BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN 1) Analisis atau Uji Asumsi Dasar (Uji Normalitas). Uji asumsi dasar digunakan untuk memberikan pre – test, atau uji prasyarat awal terhadap suatu perangkat atau instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data, bentuk data dan jenis data yang akan di proses lebih lanjut dari suatu kumpulan data awal yang telah di peroleh, sehingga syarat untuk mendapatkan data menjadi tidak bias, sehingga prinsip Best Linier Unbiased atau BLUE terpenuhi. Penelitian ini menggunakan uji normalitas sebagai uji asumsi dasar. Uji normalitas dilakukkan untuk mengetahui apakah nilai residu (perbedaan yang ada) yang diteliti memiliki distribusi normal atau tidak normal. Normalitas terpenuhi apabila hasil pengujian tidak signifikan untuk suatu taraf signifikansi (α) yang ditentukan atau apabila p ≥ α. Sebaliknya apabila hasil pengujian signifikan maka dapat dipastikan data tidak normal atau apabila p< α. Secara umum taraf signifikansi yang dipakai adalah 0,05 atau α = 0,05.1 Jika data tidak berdistribusi normal dan jumlah sampel kecil kemudian jenis data nominal atau ordinal maka metode analisis yang paling sesuai adalah statistik non – parametrik dan jika data berdistribusi normal maka menggunakan statistik parametrik. 1
Murray R. Spiegel dan Larry J. Stephens (2007 : 178), tingkat signifikansi 0,05 dan 0,01 adalah tingkat signifikansi yang umum, meskipun nilai yang lain dapat digunakan. Jika tingkat signifikansi 0,05 atau 5% dipilih sebagai aturan keputusan, maka terdapat 5 dalam 100 kesempatan atau peluang bahwa kita akan menolak hipotesis ketika seharusnya hipotesis tersebut diterima. Jadi, kita akan memiliki keyakinan sekitar 95% bahwa kita telah membuat keputusan yang benar.
63
64
Data dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov – Smirnov untuk membuktikan normalitas dan tidak normalnya data penelitian. Hasil uji normalitas berdasarkan uji Kolmogorov – Smirnov ( SPSS versi 16 for windows) sebagai berikut : Tabel 4.1 Tabel hasil uji asumsi dasar atau uji normalitas One-Sample Kolmogorov - Smirnov Test Total Return DE N Normal
Mean
Parametersa
Std.
Total Return SBIS
60
60
.00302
3.30
.059237
1.274
Deviation Most
Absolute
.170
.116
Extreme
Positive
.117
.116
Differences
Negative
-.170
-.044
1.314
.901
.063
.391
Kolmogorov - Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Test distribution is Normal.
Sumber : Data di olah, lihat lampiran III Dari tabel di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa data total return Dinar emas memiliki distribusi normal karena nilai Kolmogorov – Smirnov memiliki tingkat signifikansi 0.063 0.05. Begitu juga data total
65
return SBIS memiliki tingkat signifikansi lebih dari 0.05 yaitu 0.391 0.05. sehingga data berdistribusi normal. 2) Analisis Risk atau Risiko Investasi Analisis untuk mengukur risiko investasi mengunakan Standard deviation (standar deviasi) dan variance (varian) dari Dinar emas dan SBIS, yang merupakan standar deviasi dari suatu investasi yang menunjukkan seberapa besar penyimpangan tingkat keuntungan investasi yang terrealisasi dengan tingkat keuntungan yang diharapkan terjadi. Risiko juga dapat ditunjukkan dalam varian (variance) yaitu kuadrat dari standar deviasi. Berikut ini standar deviasi dan varian selama periode 2010 – 2014 : Tabel 4.2 variance dan standard deviation antara Dinar emas dan SBIS Sertifikat Bank Indonesia Indikator
Dinar emas Syariah
