BAB IV PEMBAHASAN
IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara Komersial Laporan keuangan komersial adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan secara wajar keadaan atau posisi keuangan dari hasil usaha dan kinerja perusahaan. Dalam penyajian informasi keuangan memerlukan proses penetapan dan penandingan (matching) secara periodik antara pendapatan dan beban sehingga dapat menentukan besarnya laba (rugi) komersial. Laporan laba (rugi) komersial merupakan salah satu tolak ukur dalam menilai kinerja suatu perusahaan. Perusahaan yang kondisi keuangannya baik terlihat dari pendapatan usaha lebih besar dari beban usaha yang disebut dengan keuntungan (laba), sebaliknya jika pendapatan usaha lebih kecil dari beban usaha maka kondisi keuangan perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan laba rugi secara komersial merupakan dasar dalam menghitung jumlah pajak terutang setelah dilakukan rekonsiliasi fiskal. Laporan laba rugi setelah dilakukan rekonsiliasi fiskal akan menghasilkan laba rugi usaha yang berbeda, karena laba rugi fiskal mengacu kepada undang - undang perpajakan dimana terdapat perbedaan pengakuan antara pendapatan dan beban. Laporan keuangan PT. Asuransi Bintang Tbk terdiri dari neraca dan laba rugi yang telah dikonsolidasi yang dilaporkan setiap akhir tahun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Berikut adalah perhitungan laba rugi yang dimiliki oleh Asuransi Bintang untuk tahun 2008, 2009, dan 2010. 66
Berikut adalah rincian laporan laba rugi komersial PT. Asuransi Bintang Tbk untuk periode yang berakhir tanggal 31 Desember 2008 :
Pendapatan Underwiting
Rp
Beban Underwriting Laba Bruto
80.610.184.635 (49.277.393.124)
Rp
31.332.791.511
Pendapatan Lain - Lain
36.502.235.290
Beban Usaha
(52.516.560.896)
Laba Bersih Sebelum Pajak
Rp
15.318.465.905
Berikut adalah rincian laba rugi komersial untuk periode yang berakhir tanggal 31 Desember 2009 :
Pendapatan Underwriting
Rp
Beban Underwriting Laba Bruto
60.817.520.860 (39.761.980.336)
Rp
21.055.540.524
Pendapatan Lain - Lain
26.820.191.356
Beban Usaha
(50.441.143.873)
Rugi Bersih Sebelum Pajak
Rp
(2.565.411.993)
67
Berikut adalah laporan laba rugi untuk periode yang berakhir tanggal 31 Desember 2010 dengan rincian sebagai berikut :
Pendapatan Underwriting
Rp
Beban Underwriting Laba Bruto
73.200.777.732 (39.133.409.564)
Rp
34.067.368.168
Pendapatan Lain - Lain
11.095.605.575
Beban Usaha
(50.917.368.130)
Rugi Bersih Sebelum Pajak
Rp
(5.754.394.387)
Dari perhitungan laba rugi di atas, terdapat beberapa kemungkinan biaya maupun penghasilan yang perlu dilakukan koreksi untuk menentukan penghasilan kena pajak dan pajak terutang sesuai dengan ketentuan perpajakan. Karena laba rugi secara komerisal belum tentu sama dengan laba rugi secara fiskal
IV.2. Perhitungan Laba Rugi Secara Fiskal Penyusunan laporan keuangan secara fiskal dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan komersial sesuai dengan ketentuan undang - undang perpajakan khususnya Undang - Undang Pajak Penghasilan. Laporan keuangan komersial terutama laba rugi perlu dilakukan analisis mendalam karena terdapat beberapa perbedaan, yang disebabkan karena tidak semua pendapatan boleh dijadikan sebagai penghasilan dan tidak semua biaya boleh dijadikan sebagai pengurang penghasilan bruto di dalam laporan keuangan fiskal.
68
Berdasarkan laporan keuangan komerisal PT. Asuransi Bintang pada tahun 2008 perusahaan mendapatkan keuntungan sebesar Rp15.318.465.905 maka dari keuntungan tersebut dapat dihitung pajak terutang untuk tahun 2008. Tetapi pada tahun 2005, 2006, dan 2007 memperoleh kerugian, oleh karena itu kerugian pada tahun sebelumnya baru dapat dikompensasikan pada tahun 2008. Sesuai dengan Pasal 6 ayat (2) UndangUndang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 yaitu apabila penghasilan bruto setelah pengurangan yang diperkenankan sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (1) didapat kerugian, maka kerugian tersebut dapat dikompensasikan dengan penghasilan neto selama 5 (lima) tahun berturut-turut dimulai sejak tahun berikutnya setelah tahun didapatkan kerugian tersebut. Sehingga atas kerugian yang diderita pada tahun 2005 Asuransi Bintang dapat melakukan kompensasi kerugian dengan laba fiskal yang diperoleh selama 5 (lima) tahun berturut-turut. Namun jika kerugian tersebut telah lewat dari 5 (lima) tahun, maka kerugian tersebut tidak dapat untuk dikompensasikan ke laba bersih tahun berikutnya. Sedangkan untuk tahun pajak 2009 dan 2010 perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp2.565.411.993, dan Rp5.754.394.387, maka perusahaan tidak dapat menghitung jumlah pajak terutang tahun yang bersangkutan atau NIHIL. Berdasarkan rugi fiskal tahun 2009 dan 2010 Wajib Pajak dapat melakukan kompensasi dengan laba bersih fiskal pada tahun berikutnya selama 5 (lima) tahun berturut-turut, namun jika lewat dari 5 (lima) tahun maka kerugian tersebut tidak dapat untuk dikompensasikan ke laba bersih fiskal tahun berikutnya.
69
IV.3. Rekonsiliasi Fiskal Dalam menyusun laporan keuangan fiskal diperlukan rekonsiliasi fiskal untuk mengetahui dan menganalisis pendapatan serta biaya yang boleh diakui berdasarkan Peraturan Undang - Undang Perpajakan. Rekonsiliasi fiskal dibuat untuk menyesuaikan laporan keuangan komersial menjadi laporan keuangan fiskal untuk mempermudah Wajib Pajak mengetahui penghasilan kena pajak yang menjadi dasar dalam menghitung besarnya jumlah pajak terutang dalam satu tahun pajak. Rekonsiliasi fiskal memiliki tujuan untuk menghilangkan perbedaan antara laporan keuangan komersial yang berdasarkan pada Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dengan peraturan undang - undang perpajakan. Pokok-pokok yang dilakukan rekonsiliasi tidak terbatas pada penghasilan saja tetapi juga terhadap biaya pada satu periode tertentu. Perbedaan dapat terjadi pada saat pengakuan biaya dan penghasilan yang berbeda atau perbedaan dalam menggunakan metode, sehingga menghasilkan biaya menurut fiskal lebih rendah dibandingkan dengan perhitungan biaya menurut metode akuntansi komerisal. Akibat perbedaan pengakuan dan perbedaan metode menyebabkan jumlah angka yang bersifat temporer (beda waktu) dan bersifat permanen (beda tetap). Perbedaan permanen terjadi karena dalam pajak menghitung penghasilan dan biaya secara fiskal berbeda dengan menghitung penghasilan dan biaya secara komersial yang disebabkan karena prinsip - prinsip yang dianut tanpa dilakukan koreksi. Sedangkan perbedaan temporer adalah perbedaan yang bersifat sementara, terjadi karena adanya ketidaksamaan dalam menggunakan metode pengakuan penghasilan atau biaya secara fiskal dan komersial. Oleh karena itu dalam rekonsiliasi fiskal harus dilakukan koreksi atau penyesuaian baik koreksi fiskal yang bersifat positif maupun negatif. Koreksi fiskal 70
positif terjadi apabila biaya yang diakui secara komersial lebih besar atau secara fiskal tidak diakui sehingga menyebabkan jumlah pajak yang terutang akan bertambah karena pengurangan biaya. Sebaliknya koreksi fiskal negatif terjadi apabila biaya yang diakui secara komersial lebih kecil dari pada biaya secara fiskal, sehingga akan menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar menjadi lebih kecil karena terjadi penambahan biaya.
