timur site dan pada sisi barat site dimanfaatkan sebagai area servis.
Zona Pengelola
Zona Istirahat
Zona Servis
Zona Servis
Gambar 5.12. Hasil Zoning terhadap Pergerakan Matahari Sumber: Analisis Lathifah, 2013 Adapun pengolahan pergerakan matahari akan memanfaatkan beberapa bagian sebagai berikut. 1) Penggunaan pencahayaan buatan Pada ruangan yang terhalangi pencahayaan alami dapat menggunakan pencahayaan buatan untuk penerangan dalam bangunan. 2) Penggunaan shading bangunan Penggunaan shading dimaksudkan sebagai respon terhadap intensitas cahaya sore hari yang cenderung panas sehingga menggunakan teritisan sebagai upaya peneduh. 3) Penggunaan barrier berupa filter dan vegetasi Penggunaan barrier atau penghalang dapat menggunakan window blind sebagai filter dan vegetasi peneduh sebagai penghalang. commit to user 91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5.4.5. Analisis Tata Lansekap Lingkungan jalan tol biasanya cenderung gersang dan panas karena sebagian besar lahan ditutupi lapisan jalan berupa aspal atau beton yang cenderung menyerap panas. Selain itu, kondisi lingkungan Jalan Tol SoloSemarang sebagian besar berupa pegunungan yang sudah dikeruk sehingga lebih rawan banyaknya debu yang tebang bersama angin. Oleh sebab itu dibutuhkan sebuah analisis vegetasi untuk menanggulanginya. 5.4.5.1.
Tujuan
1) Menanggulangi panas dan debu yang terdapat di lingkungan 2) Menentukan penggunaan elemen lansekap 3) Menentukan jenis vegetasi yang digunakan 5.4.5.2.
Dasar Pertimbangan
1) Potensi site dan lingkungan 2) View dan control iklim lingkungan 3) Kenyamanan dan keindahan visual 5.4.5.3.
Analisis dan Hasil Site berada di bahu Jalan Tol Solo-Semarang yang berada di daerah
Ungaran. Pada pengolahan tata lansekap, analisis membagi menjadi dua bagian yaitu hardscape landscape dan soft landscape. Hard landscape adalah tata lansekap yang menggambarkan bahan-bahan konstruksi yang digunakan untuk meningkatkan lanskap dengan desain. Adapun hard landscape yang digunakan sebagai berikut. 1) Penggunaan elemen street furniturelandscape pada perancangan rest area. 2) Penggunaan material jalur pedestrian sebagai pengarah sirkulasi dalam kawasan perancangan rest area. 3) Penggunaan material jalur kendaraan bermotor sebagai pengarah sirkulasi kendaraan dalam kawasan perancangan rest area. commit to user 92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sedangkan soft landscape adalah tata lansekap yang menggambarkan bahan vegetatif yang digunakan untuk meningkatkan lanskap dengan desain. Vegetasi berfungsi sebagai penghijauan serta penanggulangan panas dan debu jalan tol. Adapun vegetasi yang digunakan sebagai berikut. 1) Pohon Cemara
Gambar 5.13. Pohon Cemara Sumber: http://deslihutan.blogspot.com diakses pada 22 Mei 2013 Suku cemara-cemaraan atau Casuarinaceae meliputi sekitar 70 jenis tetumbuhan. Sebagian besar suku ini terdapat di Belahan Bumi Selatan, terutama di wilayah tropis Dunia Lama, termasuk Indo-Malaysia, Australia, dan Kepulauan Pasifik. Tanaman ini memiliki bebrapa manfaat yaitu sebagai perindang jalan, perindang taman, penahan angin serta penahan erosi atau banjir. Selain itu, di lingkungan perancangan rest area berdekatan dengan hutan cemara yang berfungsi sebagai hutan kota. ( sumber: http://stevanusblog.wordpress.com diakses pada 22 Mei 2013)
commit to user 93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Pohon Trembesi
Gambar 5.14. Pohon Trembesi Sumber: http://choiseumni.blogspot.com diakses pada 22 Mei 2013 Pohon trembesi memiliki nama latin berupa Albizia saman. Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai 35 meter dan bentuknya yang berkanopi seperti paying ini kerap menjadi peneduh di luar bangunan. Selain itu, trembesi mampu menyerap karbondioksida lebih besar dibandingkan pohon lain. Menurut penelitian Endes N. Dahlan, Dosen Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, satu batang pohon trembesi mampu menyerap 28,5 ton karbondioksida setiap tahunnya. Penyerapan ini bahkan lebih banyak dari dua kali lipat dari bambu yang menyerap karbondioksida 12 ton per tahun. Sedangkan pohon beringin hanya mampu menyerap 500 kg karbondioksida per tahunnya. Dengan begitu, tanaman trembesi ini sangat cocok bila digunakan dalam perancangan rest area. (sumber : http://www.gadis.co.id/ diakses pada 22 Mei 2013)
commit to user 94
perpustakaan.uns.ac.id
5.5.
