BAB IV ANALISIS
A. Tentang Ajaran dan Prakteknya Kelahiran tarekat Tijaniyah menurut para penyiar tarekat Tijaniyah, sangat terkait dengan kedudukan Syekh Ahmad Tijani sebagai wali al-quthub al a'zhm.1 Tarekat
ini mempunyai banyak keistimewaan yang membuatnya
jauh lebih unggul daripada tarekat-tarekat lainnya yaitu tarekat ini mendapat restu dari Rasulullah
SAW. Dikatakan demikian, karena pemilik tarekat ini
yaitu Syek Ahmad Tijani bertemu langsung dengan Rasulullah SAW dalam keadaan jaga (tidak mimpi). Disebutkan bahwa Syekh Ahmad Tijani melihat Rasulullah secara yaqzhah (dalam keadaan sadar). Waktu itu, Syekh Ahmad Tijani mendapat talqin (pengajaran) tentang wirid-wirid dari Rasulullah berupa istighfar 100 kali dan shalawat 100 kali, yang kemudian disempurnakan dengan bacaan surah al-ikhlash. Empat tahun kemudian, pada tahun 1200 H, wirid itu disempurnakan lagi oleh Rasulullah melalui perjumpaan secara yaqzhah ini, memberikan kepada Syekh Ahmad Tijani otoritas sebagai pendiri tarekat sendiri.2 Pernyataan tersebut di atas, bila diteliti maka bagi orang awam dan penulis sendiri, merupakan suatu hal yang secara akal sulit dipahami. Karena, peristiwa yang dialami Syekh hmad Tijani pada saat melihat Rasulullah dalam keadaan sadar dan kemudian Rasulullah memberikan amalan-amalan wirid kepadanya, bahkan pengangkatan Syekh Ahmad Tijani yang dilakukan langsung dari Rasulullah sebagai pendiri tarekat Tijaniyah, adalah peristiwa ghaib yang bagi orang awam sulit untuk mempercayai dan membenarkan. Sebab peristiwa tersebut, terjadi setelah Rasulullah SAW wafat 1200 tahun yang silam, yaitu melintas jarak waktu dua belas abad. Selain hal tersebut, pernyataan di atas bertentangan dengan kesepahaman para sahabat,tabi'in dan 1
Drs.Hj.Sri Mulyati,MA., et al.,Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekatMuktabarah di Indonesia, Kencana, jakarta, 2005, hlm. 218 2 Ibid
para ulama tahkik, sebab tidak seorang pun dintara mereka yang menceritakan riwayat semacam ini. Agama merupakan kewajiban-kewajiban, hal-hal yang disunnahkan, hal-hal yang diharamkan, hal-hal yang dimakruhkan, batasan-batasan, halal dan haram. Kedua pilar penyanggahnya telah sempurna. Pertama, al-qur'an yaitu kalamullah (firman Tuhan) yang dianggap ibadah membacanya, dan yang diturunkan melalui Rasul-Nya. Kedua, sunnah Rasul yaitu perkataan serta perbuatan Rasulullah yang semuanya itu beliau lakukan berdasarkan wahyu Illahi yang dianggap sumber syari'at Islam. Dalam al-qur'an surat AnNisa ayat 59 Allah berfirman :
(59 :)ﺍﻟﻨﺴﺄ....ﻮ ِﻝﺮﺳ ﺍﻟﻩ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﻟﹼﻠ ِﻪ ﻭ ﻭﺮﺩ ﻲ ٍﺀ ﹶﻓ ﺷ ﻢ ﻓِﻲ ﺘﻋ ﺯ ﺎﺗﻨ …ﹶﻓﺈِﻥ Artinya: "… Kemudian, jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-qur'an) dan Rasul (sunnahnya)…" (QS. An-Nisa : 59)3 Maka mengambil riwayat langsung dari Nabi sesudah beliau wafat tidak sah. Pengertian mengambil langsung dari Nabi ialah pada saat beliau masih hidup. Apabila beliau sudah wafat, maka mengambil dari sunnah beliau. Seandainya diperbolehkan mengambil langsung dari Nabi SAW yang telah wafat, maka jelas para sahabat dan orang-orang sesudah mereka tidak akan berselisih dalam masalah agama, sebab mereka harus merujuk kepada Nabi sekalipun telah wafat. Mereka adalah orang-orang yang berhak menemuinya dibandingkan dengan yang lainnya. Akan tetapi, kenyataannya perselisihan tetap terjadi mulai sejak zaman para sahabat sampai sekarang. Jadi, hal ini dapat disimpulkan bahwa bersua dengan Nabi sesudah beliau wafat tidak pernah terjadi. Mengingat keadaan kritis yang disertai dengan kemampuan bersua beliau, hal ini merupakan bukti tidak diperkenankannya merujuk kepada beliau sebab tugas beliau telah selesai.