IV.3.1. Koreksi Positif atas Biaya Karena Perbedaan Permanen (permanen difference) Perbedaan tetap atau permanen terjadi karena dalam pajak menghitung penghasilan dan biaya fiskal berbeda dengan penghasilan dan biaya pada pembukuan (standar akuntansi) yang disebabkan karena perbedaan dasar penyusunan laporan keuangan. Berikut penulis akan menganalisa koreksi fiskal yang telah dilakukan oleh PT. Asuransi Bintang Tbk untuk tahun pajak 2008, 2009, dan 2010 sebagai berikut : 1. Beban Pemasaran Dalam beban pemasaran yang dikeluarkan oleh perusahaan terdapat biaya - biaya yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan pemasaran, seperti biaya pemasaran souvenir, kontes keagenan, dan pendaftaran tender. Biaya souvenir merupakan pemberian hadiah kepada customer jika customer tersebut ikut bergabung dalam asuransi yang ditawarkan oleh perusahaan, sedangkan kontes keagenan merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk pemilihan agen terbaik, dan untuk biaya pendaftaran tender merupakan biaya lelang. Dari segi akuntansi biaya tersebut merupakan salah satu pengeluaran yang dapat dikategorikan sebagai biaya, namun berbeda dengan ketentuan perpajakan. Berdasarkan Undang - Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 dengan 71
perubahan terakhir yaitu Undang - Undang No.36 Tahun 2008 biaya yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha dan tidak memenuhi kriteria 3M (mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan) tidak dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan bruto. Selain itu juga dalam Pasal 9 ayat (1) huruf (e) menyatakan bahwa penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor KEP–213/PJ./2001 tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Berikut adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan berupa beban pemasaran souvenir, beban kontes keagenan, dan beban pendaftaran tender untuk tahun 2008 – 2010 : Tahun 2008 :
- beban pemasaran souvenir
Rp5.714.375
- beban kontes keagenan
Rp2.953.246
Total
Tahun 2009:
Rp8.667.621
- beban pemasaran souvenir
Rp 8.644.424
- beban kontes keagenan
Rp29.741.195
- beban pendaftaran tender
Rp 1.314.900
Total
Rp39.700.519
72
Tahun 2010 :
- beban pemasaran souvenir
Rp9.176.004
- beban kontes keagenan
Rp6.881.864
- beban pendaftaran tender
Rp5.266.500
Total
Rp21.324.368
Tetapi perusahaan masih melakukan kesalahan dalam koreksi fiskal yaitu hanya mengoreksi biaya pendaftaran tender saja. Oleh karena itu koreksi fiskal yang dilakukan oleh perusahaan harus dilakukan pembetulan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. 2. Biaya entertainment PT. Asuransi Bintang Tbk. mengelompokan biaya entertainment menjadi 3 bagian yaitu biaya sponsor olahraga, fasilitas dan hadiah, serta representasi. Dalam laporan keuangan komersial biaya entertainment dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan bruto atau biaya yang diperkenankan untuk dibebankan (deductible expense). Tetapi dalam laporan keuangan fiskal biaya entertainment merupakan grey area yang artinya biaya tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan bruto apabila sesuai dengan peraturan perpajakan yang terdapat dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-27/PJ.22/1986 yang ditegaskan lagi dalam Surat Dirjen Pajak Nomor S-334/PJ.312/2003 yaitu : a. Biaya ”entertainment” representasi, jamuan tamu dan sejenisnya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan bruto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang - Undang Pajak Penghasilan 1984; b. Wajib Pajak harus dapat membuktikan, bahwa biaya-biaya tersebut telah benar-benar dikeluarkan (formal) dan benar ada hubungannya dengan 73
kegiatan perusahaan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan perusahaan (materiil); c. Dibuatkan daftar nominatif dan dilampirkan dalam SPT Tahunan PPh, yang memuat:
nomor urut.
tanggal ”entertainment” dan jenis entertainment yang telah diberikan.
nama tempat, alamat, jenis, dan jumlah (Rp) ”entertainment” dan sejenisnya yang telah diberikan.
nama relasi, posisi, nama perusahaan, dan jenis usaha yang diberikan ”entertainment” dan sejenisnya sesuai dengan nomor urut tersebut diatas.
Namun Asuransi Bintang masih melakukan kesalahan yaitu : 1. Pada tahun 2008 kesalahan yang dilakukan oleh PT. Asuransi Bintang Tbk adalah : i.
biaya sponsor olahraga sebesar Rp43.093.424 dikoreksi fiskal sebesar Rp12.353.825 tetapi perusahaan melakukan kesalahan yaitu tidak teliti dalam menulis nilai nominal yang seharusnya dikoreksi. Biaya sponsor olahraga seharusnya dikoreksi sebesar Rp14.238.825 sesuai dengan daftar nominatif yang dilampirkan oleh Wajib Pajak dalam SPT.
ii.
biaya berupa fasilitas dan hadiah yaitu sebesar Rp132.741.047 tetapi Wajib Pajak melakukan kesalahan dalam penulisan nilai nominal. Jumlah biaya fasilitas dan hadiah yang seharusnya 74
adalah Rp130.491.047 sesuai dengan nominal yang terdapat dalam worksheet laporan laba/rugi. Untuk koreksi fiskal yang dilakukan oleh perusahaan sudah benar sesuai dengan daftar nominatif yang dibuat yaitu sebesar Rp53.174.338. 2. Pada tahun 2009 PT. Asuransi Bintang masih melakukan kesalahan yaitu: i.
Wajib Pajak melakukan kesalahan koreksi fiskal terhadap biaya fasilitas dan hadiah yaitu tidak melakukan koreksi atas akun ini, padahal tedapat rincian berupa daftar nominatif yang dilampirkan dalam SPT Tahunan sebesar Rp5.985.000. Oleh karena itu Wajib Pajak harus melakukan koreksi fiskal positif sebesar jumlah yang terdapat dalam daftar nominatif.
ii.
untuk biaya representasi sebesar Rp170.746.378 Wajib Pajak juga masih melakukan kesalahan dalam melakukan koreksi fiskal positif yaitu Wajib Pajak mengoreksi biaya representasi sebesar Rp64.989.848 yang seharusnya Rp70.974.857 sesuai dengan rincian yang terdapat dalam daftar nominatif yang dibuat oleh Wajib Pajak yang dilampirkan daam SPT.
3. Untuk tahun 2010 kesalahan yang dilakukan yaitu Wajib Pajak salah dalam melakukan koreksi fiskal terhadap biaya sponsor olahraga. Biaya sponsor olahraga yang dikoreksi oleh Wajib Pajak sebesar Rp55.653.653 tetapi jumlah yang seharusnya dikoreksi fiskal positif adalah sebesar Rp46.149.518 sesuai dengan dokumen pendukung yang dibuat oleh perusahaan berupa daftar nominatif yang dilampirkan dalam SPT.