digilib.uns.ac.id
Analisis Site terhadap Noise
5.5.1. Tujuan dan Pertimbangan Analisis site terhadap noise bertujuan untuk penataan massa terhadap kebisingan yang ada di lingkungan sekitar. Besar kebisingan ini akan mempengaruhi penzoningan berdasarkan kriteria ruang. 5.5.2. Analisis dan Hasil Pada analisis site terdapat perbedaan besar kebisingan. Pada bagian timur site berbatasan dengan jalan tol ruas Solo-Semarang sehingga memiliki kebisingan tertinggi. Oleh karena itu diperlukan pengolahan tata massa yang dibantu oleh barrier berupa vegetasi. Sedangkan pada sisi utara, barat, dan selatan site memiliki tingkat kebisingan yang rendah sehingga pemanfaatan massa lebih ditujukan pada ruang istirahat.
Gambar 5.15. Analisis Site terhadap Kebisingan (Noise) Sumber: Analisis Lathifah, 2013 Berdasarkan analisis di atas, memperoleh hasil zoning berupa tatanan massa bangunan istirahat yang diarahkan pada sisi utara, barat, dan selatan sebagai berikut.
commit to user 95
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Zona Istirahat Zona Servis Zona Pengelola Zona Penerima
Gambar 5.16. Hasil Zoning terhadap Kebisingan Sumber: Analisis Lathifah, 2013 5.6.
Analisis Penampilan Bangunan Rest area jalan tol Solo-Semarang memiliki fungsi sebagai sarana
peristirahatan dan penanda pencapaian lokasi. Dengan begitu, diperlukan suatu penanda yang mampu di intepretasikan oleh pengguna sesuai fungsi bangunan sehingga
dibuutuhkan
suatu
analisis
penampilan
bangunan
untuk
mewujudkannya. Adapun analisis penampilan bangunan adalah sebagai berikut. 5.6.1. Pendekatan Tampilan Eksterior Rest area memiliki fungsi sebagai penanda pencapaian lokasi setelah melintasi Jalan Tol Solo-Semarang sehingga membutuhkan suatu tanda sebagai pengingat. 5.6.1.1.
Tujuan dan Pertimbangan Memperoleh konsep penampilan bangunan yang sesuai fungsi rest area
sebagai penanda pencapaian lokasi. Adapun pertimbangan dalam pengolahan eksterior yaitu karakter Candi Gedongsongo sebagai identitas Kota Ungaran yang dimanfaatkan sebagai penanda pencapaian lokasi. 5.6.1.2.
Analisis dan Hasil commit to user 96
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penampilan eksterior perancangan rest area merupakan transformasi dari anatomi bentuk Candi Gedongsongo. Candi Gedongsongo merupakan salah satu identitas Kota Ungaran. Transformasi ini meliputi pembagian anatomi tubuh candi, penggunaan bahan material maupun penggunaan relief pada bangunan. Berdasarkan anatomi Candi Gedongsongo di atas akan diolah sebagai tampilan eksterior bangunan sehingga mampu dikenali oleh pengguna Jalan Tol Solo-Semarang sebagai sarana peristirahatan di daerah Kota Ungaran sebagai berikut. 1. Gate (pintu gerbang) Pengadaan gate pada rest area digunakan sebagai penanda pengguna memasuki kawasan. Gate ini digunakan sebagai point of interest dengan tata letak pada bahu jalan sebagai transisi.