Variance (σ)2
0,214
22,024
Standard deviation
0,463
4,693
(σ) Sumber : Data di olah, lihat lampiran 1 Berdasarkan data tabel di atas di peroleh hasil bahwa variance Dinar emas lebih kecil dibandingkan variance Sertifikat Bank Indonesia Syariah yaitu 0,214 < 22,04. Begitu juga, standar deviasi Dinar emas lebih
66
keci daripada standar deviasi SBIS yaitu 0,463 < 4,693 Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat risiko dari Sertifikat Bank Indonesia Syariah lebih besar daripada tingkat risiko Dinar emas. Koefisien variasi investasi berfungsi untuk mengukur rasio antara tingkat risiko atau deviasi standar dengan return ekspektasi. Koefisien variasi atau coefficient of variation pada investasi di hitung dengan rumus: ( )
(
)
Keterangan : CVi
: Koefisien variasi investasi
: Deviasi standar investasi
E(Ri) : Return investasi i yang diharapkan (ekspektasi) Berikut ini adalah koefisien variasi Dinar emas dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah selama periode 2010 – 2014 :
67
Tabel 4.3 Koefisien variasi antara Dinar emas dan SBIS. Indikator
Dinar emas
Standard
SBIS
0,463
4,693
0,154
49,468
3,006
0,095
deviation (σ) Expected return (E (R)) Coefficien
of
Variation Sumber : Data di olah, lihat lampiran 1 Berdasarkan tabel di atas, di peroleh hasil bahwa standar deviasi SBIS lebih besar dibandingkan Dinar emas yaitu 4.693 > 0.463. Hal ini menunjukkan bahwa rasio tingkat risiko SBIS lebih tinggi dibandingkan Dinar emas. Sebaliknya, semakin kecil nilai koefisien variasi, semakin baik nilai investasi tersebut. Dalam hal ini koefisien variasi SBIS lebih kecil dibandingkan nilai koefisien variasi Dinar emas, sehingga bisa dikatakan bahwa koefisien variasi SBIS lebih baik dibandingkan Dinar emas. 3) Analisis Return atau Keuntungan dari Investasi. Total Return dan Expected Return Dinar Emas dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah di peroleh dari hasil perhitungan total return dan expected return dari Dinar emas dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah selam periode 2010 – 2014 dapat di lihat dalam tabel berikut ini :
68
Tabel. 4.4. Return Total Dinar Emas dan Return Total SBIS
NO.
TAHUN
Return Total
Return Total
Dinar Emas
SBIS
BULAN
1.
2010
Januari
-0,0167
4,113
2.
2010
Februari
0,0061
3,272
3.
2010
Maret
-0,0116
2,345
4.
2010
April
0,0458
2,859
5.
2010
Mei
0,0510
1,535
6.
2010
Juni
0,0097
1,445
7.
2010
Juli
-0,0722
5,55
8.
2010
Agustus
0,0678
7,15
9.
2010
September
0,0613
7,55
10.
2010
Oktober
0,0133
1,776
11.
2010
Nopember
0,0385
2,401
12.
2010
Desember
0,0243
2,997
13.
2011
Januari
-0,0438
3,296
14.
2011
Februari
0,0359
3,326
69
15.
2011
Maret
0,0261
3,376
16.
2011
April
0,0564
3,701
17.
2011
Mei
-0,0033
3,271
18.
2011
Juni
-0,0142
3,042
19.
2011
Juli
0,0612
1,604
20.
2011
Agustus
0,1164
1,819
21.
2011
September
0,0502
1,989
22.
2011
Oktober
-0,0109
2,574
23.
2011
Nopember
-0,0090
3144
24.
2011
Desember
-0,0403
3,476
25.
2012
Januari
0,0428
3,789
26.
2012
Februari
0,0052
3,806
27.
2012
Maret
-0,0365
3,567
28.
2012
April
-0,0017
3,155
29.
2012
Mei
-0,0199
3,160
30.
2012
Juni
-0,0003
3,155
70
31.
2012
Juli
0,0263
2,662
32.
2012
Agustus
0,0122
2,372
33.
2012
September
0,0547
2,495
34.
2012
Oktober
-0,0289
2,382
35.
2012
Nopember
0,0040
2,763
36.
2012
Desember
-0,0076
3,455
37.
2013
Januari
-0,0438
3,970
38.
2013
Februari
0,0359
4,595
39.
2013
Maret
0,0261
4,855
40.
2013
April
0,0564
4,958
41.
2013
Mei
-0,0033
5,048
42.
