44
BAB III TVRI, INDONESIA BERGEGAS, NILAI-NILAI AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR 3.1 TVRI Televisi Republik Indonesia (TVRI) merupakan televisi milik pemerintah, mengemban misi sebagai media komunikasi, memberikan informasi yang terpercaya, mencerdaskan serta menyajikan hiburan bermutu dan berakar pada budaya masyarakat Indonesia. Selain itu juga meningkatkan kerjasama dengan mitra kerja dengan prinsip kesejahteraan dan saling menguntungkan, juga membentuk lingkungan kerja yang sehat, harmonis, dan profesional bagi karyawan dan mitra kerja. Berdasarkan
Undang-Undang No. 32 tahun 2002 dan Peraturan
Pemerintah No. 13 tahun 2005, maka berubah lagi TVRI menjadi Lembaga Penyiaran Publik yang bersifat independen, netral dan tidak komersial. Sebagai Lembaga Penyiaran Publik, TVRI mempunyai tugas memberikan pelayanan informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran televisi yang menjangkau seluruh wilayah NKRI. Dalam hal ini TVRI mempunyai konsep pengertian televisi publik di Indonesia dengan visi terwujudnya TVRI sebagai media pilihan bangsa dalam rangka turut mencerdaskan kehidupan bangsa untuk memperkuat kesatuan Nasional. TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik mempunyai misi: 44
45
1. Mengembangkan TVRI menjadi media perekat sosial untuk persatuan dan kesatuan bangsa sekaligus media kontrol yang dinamis. 2. Mengembangkan TVRI menjadi pusat layanan informasi dan edukasi yang utama. 3. Memberdayakan TVRI menjadi pusat pembelajaran bangsa serta menyajikan hiburan yang sehat dengan mengoptimalkan potensi dan kebudayaan daerah serta memperhatikan komunitas terabaikan. 4. Memberdayakan TVRI menjadi media untuk membangun citra Bangsa dan Negara Indonesia di dunia Internasional. Lembaga Penyiaran Publik sebagaimana dalam pasal 14 UndangUndang No. 32 tahun 2002 adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh Negara, bersifat Independen, netral, tidak komersial dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. Sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang memberikan layanan siaran televisi yang bermuatan kemasyarakatan dan ditujukan untuk publik. TVRI bukan lembaga keuangan, bukan lembaga profit. TVRI bukan lembaga penyiaran komersial, bukan penyiaran advertorial. Siaran TVRI bukan driven by buyer, bukan dikendalikan pasar, bukan dikendalikan oleh kehendak penciptaan pasar. Siaran TVRI dikendalikan oleh norma publik bukan dikendalikan oleh rating. TVRI mempersepsi publik sebagai pihak yang dilayani dengan acara TVRI yang diukur dengan norma. Oleh karena publik menurut TVRI adalah
46
keseluruhan entitas
bangsa Indonesia atau sebagian dari entitas itu yang
terikat dan mengikatkan diri pada norma-norma NKRI, agama, sosial, budaya, politik dan demokrasi yang etis, hidup dalam keberagaman cinta kasih serta norma-norma membangun bangsa dan negara. Jadi publik bukan pasar, pemasang iklan, sponsor, bukan pendemo yang anarkis, bukan pelanggar hukum, bukan separatis. Bagi TVRI, publik adalah pihak yang harus dilayani dengan acara yang diukur dengan norma. Sedangkan bagi televisi swasta, publik adalah pasar yang siap diterpa dengan acara yang diukur dengan rating. Jadi, bila disimpulkan televisi swasta memperoleh profit sebagai sarana penimbunan kapital, maka
TVRI memandangnya sebagai sarana peningkatan layanan
publik. TVRI tidak driven by profit tetapi driven by public norm, bukan pula driven by market/buyer tetapi driven by public. Persepsi ini memposisikan TVRI menjadi
jendela
Indonesia.
