BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang disusun oleh Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) merupakan standar yang digunakan perusahaan di Indonesia untuk menyusun laporan keuangan yang memiliki akuntabilitas publik signifikan. Dengan semakin derasnya arus globalisasi saat ini dan karena PSAK merupakan standar yang hanya berlaku di Indonesia saja, maka perlu adanya sistem akuntansi dan standar pelaporan keuangan yang seragam dan dapat diterima diberbagai negara. Untuk itu, dibentuklah suatu standar yang bernama IFRS (International Financial Reporting Standards) sebagai suatu standar umum dalam usaha harmonisasi standar akuntansi keuangan. International Financial Reporting Standards (IFRS) berguna untuk mengevaluasi permasalahan akan transparansi dan kredibilitas informasi keuangan. Salah satu kasus yang menyebabkan IFRS ini tercipta adalah kasus Xerox, hampir bersamaan dengan waktu terjadinya skandal akuntansi keuangan terbesar di dunia yang melibatkan perusahaan – perusahaan besar di Amerika seperti Enron dan WorldCom. Perusahaan yang pernah menjadi raja fotokopi dunia ini telah melakukan fraud revenue yang mencapai US$ 2 miliar. Berbagai kesalahan dilakukan Xerox Corporation dalam pencatatan keuangan mereka, pertama, dengan sengaja melakukan pencatatan keuangan dan pembuatan laporan keuangan perusahaan secara tidak benar, tidak sesuai dengan standar Generally 1
2
Accepted
Accounting
Principles (GAAP).
Kedua,
menaikkan
pengakuan
pendapatan perusahaan secara berlipat melebihi US$ 3 miliar daripada nilai yang sebenarnya, dan pada akhirnya menaikkan pendapatan sebelum kena pajak senilai lebih dari US$ 1,5 miliar. Hal ini dikarenakan perusahaan Xerox Corp bertujuan memenuhi standar pasar saham Wall Street sehingga menyamarkan kinerja operasi perusahaan yang sebenarnya dari para investor. Ketiga, mencatat profit dan penjualan melebihi nilai sebenarnya sehingga semakin memperburuk keadaan terhadap perusahaan – perusahaan di Amerika dan prosedur audit yang bersangkutan (Harry, 2010). Masalah Xerox dan skandal akuntansi lainnya ini telah membuat dunia mempertanyakan standar akuntansi yang lebih baik yang bisa menghasilkan informasi keuangan yang dapat dipercaya. IFRS (Internasional Financial Accounting Standard) adalah suatu upaya untuk memberikan penekanan pada penilaian (revaluation) profesional dengan disclosures yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu. Tujuan pengadopsian IFRS di Indonesia adalah sebagai bahasa pelaporan keuangan global, yang akan membuat perusahaan bisa di mengerti oleh pasar dunia (global market).
Kantor Akuntan Publik (KAP) big four mengatakan
bahwa banyak klien mereka yang telah mengadopsi IFRS mengalami kemajuan yang signifikan saat memasuki pasar modal global (Harry & Ludovikus, 2010). Pengadopsian IFRS sebagai standar akuntansi global memberikan dampak terhadap aspek-aspek pengukuran item pelaporan keuangan di berbagai negara seperti yang terjadi di Uni Eropa, deferred tax assets lebih mampu memprediksi
3
arus kas masa depan dibandingkan UE GAAP sampai lima tahun berikutnya (Marry, Sean and Connie, 2010). Zeghal, Chtourou dan Fourati (2012) menyatakan bahwa pengadopsian IFRS dapat meningkatkan kualitas financial reporting, dengan spesifikasi bahwa IFRS mampu menurunkan earnings management, meningkatkan timeliness, conditional conservatism, dan value relevance. Hellman (2011) dalam Murni (2011) mengatakan bahwa terjadi peningkatan pada net profit, shareholder’s equity, assets dan liability setelah adanya standar IFRS. Penelitian dari Bartov et al (2005), Gassen dan Sellhorn (2006), dan Barth et al (2008) memberikan bukti bahwa pengadopsian IFRS dapat memperbaiki earnings qualiy. Di samping penelitian yang memberi dukungan terhadap IFRS, adapula beberapa yang menentang, Shaklin, Hunter dan Ehlen (2011) berpendapat bahwa peraturan IFRS yang mengharuskan penilaian aset berdasarkan fair value akan menyulitkan negara-negara penganut Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) yang pada dasarnya terbiasa menggunakan nilai historis. Lingkungan bisnis dan situasi fundamental yang berbeda juga menentukan bentuk dan isi standar akuntansi. Dengan demikian, standar akuntansi di negara yang berbeda tidak perlu seragam dan penggunaan IFRS tidak serta merta meningkatkan earnings quality. Earnings quality merupakan aspek penting dalam mengevaluasi kesehatan finansial sebuah entitas, baik bagi investor, kreditor maupun pengguna laporan keuangan lainnya. Earnings quality memiliki kemampuan untuk mencerminkan laba perusahaan yang sebenarnya serta berguna pula dalam memprediksi laba dimasa depan. Dengan semakin banyaknya negara dan perusahaan yang telah