2013
Juni
-0,0142
4,623
43.
2013
Juli
0,0162
4,423
44.
2013
Agustus
0,01164
3,848
45.
2013
September
0,0502
3,610
46.
2013
Oktober
-0,0109
3,683
71
47.
2013
November
-0,0090
3,095
48.
2013
Desember
-0,0403
2,483
49.
2014
Januari
0,0428
1,890
50.
2014
Februari
0,0052
3,003
51.
2014
Maret
-0,0365
3,391
52.
2014
April
-0,0017
2,164
53.
2014
Mei
-0,0199
3,251
54.
2014
Juni
-0,0003
3,734
55.
2014
Juli
0,0263
4,194
56.
2014
Agustus
0,0122
2,824
57.
2014
September
0,0547
1,063
58.
2014
Oktober
-0,0289
5,51
59.
2014
November
0,0040
1,175
60.
2014
Desember
-0,0076
2,111
0,61754
197,873
0,154
49,468
Jumlah Return Total Expected Return Sumber : Data diolah, lihat lampiran 1
72
Berdasarkan data tabel di atas diperoleh hasil bahwa hasil return total dari SBIS lebih besar dibandingkan return total Dinar emas dengan expected return 49,468 > 0,154. Hal ini menunjukkan bahwa jika dilihat dari segi return atau keuntungan, maka SBIS menjadi salah satu instrumen investasi yang bisa dipertimbangkan returnnya dibandingkan return pada Dinar emas. 4) Analisis Komparatif atau Analisis Perbandingan. Analisis komparatif adalah bentuk analisis data penelitian untuk menguji ada atau tidaknya perbedaan atau perbandingan keberadaan variabel dari dua kelompok data atau lebih. Hasil analisisnya adalah apakah hipotesis penelitian dapat digeneralisasi atau tidak, apabila hipotesis alternatif (Ha) diterima, ini berarti hasil penelitian menyatakan ada perbedaan antar variabel. Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis apakah ada perbedaan antara dua kelompok data (variabel) tergantung dari jenis data yang digunakan. Penelitian ini menggunakan uji beda rata – rata antara risiko, dan total return Dinar emas dengan risiko dan total return dari SBIS. Uji beda rata - rata yang digunakan dalam pengujian hipotesis ini adalah Independent Sample t Test, karena hasil uji normalitas menunjukkan bahwa semua data penelitian berdistribusi normal. Pada Independent Sample t Test ini di ambil asumsi bahwa data berasal dari populasi yang memiliki varian berbeda atau equal variance not assumed.
73
5) Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dengan uji beda rata – rata (independent sample Ttest). Uji independent sample T – test merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata – rata dua kelompok sampel yang tidak berhubungan. Uji ini sekaligus melihat manakah rata – rata yang lebih tinggi, jika ada perbedaan tersebut. Tipe data yang digunakan untuk uji ini adalah data berskala interval atau rasio2. Berikut ini hasil pengujian independent sample T – test :
2
Agung Edy Wibowo. Apilkasi Praktis SPSS dalam Penelitian. (Jogjakarta : Gava Media. 2012). Hlm : 138
74
Independent Samples T-Test t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Sig.(2T
Mean
Std. Error
Difference
Df tailed) Difference Difference Lower
Return Equal variances assumed
-.567
116
.572
Upper
0075173
0132493
-.0337593
.0187247
.572 .0075173
.0132493
-.0338397
.0188051
Total Equal variances not -.567 89.927 assumed Sumber : Data di olah, lihat lampiran IV
75
Berdasarkan tabel di atas diperoleh analisis bahwa t hitung total return -0.567 dengan df atau derajat kebebasan sebesar 89.927 atau dapat disetarakan dengan 90 % dan taraf signifikansi (2 – tailed) 0.572 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata – rata risiko dan return antara investasi Dinar emas dengan SBIS. Sehingga hipotesis alternatif (Ha) penelitian di tolak. Jadi, berdasarkan hasil uji dua sisi (two tailed test) Independent Sample Test, disimpulkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata risiko dan return investasi pada Dinar Emas dan SBI Syariah. Pengujian hipotesis dengan uji dua sisi dan uji satu sisi : a. Hasil Uji Dua Sisi (Two Tailed Test) Dari tabel hasil Independent Sample t-test di atas, dapat di lihat bahwa t hitung total return adalah -0.567 dengan df atau derajat kebebesan sebesar 89.927 atau dapat disetarakan dengan 90 dan taraf signifikansi (2tailed) menunjukkan probability value sebesar 0.572 > 0.05, artinya probability value lebih besar daripada taraf signifikansi (σ) = 0.05. Dengan demikian, untuk H01 dan Ha1 disimpulkan bahwa H01 diterima dan Ha1 ditolak. Jadi, berdasarkan hasil uji dua sisi (two tailed test) Independent Sample Test, disimpulkan tidak ada perbedaan antara rata – rata risiko investasi pada Dinar Emas dan risk pada Sertifikat Bank Indonesia Syariah.