Gate sebagai penanda memasuki kawasan
Gambar 5.17. Letak gate sebagai penanda memasuki kawasan Sumber: Analisis Lathifah, 2013
commit to user 97
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Transformasi dari Anatomi Candi Gedongsongo
Kalamakara sebagai hiasan
Gambar 5.18. Anatomi Candi sebagai Transformasi Bentuk Gate Rest Area Sumber: Analisis Lathifah, 2013 Adapun transformasi yang dilakukan dalam pengolahan bentuk gate rest area sebagai berikut. a. Peminjaman elemen-elemen dari anatomi Candi Gedongsongo. b. Imitasi bahan yaitu menggunakan bahan tiruan
berupa batu alam untuk
memberi efek dan kesan bahan alamiah. c. Transformasi dan idolisasi ikon, simbol, atau lambang dari objek-objek subkultur dan objek kultus menjadi objek seni dan barang konsumen melalui penghadiran kalamakara.
Gambar 5.19. Penanda dalam bentuk Gate Rest Area Sumber: Analisis Lathifah, 2013 commit to user 98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Pengolahan Massa Masjid
Atap candi ditransformasi sebagai kubah masjid yang mampu ditangkap visual oleh pengamat Tubuh candi ditransformasi sebagai ruang beribadah Pradaksina ditransformasikan sebagai selasar masjid Kaki Candi dijadikan perbedaan lantai sebagai batas suci
Gambar 5.20. Transformasi Anatomi Candi terhadap Pengolahan Massa Masjid Sumber : Analisis Lathifah, 2013 Pada pengolahan massa ini menerapkan transformasi estetika idiomatik candi gedongsongo melalui anatomi tubuh candi berupa kaki candi sebagai pengolahan tapak, pradaksina sebagai selasar, tubuh candi sebagai ruang ibadah, dan atap sebagai penanda keberadaan masjid. Batasan dalam pengolahan massa ini yaitu dengan tidak menggunakan ornament atau relief mengenai makhluk hidup dengan pertimbangan menjaga nilai keislaman.
Penggunaan ornamen flora pada pengolahan dinding
Pradaksina sebagai selasar pada masjid Kenaikan peil lantai sebagai wujud kaki candi
Penggunaan atap 3 lapis sebagai transformasi atap candi
Tubuh candi dimanfaatkan sebagai ruang ibadah
Gambar 5.21. Pengolahan massa masjid melalui transformasi Candi Gedongsongo Sumber: Analisis Lathifah, commit to user 2013 99
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Pengolahan Atap SPBU Pada pengolahan atap SPBU terdapat penerapan aspek estetika idiomatic melalui penggunaan ornamen pada atap dan penggunaan detail kolom sebagai langkah penghadiran identitas Candi Gedongsongo.
Penggunaan ornament atap candi pada pengolahan atap SPBU
Penggunaan ornament atap candi pada pengolahan atap SPBU
Gambar 5.22. Transformasi Anatomi Candi terhadap Pengolahan SPBU Sumber: Analisis Lathifah, 2013 5.6.2. Pendekatan Tampilan Interior Selain sebagai penanda pencapaian lokasi, rest area diharapkan mampu menjadi saran peristirahatan yang nyaman sehingga proses pemulihan kembali dapat berjalan optimal. Dengan memanjakan melalui penataan interior diharapkan pengguna dapat merasakan ketenakan untuk rileksasi. 5.6.2.1.
Tujuan Memperoleh konsep interior bangunan yang mampu memberikan
kenyamanan dalam beristirahat melalui penekanan pada psikologi pengguna rest area. 5.6.2.2.
Dasar Pertimbangan
1) Sesuai dengan pelaku dan kegiatan yang terjadi dalam rest area. 2) Sesuai dengan keadaan psikologi, terutama psikologis bagi pengemudi. 3) Sesuai dengan karakteristik Candi Gedongsongo. 5.6.2.3.
Analisis dan Hasil commit to user 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada analisis tata ruang, dilakukan penerapan desain berupa penataan berdasarkam pemetaan perilaku place centered mapping sehingga pegunjung diarahkan melalui fasilitas yang disediakan. Dalam pengolahan interior, penggunaan relief atau ornamen untuk memperkuat sirkulasi dan estetika idiomatik Candi Gedongsongo. Adapun penerapan dalam interior sebagai berikut.