Program
dan
berita
harus
bisa
mencerminkan warna Indonesia. Posisi TVRI adalah citra bangsa atau nation building dengan menjadikan TVRI sebagai kekuatan dalam mencitrakan keunggulan dan kekayaan negara dan bangsa Indonesia. Menjadikan TVRI sebagai etalase Indonesia. Menjadikan TVRI sebagai tolok ukur seni budaya tradisional, modern dan kontemporer. Menjadikan TVRI sebagai media pengawal NKRI. TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik di dalam pola dan arah siarannya mempunyai tugas dan tanggung jawab serta fungsi penyiaran yang
47
berbeda dengan televisi swasta, sehingga dalam menyeleksi item dan memilih angle berita misalnya, harus memperhatikan fungsi-fungsi kepublikan TVRI yang berbeda dengan televisi swasta. Sasaran penyiaran berita televisi swasta adalah untuk mengejar peringkat (rating), sedangkan sasaran penyiaran berita lembaga penyiaran publik
tetap
pada
konteks
meningkatkan
kepedulian
mencerdaskan bangsa melalui informasi yang sehat.
masyarakat,
Lembaga Penyiaran
Publik mengedepankan menu berita junarlisme damai (peace journalism) dan azas keseimbangan (both side coverage), menghindari berita-berita sadisme, kekerasan dan seks, memperketat berita-berita kriminal. TVRI perlu mencermati bahwa peliputan berita–berita televisi swasta lebih mengarah pada istilah “bad news is good news”, sedangkan TVRI harus lebih menyeimbangkan gerakan pada istilah “good news is good news” terutama dalam menyikapi kondisi masyarakat sekarang ini dalam perubahan besar ke arah alam demokrasi, ditambah lagi situasi krisis multidimensional yang belum pulih, maka good news is good news sangat dibutuhkan untuk meningkatkan mutu optimisme masyarakat. Sehingga dalam hal ini jelas bahwa TVRI bukan sebuah lembaga keuangan, yang profit oriented, bukan lembaga penyiaran komersial, advertorial, bukan driven by buyer, bukan dikendalikan oleh pasar, sehingga bukan mengejar rating (kehendak pasar dan pemasang iklan). Istilah
need (kebutuhan) mengacu pada pemenuhan hal-hal yang
bersifat hakiki dan umum, misalnya, makan, minum, pakaian, hiburan,
48
informasi, pendidikan dsb. Sedangkan want (keinginan)
secara khas
dipengaruhi oleh selera yang seringkali subjektif dari latar belakang, kultur, pendidikan, agama, dll. Seseorang membutuhkan makan nasi sementara yang lain makan roti, dan ketika seseorang membutuhkan musik dangdut yang lain membutuhkan musik rock, jadi makanan dan hiburan adalah need dan nasi, roti adalah want. Antara kebutuhan dan keinginan didasari oleh kemampuan, kondisi finansial, lebih spesifik sebagai demand (permintaan). Kebutuhan dan keinginan publik adalah kepentingan yang harus diperjuangkan untuk mendapat pemenuhan. Kepentingan publik sangatlah “unpredictable” yang terus berkembang dengan kejutan-kejutan. LPP TVRI dengan fungsi televisi publik dan etos kerja netral, independen dan nonkomersial harus mampu meng-cover kepentingan publik yang meliputi : 1. Hiburan yang harus diwujudkan dengan lebih kontemplatif dan bukan bersifat “kitsch”. Televisi publik harus menyuguhkan hiburan sehat dan berbudaya, bukan sekedar hiburan yang bersifat hura-hura dan hedonis. 2. Politik, kebutuhan publik dibidang politik, meliputi kepentingan politik, kontrol politik, pendidikan
informasi politik, artikulasi
pendidikan politik sebagai peredam konflik.