76
Kemudian, untuk H02 dan Ha2 berdasarkan tabel independent sample t- test diperoleh hasil t- hitung total return adalah -0.567 dengan df sebesar 89.927 atau disetarakan dengan 90 dan taraf signifikansi 2 tailed menunjukkan probability value sebesar 0.572.> 0.05, artinya probability value lebih besar daripada taraf signifikansi (σ) = 0.05. Dengan demikian, untuk H02 dan Ha2 disimpulkan bahwa H01 diterima dan Ha1 ditolak. Jadi, berdasarkan hasil uji dua sisi (two tailed test) Independent Sample Test, disimpulkan tidak ada perbedaan antara rata – rata return investasi Dinar Emas dan return pada Sertifikat Bank Indonesia Syariah. Untuk H03 dan Ha3 berdasarkan tabel 4.2, diperoleh hasil bahwa variance Dinar emas lebih kecil dibandingkan variance Sertifikat Bank Indonesia Syariah yaitu 0,214 < 22,04. Begitu juga, standar deviasi Dinar emas lebih keci daripada standar deviasi SBIS yaitu 0,463 < 4,693. Hal ini mengindikasikan bahwa H03 diterima dan Ha3 ditolak, artinya tingkat risiko Dinar emas.tidak lebih tinggi dibandingkan risiko SBIS. Untuk H04 dan Ha4 berdasarkan tabel 4.4, diperoleh hasil bahwa hasil return total dari SBIS lebih besar dibandingkan return total Dinar emas dengan expected return 49,468 > 0,154. Hal ini menunjukkan bahwa H04 diterima dan Ha4 ditolak, artinya Dinar emas tidak mempunyai return lebih tinggi dibandingkan return pada SBIS. Untuk H05 dan Ha5 berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa hasil standar deviasi SBIS lebih besar dibandingkan Dinar emas yaitu
77
4.693 > 0.463. Hal ini menunjukkan bahwa rasio tingkat risiko SBIS lebih tinggi dibandingkan Dinar emas. Sehingga, H05 ditolak dan Ha5 diterima, artinya Dinar emas mempunyai risiko lebih rendah dibandingkan risiko pada SBIS. Untuk H06 dan Ha6 berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa hasil return total dari SBIS lebih besar dibandingkan return total Dinar emas dengan expected return sebesar 49,468 > 0,154. Sehingga, H06 ditolak dan Ha6 diterima artinya Dinar emas mempunyai return lebih rendah dibandingkan return SBIS. b. Hasil Uji Satu Sisi (One Tailed Test) .