75
2. Sumbangan Sumbangan yang dikeluarkan oleh perusahaan berupa sumbangan pegawai, sumbangan kegiatan sosial dan kegiatan sosial karyawan. Dengan rincian sebagai berikut : Tahun 2008 : - Kegiatan Sosial Karyawan
Rp 76.027.591
- Sumbangan Pegawai
Rp 3.968.800
- Sumbangan Kegiatan Sosial
Rp 19.612.500 Rp 99.608.891
Tahun 2009 : - Kegiatan Sosial Karyawan
Rp 412.767.558
- Sumbangan Pegawai
Rp 230.890.029
- Sumbangan Kegiatan Sosial
Rp 643.436.214 Rp1.287.093.801
Tahun 2010 : - Kegiatan Sosial Karyawan
Rp 450.488.285
- Sumbangan Pegawai
Rp 419.854.124
- Sumbangan Kegiatan Sosial
Rp 374.885.082 Rp1.245.227.491
Dari segi akuntansi akun ini dapat dijadikan sebagai biaya atau biaya yang diperkenankan untuk dibebankan. Tetapi menurut ketentuan perpajakan hal tersebut berbeda, berdasarkan Undang - Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 dengan perubahan terakhir yaitu Undang - Undang No.36 Tahun 2008 Pasal 9 ayat (1) huruf (g) yang menjelaskan bahwa sumbangan tidak dapat 76
dijadikan biaya atau dikecualikan yang dijelaskan dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan yang terdapat dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m yang diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah No.93 Tahun 2010, serta zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah yang ketentuannya diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah. Oleh karena itu dalam laporan keuangan fiskal seluruh jumlah sumbangan tersebut harus dikoreksi positif dan Wajib Pajak sudah melakukan koreksi fiskal dengan benar sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. 3. Beban umum lainnya Dalam beban umum lainnya terdapat biaya denda pajak, biaya ini merupakan sanksi administrasi yang diperoleh perusahaan karena Wajib Pajak terlambat melapor dan terlambat membayar SPT Tahunan. Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf (k) Undang - Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 dengan perubahan terakhir yaitu Undang - Undang No.36 Tahun 2008 dengan jelas menyatakan bahwa sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan perundang - undangan di bidang perpajakan tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Untuk tahun pajak 2008 perusahaan memperoleh denda sebesar Rp518.700, tahun pajak 2009 perusahaan tidak mendapatkan denda pajak karena Wajib Pajak tidak telat dalam menyampaikan kewajibannya, sedangkan untuk tahun pajak 2010 perusahaan memperoleh denda sebesar Rp14.334.580. Oleh karena itu biaya tersebut harus dilakukan koreksi fiskal positif, dan perusahaan telah 77
melakukan koreksi fiskal dengan benar sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku sehingga tidak perlu dilakukan pembetulan. 4. Beban Pegawai Beban pegawai perusahaan terdiri dari : a. Biaya Gaji Pegawai; b. Biaya Tunjangan Pajak Penghasilan (PPh 21); c. Biaya Tunjangan Uang Makan; d. Biaya Tunjangan Transportasi Karyawan; e. Biaya Tunjangan Kesehatan; f. Bonus & THR; g. Biaya Pakaian Pegawai; h. Biaya Honorarium; i. JAMSOSTEK; j. Biaya Iuran Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Biaya pakaian pegawai yang terdapat dalam beban pegawai menurut akuntansi dapat dijadikan sebagai biaya namun menurut ketentuan perpajakan berbeda. Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-213/PJ/2001 Pasal 3 menyatakan bahwa biaya seragam pegawai yang dapat diakui secara fiskal adalah pakaian yang diwajibkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi atau Pemerintah daerah setempat dalam rangka pelaksanaan pekerjaan, keamanan dan keselamatan kerja, atau yang berkenaan dengan situasi lingkungan kerja. Berikut adalah rincian biaya pakaian pegawai yang dikeluarkan oleh perusahaan :
78
Tahun 2008 sebesar Rp9.112.500. Tahun 2009 sebesar Rp9.449.300. Tahun 2010 sebesar Rp26.864.100. Oleh karena itu Wajib Pajak harus melakukan koreksi fiskal positif secara keseluruhan dari biaya tersebut sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. 5. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Mobil Biaya reparasi dan pemeliharaan mobil yang terdapat dalam akun beban administrasi merupakan biaya pemeliharaan mobil dewan direksi. Dari segi akuntansi biaya tersebut dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan bruto namun berbeda dengan ketentuan perpajakan, sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP–220/PJ./2002 Pasal 3 ayat (1) atas biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan sedan atau yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% dari jumlah biaya perolehan. Besarnya biaya reparasi dan pemeliharaan mobil yang dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto yaitu sebesar : Tahun 2008 : Rp130.431.481 x 50% = Rp65.215.741 Tahun 2009 : Rp165.662.773 x 50% = Rp82.831.387 Tahun 2010 : Rp155.738.168 x 50% = Rp77.869.084 Tetapi PT. Asuransi Bintang tidak melakukan koreksi atas biaya tersebut, maka harus dilakukan pembetulan atau koreksi sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
79
6. Rugi Anak Perusahaan Rugi dari anak perusahaan apabila dilihat dari ketentuan perpajakan tidak seharusnya diperhitungkan kedalam laporan laba rugi fiskal PT. Asuransi Bintang Tbk. Karena keuntungan maupun kerugian yang diperoleh dari anak perusahaan tersebut akan dikenakan pajak secara terpisah, maka perlu dilakukan koreksi positif atas akun ini di laporan keuangan induk perusahaan. Untuk tahun pajak 2008 didapat kerugian anak perusahaan yaitu sebesar Rp74.022.990 tahun 2009 yaitu Rp77.677.317 dan untuk tahun 2010 sebesar Rp22.799.733. Atas akun tersebut Wajib Pajak telah melakukan koreksi fiskal pada induk perusahaan dengan benar sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. 7. Kenaikan (penurunan) Investasi Saham Kenaikan atau penurunan investasi saham tidak dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan bruto sesuai dengan Undang - Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 dengan perubahan terakhir yaitu Undang - Undang No.36 Tahun 2008. Pada tahun 2008 kenaikan (penurunan) investasi saham yang diperoleh perusahaan adalah sebesar Rp14.272.883.288 sedangkan untuk tahun 2009 dan 2010 perusahaan tidak mengeluarkan biaya tersebut. Oleh karena itu atas biaya tersebut harus dikoreksi positif dalam rekonsiliasi fiskal dan PT. Asuransi Bintang sudah benar dalam melakukan koreksi fiskal sehingga tidak perlu dilakukan pembetulan.
80
IV.3.2. Koreksi Negatif atas Pendapatan Karena Perbedaan Permanen (permanent difference) 1. Penghasilan Bunga dan Jasa Giro Berdasarkan aturan perpajakan khususnya Undang - Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 dengan perubahan terakhir yaitu Undang - Undang No.36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (2) huruf (a) menerangkan bahwa penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi dikenakan pajak bersifat final, yang lebih jelas diatur dalam Peraturan Pemerintah No.131 Tahun 2000 mengenai pemotongan pajak yang bersifat final atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia. Penghasilan bunga yang diperoleh perusahaan terdiri dari bunga deposito dan bunga obligasi. Pada tahun 2008 bunga deposito yang diperoleh perusahaan sebesar Rp2.112.846.182 dan bunga obligasi sebesar Rp2.468.000.879 untuk tahun 2009 bunga deposito yang diperoleh perusahaan sebesar Rp868.179.319 dan bunga obligasi sebesar Rp1.712.667.742 sedangkan untuk tahun 2010 penghasilan bunga deposito yang diperoleh perusahaan yaitu sebesar Rp931.849.247 dan bunga obligasi yaitu sebesar Rp1.848.456.726. Selain penghasilan bunga, perusahaan juga memperoleh penghasilan lainnya berupa jasa giro dengan rincian :
81
Tahun 2008
Rp812.837.039
Tahun 2009
Rp 35.601.582
Tahun 2010
Rp 39.726.347
Total
Rp888.164.968
Oleh karena itu pendapatan yang diterima oleh Wajib Pajak berupa penghasilan bunga dan jasa giro harus dilakukan koreksi fiskal negatif karena tidak dapat dijadikan sebagai tambahan penghasilan dalam laporan keuangan fiskal sesuai dengan peraturan perpajakan dan Wajib Pajak telah melakukan koreksi negatif atas pendapatan tersebut dengan benar. 2. Sewa Ruangan Kantor Penghasilan sewa yang diperoleh perusahaan yaitu dengan menyewakan ruangan kantor. Penghasilan sewa yang diperoleh perusahaan untuk tahun 2008 yaitu sebesar Rp975.990.285 dan pada tahun 2009 diperoleh penghasilan sewa sebesar Rp232.485.000 sedangkan untuk tahun 2010 sebesar Rp23.368.374. Dari penghasilan sewa tersebut tidak dapat dijadikan sebagai tambahan penghasilan dalam laporan keuangan fiskal sebagaimana dijelaskan dalam Undang - Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 dengan perubahan terakhir yaitu Undang Undang No.36 Tahun 2008 dalam Pasal 4 ayat (2) huruf (d) menyatakan penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan dikenakan pajak bersifat final. Maka penghasilan sewa tersebut harus dikoreksi fiskal sesuai dengan ketentuan perpajakan dan perusahaan sudah benar dalam melakukan koreksi atas akun ini.