49
Struktur Organisasi Perusahaan / Instansi TVRI 1. KEPALA TVRI 2. BIDANG PROGRAM DAN PENGEMBANGAN, BIDANG BERITA, BAGIAN KEUANGAN, BIDANG TEKNIK, BAGIAN UMUM 3. BIDANG PROGAM DAN PENGEMBANGAN: SEKSI PROGRAM DAN SEKSI PENGEMBANGAN USAHA 4. BIDANG BERITA: SEKSI PRODUKSI BERITA DAN SEKSI URGENT AFFAIRS & SIARAN OLAH RAGA 5. BAGIAN KEUANGAN: SUB BAG PERBENDAHARAAN & SUB BAG AKUNTANSI 6. BIDANG TEKNIK: SEKSI TEKNIK PRODUKSI & PENYIARAN, SEKSI TEKNIK TRANSMISI, SEKSI FASILITASI TRANSMISI 7. BAGIAN UMUM: SUB BAG SDM & SUB BAG PERLENGKAPAN
50
Apabila dibuat skema, maka hasilnya sebagai berikut:
KEPALA TVRI
BID. PROG & PENGEMBANG AN
SEK. PROG
SEK. PENGEMBANG AN USAHA
BID. BERITA
SEK. PROD. BERITA
SEK. URGENT AFFAIRS & SIARAN OR
BAG. KEUANGAN
BID. TEKNIK
SUB BAG PERBENDA HARAAN
SEK. TEKNIK PROD & PENYIARAN
SUB BAG AKUNTANSI
SEK. TEKNIK TRANSMISI
BAG.UMUM
SUB BAG SDM
SUB BAG PERLENG KAPAN
SEK. FASILITASI TRANSMISI
3.2 Indonesia Bergegas Indonesia sedang berupaya keras menjalankan program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). Pemerintah melalui BNN dengan memanfaatkan berbagai media sebagai alat, baik media elektronik maupun nonelektronik yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, menumbuhkan sikap dan perilaku tegas menolak segala bentuk penyalahgunaan narkoba. Bekerjasama dengan
51
Televisi Republik Indonesia (TVRI) setiap hari Senin pukul 20.00 - 20.30 WIB, program mencegah dan menyelamatkan pengguna narkoba, Indonesia Bergegas “Bersama Kita Cegah dan Berantas Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba” yang diproduksi tahun 2012 hadir di tengah-tengah masyarakat dipandu oleh pembawa acara Indah Setyani. Dalam program ini peneliti mengkaji tujuh episode, yaitu episode 12, 14, 16, 18, 19, 20 dan 21. Pada tiap episode berisikan ulasan mengenai pencegahan narkoba pada generasi muda, keluarga, perempuan dan pekerja. Episode 12: Cegah Narkoba Pada Generasi Muda 1. Prof. Dr. Ir. H. Musliar Kasim M. S (Dirjen Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) mengatakan, “... narkoba sangat berbahaya, apabila seseorang sudah kecanduan narkoba sangat sulit lepas dari cengkeramannya. Terutama dari agen-agen yang ingin menjual narkoba. Oleh karena itu harus setiap saat guru, orang tua dan siswa harap mawas diri. Kalau seandainya ada kawannya yang terindikasi menggunakan narkoba harus disampaikan kepada guru agar jangan sampai melibatkan kawan-kawan lain mejadi korban penyebaran narkoba. Narkoba merupakan bahaya yang sangat menakutkan apabila seseorang sudah terkena narkoba amat sulit baginya untuk tidak menggunakan narkoba lagi dalam jangka waktu yang panjang. Anak-anak biasanya kecanduan narkoba ketika tidak mendapatkan tugas yang banyak, jadi jika dia sibuk, maka tidak akan mencari aktivitas yang lain. Justru anakanak yang kecanduan narkoba terkena saat dia tidak sibuk, mata pelajaran santai sehingga bisa mencari yang lain-lain. Oleh sebab itu beliau menghimbau untuk memperhatikan anak dengan diberikan tugas tertentu yang menyenangkan, agar sibuk dan tidak akan mencari yang lain, salah satunya olahraga. Pendidikan olahraga merupakan pendidikan yang baik untuk anak-anak terhindar dari kecanduan narkoba. Biasanya anak-anak yang olahraga, jangankan memakai narkoba, merokok saja tidak mau. Cara yang baik adalah memberikan aktivitas yang baik kepada siswa, supaya