Berdasarkan tabel independent sample test diperoleh taraf
signifikansi (one - tailed) dihitung dengan cara membagi dua taraf signifikansi (two - tailed), hasil Independent Sample Test dengan taraf signifikansi (one - tailed) total return adalah sebesar 0,286 > 0,025. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak. Jadi, berdasarkan hasil uji satu sisi (one tailed test) Independent Sample Test, disimpulkan rata-rata risiko dan return investasi pada Dinar emas tidak lebih baik secara signifikan daripada SBIS atau secara signifikan sama dengan rata - rata return Dinar Emas. 6) Pembahasan Menurut kajian peneliti, risiko fluktuasi naik turunnya harga Dinar Emas tidak terpengaruh oleh kondisi perekonomian negara tertentu, karena
78
harga Dinar Emas mengikuti pergerakan harga emas dunia. Naik turunnya harga emas dunia salah satunya dipengaruhi oleh nilai tukar US$. Jika US$ diindikasikan dengan US$ indexnya naik maka harga emas turun dan sebaliknya, jika US$ indexnya turun maka harga emas naik. Faktor yang mempengaruhi naik turunnya US$ ini tidak terbatas pada faktor ekonomi saja, isu – isu politik, keamanan dan sebagainya.3 Fluktuasi harga emas dunia selama 60 tahun terakhir memiliki kemiripan yang nyata dengan fluktuasi harga minyak. Untuk harga emas dan minyak mentah mencapai + 0.88. artinya uang yang dibuat dari emas, dalam hal ini Dinar, akan mempunyai daya beli yang stabil terhadap minyak mentah. Sementara itu, harga minyak dalam US$ naik menjadi sekitar 40 kalinya selama 60 tahun terakhir.4 Pada bulan Juli 2011, harga Dinar Emas mengalami kenaikan tertingginya sebesar 4,7%. Menurut peneliti, Dinar Emas menjadi investasi safe heaven bagi investor pada saat terjadi krisis finansial pada tahun tersebut. Walaupun demikian, harga emas tetap berfluktuasi secara internasional mengikuti pergerakan permintaan dan penawaran komoditi emas di dunia dengan kecilnya tingkat sensitifitas terhadap market komoditi secara umum. Oleh karena itu, emas mendapat julukan investasi “safe heaven”. Namun, jika dilihat dari segi trade-offnya antara risk dan return investasinya, risk Dinar Emas lebih kecil daripada risk SBIS dengan 3 4
Muhaimin Iqbal. Dinar The Real Money. (Jakarta : Gema Insani. 2009). Hlm : 138 Muhaimin Iqbal. Dinar Solution. (Jakarta : Gema Insani. 2008). Hlm : 23 -24
79
menunjukkan angka standar deviasi yaitu 0,463 sementara standar deviasi SBIS 4,693. Maka, jika di lihat dari aspek risiko investasi pada Dinar emas layak di pilih sebagai alternatif instrumen investasi daripada investasi pada SBIS, karena risiko Dinar emas lebih rendah daripada risiko SBIS. Sementara itu, jika dilihat dari aspek expected return Dinar emas hanya sebesar 0,154 sedangkan expected return SBIS lebih tinggi yaitu sebesar 49,468 dengan tingkat keuntungan yang tercermin tersebut return Dinar emas lebih rendah daripada return SBI Syariah. Jadi, SBI Syariah lebih diunggulkan sebagai instrumen investasi dengan return yang lebih optimal dibandingkan dengan Dinar emas, dengan tingkat pengembalian lebih tinggi tetapi dengan tingkat risiko yang lebih tinggi pula. Perbedaan rata - rata return investasi ini disebabkan karena ada fluktuasi nilai return yang tajam pada bulan September tahun 2010 di mana return Dinar 0,0613 sementara pada bulan Oktober nilai return Dinar turun menjadi 0,0133, begitupula dengan return SBIS juga mengalami fluktuasi tajam yaitu return pada bulan September tahun 2010 sebesar 7,15 pada bulan Oktober turun menjadi 1,77. Namun, dari sisi return pada investasi Dinar emas lebih kecil daripada return SBI Syariah. Hal ini sesuai dengan hukum investasi yaitu : “high risk, high return” apabila risiko investasi tinggi, maka semakin tinggi pula keuntungan (returnnya). Berdasarkan hasil uji hipotesis pertama berdasarkan hasil uji dua sisi disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata - rata risk investasi antara
80
