BAB IV ANALISIS PEMBENTUKAN KARAKTER PEDULI SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN BERINFAK SMP MUHAMMADIYAH 7 AMPELGADING PEMALANG
A. Pembentukan Karakter Peduli Sosial Siswa Melalui Kegiatan Berinfak SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading Pemalang Berdasarkan hasil penelitian penulis yang menggunakan pendekatan kualitatif serta menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi dapat dinyatakan bahwa pembentukan karakter peduli sosial siswa melalui kegiatan berinfak dapat dianalisis sebagai berikut: 1. Landasan Kegiatan Berinfak Landasan merupakan dasar tempat berpijak dimulainya suatu kegiatan. Adanya sebuah kegiatan berinfak di SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading Pemalang karena adanya dasar yang menjadi pegangan terlaksananya kegiatan berinfak tersebut. Landasan kegiatan berinfak di SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading tersebut seperti yang dijelaskan oleh bapak Abdi Salimi adalah landasan beramal dalam Muhammadiyah yaitu mengamalkan nilai-nilai Q.S. Al-Maun dengan tujuan agar anak terbiasa untuk beramal dan berinfak/bershadaqah. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan terkait landasan kegiatan berinfak yaitu mengamalkan nilai-nilai Q.S. Al-Maun dapat dianalisa bahwa siswa sudah memahami, menghayati, dan mengamalkan
84
85
nilai Q.S Al-Maun secara maksimal meskipun masih ada beberapa anak yang belum secara maksimal. Hal tersebut dapat digambarkan pada perilaku siswa seperti Marissa yang selalu menolong temannya ketika hendak berangkat sekolah yaitu memboncengkan temannya yang berjalan kaki. Selain itu juga Akhmad Azzamudin membantu temannya dengan mengajari temannya yang belum paham tentang pelajaran Matematika, dan sebagainya. Dari kedua anak tersebut dapat dilihat bahwa mereka selalu mengulurkan pertolongan kepada orang lain dan tidak bersikap egoisme. Disamping itu partisipasi siswa dalam pelaksanaan kegiatan berinfak yang antusias, hal tersebut dapat diyakini bahwa siswa SMP Muhammadiyah sudah memahami dan mengayati pentingnya untuk selalu berinfak sehingga mereka selalu berusaha untuk mengamalkannya dengan memberi uang infak. 2. Pelaksanaan Kegiatan Berinfak Pelaksanaan kegiatan berinfak di SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading terdapat beberapa komponen, komponen-komponen tersebut kemudian dianalisis. Adapun komponen-komponen tersebut antara lain sebagai berikut: a. Tujuan Pelaksanaan Kegiatan Berinfak Melaksanakan pekerjaan atau kegiatan tentulah mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Seperti halnya dalam kegiatan berinfak di SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading mempunyai tujuan yaitu menerapkan nilai-nilai Qur’an surat Al-Maun seperti yang dikatakan
86
oleh bapak Abdi Salimi dan melatih mental siswa-siswi SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara tentang tujuan kegiatan berinfak tersebut, dapat dianalisa bahwa tujuan adanya kegiatan berinfak sudah dapat dikatakan tercapai meskipun masih ada beberapa anak yang belum sesuai dengan tujuan tersebut. Ketercapaian tujuan tersebut dapat dilihat dari nominal dan kelancaran kegiatan berinfak serta peran serta siswa. Nominal yang diperoleh dari kegiatan berinfak dapat dikatakan cukup baik karena rata-rata perolehan infak Rp.40.000’an; sampai Rp50.000;an;. Kegiatan berinfak cukup lancar selalu dilaksanakan pada hari jum’at selain itu didukung dengan adanya
anak
IPM
(Ikatan
Pelajar
Muhammadiyah)
sebagai
pengurusnya. Selain itu juga peran serta siswa yang ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan berinfak. Banyak siswa yang selalu memberi uang infak sesuai dengan keikhlasan dan kemampuan siswa, meskipun masih ada beberapa anak yang belum maksimal dalam kegiatan berinfak. Disamping itu anak memiliki mental yang cukup baik ketika dalam merealisasikan kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan sekolah baik yang berhubungan dengan peduli sosial maupun yang lainnya dan melakukan suatu perbuatan yang baik misalnya seperti menolong orang yang tak dikenal seperti yang dilakukan oleh Akhmad
87