1. Pengolahan Pintu Masuk Pengolahan pada pintu masuk menggunakan relung berhiaskan kalamakara sebagai penanda dan penghadiran elemen Candi Gedongsongo. Penggunaan relung ini merupakan salah satu identitas yang menonjol pada objek Candi Gedongsongo.
Gambar 5.23. Relung Pintu Berhiaskan Kalamakara dengan Setengah Rahang Atas Sumber: Dokumentasi Lathifah, 2013 2. Penggunaan Ornamen Dinding dan Pola Lantai Penggunaan ornamen Candi Gedongsongo sebagai ornamen dinding dan pola lantai dalam bangunan sebagai pengahadiran idiomatic Kota Ungaran. Ornamen ini dapat dijadikan sebagai pengarah alur sirkulasi dalam bangunan.
commit to user 101
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 5.24. Relief atau ornamen digunakan sebagai pengarah sirkulasi dalam interior Sumber : Dokumentasi Lathifah, 2013 5.7.
Analisis Persyaratan Ruang
5.7.1. Analisis Pencahayaan Analisis pencahayaan pada perancangan rest area ini terdiri dari dua sumber pencahayaan sebagai berikut. 5.7.1.1.
Pencahayaan Alami
5.7.1.1.1. Tujuan Penggunaan pencahayaan alami dapat memanfaatkan sinar matahari dalam menjaga kesehatan ruang serta menghemat biaya listrik dalam pengadaan pencahayaan buatan. 5.7.1.1.2. Dasar Pertimbangan 1) Pemanfaatan sinar matahari sebagai pencahayaan pada ruang servis 2) Penghematan terhadap penggunan daya listrik
5.7.1.1.3. Analisis dan Hasil Penggunaan pencahayaan alami in tidak digunakan secara menyeluruh pada bangunan melainkan digunakan pada ruang servis saja. Hal ini dikarenakan, diperlukan pengaturan cahaya sesuai dengan kebutuhan ruang dalam kelompok kegiatan beristirahat. Adapun ruang yang menggunakan pencahayaan alami berupa ruang servis dan SPBU pada siang hari.
commit to user 102
perpustakaan.uns.ac.id
5.7.1.2.
digilib.uns.ac.id
Pencahayaan Buatan
5.7.1.2.1. Tujuan Adapun tujuan dari penggunaan pencahyaan buatan sebagai penerangan pada malam
hari serta memudahkan dalam mengatur intensitas cahaya sesuai
kebutuhan ruang. 5.7.1.2.2. Dasar Pertimbangan 1) Kelompok kegiatan ruang 2) Kebutuhan kuat penerangan 3) Jenis penerangan 5.7.1.2.3. Analisis dan Hasil Pencahayaan buatan (lampu) digunakan sebagai penerangan pada malam hari atau cuaca buruk. Penggunaannya pun perlu diperhatikan sesuai kebutuhan ruang. Hal ini dapat dilihat melalui tabel lumen sebagai berikut. Tabel 5.25. Perbandingan efficacy luminous dari lampu yang umum Jenis lampu
Lumen/Watt
Incandecent (pijar) Tungsten-halogen. Mercury Vapor Compact Fluorecent Tubular fluorescent Fluorecent tube “T8” Fluorecent tube “T5” High Pressure Sodium Low Pressure Sodium LED
12 ~ 15 15 ~ 25 30 ~ 50 40 ~ 80 50 ~ 100 90 105 60 ~ 110 70 ~ 180 70
Umur rata-rata. (Jam operasi) 1.000 2.000 ~ 5.000 24.000 8.000 ~ 12.000 10.000 ~ 15.000 12.000 17.000 24.000 18.000 40.000
Sumber: www.mediaubg.com diakses pada 22 Mei 2013
commit to user 103
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 5.26. Jenis penerangan pada ruang-ruang rest area Kelompok Penerimaan
Kegiatan Beristirahat
Kegiatan Pengelola Servis
Ruang Lapangan Parkir, Parkir Pengelola, Loading Dock, Kanopi Enterance Hall Restoran, Pujasera Minimarket, Pijat Refleksi, Masjid, ATM Centre Car Wash, Bengkel, SPBU Seluruh Ruang Kerja, Ruang Rapat R. Chiller, R. AHU, R. Trafo, R. Panel, R. Pompa, R. Genset, R.Janitor Pos Jaga, Ruang CCTV
Jenis Penerangan
Fluorecent tube ―T5‖ Tubular fluorescent Compact Fluorecent LED Tubular fluorescent LED Fluorecent tube ―T8‖ LED
Sumber: Analisis Lathifah, 2013
5.7.2. Analisis Penghawaan Salah satu kenyamanan yang dapat dihadirkan dalam perancangan rest area yaitu melalui penghawaan. Penghawaan ini memiliki fungsi sebagai penyegaran udara sehingga temeperatur, kelembababn, kebersihan serta distribusi udara berjalan lancar. Untuk mencapai hat tersebut dapat dilakukan dengan dua cara sebagai berikut. 5.7.2.1.