3
Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-qur'an, Al-qur'an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, Jakarta, 1984, hlm. 128
Adapun dalam ajaran dan prakteknya, para penyiar tarekat Tijaniyah berkeyakinan bahwa melestarikan wirid tarekat menyebabkan seseorang akan selamat dari siksaan api neraka dan selamat dari penghisaban, serta tidak akan digiring ke Padang Mahsyar.4 Mengenai hal ini, menurut penulis keyakinan tersebut bertentangan dengan iman pada Hari Kiamat sebab mereka mempunyai anggapan bahwa mereka tidak digiring ke Mahsyar dan tidak akan mengalami perhitungan amal, sekalipun dosa mereka masing-masing bertumpuk. Disamping bertentangan dengan iman pada hari Kiamat, hal itu juga bertentangan dengan penjelasan ayat-ayat Kitabullah serta hadits-hadits sahih Nabi, yang menceritakan tentang Hari Kiamat beserta kengeriankengerian yang ada padanya dan hari perhitungan amal. Padahal, ayat-ayat alqur'an yang menceritakan hal-hal tersebut banyak, bahkan sebagian besar surah-surah al-qur'an menceritakannya. Petama sekali yang menceritakannya ialah awal surah al-qur'an, yaitu surah al-Fatihah atau Ummul Kitab. Sekalipun surahnya pendek, tak ketinggalan sempat menceritakannya. Allah berfirman :
{4 :ﻳ ِﻦ }ﺍﻟﻔﺎﲢﺔﻮ ِﻡ ﺍﻟﺪ ﻳ ﻚ ِ ﺎِﻟﻣ Artinya: " (Tuhan Fatihah) 5
adalah) Yang menguasai Hari Pembalasan." (QS. Al-
Selain itu, dalam praktek ajaran dzikirnya, para pengikut tarekat Tijaniyah terlebih terdahulu harus mengetahui dan memahami syarat-syarat yang harus dilakukan sebelum melakukan dzikir (syarat-syarat tersebut telah diungkapkan dalam Bab 3). Salah satu syarat tersebut adalah sang murid ketika melakukan dzikir tarekat diharuskan menghadirkan wajah Syekh Ahmad Tijani, sejak ia memulai dzikir sampai selesai. Bila melihat persyaratan tersebut menurut penulis hal itu bertentangan. Seharusnya dalam berdzikir sang murid selalu mengingat Allah, mencintai-Nya, berharap kepada-Nya, dan takut kepada-Nya. Adapun jika dikatakan bahwa dalam
4
Wawancara dengan Ustadz Bunyani tanggal 14 Desember 2005 5 op. cit., hlm. 5
berdzikir seseorang diharuskan mengingat syekhnya, tentu saja bertentangan dengan tujuan utama beramal dzikir. Memang persyaratan seperti ini dikenal oleh sebagian tarekat lainnya. Hanya, persyaratan itu diperkenankan ketika hendak memulai berdzikir. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengamalan tarekat Tijaniyah berbeda dengan pengamalan yang ada pada tarekat lainnya. Meskipun dalam awal kemunculannya tarekat Tijaniyah menimbulkan pro dan kontra terkait dengan pengangkatan Ahmad Tijani langsung dari Nabi SAW, dan ajarannya yang dianggap kontroversial, namun tarekat ini dapa berkembang luas di Indonesia. Begitu pun di Desa Pener, tarekat Tijaniyah disambut baik dan ajarannya dapat diterima baik bahkan diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya. Mereka (patra pengikut tarekat Tijaniyah di Desa Pener)
mengakui
bahwa
dengan
mengikuti
tarekat
Tijaniyah
dan
mengamalkan ajaran dan prakteknya, khususnya dalam dzikir danmembaca halawat Fatih serta Jauhat al-Kamal akan membawa berkah bagi kehidupannya di dunia dan akhirat serta dapat lebih mendekatkan dirinya kepada Alllah