Azzamudin ikut berperan dalam membagi-bagikan es krim di hari milad Muhammadiyah dan sebagainya. b. Waktu Pelaksanaan Kegiatan Berinfak Pelaksanaan kegiatan berinfak di SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading dilaksanakan pada hari jum’at pada waktu setelah istirahat pertama. Hari jum’at merupakan hari yang paling efektif untuk pelaksanaan kegiatan berinfak karena hari jum’at tersebut jam pelajaran lebih sedikit dibandingkan hari-hari yang lain sehingga pulang sekolah lebih cepat dari biasanya. Waktu istirahat hanya satu kali, hal tersebut juga mendukung dalam pelaksanaan kegiatan berinfak,
sehingga
anak-anak
cenderung
banyak
yang
ikut
berpartisipasi untuk memberikan uang sakunya untuk berinfak. c. Jumlah/nominal Berinfak Nominal
untuk
berinfak
di
SMP
Muhammadiyah
7
Ampelgading seperti yang diungkapkan bapak Miftahudin tidak ditentukan, hal ini sesuai dengan kesadaran anak, kemampuan dan keikhlasan anak itu sendiri. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan tentang nominal berinfak dapat dianalisa cukup bagus, rata-rata anak memberi Rp.500; sampai Rp.1000;. Hal tersebut sesuai dengan kemampuan dan keikhlasan anak itu sendiri. Dalam hal ini sekolah tidak melihat dari berapa besar anak memberi infak, tetapi dengan melihat apakah anak
88
memiliki kesadaran ataukah tidak untuk memberi infak. Karena hal tersebut anak masih dalam tahap belajar untuk beramal. d. Siapa Saja yang Berinfak Kegiatan berinfak di SMP Muhammadiyah yang berperan dalam pelaksanaan kegiatan berinfak tersebut adalah siswa dan para guru akan tetapi infak guru dan siswa terdapat perbedaan seperti yang dijelaskan oleh bapak Miftahudin bahwa perbedaan infak guru dan siswa terletak pada alokasi dananya. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan tentang siapa saja yang berinfak tersebut, dapat dianalisa bahwa subjek yang berperan dalam pelaksanaan kegiatan berinfak adalah guru dan siswa dapat dikatakan berjalan dengan baik karena disini guru ikut berperan, meskipun alokasi dana infak berbeda. Guru dalam hal ini memberikan contoh kepada siswanya dengan aksi yang nyata. Dan diharapkan seorang guru untuk selalu mengajarkan kepada siswanya untuk selalu gemar berinfak dengan memberikan contoh terlebih dahulu kepada siswanya. Karena dalam hal ini anak cenderung untuk meniru terhadap apa yang dilakukan oleh seorang guru. e. Alokasi Dana Kegiatan Berinfak Materi atau uang yang diperoleh dari hasil kegiatan berinfak yang dilakukan setiap dari jum’at dapat memberikan banyak manfaat seperti untuk meringankan beban orang lain, membantu kelancaran kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah, maupun untuk sesuatu yang
89
bernuansa kepedulian. Seperti yang dikatakan oleh bapak Miftahudin bahwa uang kegiatan berinfak digunakan untuk kegiatan IPM yang didalamnya untuk kegiatan keagamaan dan untuk keperluan yang lain yang berbentuk kepedulian. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara terkait alokasi dana kegiatan berinfak tersebut dapat dianalisa bahwa alokasi dana kegiatan berinfak selama ini dapat dikatakan baik, dana yang diperoleh dari kegiatan berinfak setiap jum’at tersebut tepat pada sasarannya yaitu digunakan untuk kepentingan dan kegiatan yang berbentuk peduli sosial misalnya untuk menjenguk teman yang sakit, membantu korban tanah longsor misalnya yang ada di Banjarnegara sebagai bentuk kepedulian terhadap orang lain, untuk kegiatan IPM dan sebagainya. Selain itu juga memberikan sumbangan beras ke panti asuhan yang ada didesa Jatirejo Ampelgading Pemalang dan ke desadesa tetangga kepada orang-orang yang kurang mampu. Sehingga hal tersebut dapat dikatakan sesuai dengan hakikat manfaat berinfak itu sendiri. f. Pengelola Uang Infak Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) adalah organisasi yang terdapat di SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading. IPM diberi wewenang secara penuh oleh sekolah
untuk mengelola kegiatan
berinfak dari penarikan infak sampai mengelola dana infak secara penuh dan sekolah hanya memfasilitasi saja. Seperti yang dikatakan
90