52
jangan banyak waktu kosongnya, banyak kegiatan yang bermanfaat dan mereka senang melakukannya. Kalau ini bisa dilakukan maka akan mengurangi kontak anak-anak mencari kesenangan di luar dan beralih ke kegiatan yang positif. Menurutnya, sudah semua sekolah menjalankan kegiatan bagaimana seminar bahaya narkoba, termasuk di dalam mata pelajaran. Hanya saja membuat mata pelajaran khusus tentang bahaya narkoba itu tidak karena hal ini bisa dimasukkan dalam semua mata pelajaran. Beliau mengharapkan kepada semua guru sekolah menengah dan perguruan tinggi sebelum memulai mata pelajaran atau kuliah mestinya sifat-sifat baik atau pendidikan karakter, pembiasaan baik perlu disampaikan, termasuk bahaya narkoba, antikorupsi, dll. Mengenai serbuan sindikat narkoba, Kemendikbud tidak melakukan upaya khusus, hanya saja meminta kepada pihak sekolah memantau perjalanan narkoba tersebut jangan sampai ada anak-anak yang kecanduan narkoba. Sudah banyak perguruan tinggi melakukan tes urin terhadap calon-calon mahasiswanya. Kalau seandainya seorang calon mahasiswa tes urinnya positif memakai narkoba, mereka dipantau terus-menerus sehingga lama-kelamaan dia jera menggunakan narkoba. Jangan sampai menyebar kepada teman-temannya yang tidak pernah memakai narkoba untuk menjadi pecandu narkoba disebabkan kawannya tersebut. Untuk menghentikan seorang pecandu narkoba tidak cepat prosesnya, maka jangan sampai yang lain justru menjadi kecanduan narkoba.” 2. Dr. Jonathan L. Parapak. M. Eng. Sc (Rektor Universitas Pelita Harapan) mengatakan, “... bahwa ada sebagian kecil mahasiswa yang rawan terhadap penyalahgunaan narkotika. Mahasiswa perlu dibina cara berteman sehingga jangan sampai masuk ke dalam lingkungan yang mudah bagi mereka terjerumus. Beliau mendidik dari kecil, kalau ada orang memberikan sesuatu responnya bagaimana, kalau diajak orang melakukan sesuatu bagaiamana cara menolak yang baik, sehingga anak-anak siap untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan dipakai oleh predator-predator atau pengedar untuk menjatuhkannya. Untuk mencegah peredaran dan pemakaian di kalangan mahasiswa, yang pertama: komunikasi dengan keluarga, kedua: memperketat aturan, ketiga: perlu pencegahan dengan mengadakan
53
testing apakah ada atau tidak peredaran narkoba tersebut, keempat: harus diikutkan dalam program-program pendidikan untuk menghindari narkoba itu lebih meluas. Pesannya kepada semua pendidik universitas, mengajak bersama dengan pemimpin bangsa Indonesia berkomitmen untuk membuat kampus bebas narkoba.” 3. Astrio (Mahasiswa) mengatakan, “... dia juga mengalami dimana teman-teman secara langsung maupun tidak di dalam komunitasnya memang terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba. Akan tetapi, sebagai teman mungkin tidak enak untuk melaporkan kepada orang lain atau pihak yang berwajib. Dari pengalaman pribadinya, ada beberapa teman yang menggunakan namun sifatnya hanyalah rekreasional dan coba-coba. Pertama kali dilakukan adalah memulai dari diri sendiri, apapun gaya hidup kita, siapapun teman dalam pergaulan hidup kita, harus memiliki prinsip apa yang akan kita capai dalam hidup ini, apa tujuan kita. Bila sudah mengetahui