B. Tentang Pengaruhnya Terhadap Perilaku Keagamaan Pengikutnya Dalam hal ini penulis akan membahas pengaruh tarekat Tijaniyah terhadap perilaku keagamaan para pengikutnya di Desa Pener Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal dilihat dari segi akidah,ibadah dan akhlak. Untuk mengetahui pengaruh tarekat Tijaniyah terhadap perilaku keagamaan pengikutnya, penulis gunakan angket dan wawancara untuk mendapatkan jawabannya. Masyarakat Desa Pener mayoritas bahkan seluruhnya adalah beragama Islam, sehingga dari segi akidah mereka percaya kepada adanya Tuhan Yang Maha Esa. Salah satu ajaran dasar agama Islam ialah bahwa manusia yang tersusun dari badan dan roh itu berasal dari Tuhan dan aka kembali kepada Tuhan. Pengikut tarekat Tijaniyah di Desa Pener adalah segolongan umat
Islam yang tidak merasa puas dengan cara formil yang terdapat dalam ibadah untuk mendekati Tuhan. Dengan kata lain, hidup spirituil yang diperoleh melalui ibadah biasa belum memuaskan kebutuhan spirituil mereka. Maka mereka mencari jalan yang membawa mereka lebih dekat dengan Tuhan. Sehingga mereka merasa dapat melihat Tuhan dengan hati sanubari bahkan merasa bersatu dengan Tuhan. Jadi dengan merasa ingin dekat dengan Tuhan itulah yang mendorong masyarakat Desa Pener mengikuti jalan tarekat, yaitu tarekat Tijaniyah. Ternyata keberadaan tarekat Tijaniyah di tengah-tengah masyarakat Desa Pener dapat diterima dengan baik, terbukti dengan semakin meningkat jumlahnya dari waktu ke waktu. Dalam Islam, ibadah adalah ketundukkan atau penghambaan diri kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang mencakup segenap kegiatan manusia dalam hidup di dunia ini. Segenap kegiatan ini hendaklah dilakukan dengan sikap batin dan niat pengabdian dan penghambaan diri kepada Allah semata-mata.6 Dari pengertian di atas, terlihat bahwa segala bentuk yang dilakukan oleh mukmin dan dilandasi dengan niat yang tulus untuk mencapai ridla Illahi dipandang sebagai ibadah. Dalam hal ini yang diteliti penulis dalam aspek ibadah adalah shalat, puasa, zakat dan membaca al-Qur'an. Pengaruh tarekat Tijaniyah terhadap perilaku keagamaan para pengikutnya dalam aspek ibadah dan akhlak, dapat diketahui dari perilaku keagamaan dan perilaku sehari-hari para pengikutnya sebelum dan sesudah mengikuti tarekat Tijaniyah. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan terhadap pengikut tarekat Tijaniyah di Desa Pener, dalam hal pelaksanaan shalat lima waktu tepat pada waktunya, sebagian besar melakukannya dengan baik setelah mengikuti tarekat Tijaniyah. Dari hasil angket tersebut (tabel VIII), diperoleh 60 % atau 18 responden menyatakan selalu mengerjakan shalat tepat pada 6
Dr. Yunasril Ali, MA., Jalan Kearifan Sufi"Tasawuf Sebagai Terapi Derita Manusia", PT Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2002, hlm.106
waktunya, dan 37 % atau 11 responden menyatakan kadang-kadang melakukan, sedang yang menyatakan tidak pernah melakukan ada 3% atau 1 responden. Dalam pelaksanaan shalat, alangkah baiknya jika dikerjakan dengan berjamaah dan tidak sendirian. Dalam tabel IX , pelaksanaan shalat jamaah para pengikut tarekat Tijaniyah sebelum mengikuti tarekat tijaniyah, dapat diketahui bahwa sebagian
besar masih kadang-kadang dalam melaksanakan