oleh bapak Arief Ananda bahwa sekolah memberikan wewenang untuk pengelolaan infak kepada IPM tujuan adalah agar anak itu belajar mandiri. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan serta data lain tentang pengelolaan kegiatan berinfak tersebut dapat dianalisa bahwa pengelolaannya cukup baik, IPM diberi wewenang untuk mengelola kegiatan berinfak penuh dengan rasa tanggung jawab dan amanah, terutama untuk uang infak penggunaannya sesuai dengan kebutuhan yang berkaitan dengan kepedulian terhadap sesama maupun sosial. Dengan pengelolaan tersebut juga dapat melatih siswa untuk berbuat jujur dan menanamkan karakter antikorupsi pada siswa sejak dini. Akan tetapi belum adanya keterbukaan dengan seluruh siswa SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading tentang perolehan infak setiap penarikan dan penggunaan uang infak tersebut. Keterbukaan disini sangat diperlukan, karena infak tersebut dilakukan oleh seluruh siswa SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading sehingga siswa pun perlu untuk mengetahui tentang hal tesebut. Disamping itu keterbukaan tersebut juga untuk mengantisipasi adanya penyelewengan dana yang tidak diharapkan. 3. Nilai-nilai Peduli Sosial Melalui Kegiatan Berinfak a. Pengertian Peduli Sosial Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain yang membutuhkan. Berdasarkan
91
hasil wawancara dan pengamatan mengenai peduli sosial dapat dianalisa bahwa dari 10 informan dapat dikatakan sangat baik, 10 informan tersebut dapat memberikan makna peduli sosial, memberikan gambaran/contoh tentang peduli sosial, serta mengaplikasikan peduli sosial di lingkungan masyarakat, sekolah, maupun lingkungan keluarga seperti yang dijelaskan oleh Akhmad Azzamudin siswa SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading bahwa ia selalu mengajari temannya yang belum mengerti tentang rumus-rumus Matematika sebagai bentuk kepedulian, kebersamaan, dan sikap tolong-menolong antara teman. b. Metode/strategi dalam Pelaksanaan Kegiatan Berinfak Sebagai Upaya Pembentukan Karakter Peduli Sosial Siswa. Kegiatan berinfak adalah salah satu kegiatan untuk membentuk sebuah
karakter, salah satunya adalah karakter peduli sosial.
Pelaksanaan kegiatan berinfak diperlukan sebuah metode/strategi agar kegiatan berinfak tersebut berjalan secara maksimal sehingga pembentukan karakter peduli sosial dapat dikatakan tercapai dengan baik sesuai yang diharapkan. Adapun metode/strategi yang digunakan oleh guru-guru SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading adalah dengan pembinaan, bimbingan, memberi motivasi dan semangat, dan keteladanan. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan penulis tentang metode/strategi yang digunakan dalam kegiatan berinfak tersebut dapat dianalisa bahwa
metode/strategi yang digunakan dalam kegiatan
92
berinfak tersebut dapat dikatakan berjalan dengan baik. Pembinaan, bimbingan serta memberi semangat dan motivasi itu sangat penting untuk diberikan kepada peserta didik, karena pembinaan, bimbingan serta memberi semangat dan motivasi dapat memberi stimulus yang baik secara psikologis untuk membangun peserta didik dan membentuk karakter sesuai yang diinginkan. Selain itu juga dengan keteladanan, keteladanan merupakan metode yang sangat ampuh yang paling dasar dalam membentuk karakter anak dengan memberi contoh yang terbaik, karena dalam mengajarkan dan menanamkan karakter pada siswa tidak hanya dengan teori saja akan tetapi perlu adanya aksi yang nyata. c. Nilai-nilai Peduli Sosial Melalui Kegiatan Berinfak Nilai-nilai
peduli
sosial
adalah
sifat-sifat
yang
dikembangkan dalam diri siswa yang selalu ingin membantu
perlu dan
memberikan bantuan kepada orang lain yang membutuhkan. Nilai peduli sosial tersebut merupakan cerminan hasil dari kegiatan berinfak. Adapun nilai peduli sosial tersebut diantaranya rasa kepedulian siswa semakin terasa, kebersamaan, dan saling tolong menolong, Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan penulis tentang nilai-nilai sosial melalui kegiatan berinfak dapat dianalisa nilai-nilai peduli sosial tertanam dalam diri anak dengan baik. Dari beberapa nilai yang didapat tersebut telah diaplikasikan oleh siswa dengan baik, meskipun masih ada beberapa siswa yang belum mengaplikasikannya.