82
3. Dividen Atas Reksadana Berdasarkan peraturan perpajakan khususnya Undang - Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 dengan perubahan terakhir yaitu Undang Undang No.36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (3) huruf (f) menjelaskan bahwa dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri bukan merupakan objek pajak. Oleh karena itu penghasilan yang diterima perusahaan berupa dividen dari hasil reksadana tidak dapat dijadikan sebagai tambahan penghasilan, maka harus dikoreksi negatif atas penghasilan tersebut, dan Wajib Pajak sudah melakukan koreksi dengan benar sesuai dengan peraturan yang berlaku. Berikut dividen atas reksadana yang diperoleh perusahaan untuk tahun 2008 sampai dengan 2010. Pada tahun 2008 perusahaan memperoleh dividen yaitu sebesar Rp164.868.400 untuk tahun 2009 dan tahun 2010 perusahaan tidak memperoleh dividen atas reksadana. 4. Laba Penjualan Investasi Saham PT. Asuransi Bintang Tbk. memperoleh laba dari penjualan investasi saham/reksadana pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp14.091.004.044 tahun 2009 laba yang diterima perusahaan dari penjualan investasi saham adalah sebesar Rp12.911.126.637 sedangkan pada tahun 2010 laba yang diperoleh perusahaan dari penjualan investasi saham menurun yaitu sebesar Rp1.971.653.507. Dalam laporan keuangan komersial laba atas penjualan dari investasi saham/reksadana dapat dijadikan sebagai tambahan penghasilan. Namun menurut ketentuan perpajakan tidak boleh dijadikan sebagai tambahan penghasilan perusahaan dalam laporan keuangan fiskal. Berdasarkan Undang 83
Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 dengan perubahan terakhir yaitu Undang - Undang No.36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (2) huruf (c) menjelaskan bahwa penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham dikenakan pajak bersifat final. Maka penghasilan yang diterima perusahaan dari penjualan investasi saham harus dikoreksi seluruhnya dan perusahaan sudah melakukan koreksi fiskal dengan benar sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. 5. Laba atas penilaian harga saham Berdasarkan Undang - Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 dengan perubahan terakhir yaitu Undang - Undang No.36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (2) huruf (c) menjelaskan bahwa penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham dikenakan pajak bersifat final. Pada tahun 2008 penghasilan atas penilaian harga saham yang diperoleh sebesar Rp7.898.174.483 untuk tahun 2009 adalah sebesar Rp1.406.683.117 dan pada tahun 2010 diperoleh penghasilan yaitu sebesar Rp463.266.149. Maka penghasilan yang diterima perusahaan dari penjualan investasi saham tidak dapat dijadikan sebagai tambahan penghasilan dalam laporan keuangan fiskal karena dikenakan pajak final dan harus dikoreksi seluruhnya, dan Wajib Pajak sudah melakukan koreksi fiskal dengan benar sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
84
IV.3.3. Koreksi Positif - Negatif Atas Pendapatan Karena Perbedaan Temporer (temporary difference) Dalam penjualan aktiva tetap terdapat perbedaan waktu pencatatan antara nilai buku aktiva secara komersial dengan nilai buku aktiva secara fiskal. Maka atas laba penjualan aktiva ini harus dilakukan koreksi sesuai dengan perbedaan nilai buku dari aktiva yang dijual tersebut. Pada tahun 2008 penjualan aktiva tetap sebesar Rp51.793.901 dan dilakukan koreksi positif sebesar Rp96.306.557 untuk tahun 2009 sebesar Rp463.096.284 dilakukan koreksi negatif sebesar Rp187.254.629 sedangkan untuk tahun 2010 penjualan aktiva tetap sebesar Rp1.984.093.345 dan dilakukan koreksi positif sebesar Rp430.175.499. Koreksi fiskal yang telah dilakukan oleh Wajib Pajak sudah benar sehingga tidak perlu dilakukan pembetulan.
IV.3.4. Koreksi Positif atas Biaya Karena Perbedaan Temporer (temporary difference) Perbedaan waktu merupakan perbedaan biaya tiap tahun atau tahun buku karena perbedaan metode yang digunakan tetapi secara keseluruhan jumlah yang dibebankan sebagai biaya adalah sama dengan syarat harus taat azas. Biaya yang dikoreksi dalam laporan keuangan fiskal dalam kategori perbedaan waktu adalah penyusutan aktiva tetap. Peraturan yang mengatur mengenai penyusutan terdapat dalam Undang - Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 dengan perubahan terakhir yaitu Undang - Undang No.36 Tahun 2008. Dalam Pasal 11 dan Pasal 11A menjelaskan secara rinci tentang perhitungan penyusutan, masa manfaat, tarif penyusutan, kelompok- kelompok harta berwujud, dan metode 85
penyusutan yang harus dilakukan secara taat azas (konsisten). Setelah dilakukan analisis oleh penulis, ternyata perusahaan melakukan kesalahan dalam menghitung penyusutan. Kesalahan yang dilakukan oleh perusahaan yaitu : a. Menggunakan masa manfaat yang berbeda dengan masa manfaat yang ditentukan oleh Undang - Undang Pajak Penghasilan. Masa manfaat yang digunakan oleh perusahaan adalah: Aktiva Tetap
Masa Manfaat
Bangunan
15 tahun
Perabot dan peralatan kantor
8 tahun
Kendaraan bermotor
5 tahun
b. Metode yang digunakan untuk penyusutan berbeda (tidak taat azas) yaitu dalam laporan keuangan komersial menggunakan metode Garis Lurus (straight-line method) sedangkan dalam laporan keuangan fiskal menggunakan metode Saldo Menurun (declining balance method). c. Dalam
mengelompokkan
memperinci
lebih
detail
harta tentang
berwujud jenis
-
perusahaan
tidak
jenis
yang
harta
dikelompokkan, sehingga menyulitkan penulis dalam melakukan analisa, apakah perusahaan sudah benar mengelompokkan harta berwujud tersebut sesuai dengan kelompok penyusutannya. Masa manfaat yang digunakan oleh perusahaan berbeda dengan peraturan perpajakan, seperti kelompok harta berupa kendaraan bermotor dimana perusahaan menggunakan masa manfaat 5 tahun sedangkan menurut UU PPh 86
Pasal 11 ayat (6) masa manfaat kendaraan bermotor (Kelompok 1) adalah 4 tahun. Menurut kebijakan akuntansi hal tersebut diperbolehkan karena biaya yang disusutkan menjadi lebih kecil karena masa manfaat aktiva tetap tersebut menjadi lebih panjang, namun berdasarkan UU PPh hal tersebut tidak diperbolehkan karena tidak ada peraturan yang mengatur mengenai perpanjangan masa manfaat. Oleh karena itu perhitungan penyusutan yang dilakukan oleh PT. Asuransi Bintang harus dilakukan pembetulan (koreksi) karena jika tidak dilakukan pembetulan maka Negara akan dirugikan dan perusahaan akan dilakukan pemeriksaan ataupun dikenakan sanksi karena hal tersebut. Sedangkan untuk metode penyusutan yang digunakan oleh perusahaan juga berbeda, seperti yang sudah penulis jelaskan di atas bahwa perusahaan tidak taat azas dalam menggunakan metode perhitungan penyusutan. Maka dari itu penulis melakukan perhitungan ulang dengan melakukan teknik sampling. Asumsi sampling : Total penyusutan dikalikan 30% (tiga puluh persen) dengan perhitungan sebagai berikut : •
Tahun 2008 : a. Penyusutan kelompok harta berwujud : = Rp2.396.189.609 x 30% = Rp718.856.883 b. Penyusutan kelompok harta tidak berwujud (Amortisasi) = Rp295.215.155 x 30% = Rp88.564.547
•
Tahun 2009 a. Penyusutan kelompok harta berwujud : = Rp2.063.447.582 x 30% = Rp619.034.275 87
b. Penyusutan kelompok harta tidak berwujud (Amortisasi) = Rp1.074.268.504 x 30% = Rp322.280.551 •
Tahun 2010 a. Penyusutan kelompok harta berwujud : = Rp1.990.327.464 x 30% = Rp597.098.239 b. Penyusutan kelompok harta tidak berwujud (Amortisasi) = Rp1.071.990.368 x 30% = Rp321.597.110
Dari perhitungan yang sudah penulis lakukan dengan menggunakan metode sampling maka hasil penyusutan tersebut yang seharusnya dikoreksi dalam laporan laba rugi fiskal.