shalat jamaah, yaitu 18 responden atau 60 %,
sedangkan yang selalu
melaksanakan hanya ada 12 responden atau 40 %. Adapun setelah mengikuti tarekat Tijaniyah, para pengikut tarekat Tijaniyah mengalami peningkatan yang signifikan dalam pelaksanaan shalat jamaah. Dari hasil angket tersebut, (tabel XI), diperoleh 26 responden atau 87 % menyatakan selalu melaksanakan dan hanya 4 responden atau13 % yang menyatakan masih kadang-kadang dalam melaksanakan shalat jamaah. Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kesadaran para pengikut tarekat Tijaniyah di dalam melaksanakan ibadah shalat, baik dilihat dari ketepatan waktu dan pelaksanaannya cukup bagus. Tingkat kesadaran para pengikut tarekat Tijaniyah di Desa pener Kecamatan pangkah Kabupaten Tegal di samping pengaruh dari tingkat pendidikan dan pengetahuan agama yang cukup, juga dipengaruhi oleh ajaran dari tarekatnya. Karena dalam salah satu syarat kamaliah yang berhubungan dengan pribadi murid yaitu syarat yang harus dimiliki dan dilakukan
oleh setiap murid Tijaniyah adalah
menjaga dan melestarikan kewajiban shalat lima waktu tepat pada waktunya (jika mungkin harus selalu berjamaah), dan menjalankan semua perintah syara'. Selain ibadah shalat, salah satu rukun slam adalah menjalankan puasa Ramadhan. Jadi, merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim untuk menjalankan
ibadah puasa di bulan Ramadhan. Namun, dalam hal
yang penulis teliti
ini
adalah puasa sunnah. Puasa sunnah ialah puasa di luar
bulan Ramadhan yang dianjurkan oleh al-qur'an dan hadits. Pelaksanaan puasa sunnah dari sebelum mengikuti tarekat Tijaniyah diketahui sebanyak 80 %
atau 24 responden menyatakan kadang-kadang saja dalam melaksanakannya. Adapun setelah mengikuti tarekat Tijaniyah,
para pengikut dalam
melaksanakan puasa sunnah semakin baik. Karena, sebanyak 20 responden atau
67 % (lihat tabel XII), menyatakan semakin lebih baik. Sedang 10
responden atau 33 % kadang-kadang saja melaksanakan. Ibadah lainnya selain shalat adalah zakat. Zakat adalah pengambilan sebagian dari harta kepunyaan orang-orang yang mampu untuk menjadi miliknya orang-orang yang tidak mampu. Selain sebagai pernyataan rasa syukur atas nikmat rezeki yang telah diberikan Allah, zakat juga mendidik manusia membersihkan rohani dan jiwanya daari sifat-sifat bakhil, kikir dan rakus. Berdasarkan tabel XIII, pelaksanaan zakat sebelum dan sesudah mengikuti tarekat Tijaniyah hampir sama yaitu antara 90 % atau 27 responden menyatakan selalu mengeluarkan zakat. Jadi dapat disimpulkan bahwa para pengikut tarekat Tinjaniyah sepenuhnya sadar akan pentingnya kewajiban mengeluarkan zakat. Kemudian yang termasuk aspek ibadah yang lain adalah membaca alqur'an. Sebelum mengikuti tarekat Tijaniyah, ada sebanyak 13 responden atau 43 % selalu membaca al-qur'an (lihat tabel XIV). Adapun setelah mengikuti tarekat Tijaniyah, para pengikut menyatakan semakin lebih baik dalam pelaksanaan membaca al-qur'an. Jadi setelah mengikuti dalam
pelaksanaan
membaca
al-qur'an
ada
tarekat Tijaniyah
peningkatan
dibanding