93
Seperti nilai kepedulian siswa semakin terasa ketika siswa memberi bantuan kepada korban bencana banjarnegara, membantu orang yang hendak meyeberang jalan dan lain sebagainya. Kebersamaan siswa yang semakin erat karena adanya unsur visi yang sama, tidak adanya sifat egoisme dalam diri siswa seperti halnya yang membantu teman yang kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika. Saling tolongmenolong antar teman atau dengan orang lain seperti menolong teman yang berjalan kaki yang hendak pergi ke sekolah, meminjamkan bolpoint sama teman ketika temannya tidak membawa bolpoint, dan sebagainya. Kepedulian, kebersamaan, dan tolong-menolong sebagai bentuk nilai kepedulian sosial yang perlu untuk dikembangkan lagi oleh siswa, disamping itu seorang guru untuk selalu memotivasi siswa agar nilai kepedulian sosial tersebut lebih melekat lagi dalam diri siswa.
Selain itu kepedulian juga
akan
menumbuhkan rasa
kemanusiaan, kesetiakawanan, dan kebersamaan. Maka dari itu disinilah langkah awal dalam membangun kesalehan sosial.
B. Faktor-Faktor Pendukung Dan Penghambat Pembentukan Karakter Peduli Sosial Siswa Melalui Kegiatan Berinfak SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading Pemalang. Pembentukan karakter peduli sosial salah satunya melalui kegiatan berinfak tentulah membutuhkan sebuah dukungan yang banyak agar dalam pelaksanaan pembentukan karakter peduli sosial tersebut dapat terlaksana
94
secara optimal. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter peduli sosial tersebut diantaranya sebagai berikut: 1. Faktor Pendukung Pembentukan Karakter Peduli Sosial Siswa a. Budaya Sekolah Yang Kondusif Budaya sekolah merupakan suatu kebiasaan yang diterapkan di sekolah dalam rangka membentuk karakter peduli sosial siswa melalui sebuah kegiatan yaitu kegiatan berinfak. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan penulis bahwa budaya sekolah melalui kegiatan berinfak dapat dikatakan kondusif. Hal tersebut dilihat ketika dalam pelaksanaan kegiatan berinfak berjalan lancar yang selalu dilaksanakan pada hari jum’at, selain itu banyak anak ikut berperan serta dalam kegiatan berinfak meskipun masih ada beberapa anak yang belum ikut berperan secara maksimal. b. Pembinaan dan Bimbingan Yang Efektif Metode merupakan suatu alat/cara yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai seperti yang diharapkan. Pekerjaan disini adalah pelaksanaan kegiatan berinfak. Keunggulan dan kelemahan masing-masing metode merupakan salah satu bentuk untuk menunjang dan mendukung pelaksanaan kegiatan berinfak sebagai upaya pembentukan karakter peduli sosial siswa SMP Muhammadiyah
7
Ampelgading Pemalang.
Dengan
demikian
Keberhasilan sebuah kegiatan sangat dipengaruhi oleh metode yang digunakan.