Penghawaan Alami
5.7.2.1.1. Tujuan Memberikan penghawaan alami dengan memanfaatkan potensi alam berupa angin. 5.7.2.1.2. Dasar Pertimbangan 1) Standar kenyamanan suhu udara. 2) Pemanfaatan angin yang diarahkan melalui penataan vegetasi. 5.7.2.1.3. Analisis dan Hasil Site pada perancangan berada di bahu Jalan Tol Solo-Semarang dimana lingkungan beraa di kawasan perbukitan yang cenderung terjadi angin berputar karena terhempas oleh bukit. Oleh karena itu diperlukan pemecah angin dalam menanggulanginya melalui pengadaan vegetasi commit to userdan penataan massa bangunan. 104
perpustakaan.uns.ac.id
5.7.2.2.
digilib.uns.ac.id
Penghawaan Buatan
5.7.2.2.1. Tujuan Memberikan penghawaan pada ruang-ruang yang tidak dapat terjangkau dengan penghawaan alami. 5.7.2.2.2. Dasar Pertimbangan 1) Standar kenyamanan suhu udara 2) Pemilihan penghawaan buatan yang digunakan 5.7.2.2.3. Analisis dan Hasil Untuk mendapatkan kondisi ruangan yang memenuhi thermal comfort atau kondisi yang harus memenuhi persyaratan tertentu sesuai dengan yang kita inginkan, tanpa adanya ketergantungan dengan lingkungan luar, maka digunakan penghawaan buatan (air conditioning). Penghawaan buatan di sini memiliki pengertian bahwa udara dalam ruang dikondisikan berdasarkan beban kalor yang terjadi pada ruangan tersebut. Biasanya dalam penghawaan buatan menggunakan peralatan mekanik berupa air conditioning (AC), kipas angin, dan exhaust fan.
Gambar 5.25. Air conditioning (AC), kipas angin, dan exhaust fan. Sumber: http://ceruleancanvas.blogspot.com diakses pada 22 Mei 2013
Tabel 5.27. Jenis penghawaan pada ruang-ruang rest area Kelompok Penerimaan
Kegiatan Beristirahat
Ruang Lapangan Parkir, Parkir Pengelola, Loading Dock, Kanopi Enterance Hall commit to user Restoran, Pujasera
Jenis Penerangan -
Air Conditioning (AC) 105
perpustakaan.uns.ac.id
Kegiatan Pengelola Servis
digilib.uns.ac.id
Minimarket, Pijat Refleksi, Masjid, ATM Centre Car Wash, Bengkel, SPBU Seluruh Ruang Kerja, Ruang Rapat R. Chiller, R. AHU, R. Trafo, R. Panel, R. Pompa, R. Genset, R.Janitor Pos Jaga, Ruang CCTV
Air Conditioning (AC) Exhaust Fan Air Conditioning (AC) Air Conditioning (AC)
Air Conditioning (AC)
Sumber: Analisis Lathifah, 2013 5.8.