akan pentingnya hal tersebut maka pastinya kita tahu penyalahgunaan narkoba hanya akan menjerumuskan atau mencegah kita dalam mencapai keinginan (cita-cita). Sosialisasi narkoba secara spesifik tidak ada, menurutnya mengadakan seminar beberapa bulan sekali tidaklah akan terlalu efektif. Paling efektif adalah dengan memberikan efek jera, di kampusnya setiap satu bulan atau dua bulan sekali tanpa diberitahu tiba-tiba ada pihak kampus yang masuk memanggil mahasiswa untuk melakukan tes urine dan pasti ada yang ketahuan satu atau dua mahasiswa. Maka mahasiswa tersebut dikeluarkan dari kampus, efek seperti inilah yang membuat mahasiswa jera dan takut untuk menggunakan atau menyalahgunakan narkoba.” 4. Denisha (Pelajar) mengatakan, “... remaja sangat rentan akan bahaya narkoba karena masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Dalam masa transisi ini, remaja penuh dengan rasa ingin tahu dan mencoba hal-hal baru. Penyebab remaja memakai narkoba dipengaruhi oleh pergaulan, misalnya ada teman yang mengajak akhirnya terpengaruh atau remaja punya masalah dengan keluarganya, sekolahnya dan teman-temannya. Jadi dia ingin melupakan masalah-masalah tersebut dan berlari kepada narkoba. Denisha ingin mencurahkan waktunya untuk kegiatan yang positif demi menjauhi bayangan
54
narkoba. Tentunya jika remaja sudah terjerumus ke dalam bahaya narkoba akan sulit sekali keluar dalam lingkaran setan tersebut. Maka remaja tersebut akan sulit menata masa depan yang cerah. Kemudian Denisha berusaha untuk lebih aware atas isu-isu lingkungan yang menyangkut masalah narkoba. Mencoba mencari tahu sendiri informasi dari internet dan koran tentang apakah bahaya narkoba. Jika kita sudah mengetahuinya itu sangat membantu dalam menjauhi narkoba dari pergaulan kita sendiri.” Episode 14: Pemuda 1. Drs. Imam Gunawan (Asisten Deputi Peningkatan Kapasitas Pemuda KEMENPORA) mengatakan, “... penyalahgunaan di kalangan pemuda ini sudah sangat memprihatinkan, berada dalam titik yang sangat rawan terlihat dari berbagai macam data yang dikeluarkan oleh BNN atau pihak kepolisian, dsb. Angka penyalahgunaan narkoba di kalangan pemuda semakin berkembang, upayaupaya yang dilakukan sudah ada tetapi rupanya angka pelaku dan pengedar narkoba yang ditangkap di media massa menunjukkan angka yang merisaukan hati. Faktor yang mempengaruhi diantaranya sosial, ekonomi dan budaya menjadi faktor pemicu misalnya, keterbatasan lapangan pekerjaan, kondisi ekonomi, kondisi rumah tangga, keluarga yang menyebabkan pelaku penyalahguna menjadi semakin tinggi. Hal yang paling mendasar yaitu ketahanan moralitas pemuda agak rentan. Pemuda mengalami kekaburan faktor dan landasan moral yang harus dipegang. Himbauan beliau kepada pemuda dan orang tua, mencerdaskan diri, meningkatkan aspek moral, belajar agama lebih bagus lagi sehingga agama menjadi dasar dan warna dalam kehidupan, nilai-nilai agama menjadi penyaring utama untuk memilih mana yang baik dan buruk. Termasuk tidak memilih narkoba dan harus dihindarkan, terus belajar dengan sekuat tenaga, memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, pilih-pilihlah sahabat, menciptakan trend tersendiri hidup bersih tanpa narkoba, siap memerangi narkoba, menyelamatkan generasi berikutnya untuk terbebas dari narkoba.”