4
mengadopsi IFRS, maka perkembangan ekonomi global yang terjadi dengan cepat dan integrasi pasar modal di seluruh dunia merupakan waktu yang tepat untuk mengevaluasi dampak dari IFRS dalam kaitannya dengan peningkatan earnings quality. Disamping dampak konvergensi IFRS pada earnings quality, bagi para auditor kompleksitas dari transisi IFRS dan ketidaksiapan klien potensial menyebabkan meningkatnya ketidakpastian dan resiko pada penugasan audit mereka. Kinnunen et al (2000), Pirinen (2005) dan Ding et al (2007) menyatakan bahwa konvergensi IFRS dapat diartikan sebagai sebuah perubahan yang signifikan dalam peraturan dan pengungkapan lingkungan untuk auditor, khususnya pada negara-negara yang perbedaan antara GAAP dan IFRS sangat besar. Pada tanggal 1 januari 2012, Indonesia telah full convergence dalam pengimplementasian IFRS, yang sebelumnya program konvergensi ini telah dipersiapkan oleh IAI pada Desember 2007. Hal ini sejalan dengan kesepakatan antara negara-negara yang tergabung dalam G20 yang salah satunya adalah untuk menciptakan satu set standar akuntansi yang berkualitas yang berlaku secara internasional. IFRS merupakan jawaban atas kebutuhan standar yang dapat dibandingkan dengan negara lain, SAK Indonesia merupakan SAK lokal yang sulit untuk dibandingkan dengan SAK negara lain. Penelitian ini ditujukan untuk mengisi literatur yang ada dalam menjelaskan perbedaan earnings quality sebelum dan sesudah IFRS di Indonesia. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis ingin mengetahui perbedaan earnings
5
quality sebelum dan sesudah IFRS dengan memfokuskan pada Earnings Management dan Value Relevance pada perusahaan yang terdaftar di BEI (bursa efek Indonesia). Oleh karena itu penulis mengambil penelitian dengan judul “Analisa Perbedaan Earnings Quality Sebelum dan Sesudah Implementasi International Financial Reporting Standards (IFRS) (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)”
B.
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah untuk menentukan adanya perbedaan earnings quality pada periode sebelum dan setelah implementasi IFRS di Indonesia. Rumusan masalah ini disusun berdasarkan data sekunder, yaitu laporan keuangan dan annual report yang terdapat di BEI dan telah mengimplementasikan peraturan IFRS. Sesuai dengan perumusan masalah tersebut, maka rumusan penelitian dapat dijabarkan dengan pertanyaan sebagai berikut : 1.
Apakah implementasi IFRS berdampak negatif terhadap Earnings Management?
2.
Apakah implementasi IFRS berdampak positif terhadap Value Relevance?
C.
Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ada sebelumnya maka penelitian
ini mempunyai tujuan secara umum untuk menemukan bukti empiris mengenai perbedaan earnings quality pada periode sebelum dan sesudah implementasi IFRS
6
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Secara
khusus penelitian ini menguji apakah terdapat penurunan yang signifikan pada praktek manajemen laba dan apakah terdapat peningkatan dalam nilai relevansi atas informasi laporan keuangan setelah adanya IFRS.
D.
Manfaat Penelitian
1.
Memberikan kontribusi terhadap ilmu akuntansi, terutama mengenai bagaimana dan apa dampak yang diberikan implementasi IFRS pada earnings quality perusahaan yang terdaftar di BEI.
2.
Memberikan kontribusi praktis terhadap perusahaan dan manajemen dalam menjelaskan implementasi peraturan yang baru.
3.
Sebagai bahan pertimbangan pemerintah dan lembaga-lembaga penyusun standar keuangan Indonesia dalam meningkatkan kualitas standar yang telah ada.
4.
Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian selanjutnya.
5.
Sebagai gambaran bagi pengguna laporan keuangan mengenai dampak implementasi IFRS.
6.
Sebagai kewajiban penulis dalam menyelesaikan S1 dalam bidang akuntansi pada Universitas Mercu Buana.