BAB IV KESIMPULAN
4.1 Simpulan Hasil Analisis Novel Kinanti karya Margareth Widhy Pratiwi merekam fenomenafenomena atau isu-isu yang sering terjadi dalam kehidupan perempuan. Melalui novelnya yang berjudul Kinanti, Pratiwi berbicara mengenai konsep ibu. tidak hanya itu, ia juga menggambarkannya melalui peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga. Lebih lanjut, ia berbicara mengenai nilai-nilai maskulinitas dan feminitas yang telah lama dikonstruksikan oleh masyarakat. Melalui nilai-nilai maskulintas yang dimiliki laki-laki, menjadikan laki-laki sebagai penguasa dalam keluarga dan memiliki otoritas terbesar. Sedangkan nilai-nilai feminitas perempuan menjadikan perempuan sebagai sosok yang lemah lembut, peduli, hasrat merawat keluarga, melayani suami, mengurus anak dan rumah tangga. Oleh karenanya perempuan yang telah menyandang status sebagai istri harus tunduk kepada suaminya. Perempuan juga memiliki citra sosial yakni penggambaran peran, posisi atau kedudukan perempuan yang terlihat di dalam keluarga dan masyarakat. Didalam keluarga, perempuan diposisikan sebagai istri dan sebagai ibu.
116
117
Peran perempuan sebagai istri adalah melayani suami dan memberikan keturunan. Perannya sebagai ibu adalah melahirkan, menyusui, merawat dan mendidik anak. Kedua peran tersebut telah dikontruksikan oleh masyarakat menjadi peran yang lebih utama bagi perempuan. Dengan melihat perannya didalam keluarga, terlihat bahwa perempuan hadir sebagai pelengkap keluarga. Perempuan ditempatkan sebagai individu yang mengerjakan urusan domestik. Urusan domestik yang diwajibkan kepada perempuan dalam novel Kinanti, Yulia, antara lain, memasak, menghidangkan makanan, melayani suami, mendidik dan merawat anak. Bukan hanya itu, perempuan juga mempunyai peran sebagai pengelola rumah tangga. Oleh karena itu, perempuan harus memiliki tanggung jawab, yang tentunya tanggung jawab itu berbeda ketika ia masih lajang. Perempuan lajang hanya bertanggung jawab atas dirinya sendiri. namun ketika menikah, tanggung jawabnya akan lebih besar. Karena perempuan mempunyai tanggung jawab untuk mengelola rumah tangga, melayani suami dan mengurus anak. Berdasarkan peran dan fungsi perempuan dalam keluarga menjadikan perempuan selalu berada didalam rumah. Melalui keberhasilan gerakan feminisme, maka perempuan mulai bergerak ke ranah publik. Seperti yang terlihat sekarang, gerakan tersebut menimbulkan fenomena wanita karier. Hal itu terjadi karena perempuan telah memiliki kesadaran untuk keluar dari sektor domestik yang menurutnya tidak akan membuat mereka berkembang. Perempuan telah bebas beraktifitas di luar rumah, seperti menimba ilmu pendidikan, bekerja dan bergaul.