55
2. Rio Malhota (Atlet Pelari Gawang) mengatakan, “... narkoba termasuk zat yang dilarang di dalam olahraga, bisa menyebabkan ketergantungan dan kurangnya kemampuan untuk berkreasi. Faktor penyebabnya, kurang pedulinya orang tua pada anak-anaknya karena sibuk dengan pekerjaannya, kurangnya tersedianya lapangan pekerjaan bagi anak muda di semua strata, pemuda harus berpikir positif dan mendekatkan diri pada Tuhan dan bisa bergabung dalam organisasi kepemudaan sesuai minat masing-masing seperti olahraga, seni, dll.” 3. Nurul dan Emilia (Atlet Pelari Gawang) mengatakan, “... narkoba bukan hanya merusak tetapi juga bisa mengakibatkan kematian. Lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, mencari kesibukan dan harus berprestasi, misalnya prestasi pendidikan, olahraga dsb. Nurul memilih berprestasi di bidang olahraga juga akademik, bisa memberikan kebanggaan bagi orang tua dan negara. Dia sangat bersyukur memilih atletik karena bisa membawa nama dan mengibarkan bendera Indonesia di luar negeri dan merupakan kebanggan tersendiri.” 4. Djunaidi (Crops Bridge Pembangunan Ikatan Pelajar NU) mengatakan, “... penyalahgunaan di kalangan pemuda sangat rentan sekali, karena usia 16-30 tahun secara psikis pemuda mengalami perkembangan, bisa melalui pergaulan, lingkungan maupun keluarga. Ada pemahaman yang utuh terhadap dampak penyalahgunaan narkoba bagi generasi muda, bisa melalui pelatihan, sosialisasi, komunikasi yang lebih intensif baik dari BNN, maupun segala komponen masyarakat di Indonesia. Hasil survei tingkat akurasi 90 % lebih tindakan-tindakan dalam rangka menekan angka penyalahgunaan narkoba. Penanganan penyalahgunaan narkoba harus dilakukan segala komponen masyarakat Indonesia, baik pemerintah, BNN, penegak hukum, masyarakat yang ada di lingkungan sekitarnya. Perlu dimulai dari diri sendiri, keluarga maupun kelompok atau komponen masyarakat sekitar. Mengajak seluruh generasi muda Indonesia untuk menjauhi narkoba, hidup akan menjadi lebih sehat lebih baik dan terhindar dari segala malapetaka. Bersama menggalang dan beraksi untuk memerangi narkoba di bumi Indonesia dimulai dari keluarga dan lingkungan sekitar.”
56
5. Haris Priyadi (Pemimpin Sanggar KAMI) mengatakan, “... semua berangkat dari diri sendiri, biar bagaimanapun, seketat apapun mengawasi anak, sahabat, saudara, atau siapapun tetapi kalau dari dirinya sendiri tidak punya kesadaran memang sulit. Beliau termasuk orang yang memiliki kesadaran terhadap dampak penyalahgunaan narkoba. Beliau banyak bergaul dengan orang-orang yang menggunakan barang haram tersebut, akan tetapi semua kembali kepada diri masing-masing. Harus ada dukungan dari banyak pihak, termasuk keluarga, untuk anak dengan orang tuanya, untuk saudara dengan abangnya, harus pereventif dengan hal-hal seperti itu. Beberapa kawan beliau ada memang bahkan sudah menjadi isu bersama bahwa selera, kepekaan, sensitif terhadap seni meningkat. Beliau secara pribadi tidak mempercayai itu karena sejauh ini sensitivitas, kepekaan beliau dalam berolah seni tidak pernah dipengaruhi oleh hal-hal seperti itu. Sebisa mungkin beliau menjelaskan kepada kawannya, bahwa narkoba itu baiknya dihindari karena tidak ada manfaatnya, dapat merusak keseluruhannya. Beliau sebagai sutradara yang tidak menggunakan narkoba sama sekali menjadi influence yang baik bagi mereka.” Episode 16: Siswa Pelajar 1. Prof.Dr. Paulina Pannen (Ketua STKIP Kebangkitan Bangsa) mengatakan, “... mahasiswa mempunyai daya beli lalu ada yang menjual dan dibeli. Di sisi lain mahasiswa yang tertarik terhadap narkoba biasanya dia mengalami satu kehilangan dan bisa terisi oleh narkoba. Kehilangan teman untuk mengobrol, kehilangan teman untuk mengadu, kehilangan kesempatan untuk happy, dsb. Hal tersebut yang menyebabkan dia lari mencari kesenangan lain lewat narkoba. Sebagai pendidik harus bisa mengisi kekurangan itu baik secara emosi, sikap dari mahasiswa itu sehingga mereka tidak terjerumus ke dalam narkoba. Caranya dengan diaktifkan di kampus, di rumah dan di masyarakatnya.” 2. Leonardo (Siswa SMU Santa Laurensia School) mengatakan, “... masa remaja adalah masa yang sangat rentan, dari sisi psikologis masa remaja sedang mencari jati dirinya sangat mudah terpengaruh dengan lingkungan-lingkungan mereka.