Selain akun - akun yang penulis sebutkan diatas PT. Asuransi Bintang juga memiliki akun - akun yang tidak perlu dilakukan koreksi fiskal pada laporan laba rugi yaitu : 1. Pendapatan Underwriting Pendapatan underwriting yang diperoleh PT. Asuransi Bintang merupakan premi asuransi. Maka atas akun ini tidak perlu dilakukan koreksi fiskal karena dalam Undang - Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 dengan perubahan terakhir yaitu Undang - Undang No.36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1) huruf n mejelaskan bahwa premi asuransi merupakan Objek Pajak Penghasilan. 2. Pendapatan lain - lain Pendapatan lain - lain yang diperoleh perusahaan berupa : a. Dividen saham dalam negeri b. Bunga pinjaman karyawan 88
c. Keuntungan selisih kurs d. Pendapatan ongkos polis e. Rupa - rupa Pendapatan tersebut merupakan objek pajak penghasilan maka dapat dijadikan sebagai tambahan penghasilan sesuai dalam Pasal 4 ayat (1) Undang - Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 dengan perubahan terakhir yaitu Undang Undang No.36 Tahun 2008. 3. Beban Underwriting Beban underwriting perusahaan terdiri dari klaim reasuransi dan cadangan klaim dimana berdasarkan Undang - Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 dengan perubahan terakhir Undang - Undang No.36 Tahun 2008 Pasal 9 ayat (1) huruf (c) cadangan klaim untuk perusahaan asuransi dapat dijadikan biaya yang diatur
lebih
lanjut
berdasarkan
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
81/PMK.03/2009 Tentang Pembentukan atau Pemupukan Dana Cadangan Yang Boleh Dikurangkan Sebagai Biaya. 4. Biaya - biaya, yang terdiri dari : a. Beban Pemasaran, yaitu : •
Biaya reklame dan advertising;
•
Biaya pemasaran media elektronik;
•
Biaya Cetakan polis.
b. Beban administrasi, yaitu : •
Biaya telepon;
•
Biaya listrik;
89
•
Biaya administrasi;
•
Biaya cetakan;
•
Biaya materai;
•
Biaya photocopy;
•
Biaya pemeliharaan alat kantor;
•
Biaya expedisi;
•
Biaya perlengkapan kantor;
•
Biaya alat tulis kantor;
•
Biaya keperluan dapur;
•
Biaya pajak;
•
Biaya sewa gedung kantor;
•
Biaya perangko;
•
Biaya pemeliharaan gedung;
•
Biaya komunikasi – internet;
•
Biaya bahan bakar & oli;
•
Biaya pembelian perabot kantor;
•
Biaya parkir & tol;
•
Biaya asuransi mesin kantor & gedung.
c. Beban lain-lain •
Bunga pinjaman
•
Biaya bank
•
kerugian selisih kurs
90
Biaya - biaya diatas merupakan biaya yang secara langsung berkaitan dengan kegiatan perusahaan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan seperti yang dijelaskan dalam Pasal 6 Undang - Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 dengan perubahan terakhir yaitu Undang - Undang No.36 Tahun 2008 bahwa biaya tersebut di atas dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
IV.4. Rekonsiliasi Fiskal Atas Laporan Keuangan PT. Asuransi Bintang Tbk Setelah melakukan analisis atas biaya - biaya dan penghasilan yang terdapat dalam laporan laba rugi komersial PT. Asuransi Bintang maka dapat diketahui koreksi fiskal atas laporan keuangan Asuransi Bintang sehingga dapat dihitung Penghasilan Kena Pajak. Berikut adalah rekonsiliasi fiskal yang dilakukan oleh perusahaan dan analisis yang telah penulis lakukan atas perbedaan tetap dan temporer dalam rekonsiliasi fiskal Wajib Pajak.
91
TABEL IV.1 PT. ASURANSI BINTANG Tbk. REKONSILIASI PERHITUNGAN LABA RUGI FISKAL UNTUK SATU TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2008 (Dalam Rupiah) URAIAN
Pendapatan Underwriting
KOMERSIA L
Fiskal
Koreksi
Wajib Pajak
Fiskal
Koreksi Temporer
Penulis
Permanen
80,610,184, 635
80,610,184,6 35
80,610,184,6 35
Klaim Reasuransi
35,182,894, 124
35,182,894,1 24
35,182,894,1 24
Cadangan Klaim
14,094,499, 000
14,094,499,0 00
14,094,499,0 00
31,332,791, 511
31,332,791,5 11
31,332,791,5 11
Beban Pemasaran
897,353,405
897,353,405
Representasi
124,442,100
5,648,452
118,793,648
118,793,648
Fasilitas dan Hadiah
130,491,047
53,174,338
77,316,709
77,316,709
Sponsor Olahraga
43,093,424
12,353,825
30,739,599
Total Beban Pemasaran
1,195,379,9 76
1,124,203,36 1
22,436,911, 280
22,436,911,2 80
Beban Underwriting
Laba Bruto Pengurang Penghasilan Bruto
8,667,621
14,238,825
888,685,784
28,854,599 1,113,650,74 0
Beban Umum
Beban Pegawai
9,112,500
22,427,798,7 80
2,057,993,8 95
518,700
2,057,475,19 5
2,057,475,19 5
76,027,591
76,027,591
-
-
3,968,800
3,968,800
-
-
19,612,500
19,612,500
-
-
24,594,514, 066
24,494,386,4 75
24,485,273,9 75
Biaya Telepon
785,097,965
785,097,965
785,097,965
Biaya Listrik
802,396,844
802,396,844
802,396,844
Biaya Administrasi
742,656,931
742,656,931
742,656,931
Biaya Cetakan
64,954,425
64,954,425
64,954,425
Biaya Materai
4,146,205
4,146,205
4,146,205
Biaya Photocopy
134,363,984
134,363,984
134,363,984
Beban Umum Lainnya Kegiatan Sosial Karyawan Sumbangan Pegawai Sumbangan Kegiatan Sosial
Total Beban Umum Beban Administrasi
92
Biaya Pemeliharaan alat Kantor
55,998,665
55,998,665
55,998,665
130,431,481
130,431,481
Biaya Expedisi Biaya Perlengkapan Kantor Biaya Alat Tulis Kantor Biaya Keperluan Dapur
158,824,326
158,824,326
158,824,326
520,528,610
520,528,610
520,528,610
211,155,347
211,155,347
211,155,347
67,785,215
67,785,215
67,785,215
Biaya Pajak
169,103,537
169,103,537
169,103,537
Biaya Sewa Gedung Kantor
1,061,596,5 49
1,061,596,54 9
1,061,596,54 9
Biaya Perangko Biaya Pemeliharaan Gedung
2,135,600
2,135,600
2,135,600
kantor Biaya Komunikasi internet Biaya Bahan Bakar & Oli
498,539,186
498,539,186
498,539,186
274,043,917
274,043,917
274,043,917
483,345,725
483,345,725
483,345,725
Biaya Pembelian
28,185,413
28,185,413
28,185,413
22,520,768
22,520,768
22,520,768
45,041,537
45,041,537
Biaya Reparasi dan pemeliharaan mobil
65,215,741
65,215,741
perabot kantor Biaya Parkir & Tol Biaya Asuransi Mesin Kantor dan Gedung Biaya Lain - lain
188,371,814
Total Beban Administrasi
6,451,224,0 45
188,371,814
-
-
6,262,852,23 1
6,152,594,95 3
Beban Penyusutan &Amortisasi Penyusutan Aktiva Tetap
2,396,189,6 09
540,296,930
1,855,892,67 9
718,856,8 83
1,677,332,72 6
Amortisasi Perangkat Lunak
295,215,155
6,007,902
289,207,253
88,564,54 7
206,650,609
Total Beban Penyusutan
2,691,404,7 64
2,145,099,93 2
1,883,983,33 5
Bunga Pinjaman
35,544,593
35,544,593
35,544,593