sebelumnya. Selain aspek akidah dan ibadah, penulis juga akan membahas pengaruh tarekat Tijaniyah terhadap perilaku keagamaan para pengikutnya di Desa Pener sebelum dan setelah masuk tarekat Tijaniyah dalam segi akhlaknya. Dalam pengertian sehari-hari, kata-kata akhlak biasa diartikan dengan perbuatan yang baik. Akhlak disamakan dengan adab, sopan santun, moral dan budi pekerti. Secara garis besar ada akhlak terhadap Khalik dan akhlak terhadap makhluk. Akhlak terhadap makhluk dapat pula dibagi kepada akhlak terhadap manusia dan lain dari manusia. Akhlak terhadap manusia ada yang
terhadap diri sendiri dan orang lain. Akhlak terhadap orang lain dapat pula dibagi kepada akhlak terhadap Rasul, orang tua, karib kerabat, tetangga dan masyarakat luas. Sedangkan akhlak terhadap orang lain dari manusia, ada akhlak terhadap flora, fauna dan benda alam lainnya. Berdasarkan hasil angket dan wawancara, perilaku keagamaan para pengikut tarekat Tijaniyah di Desa Pener, dalam aspek akhlak, tercermin dalam perilaku sehari-hari yang diterapkan para pengikutnya. Seperti dapat dilihat dari hubungan murid dengan pengasuh atau mursyid. Sudah menjadi kewajiban bahwa murid haruslah menjalin dan menjaga hubungan yang baik dengan mursyid. Di Desa Pener Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal, para pengikut tarekat Tijaniyah selalu menjaga hubungan yang baik dengan masyarakat di lingkungannya., dengan guru dan dengan yang lainnya. Hal ini seperti apa yang diajarkan dalam tarekat Tijaniyah mengenai tata krama atau sopan santun (lihat Bab 3). Tata krama tersebut, tidak saja berlaku terhadap diri sendiri (terhadap Allah) tetapi juga berlaku terhadap syekh (guru) dan tata krama terhadap sesama ikhwan. Setelah melihat perilaku keagamaan para pengikut tarekat Tijaniyah baik sebelum dan sesudah mengikuti tarekat Tijaniyah, maka hasil pengaruh tarekat Tijaniyah terhadap perilaku keagamaan para pengikutnya di Desa Pener Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal dalam banyak hal relatif mampu menciptakan pengaruh yang positif dalam pembentukan akidah, ibadah dan akhlak para pengikutnya. Dengan mempraktekkan ajaran dan praktek tarekat Tijaniyah secara terus menerus para pengikut tarekat Tijaniyah semakin berpeluang besar mampu meningkatkan kesadaran beragama dan derajat ketaqwaannya kepada Allah. Setidaknya hal ini dapat dijumpai dalam kesehariannya yang semakin baik dalam ucapan dan perilakunya, tekun menjalankan aneka bentuk ritual formal, dan bentuk-bentuk kebaikan lain semisal sabar, tawakkal dan sejenisnya. Dengan demikian tidak berlebihan bila muncul harapan bahwa amalanamalan praktis tarekat dan ajaran moralnya yang dijalankan dan dihayati para
pengamalnya akan menenangkan mereka dari kemungkinan berperilaku yang negatif. Karena amalan-amalan tarekat hingga tingkat tertentu sangat menunjang bagi pembentukan kepribadian pengamalnya. Dalam tarekat mereka dididik untuk hidup sederhana baik dalam makanan, pakaian, berbicara maupun bersikap. Pola-pola semacam ini apabila dilakukan secara terus menerus, istiqomah, maka besar kemungkinan nilai-nilai yang diajarkan tersebut akan tertanam menjadi inner control yang berfungsi sebagai inner moral pada diri pengamal tarekat. Adapun dampak positif dari pengaruh tarekat Tijaniyah adalah bahwa ajaran dan praktek tarekat Tijaniyah mampu memberikan pengaruh positif dalam pembentukan