Dinar emas dan SBIS, maka bagi investor tidak ada perbedaan yang signifikan pula dalam berinvestasi pada Dinar Emas maupun investasi pada SBIS. Berdasarkan hasil uji hipotesis kedua berdasarkan hasil uji dua sisi (two tailed test) Independent Sample Test, disimpulkan tidak ada perbedaan antara rata – rata return investasi Dinar Emas dan return pada Sertifikat Bank Indonesia Syariah. Artinya untuk kondisi sekarang ini, investor bisa memilih instrumen investasi antara Dinar Emas atau SBIS yang paling optimal menurut karakter investor tersebut, karena tingkat pengembalian yang diharapkan setiap bulannya sama. Jadi dengan melihat kesamaan return ekspektasi atau rata - rata return, maka dapat disimpulkan bahwa Dinar emas dan SBIS dapat saling menggantikan sebagai instrumen portofolio investasi. Berdasarkan hasil uji hipotesis ketiga diperoleh hasil bahwa risiko Dinar emas tidak lebih tinggi dibandingkan risiko pada SBIS Hasil hipotesis keempat menunjukkan bahwa Dinar emas tidak mempunyai return lebih tinggi dibandingkan return pada SBIS. Hasil
hipotesis
kelima
menunjukkan
bahwa
Dinar
emas
mempunyai risiko lebih rendah dibandingkan risiko pada SBIS. Hasil hipotesis keenam menunjukkan bahwa Dinar emas mempunyai return lebih rendah dibandingkan return SBIS
81
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian - penelitian sebelumnya. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Anna Madania (2009) bahwa secara visual Dinar Emas dikatakan lebih baik dari Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI).5 Artinya bahwa Dinar Emas sebagai instrumen investasi lebih diunggulkan dibandingkan dengan instrumen investasi pasar uang yang memiliki return pasti (risk free). Kedua, Penelitian yang dilakukan oleh Nur Ayu Eva Feriyani (2012) menunjukkan bahwa expected return Dinar emas sebesar 1,56% sedangkan Reksadana Pasar Uang Syari’ah sebesar 2,74% dan risiko Dinar sebesar 51,65% sedangkan risiko Reksadana syari’ah sebesar 55,6%. Berdasarkan analisis tersebut diperoleh hasil bahwa dari segi return Reksadana syari’ah lebih baik dibandingkan dengan Dinar, tapi risiko Reksadana syariah lebih tinggi dibandingkan dengan risiko investasi Dinar. Berdasarkan uraian di atas, maka secara visual bahwa Dinar emas bagi investor lebih diunggulkan dari sisi risk investasinya dibandingkan dengan investasi SBI Syariah, selain risikonya yang rendah, Dinar aman untuk dilakukkan oleh orang awam tidak seperti instrumen investasi pasar uang (money market) dan komoditi berjangka selain emas. Dinar Emas dapat menjadi pilihan bagi investor dalam pengambilan keputusan optimalisasi investasinya atau diversifikasi portofolionya.
5
Anna Madania, “Analisis Investasi Dinar (Studi pada Gerai Dinar)”, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Program Studi Muamalat, (Jakarta: Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2009), hlm. 96
82
Diversifikasi bertujuan untuk mendapatkan portofolio yang paling efisien, dalam arti mempunyai risiko terkecil di antara portofolio lain yang memberikan imbal hasil (return) yang sama atau memberikan return terbesar di antara portofolio lain yang mempunyai risiko yang sama.6 Sertifikat Bank Indonesia Syariah juga mempunyai risiko dan return yang fluktuatif. Salah satu faktor yang mempengaruhi fluktuasi SBIS adalah penurunan BI Rate yang diikuti penurunan suku bunga simpanan oleh perbankkan konvensional, yang ditengarai mendorong terjadinya perpindahan dana nasabah bank konvensional ke bank syariah karena return yang ditawarkan oleh bank syariah menjadi lebih menarik. Nilai SBIS setiap tahunnya berfluktuasi, SBIS tertinggi dicapai pada triwulan kedua pada bulan September tahun 2010 yaitu 7,55, hal ini dikarenakan tingkat pengembalian dari dana pihak ketiga yang dihimpun sebagian dialokasikan pada SBIS. Namun SBIS pernah mengalami penurunan pada triwulan ketiga tahun 2010 yaitu 1,77 dikarenakan suku bunga yang menjadi acuan fee untuk SBIS menurun, penurunan suku bunga ini dilakukan Bank Indonesia untuk menumbuh kembangkan sektor riil dan peningkatan investasi.
6
Zalmi Zubir. Portofolio Obligasi. (Jakarta : Salemba Empat. 2012). Hlm : 217