Biaya Bank
190,000,373
190,000,373
190,000,373
2,764,589,1 24
2,764,589,12 4
2,764,589,12 4
-
-
& Amortisasi Beban Lain - Lain
Kerugian Selisih Kurs Rugi Anak Perusahaan Kenaikan (Penurunan)
74,022,990
74,022,990
93
Investasi saham
14,272,883, 288
14,272,883, 288
-
-
Beban Rupa - rupa
246,997,677
246,997,677
-
-
Total Beban Lain Lain Pendapatan Lain Lain
17,584,038, 045
2,990,134,09 0
2,990,134,09 0
Jasa Giro Sewa Ruangan Kantor
812,837,039
812,837,039
-
-
975,990,285
975,990,285
2,112,846,1 82
2,112,846,1 82
2,468,000,8 79
2,468,000,8 79
-
-
164,868,400
164,868,400
-
-
427,475,691
427,475,691
(44,512,656)
(44,512,656)
2,380,512
2,380,512
Bunga Deposito
Bunga Obligasi Dividen Atas Reksadana Dividen Saham dalam negeri Laba (rugi) penjualan Aktiva Tetap Bunga Pinjaman Karyawan Laba Bersih Penjualan investasi Saham
427,475,691
51,793,901
96,306,557
2,380,512
-
-
14,091,004, 044
14,091,004, 044
-
-
7,898,174,4 83
7,898,174,4 83
-
-
5,450,606,4 60
5,450,606,46 0
5,450,606,46 0
1,026,442,5 20
1,026,442,52 0
1,026,442,52 0
Rupa - rupa
1,019,814,8 94
1,019,814,89 4
1,019,814,89 4
Total Pendapatan
36,502,235, 290
7,882,207,42 1
7,882,207,42 1
15,318,465, 905
2,198,322,84 3
2,589,361,83 9
Laba atas Penilaian Harga Saham Keuntungan Selisih Kurs Pendapatn Ongkos Polis
Lain - Lain Laba (Rugi) Sebelum
Pajak
94
TABEL IV.2 PT. ASURANSI BINTANG Tbk. REKONSILIASI PERHITUNGAN LABA RUGI FISKAL UNTUK SARU TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2009 (Dalam Rupiah) URAIAN
Pendapatan Underwriting
KOMERSIAL
Koreksi
Fiskal Wajib Pajak
Fiskal
Koreksi Temporer
Penulis
Permanen
60,817,520,8 60
60,817,520,8 60
60,817,520,8 60
Klaim Reasuransi
25,755,614,0 96
25,755,614,0 96
25,755,614,0 96
Cadangan Klaim
14,006,366,2 40
14,006,366,2 40
14,006,366,2 40
21,055,540,5 24
21,055,540,5 24
Beban Underwriting
Laba Bruto Pengurang Penghasilan
21,055,540,5 24
Bruto
Beban Pemasaran
1,095,235,75 8
1,314,900
1,093,920,85 8
39,700,519
1,055,535,23 9
Representasi
170,746,378
64,989,848
105,756,530
70,974,857
99,771,521
Fasilitas dan Hadiah
139,700,054
139,700,054
-
Sponsor Olahraga
44,965,332
31,513,460
13,451,872
13,451,872
Total Beban Pemasaran
1,450,647,52 2
1,213,129,26 0
1,302,469,68 6
27,734,130,1 34
27,734,130,1 34
Beban Umum Lainnya Kegiatan Sosial Karyawan
2,599,807,60 3
2,599,807,60 3
2,599,807,60 3
412,767,558
412,767,558
-
-
Sumbangan Pegawai Sumbangan Kegiatan Sosial
230,890,029
230,890,029
-
-
643,436,214
643,436,214
-
-
31,621,031,5 38
30,333,937,7 37
30,324,488,4 37
Biaya Telepon
1,123,552,93 7
1,123,552,93 7
1,123,552,93 7
Biaya Listrik
919,770,494
919,770,494
919,770,494
Biaya Administrasi
735,693,011
735,693,011
735,693,011
Biaya Cetakan
94,859,030
94,859,030
94,859,030
Biaya Materai
24,801,294
24,801,294
24,801,294
5,989,000
133,711,054
Beban Umum
Beban Pegawai
Total Beban Umum
9,449,300
27,724,680,8 34
Beban Administrasi
95
Biaya Photocopy
168,447,317
168,447,317
168,447,317
64,993,094
64,993,094
64,993,094
165,662,773
165,662,773
Biaya Expedisi Biaya Perlengkapan Kantor Biaya Alat Tulis Kantor Biaya Keperluan Dapur
135,808,352
135,808,352
135,808,352
365,050,136
365,050,136
365,050,136
196,745,144
196,745,144
196,745,144
77,654,065
77,654,065
77,654,065
Biaya Pajak
263,651,023
263,651,023
263,651,023
Biaya Sewa Gedung Kantor
1,149,150,10 9
1,149,150,10 9
1,149,150,10 9
Biaya Perangko Biaya Pemeliharaan Gedung
3,761,000
3,761,000
3,761,000
kantor Biaya Komunikasi internet Biaya Bahan Bakar & Oli
587,693,305
587,693,305
587,693,305
222,143,782
222,143,782
222,143,782
436,365,513
436,365,513
436,365,513
Biaya Pembelian
36,212,568
36,212,568
36,212,568
114,465,052
114,465,052
114,465,052
dan Gedung
253,892,375
253,892,375
253,892,375
Biaya Lain - lain
209,284,216
-
-
Total Beban Administrasi
7,349,656,59 0
7,140,372,37 4
7,057,540,98 7
Biaya Pemeliharaan alat Kantor Biaya Reparasi dan pemeliharaan mobil
82,831,387
82,831,387
perabot kantor Biaya Parkir & Tol Biaya Asuransi Mesin Kantor
209,284,216
Beban Penyusutan &Administrasi Penyusutan Aktiva Tetap
2,063,447,58 2
339,678,274
1,723,769,30 8
619,034,2 75
1,444,413,30 7
Amortisasi Perangkat Lunak
1,074,268,50 4
3,193,063
1,071,075,44 1
322,280,5 51
751,987,953
Total Beban Penyusutan
3,137,716,08 6
2,794,844,74 9
2,196,401,26 0
Bunga Pinjaman
39,612,406
39,612,406
39,612,406
Biaya Bank
205,313,267
205,313,267
205,313,267
5,926,177,32 7
5,926,177,32 7
5,926,177,32 7
-
-
& Amortisasi Beban Lain - Lain
Kerugian Selisih Kurs Rugi Anak Perusahaan
77,677,317
77,677,317
96
Kenaikan (Penurunan) Investasi saham
-
Beban Rupa - rupa
633,311,820
Total Beban Lain Lain Pendapatan Lain Lain
6,882,092,13 7
Jasa Giro Sewa Ruangan Kantor
35,601,582
Bunga Deposito
Bunga Obligasi Dividen Saham Dalam Negeri Dividen Atas Reksadana
633,311,820
35,601,582
-
-
-
-
6,171,103,00 0
6,171,103,00 0
-
-
232,485,000
232,485,000
-
-
868,179,319
868,179,319
-
-
1,712,667,74 2
1,712,667,74 2
-
-
375,065,084
375,065,084
375,065,084
-
-
-
650,350,913
650,350,913
2,329,720
2,329,720
Laba (rugi) Penjualan Aktiva tetap Bunga Pinjaman Karyawan Laba Bersih Penjualan Investasi Saham
463,096,284
(187,254,629)
2,329,720
12,911,126,6 37
12,911,126,6 37
-
-
1,406,683,11 7
1,406,683,11 7
-
-
5,392,095,15 1
5,392,095,15 1
5,392,095,15 1
1,011,960,24 1
1,011,960,24 1
1,011,960,24 1
2,408,901,47 9
2,408,901,47 9
2,408,901,47 9
26,820,191,3 56
9,840,702,58 8
9,840,702,58 8
(2,565,411,99 3)
(16,757,144, 008)
(16,155,760, 259)
Laba atas Penilaian Harga Saham Keuntungan Selisih kurs Pendapatan Ongkos Polis Rupa - Rupa Total Pendapatan
Lain - Lain Laba (Rugi)
Sebelum Pajak
97
TABEL IV.3 PT. ASURANSI BINTANG Tbk. REKONSILIASI PERHITUNGAN LABA RUGI FISKAL UNTUK SARU TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010 (Dalam Rupiah) URAIAN
Pendapatan Underwriting
KOMERSIA L
Fiskal
Koreksi
73,200,777, 732
Wajib Pajak
Fiskal
Koreksi Temporer
Penulis
Permanen
73,200,777,7 32
73,200,777,7 32
Beban Underwriting
Klaim Reasuransi
26,482,960, 522
26,482,960,5 22
26,482,960,5 22
Cadangan Klaim
12,650,449, 042
12,650,449,0 42
12,650,449,0 42
Laba Bruto Pengurang Penghasilan
34,067,368, 168
34,067,368,1 68
34,067,368,1 68
Bruto
Beban Pemasaran
2,518,539,5 55
5,266,500