akidah, ibadah dan akhlak pengikutnya. Dengan pemberian amalan setelah shalat fardhu yang diberikan oleh guru tarekat, sangatlah menambah dalam amalan beribadah kepada Allah dan diajarkan untuk selalu berdzikir kepada Allah maka akan selalu ingat kepada Allah. Oleh karena itu, dengan mengamalkan secara rutin ajaran dan prakteknya maka akan selalu dekat dengan Allah, seperti yang dikatakan pengikut Tijaniyah, bahwa setelah mengikuti tarekat Tijniyah dalam beribadah kepada Allah semakin meningkat dan tambah rajin. Keberadaan tarekat Tijaniyah di Desa Pener tidak hanya menimbulkan dampak positif saja, ada juga dampak negatifnya. Ini adalah wajar karena segala sesuatu sebab pasti akan menimbulkan akibat. Adapun dampak negatifnya adalah bahwa ketundukkan dan kepatuhan terhadap guru seperti yang diajarkan dalam tarekat, menyebabkan pengikut tarekat hanya menunggu perintah dari guru, yang disangkanya itu benar yang berakibat kemalasan untuk berfikir. Kefanatikan terhadap guru tarekat yang dianggap bahwa guru adalah orang yang benar-benar suci dari dosa tanpa ada cacat (kultus kepada guru). Pemahaman yang radikal itu tidak sesuai dengan etika yang berlaku, sebab hal tersebut menimbulkan penilaian yang salah atau tidak sesuai dengan kondisi sosial saat ini. Pemahaman yang demikian itu apabila dibiarkan secara terus menerus akan menjadikan umat Islam tertinggal dan terbelakang.
C. Gambaran Tentang hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian angket, diketahui bahwa dalam ajarannya tarekat Tijaniyah mempunyai wirid yang sangat sederhana dan wadhifah yang sangat mudah, sehingga memungkinkan adanya kemudahan dan keringanan bagi para pengikutnya dalam mengamalkan ajaran tarekat Tijaniyah. Dalam prakteknya semangat para pengikut tarekat Tijaniyah di Desa Pener dalam mengamalkan ajaran tarekat Tijaniyah ini cukup kental. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jamaah atau para pengikut tarekat Tijaniyah yang hadir dalam kegiatan tarekat. Berkaitan dengan ajaran tarekat, para pengikut cukup mengetahui makna dari tarekat yaitu sebagai suatu lembaga tertentu yang mengatur tata cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Berangkat dari kesadaran diri dan ingin dekat kepada Allah merupakan faktor pendorong dan tujuan dari mereka mengikuti tarekat. Sebagian dari para pengikut tarekat Tijaniyah di desa Pener mengetahui bahwa ada tarekat yang mu'tabarah dan ada yang tidak. Namun secara jelas kriteria mu'tabarah itu apa, mereka masih belum paham. Yang pasti mereka setuju bahwa tarekat Tijaniyah merupakan salah satu tarekat yang mu'tabarah. Umumnya masyarakat Desa Pener memilih tarekat Tijaniyah dengan alasan karena banyak khalifahnya yang berkaromah dan karena tidak berat amalannya. Para pengikut tarekat Tijaniyah seratus persen mengetahui bahwa Syekh Ahmad bin Muhammad at-Tijani adalah pencetus tarekat Tijaniyah. Wirid yang diajarkan dalam tarekat Tijaniyah adalah wirid lazim, wirid wadhifah, wirid hailalah. Dalam mengamalkannya pengikut Tijaniyah selalu aktif karena dalam ajarannya sendiri disebutkan bahwa para pengikut tarekat Tijaniyah yang sebelumnya sudah dibaiat harus memelihara dan menjaga wirid tarekat sampai meninggal dunia. Adapun dalam mengamalkan wirid tarekat apabila pengikut tarekat Tijaniyah lupa mengamalkannya dan apabila bagi wanita ada udzur syar'i yang mengharusakan tidak melakukannya, maka hal tersebut bagi pengikut lebih