Analisis Sistem Struktur Struktur suatu bangunan dibuat sebagai media penyaluran beban atau gaya
yang bekerja pada bangunan itu ke tanah dan menyalurkan gaya reaksi dari tanah untuk menahan gaya-gaya, oleh karena itu pemilihan teknologi strukturnya juga harus disesuaikan. Adapun struktur yang digunakan dalam rancangan ini sebagai berikut. 1) Upper Structure Upper structure merupakan struktur yang digunakan sebagai penutup bangunan (atap). Struktur yang digunakan dalam perancangan ini yaitu struktur space frame. Space frame adalah suatu sistem konstruksi rangka ruang dengan suatu sistem sambungan antara batang / member satu sama lain yang menggunakan bola / ball joint sebagai sendi penyambungan dalam bentuk modul-modul segitiga. 2) Super Structure Super structure merupakan struktur yang digunakan sebagai penahan dan penyalur beban upper structure menuju sub structure. Pada perancangan ini menggunakan struktur rigid frame sebagai penyalur.
3) Sub Structure Sub structure merupakan struktur yang digunakan sebagai penahan gaya dalam tanah berfungsi sebagi pondasi. Pada perancangan ini menggunakan struktur pondasi batu kali karena bangunan ini termasuk bangunan lantai tingkat rendah dengan kondisi tanah yang keras. commit to user 106
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5.9.
Analisis Sistem Utilitas
5.9.1.
Analisis Sistem Listrik Penggunaan
sumber
listrik
untuk
bangunan
yang
direncanakan
menggunakan sumber dari PLN dan generator set sebagai cadangan. Hubungan antara aliran listrik dari PLN dan generator set melalui automatic transfer dengan sistim ATS, yaitu alat transfer listrik apabila listrik dari PLN padam maka generator set akan bekerja secara otomatis. 5.9.2. Analisis Sistem Komunikasi Sistem-sistem telekomunikasi yang digunakan: 5.9.2.1.
Jaringan telekomunikasi eksternal Sistem komunikasi yang digunakan keluar dengan fasilitas telepon dari
Perumtel adalah sebagai berikut. 1) Departemen store/ supermarket disediakan 2 line 2) Retail dan layanan jasa masing-masing disediakan 1 line 3) Pengelola disediakan 1 line Sistem distribusi kabel telepon dari rumah kabel ke tiap terminal box bertujuan untuk memudahkan sistem instalasi PABX (Prevate Automatic Branch Exchange) atau sistem langsung (direct line). Fasilitas umum bagi pengunjung disediakan telepon koin dan kartu yang ditempatkan jauh dari pusat kebisingan. 5.9.2.2.
Jaringan telekomunikasi internal Sistem telekomunikasi yang digunakan dengan fasilitas interkom dan
dilengkapi dengan tombol emergency yang dihubungkan dengan operator dan central security. Interkom digunakan khusus untuk fasilitas pengelola. Tata suara digunakan untuk background musik, pengumuman, panggilan dan promosi. Tata suara yang baik dan merata dapat didapatkan dengan penyusunan loudspeaker yang disesuaikan dengan luas bangunan. Sistem tata suara yang digunakan adalah sistem distribusi dengan paging mic dilengkapi alarm dan penguat suara berupa mixer preamp yang disalurkan kemain distribusi (MDF), kemudian dari MDF didistribusikan ke terminal box dan ke calling speaker yang ada di tiap lantai. commit to user 107
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5.9.3. Analisis Sistem Pemadam Kebakaran Kebakaran merupakan bahaya yang ditimbulkan oleh nyala api yang tidak terkendali, sehingga dapat mengancam keselamatan jiwa manusia maupun bangunan beserta segala yang ada didalamnya. Pencegahan bahaya kebakaran berarti segala usaha yang dilakukan agar tidak terjadi penyalaan api yang tidak terkendali dengan cara sebagai berikut. 5.9.3.1.
Sistem deteksi awal bahaya (Early Warning Fire Detection) Berupa alarm bahaya otomatis yang langsung menghentikan semua fan
dan mengaktifkan pressuration fan pada tangga darurat. Alat dalam sistem deteksi awal sebagai berikut. 1) Alat deteksi asap (Smoke Detector) (1) Alat deteksi nyala api (Flame Detector) (2) Alat deteksi panas (Heat Detector) 1) Sistem pemadaman 2) Sistem pemadaman dengan penguraian 3) Sistem pemadaman dengan pendinginan (Sprinkler System Otomatis) 4) Sistem pemadaman dengan isolasi atau sistem lokalisasi (Fire Extinguiser) 5) Sistem pemadaman dengan blasting effect sytem 6) Sistem pemadaman dengan hydrant boxcabinet 7) Sistem pamadaman dengan hydrant pilar 5.10.