95
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan berinfak sebagai faktor pendukung adalah metode pembinaan dan bimbingan. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat dianalisa bahwa metode pembinaan dan bimbingan memang sangat baik untuk digunakan. Pembinaan dan bimbingan tersebut sudah berjalan dengan baik dan secara efektif karena hal tersebut juga didukung dari segi karakter siswa yang mudah untuk diarahkan. c. Basic sekolah Sekolah Muhammadiyah memiliki sebuah ciri yang berbeda dengan sekolah yang lain yaitu selalu menanamkan siswa-siswinya untuk gemar beramal. Dengan basic tersebut maka para guru diharapkan untuk selalu mengajarkan siswa-siswinya untuk selalu beramal. Selain itu dengan kesadaran yang dimiliki siswa yang sangat baik terhadap visi dan misi sekolah SMP Muhammadiyah dan tujuan gerakan Muhammadiyah yang mengedepankan amal saleh maka dapat mendukung pelaksanaan kegiatan berinfak tersebut. 2. Faktor Penghambat Pembentukan Karakter Peduli Sosial Siswa Selain ada faktor yang mendukung kegiatan berinfak, ada juga faktor penghambat yang menjadi kendala dalam pelaksanaan berinfak, ada dua faktor pendukung yang kemudian untuk dianalisis sebagai berikut: a. Lingkungan Lingkungan
merupakan
salah
satu
faktor
yang
dapat
membentuk sebuah karakter dalam diri anak. Lingkungan yang baik
96
akan memberikan corak yang baik dalam diri anak sedangkan lingkungan yang buruk akan memberikan corak yang buruk pula dalam diri anak. Sehingga dapat dikatakan lingkungan memberikan pengaruh yang besar dalam memberikan pengalaman pada anak dan menjadikan suatu kepribadian pada anak seperti yang diberikan oleh lingkungannya. Lingkungan disini adalah keluarga dan teman pergaulan. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara tentang lingkungan sebagai faktor penghambat dapat dianalisa bahwa lingkungan disini dapat dikatakan termasuk dalam kategori lingkungan yang religius. Hal tersebut dapat dilihat dari aktivitas warganya banyak yang mengikuti kegiatan-kegiatan yang bersifat keagamaan.maupun yang lainnya. Ketika lingkungan keluarga memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak, anak cenderung memiliki kepribadian yang baik, akan tetapi ketika keluarga dalam memberikan pendidikan yang kurang, maka anak cenderung memiliki kepribadian yang kurang baik pula. Selain itu teman yang baik atau kurang baik yang selalu bersamasama baik itu di sekolah maupun di rumah juga mempengaruhi kepribadian seorang anak itu sendiri. Oleh sebab itu ketika pergaulan di luar keluarga menjadi kendala dalam pembentukan karakter, maka keluarga perlu meningkatkan lagi dalam memberikan pendidikan pada anak.
97
b. Penghasilan orang tua Materi atau uang dapat memberikan manfaat yang banyak bagi manusia itu sendiri apabila digunakan dengan benar. Seperti halnya ketika kita menggunakan untuk kebaikan untuk membantu orang lain yang sedang membutuhkan, hal tersebut nantinya akan memberikan manfaat kepada kita seperti mendapatkan pahala, rasa persaudaraan semakin erat dan sebagainya. Akan tetapi sebuah kebutuhan untuk menolong seseorang kadang kala mendapat kendala dari segi materi yang dihasilkan dari penghasilan yang kurang mendukung. Berdasarkan hasil dari wawancara dan pengamatan terkait penghasilan orang tua dapat dianalisa penghasilan orang tua siswa SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading rata-rata menengah kebawah memang menjadi kendala dalam pelaksanaan kegiatan berinfak yang ada di SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading tersebut. Sehingga berpengaruh anak menjadi jarang untuk ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan berinfak. Hal tersebut tidak semuanya, hanya beberapa anak saja. Namun demikian guru memiliki solusi bagi siswanya terkait pembentukan peduli sosial, guru selalu mengarahkan bahwa memberi bantuan attau menolong orang yang sedang membutuhkan tidak harus dengan materi, akan tetapi dengan hal yang lain misalnya membantu dengan tenaga maupun kegiatan-kegiatan yang terbaik yang dapat membantu meringankan beban orang lain dan sebagainya.