57
Penyebab mereka masuk ke dalam dunia narkoba karena mereka mendapat perhatian yang berlebihan dari orang tuanya (over protectif) ataupun tidak terlalu mendapat perhatian. Hal itulah yang menimbulkan rasa depresi dan dapat mengganggu pertumbuhan remaja-remaja masa kini. Harus menjaga fisik, kebugaran, tidak boleh dekat dengan narkoba karena bisa mengganggu aktivitas belajar dan masa depan. Leonardo mendapatkan informasi tentang bahaya narkoba dari berbagai pihak, dari sekolah, media massa, media cetak, teman-teman, guru dan dokter, dan berbagai pihak yang membantu penyuluhan mengenai bahaya narkoba.” 3. Prof. Dr. Meutia Hatta Swasono (Anggota WANTIMPRES Bidang Pendidikan dan Kebudayaan) mengatakan, “... kita sangat membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal untuk menjadi pelaku pembangunan maupun pemimpin bangsa di masa depan. Sungguh disayangkan kalau anak-anak terkena narkoba. Semua itu tidak dapat dihindari karena tidak semuanya kuat atau rapuh. Mereka tidak mendapat perlindungan yang cukup, arahan yang cukup ketika proses mereka berkembang sampai remaja. Proses pendidikan dan pola asuh oleh orang tua, keluarga di luar rumah, di sekolah untuk membuat mereka menjadi orang yang tangguh itulah yang sangat dibutuhkan. Pendidikan di sekolah yang terpenting adalah bagaimana anak-anak mengetahui bahaya. Guru harus jadi penasehat yang baik dan jangan langsung menghukum, harus tahu pribadi anak macam apa yang rapuh dan memberitahu orang tuanya. Bila sudah terkena dia harus ditolong bukan dihukum.” 4. Adi Kusnanto S. Pd. (Kepala Sekolah SD Islam Al Azhar 20 Cibubur) mengatakan, “... saat ini murid SD, SMP dan SMA sangat rawan tentang penyalahgunaan narkoba. Oleh karena itu sekolah sangat antisipatif sekali harus dijaga betul dari lembaga sekolah, masyarakat maupun lingkungan sekolah. Kebanyakan anakanak terjerumus karena pengaruh media elektronik yang sangat mudah diakses oleh orang tua maupun anak. Media juga bisa melalui handphone, kesibukan orang tua bekerja, anak diserahkan penuh pada pembantu atau sopir. Sehingga
58
pulang ke rumah, banyak transaksi yang di luar kendali orang tua. Pembelajaran akhlak itu adalah terpenting, sehingga anak bisa membedakan yang diperbolehkan dan tidak. Perlu disosialisasikan ke seluruh orang tua kepada anak.” Episode 18: Keluarga 1. Dra. Sri Danti (Sekretaris Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak) mengatakan, “... peran keluarga sangat penting karena pertama kali anakanak mendapatkan pendidikan karakter. Untuk mengetahui hal-hal yang buruk, diberikan informasi mengenai bahaya narkoba, dampak narkoba terhadap tumbuh kembang anak, ada begitu banyak hal yang bisa ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Dampak narkoba tidak ada yang baik, karena dari segi kesehatan akan merusak otak sebagai penunjang intelektualitas seseorang, dari segi nilai-nilai yang ada seringkali anak-anak yang menjadi korban narkoba pandai berbohong, melakukan hal tidak terpuji dengan mengambil barang milik orang tuanya tanpa ijin, tidak ikut mengenyam pendidikan, tentu ini dampak yang negatif yang menimbulkan disharmoni keluarga. Pertama yang harus dilakukan adalah komunikasi dua arah antara orang tua dan anak-anak punya waktu yang baik untuk berbincang-bincang, memberikan informasi mengenai bahaya narkoba. Kedua, mencari waktu untuk kegiatan bersama-sama antara ibu, ayah dan anaknya. Ketiga, menjelaskan dampak bahaya narkoba sehingga anak-anak tidak mudah terbujuk rayu untuk menggunakan barangbarang tersebut. Pesan beliau kepada ibu dan bapak, mengajak para orang tua melakukan upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba, meningkatkan komunikasi di dalam keluarga masing-masing, bersama-sama mewujudkan masyarakat yang peduli. Misalnya, ada masalah terkait narkoba, kita harus membantu korbannya.” 