Analisis Tata Massa Bangunan Perancangan ini memiliki fungsi sebagai sarana peristirahatan yang
mampu mengembalikan kebugaran serta mampu menjadi penanda pencapaian lokasi melalui penghadiran identitas Kota Ungaran yang diwakili oleh objek wisata Candi Gedongsongo. Adapun bagian dari analisis bangunan ini sebagai berikut.
commit to user 108
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 10
4
8
3 2
7
1
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
6 5
Pijat Refleksi Minimarket Toilet Umum Car Wash Restoran Pujasera Masjid SPBU Bengkel Pengelola
Gambar 5.26 Pengolahan Tata Massa Sumber : Analisis Lathifah, 2013 Pengolahan tata massa pada perencanaan dan perancangan bangunan ini didasarkan pada penzoningan terhadap analisis site untuk merespon kondisi dan potensi melalui sistem place centered mapping
sehingga pengolahan massa
dipengaruhi oleh penggunaan satu jalur sirkulasi yang mengarahkan pengunjung untuk mencapai seluruh fasilitas. 5.10.1. Massa 1 berupa Fasilitas Pijat Refleksi Lahan Parkir di sepanjang fasilitas pijat refleksi Berdekatan Berdekatandengan dengan fasilitas komersil area komersil dan danistirahat istirahat
Jarak aman dari area pengisian bahan bakar
Pintu Keluar
Gambar 5.27 Pemetaan place centered mapping pada pijat refleksi Sumber : Analisis Lathifah, 2013 Fasilitas pijat refleksi merupakan salah satu upaya pengembalian kebugaran tubuh setelah perjalan. Pijat refleksi ini bersifat terbuka untuk umum dan tidak memiliki ruang pribadi untuk menghindari kegiatan negatif. commit to user 109
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5.10.2. Massa 2 berupa Minimarket Lahan Parkir di sepanjang fasilitas minimarket
Bersebelahan dengan area peristirahatan Berdekatan dengan area komersil dan istirahat
Jarak aman dari area pengisian bahan bakar
Pintu keluar
Gambar 5.28 Pemetaan place centered mapping pada minimarket Sumber : Analisis Lathifah, 2013 Pada massa bangunan 2 merupakan fasilitas minimarket yang berisisi kebutuhan pengemudi berupa makanan, minuman, obat-obatan dan beberapa kebutuhan lainnya. Minimarket pada rest area ini terdapat 2 waralaba dengan pertimbangan pemenuhan kebutuhan konsumen. 5.10.3. Massa 3 berupa Toilet Umum Toilet umum berada di area istirahat
Bersebelahan dengan car wash untuk mengoptimalkan area Jarak aman dari area pengisian bahan bakar
Berseberangan dengan area komersil
Pintu Keluar
Gambar 5.29 Pemetaan place centered mapping pada toilet umum Sumber : Analisis Lathifah, 2013 Pada massa bangunan 3 merupakan toilet umum yang terdiri dari kamar mandi dan toilet. Toilet umum ini akan merujuk pada standarisasi kebersihan dan kenyamanan sehingga pengunjung dapat melakukan metabolisme dalam perjalanan. Perletakan toilet umum ini berdekatan dengan area ibadah dan komersil agar mudah dijangkau.