118
Keadaan yang demikian justru membuat perempuan memiliki peran ganda yaitu sebagai istri atau ibu dan wanita karier. Sebagai seorang perempuan yang mempunyai kodrat melahirkan, maka pastinya ia memiliki jiwa keibuan. Melalui jiwa keibuan yang melekat dalam diri perempuan, maka perempuan tidak akan sepenuhnya meninggalkan urusan domestiknya. Sedangkan sebagai perempuan yang memiliki peran sebagai pengelola rumah tangga, maka ia bertanggung jawab atas kelangsungan kehidupan rumah tangganya. Hal tersebut yang membuat perempuan bergerak ke ranah publik. Urusan domestik dianggap oleh masyarakat sebagai kodrat perempuan. Maka bagi perempuan yang melalaikan urusan domestik tersebut dianggap menyalahi kodrat. Sehingga perempuan akan diberikan sanksi sosial oleh masyarkat. Perempuan yang bergerak di sektor publik baik itu bekerja, mengeyam pendidikan maupun bergaul hendaknya didasari dengan tujuan yang baik. Masyarakat menyetujui perempuan berada di sektor publik dengan syarat, keberadaan perempuan di sektor tersebut dapat memberikan kontribusi positif bagi rumah tangganya. Memelalui sebuah karya sastra yang berupa novel dengan judul Kinanti ini, Pratiwi telah mengkonstruksikan nilai-nilai ideologi ibuisme. Seperti yang telah disampaikan di atas. Bahwa konstruksi ibuisme yang digambarkan oleh Pratiwi adalah perempuan dengan segala urusan domestiknya. Pratiwi mengkritisi konsep keperempuanan yang demikian. Konstruksi ibuisme yang dibentuk oleh masyarakat mempunyai efek menindas, karena perempuan diharuskan hanya berada dalam ranah domestik. Hal itu membuat perempuan berusaha sendiri untuk
119
meraih ranah publiknya. Namun, dalam novel Kinanti ini, digambarkan cara perempuan meraih publiknya dengan cara yang salah. Ia mengaburkan kewajibannya sebagai seorang ibu, sehingga hal tersebut justru mengganggu keharmonisan rumahtangganya. Berdasarkan analisis novel Kinanti melalui teori ibuisme ini terlihat bahwa Pratiwi masih melanggengkan kontruksi ibuisme karena memiliki tujuan tertentu. Hasil analisis menemukan bahwa Pratiwi juga turut mengkritisi konstruksi ibuisme yang telah dibenuk oleh masyarakat. Ia ingin menunjukan bahwa konsep ibu ideal tidak seharusnya justru malah menindas perempuan. Konstruksi tersebut seharusnya membuat keleluasaan dan kenyamanan bagi perempuan. Tidak membatasi perempuan dalam pengembangan diri. Namun, jika keleluasaan perempuan dalam mengembangkan dalam hal ini melalui ranah publik, maka mereka harus bertanggung jawab sepenuhnya atas peran-perannya tersebut. dalam pengertian lain adalah perempuan tidak boleh mengaburkan perannya sebagai ibu dan istri dalam keluarga. Berdasarkan analisis juga diketahui bahwa kesadaran gender adalah cara untuk menjembatani ketidakharmonisan dalam keluarga. Melalui kesadaran gender diharapkan kaum laki-laki maupun perempuan menjalankan dengan baik, peran dan fungsinya sesuai gendernya. Sesuai dengan kajian dalam penelitian ini yakni perempuan, maka lebih diharapkan kepada kaum perempuan untuk tidak meninggalkan peran dan fungsi yang lebih utama yakni menjadi ibu dan istri. Sekalipun ia telah bergerak ke ranah publik, akan lebih baik untuknya tetap mempertahankan jiwa keibuannya. Sehingga dapat menjalankan tanggung
120
jawabnya dalam urusan domestiknya dengan baik. Dengan adanya kesadaran, rasa tanggung jawab dan toleransi yang dimiliki perempuan maka akan tercipta rumah tangga serta keluarga yang harmonis. Mengingat bahwa perempuan adalah pusat atau ujung tombak terciptanya kebahagiaan rumah tangga.
4.2 Saran Penelitian ini ecara khusus memusatkan perhatian pada usaha-usaha untuk menemukan konstruksi ibuisme oleh masyarakat yang terepresentasi dalam karya sastra. Konstruksi ibuisme mengharuskan perempuan selalu berada di rumah dengan hanya mengurusi urusan domestiknya. Hal tersebut dilakukan agar terpenuhi konsep-konsep sebagai ibu yang ideal yang dikonstruksikan masyarakat sejak dahulu. Pengkajian persoalan konsep ibuisme ini sebaiknya dikaji dengan menggunakan teori ibuisme. Tinjauan konsep ibuisme dalam membahas konstruksi ibuisme merupakan usaha untuk menemukan konsep-konsep ibuisme yang menindas dan membelenggu perempuan dalam novel Kinanti
karya
Margareth Widhy Pratiwi, hanyalah merupakan salah satu alternative pemecahan. Oleh karena itu, perlu diikuti pengembangan penelitian yang lebih bervariasi agar dapat ditemukan lebih banyak hal-hal yang bermanfaat bagi kita semua. Penulis menyadari bahwa analisis dalam penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan penulis. Penulis mengharapkan kekurangan tersebut dapat diteliti lebih lanjut dan disempurnakan oleh peneliti yang lainnya sehingga apa yang diharapkan oleh pengarang dalam
121
karya ini dapat digali dan diungkapkan lebih mendalam dan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya studi kajian feminisme Jawa.