2,513,273,05 5
Representasi
300,785,752
137,758,68 9
163,027,063
163,027,063
Fasilitas dan Hadiah
187,584,996
129,382,13 6
58,202,860
58,202,860
Sponsor Olahraga
59,313,073
55,653,653
3,659,420
Total Beban Pemasaran
3,066,223,3 76
2,738,162,39 8
Beban Pegawai
27,882,682, 514
27,882,682,5 14
Beban Umum Lainnya
4,640,569,5 08
14,334,580
4,626,234,92 8
4,626,234,92 8
Kegiatan Sosial Karyawan
450,488,285
450,488,28 5
-
-
Sumbangan Pegawai
419,854,124
419,854,12 4
-
-
Sumbangan Kegiatan Sosial
374,885,082
374,885,08 2
-
-
Total Beban Umum
33,768,479, 513
32,508,917,4 42
32,482,053,3 42
Biaya Telepon
2,233,118,5 61
2,233,118,56 1
2,233,118,56 1
Biaya Listrik
977,039,884
977,039,884
977,039,884
21,324,368
46,149,518
2,497,215,18 7
13,163,555 2,731,608,66 5
Beban Umum
26,864,100
27,855,818,4 14
Beban Administrasi
98
Biaya Administrasi
739,091,049
739,091,049
739,091,049
Biaya Cetakan
169,414,586
169,414,586
169,414,586
Biaya Materai
10,694,806
10,694,806
10,694,806
Biaya Photocopy
120,127,774
120,127,774
120,127,774
651,062,007
651,062,007
651,062,007
155,738,168
155,738,168
Biaya Expedisi Biaya Perlengkapan Kantor Biaya Alat Tulis Kantor Biaya Keperluan Dapur
168,488,413
168,488,413
168,488,413
101,447,134
101,447,134
101,447,134
318,964,927
318,964,927
318,964,927
79,494,160
79,494,160
79,494,160
Biaya Pajak
226,518,565
226,518,565
226,518,565
Biaya Sewa Gedung Kantor
1,294,327,8 34
1,294,327,83 4
1,294,327,83 4
Biaya Perangko Biaya Pemeliharaan Gedung
4,621,082
4,621,082
4,621,082
kantor Biaya Komunikasi internet Biaya Bahan Bakar & Oli
416,712,866
416,712,866
416,712,866
253,639,835
253,639,835
253,639,835
401,745,086
401,745,086
401,745,086
Biaya Pembelian
32,451,200
32,451,200
32,451,200
118,599,200
118,599,200
118,599,200
50,950,235
50,950,235
50,950,235
-
-
8,524,247,37 3
8,446,378,28 9
Biaya Pemeliharaan alat Kantor Biaya Reparasi dan pemeliharaan mobil
77,869,084
77,869,084
perabot kantor Biaya Parkir & Tol Biaya Asuransi Mesin Kantor dan Gedung
Biaya Lain - lain
188,769,607
Total Beban Administrasi
8,713,016,9 80
188,769,60 7
Beban Penyusutan & Administrasi Penyusutan Aktiva Tetap
1,990,327,4 64
242,126,72 7
1,748,200,73 7
597,098,23 9
1,393,229,22 5
Amortisasi Perangkat Lunak
1,071,990,3 68
3,909,921
1,068,080,44 7
321,597,11 0
750,393,258
Total Beban Penyusutan
3,062,317,8 32
2,816,281,18 4
2,143,622,48 2
7,203,407
7,203,407
7,203,407
& Amortisasi Beban Lain - Lain Bunga Pinjaman
99
Biaya Bank
Kerugian Selisih Kurs Rugi Anak Perusahaan Kenaikan (Penurunan) Investasi saham
230,971,554
230,971,554
230,971,554
1,784,739,4 56
1,784,739,45 6
1,784,739,45 6
-
-
-
-
-
-
2,022,914,41 7
2,022,914,41 7
22,799,733
22,799,733
261,616,27 9
Beban rupa - rupa
261,616,279
Total Beban Lain Lain Pendapatan Lain Lain
2,307,330,4 29
Jasa Giro Sewa Ruangan Kantor
39,726,347
39,726,347
-
-
23,368,374
23,368,374
-
-
Bunga Deposito
931,849,247
931,849,24 7
-
-
1,848,456,7 26
1,848,456,7 26
-
-
136,617,794
136,617,794
136,617,794
-
-
-
1,553,917,84 6
1,553,917,84 6
-
-
Bunga Obligasi Dividen Saham dalam negeri Dividen Atas Reksadana Laba (rugi) penjualan
Aktiva Tetap Bunga Pinjaman Karyawan Laba Bersih Penjualan Investasi Saham
1,984,093,3 45
430175499
-
1,971,653,5 07
1,971,653,5 07
-
-
463,266,149
463,266,14 9
-
-
2,031,456,1 35
2,031,456,13 5
2,031,456,13 5
1,022,616,2 97
1,022,616,29 7
1,022,616,29 7
642,501,654
642,501,654
642,501,654
11,095,605, 575
5,387,109,72 6
5,387,109,72 6
(5,754,394,3 87)
(9,156,044,92 0)
(8,372,099,30 2)
Laba atas Penilaian Harga Saham Keuntungan Selisih kurs Pendapatan Ongkos Polis Rupa - Rupa Total Pendapatan
Lain - Lain Laba (Rugi)
Sebelum Pajak
100
IV.5. Perhitungan Penghasilan Pajak Terutang Setelah dilakukan rekonsiliasi fiskal terhadap laporan keuangan khususnya laporan laba rugi PT. Asuransi Bintang Tbk diperoleh laba (rugi) bersih sebelum pajak menurut perhitungan perusahaan dengan rincian sebagai berikut :
Tahun pajak 2008 memperoleh laba bersih sebesar Rp2.198.322.843 Tahun pajak 2009 memperoleh rugi bersih sebesar (Rp16.757.144.008) Tahun pajak 2010 memperoleh rugi bersih sebesar (Rp9.156.044.920)
Atas laba bersih yang diperoleh perusahaan pada tahun pajak 2008 dapat dihitung jumlah Pajak Penghasilan Terutang dengan menggunakan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf (b) sesuai dengan Undang - Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 yaitu :
10%
x
Rp50.000.000
= Rp
5.000.000
15%
x
Rp50.000.000
= Rp
7.500.000
30%
x
Rp2.098.322.843
= Rp629.496.853
Pajak Penghasilan Terutang
Rp641.996.853
Laba bersih sebelum pajak tahun 2008
Rp2.198.322.843
Pajak Penghasilan Terutang
Rp 641.996.853
Laba bersih setelah Pajak tahun 2008
Rp1.556.325.990
101
Setelah dilakukan anlisis dan koreksi fiskal oleh penulis maka jumlah laba yang diperoleh perusahaan menjadi lebih besar sedangkan rugi yang diderita perusahaan menjadi lebih kecil, dengan rincian sebagai berikut :
Tahun pajak 2008 memperoleh laba bersih sebesar Rp2.589.361.839 Tahun pajak 2009 memperoleh rugi bersih sebesar (Rp16.155.760.259) Tahun pajak 2010 memperoleh rugi bersih sebesar (Rp8.372.099.302)
Berikut adalah perhitungan Pajak Penghasilan Terutang tahun 2008 menurut penulis dengan menggunakan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf (b) Undang – Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 dengan perhitungan sebagai berikut :
10%
x
Rp50.000.000
= Rp
5.000.000
15%
x
Rp50.000.000
= Rp
7.500.000
30%
x
Rp2.489.361.839
= Rp746.808.552
Pajak Penghasilan Terutang
Rp759.308.552
Laba bersih sebelum pajak tahun 2008
Rp2.598.361.839
Pajak Penghasilan Terutang
Rp 759.308.552
Laba bersih setelah Pajak tahun 2008
Rp1.839.053.287
Jumlah Pajak Penghasilan Terutang PT. Asuransi Bintang untuk tahun pajak 2008 menurut perhitungan Wajib Pajak sendiri adalah sebesar Rp649.496.853 namun Wajib Pajak memiliki kompensasi kerugian pada tahun - tahun sebelumnya maka 102