commit to user 110
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5.10.4. Massa 4 berupa Car Wash Car wash bersebelahan dengan area istirahat
Berdekatan dengan area komersil
Jarak aman dari area pengisian bahan bakar + 20 m
Pintu keluar
Gambar 5.30 Pemetaan place centered mapping pada car wash Sumber : Analisis Lathifah, 2013
Car wash
menggunakan sistem modern sehingga dibutuhkan track
pencucian dengan penggunaan kanopi pada bentuk bangunan dengan menerapkan sistem place centered mapping. 5.10.5. Massa 5 berupa Restoran
Berseberangan dgn area istirahat Berada di area komersil yg dihubungkan dengan selasar menuju masjid dan pujasera
Jarak aman dari area pengisian bahan bakar + 100 m
Pintu keluar
Gambar 5.31 Pemetaan place centered mapping pada restoran Sumber : Analisis Lathifah, 2013 Pada massa ke 5 merupakan restoran yang bekerja sama dengan waralaba dalam pengadaan variasi makanan. Restoran ini terdapat 2 massa yang dihbungkan dengan selasar sebagai area makan outdoor. commit to user 111
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5.10.6. Massa 6 berupa Pujasera
Berseberangan dgn area istirahat Jarak aman dari area pengisian bahan bakar + 40 m Berada di area komersil yg dihubungkan dengan selasar menuju masjid dan pujasera
Pintu keluar
Gambar 5.32. Pemetaan place centered mapping pada pujasera Sumber : Analisis Lathifah, 2013 Pada Massa ke 6 berupa pujasera yang terdiri atas 8 kios yang akan diisi oleh penjual makanan tanpa berkerjasama dengan waralaba tertentu. Pujasera terdiri atas 2 massa yang masing-masing massa terdiri atas 4 kios yang saling berhubungan melalui ruang makan bersama. 5.10.7. Massa 7 berupa Masjid
Berseberangan dgn area istirahat Jarak aman dari area pengisian bahan bakar + 30 m
Berada di tengah area dengan pertimbangan kemudahan akses
Pintu keluar
Gambar 5.33 Pemetaan place centered mapping pada masjid Sumber : Analisis Lathifah, 2013
Fasilitas ibadah pada massa 7 berupa masjid yang ditempatkan sebagai pusat sehingga pengunjung dapat mengakses fasilitas lainnya setelah beribadah ataupun sebelumnya. Pada pengolahan massa ini menerapkan transformasi estetika idiomatic candi gedongsongo melalui commit to useranatomi tubuh candi berupa kaki 112
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
candi sebagai pengolahan tapak, pradaksina sebagai selasar, tubuh candi sebagai ruang ibadah, dan atap sebagai penanda keberadaan masjid. 5.10.8. Massa 8 berupa SPBU
Berada pada akhir kawasan rest area
Memiliki radius aman bebas rokok sebesar + 25 m
Pintu keluar
Gambar 5.34 Pemetaan place centered mapping pada SPBU Sumber : Analisis Lathifah, 2013 Pada massa bangunan 8 merupakan area SPBU yang merupakan fasilitas utama selama perjalanan berlangsung. Adapun penerapan desain menggunakan estetika idiomatic berupa pengolahan atap pada kanopi SPBU yang dipadukan dengan permainan material batu tanpa menghilangkan identitas PT. Pertamina sebagai pemasok. SPBU merupakan fasilitas yang sangat sensitif terhadap api. Pada fasilitas rest area yang menjadi titik rawan api adalah area restoran dan area bengkel. Berdasarkan peraturan standar keselamatan SPBU harus berada pada jarak aman 10 meter dari titik rawan api. 5.10.9. Massa 9 berupa Bengkel Berada pada akhir kawasan rest area
Memiliki radius aman bebas rokok sebesar + 25 m
commit to user
Pintu keluar
Gambar 5.36 Pemetaan place centered mapping pada bengkel Sumber : Analisis Lathifah, 2013
113
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bengkel mobil merupakan tempat perbaikan kendaraan yang dilengkapi dengan hidrolik sehingga membutuhkan ruang tertutup yang cukup luas dan tinggi untuk perbaikan. 5.10.10.
Massa 10 berupa Kantor Pengelola Memiliki akses khusus dari lingkungan. Berada diakhir sebagai pemantau kawasan Memiliki radius aman bebas rokok sebesar + 25 m
Pintu keluar
Gambar 5.37 Pemetaan place centered mapping pada kantor pengelola Sumber : Analisis Lathifah, 2013 Pada kantor pengelola ini berisi bagian pemasaran, bagian operasional, investor maupun direksi dalam mengawasi kegiatan di rest area. Bangunan ini memiliki akses khusus melalui jalan lingkungan yang dimaksudkan untuk mempermudah
commit to user 114