baik untuk mengqodho wirid tersebut, karena memang kewajiban. Dan salah satu
syarat
untuk
menjadi
anggota
tarekat
sebelum
diperbolehkan
mengamalkan ajarannya maka harus dibaiat terlebih dahulu. Dengan baiat inilah seseorang kemudian dinyatakan sah menjadi pengikut tarekat. Para pengikut Tijaniyah melaksanakan amalan tarekatnya yaitu selesai shalat wajib dan mengikuti pengajian tarekat Tijaniyah setiap ada pengajian. Adapun hubungan pengikut tarekat Tijaniyah dengan anggotaanggota lainnya setelah mengikuti tarekat Tijaniyah adalah baik. Begitupun hubungan pengikut Tijaniyah dengan masyarakat dan lingkungannya baik sebelum dan sesudah adalah sama atau baik. Dari tiga puluh responden, para pengikut tarekat Tijaniyah menyatakan lebih baik pelaksanaan ibadahnya setelah mengikuti tarekat Tijaniyah. Seperti terhadap penerapan shalat wajib lima waktu tepat pada waktunya, penerapan dalam puasa sunah, penerapan dalam membaca alQur'an dan penerapan terhadap pelaksanaan shalat jamaah serta penerapan dalam memberikan zakat fitrah. Para pengikut tarekat Tijaniyah menyatakan bahwa dalam pelaksanaan ibadah semakin lebih baik dari sebelumnya. Perilaku pengikut Tijaniyah dalam menjalankan hidup baik sebelum maupun sesudah mengikuti tarekat Tijaniyah sama-sama memandang bahwa urusan duniawi dan akhirat seimbang. Adapun ketika mendapat musibah, dari sebelum mengikuti tarekat hanya sabar dan tawakkal, maka setelah mengikuti tarekat Tijaniyah semakin sabar dan tawakkal ketika mendapat musibah. Dalam hal keyakinan para pengikut tarekat Tijaniyah menyatakan terpengaruh ajaran tarekat Tijaniyah. Adapun dalam kehidupan sehari-hari pengikut Tijaniyah tidak merasa terganggu dengan ajaran terkat Tijaniyah, karena justru kehidupannya semakin tenang dan tenteram. Para pengikut tarekat Tijaniyah sebelum mengikuti tarekat Tijaniyah hanya sedikit yang berperilaku baik. Namun setelah mengikuti tarekat Tijaniyah kebiasaan untuk berperilaku yang baik semakin baik sekali. Adapun hubungan antara pengikut Tijaniyah dengan pengasuh atau mursyid dan dengan sesama anggota tarekat terjalin dengan baik.
Dalam aspek akhlak, setelah mengikuti tarekat Tijaniyah, pengikut tarekat Tijaniyah merasa semakin lebih baik. Contohnya jika ada kerja bakti dilingkungannya,
pengikut
Tijaniyah
selalu
hadir.
Kemudian
ketika
mendapatkan rezeki, dari sebelum mengikuti tarekat Tijaniyah hanya bersyukur, setelah mengikuti tarekat Tijaniyah semakin tambah bersyukur. Adapun sikap pengikut Tijaniyah setelah mengikuti tarekat Tijaniyah jika mendengar adzan dalam keadaan bekerja segera meninggalkan pekerjaan dan melakukan shalat. Dalam aspek ibadah, sebelum mengikuti tarekat Tijaniyah, pengikut Tijaniyah masih biasa-biasa saja dalam hal ibadah. Namun setelah mengikuti tarekat Tijaniyah lebih meningkat ibadahnya. Tidak hanya perlu ibadah saja tetapi juga bekerja. Kemudian sikap bekerja pengikut Tijaniyah dalam bekerja semakin meningkat, bukan hanya karena dituntut kebutuhan lagi tetapi bekerja sudah merupakan kewajiban.