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar perusahaan berkurang atau mungkin tidak terutang pajak. Kompensasi kerugian yang dimiliki perusahaan yaitu : a. Tahun Pajak 2005 Wajib Pajak memiliki sisa kompensasi kerugian yaitu sebesar Rp2.573.392.564 b. Tahun Pajak 2006 Wajib Pajak memiliki kompensasi kerugian sebesar Rp5.846.885.677 c. Tahun Pajak 2007 Wajib Pajak memiliki kompensasi kerugian yaitu sebesar Rp28.230.835.064 Sisa kompensasi kerugian tahun pajak 2005 baru dapat dikompensasikan pada tahun pajak 2008, namun kompensasi pajak tahun 2008 belum dapat menutupi seluruh sisa kompensasi kerugian tahun 2005. Perhitungan kompensasi kerugian sebagai berikut:
Laba Sebelum Pajak
Rp2.198.322.843
Pajak Terutang
Rp 641.996.853 -
Laba Bersih Setelah Pajak
Rp1.556.325.990
Kompensasi Kerugian Tahun 2005
(Rp2.573.392.564)
Sisa Kompensasi Kerugian Tahun 2005
(Rp1.017.066.574)
Maka sisa kompensasi tahun pajak 2005 dapat dikompensasikan lagi pada tahun pajak berikutnya selama 5 (lima) tahun berturut-turut, namun jika kerugian tersbut telah lewat dari 5 (lima) tahun maka kerugian tersebut tidak dapat dikompensasikan ke laba bersih tahun berikutnya. Untuk tahun pajak 2009 dan 2010 Wajib Pajak menderita kerugian, maka Wajib Pajak tidak terutang pajak atau NIHIL sehingga tidak ada kewajiban pajak yang harus dilunasi. 103
IV.6. Penyampaian dan Pembetulan SPT Tahunan PT. Asuransi Bintang Dalam Undang – Undang KUP No.28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat (11) yang dimaksud dengan Surat Pemberitahuan atau SPT adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan perpajakan. Setiap Wajib Pajak diwajibkan untuk mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak. SPT Tahunan yang telah diisi secara benar, lengkap, jelas dan ditandatangani harus disampaikan selambat - lambatnya 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak atau pada tanggal 30 April sesuai dengan Undang – Undang KUP No.28 Tahun 2007 Pasal 3 ayat (3). Setelah dilakukan penelitian oleh penulis, ternyata PT. Asuransi Bintang Tbk tidak dapat menyampaikan SPT Tahunan tepat pada waktunya yang telah ditentukan yaitu empat bulan setelah berakhirnya Tahun Pajak (30 April) dikarenakan masalah – masalah teknik yang terjadi dalam penyusunan laporan keuangan. Oleh Karena itu sesuai dengan UU KUP Pasal 3 ayat (4) PT. Asuransi Bintang dapat mengajukan perpanjangan jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan agar tidak dikenakan sanksi administrasi atau denda pajak. Perpanjangan penyampaian SPT Tahunan dapat dilakukan paling lama 2 (dua) bulan dengan cara menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara lain kepada Direktur
104
Jenderal Pajak yang diatur berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 181/PMK.03/2007 dengan dilampiri: a. penghitungan sementara pajak terutang dalam 1 (satu) Tahun Pajak yang batas waktu penyampaiannya diperpanjang; b. laporan keuangan sementara; dan c. Surat Setoran Pajak sebagai bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang terutang. Selain keterlambatan dalam menyampaikan SPT Tahunan penulis juga menemukan perbedaan dalam perhitungan laba rugi sebelum pajak antara perhitungan perusahaan dengan perhitungan penulis. Berikut adalah perhitungan laba rugi menurut PT. Asuransi Bintang dengan perhitungan penulis :
Tahun Pajak
Laba (Rugi) Perhitungan Wajib Pajak
Laba (Rugi) Perhitungan Penulis
2008
Rp
2,198,322,843
Rp
2,589,361,839
2009
Rp
(16,757,144,008)
Rp
(16,155,760,259)
2010
Rp
(9,156,044,920)
Rp
(8,372,099,302)
Hal tersebut akan berakibat SPT Tahunan yang telah dilaporkan salah dan harus dilakukan pembetulan sesuai dengan UU KUP No.28 Tahun 2007 Pasal 8 ayat (2) bahwa Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sebelum daluarsa penetapan. Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT Tahunan yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar maka akan dikenakan sanksi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan atas jumlah pajak 105
yang kurang dibayar. Untuk tahun pajak 2008 besarnya Pajak Terutang antara perhitungan penulis dengan Wajib Pajak yaitu :
Tahun Pajak
Pajak Terutang Pajak Terutang Perhitungan WP Perhitungan Penulis
2008
Rp641,996,853
Rp759,308,552
Kurang Bayar
Sanksi (bunga) 2%
Rp117,311,699
Rp23,462,340
Dari perhitungan dan penjelasan penulis diatas didapat hasil jika Wajib Pajak tidak melakukan pembetulan SPT maka akan dikenakan bunga sebesar Rp1.955.195 untuk satu bulan. Oleh karena itu sebaiknya Wajib Pajak membetulkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Badan agar menghindari sanksi administrasi berupa bunga.
IV.7. Pajak Tangguhan Pajak tangguhan pada prinsipnya merupakan dampak Pajak Penghasilan di masa yang akan datang yang disebabkan oleh perbedaan temporer (waktu) antara perlakuan akuntansi dan perpajakan serta kerugian fiskal yang masih dapat dikompensasikan di masa datang (tax loss carry forward) yang perlu disajikan dalam laporan keuangan dalam suatu periode tertentu. Untuk mengetahui besarnya aktiva pajak tangguhan maka harus dilakukan analisis terhadap perbedaan temporer (temporary difference) yang disebabkan antara laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal. Perbedaan temporer tersebut adalah biaya penyusutan, dimana terdapat perbedaan dalam mengukur masa manfaat menurut komersial dengan fiskal sesuai dengan Undang - Undang Pajak Penghasilan. Pengakuan asset pajak tangguhan terhadap perbedaan waktu antara laporan keuangan
106
komersial dengan laporan keuangan fiskal yang dikenakan pajak dikalikan dengan tarif pajak yang berlaku. Jumlah aktiva pajak tangguhan yang yang akan dilaporkan pada akhir tahun 2008, 2009, dan 2010 dengan perhitungan sebagai berikut :
Tahun 2008 Beban Penyusutan
Rp
807.421.429
Tarif Pajak
30% (x)
Aktiva Pajak Tangguhan
Rp
242.226.429
Ayat jurnal untuk mencatat aktiva pajak tangguhan tersebut yaitu : Dr.
Aset Pajak Tangguhan
Cr.
Rp242.226.429
Pendapatan Pajak Tangguhan
Rp242.226.429
Tahun 2009 Beban Penyusutan
Rp
941.314.826 28% (x)
Tarif Pajak Aktiva Pajak Tangguhan
Rp
263.568.151
Ayat jurnal untuk mencatat aktiva pajak tangguhan tersebut yaitu : Dr. Cr.
Aset Pajak Tangguhan Pendapatan Pajak Tangguhan
Rp263.568.151 Rp263.568.151
107
Tahun 2010 Beban Penyusutan
Rp
918.695.350 25% (x)
Tarif Pajak Aktiva Pajak Tangguhan
Rp
229.673.837
Ayat jurnal untuk mencatat aktiva pajak tangguhan tersebut yaitu : Dr. Cr.
Aset Pajak Tangguhan Pendapatan Pajak Tangguhan
Rp229.673.837 Rp229.673.837
108