2. Ikang Fauzi (artis) mengatakan, “... keluarga adalah salah satu institusi yang paling utama di dalam mengatasi masalah narkoba karena ini dasar dari semua permintaan yang ada. Narkoba adalah pola demand and suply kalau memang demand-nya tinggi dengan cara bagaimanapun pasti supply-nya diusahakan. Peran orang tua
59
sangat dibutuhkan, dalam arti dekat dengan anak. Jaman sekarang jangan sampai orang tua menjadi peran substitusi, anak itu kuat dengan playgroup-nya, dengan group utamanya. Jadi, orang tua sekarang harus punya nilai tambah, berusaha menjadi teman bersaing dengan teman anak-anak kita supaya menang dalam persaingan itu sehingga dia aman dan nyaman bersama kita. Jangan pernah merasa aman bahwasanya anak kita tidak akan pernah terkena dampak narkoba langsung maupun tidak langsung. Walaupun sejauh ini anak Ikang Fauzi sangat dekat, terbuka dengan kedua orang tuanya harus tetap waspada. Biar bagaimana pun ancaman itu akan tetap ada. Permasalahan narkoba harus dilakukan secara integrated tidak putusputus. Narkoba itu mahal, itu bagian bisnis oknum, tetap harus waspada melawan itu. Dampak narkoba terhadap keluarga sangat banyak, bila narkoba sudah masuk ke dalam keluarga, sasarannya bukan hanya anak kita, sekarang banyak orang tua pun juga memakai, bahkan pejabat pun tidak terlepas. lebih bahaya dampaknya karena mereka itu pemutus dan mempunyai kekuatan untuk mendistribusikan kepada bawahannya atau folllower-nya. Kalau keluarga sudah terkena narkoba, itu merupakan suatu hal yang memiliki tingkat kerumitan dan musibah yang sangat tinggi. Banyak hal untuk mengatasinya, diantaranya: pecandu narkoba jangan sampai mentalnya rapuh sehingga kembali lagi ke dalam lembah hitam tersebut, bila sudah terjadi maka kita harus bekerja sama seoptimal mungkin, dari internal keluarga: istri, anak, kakak, adik, om, tante dsb dengan lingkungan rumah jangan sampai ada suplyer yang masuk ke dalamnya. Pada saat di luar rumah juga kita harus berinteraksi dengan publik, LSM dan lembaga yang bisa membantu. Sebelum terjadi jangan pernah merasa keluarga kita aman dari gangguan narkoba. Pertama, faktor orang tua harus bersih dari narkoba. Kedua, bila orang tua pernah terindikasi memakai, maka harus jujur bahwa sikap itu bukan suatu hal yang bisa ditolerir ataupun ditiru, harus benar-benar tobat. Anak harus lebih baik dari orang tua. Narkoba itu suatu kebodohan besar, musibah besar, musuh utama kita. Agama, latar belakang dan kepercayaan apapun tidak ada yang memberikan label positif terhadap narkoba. Bohong bila narkoba dikatakan lifestyle pemusik menjadi keren. Banyak pemusik yang tidak memakai, namun karyanya top, bahkan bisa menikmati saat dia sukses. Umumnya musisi yang memakai narkoba, pada akhirnya dia menyesal dan tobat kemudia mempropagandakan gerakan antinarkoba.”
60
3. Ana Surti Ariani, S. Psi, M. Si (Psikolog Keluarga) mengatakan, “... dampak narkoba terhadap keluarga memang variatif tapi rata-rata akibatnya negatif, misalnya anak yang membutuhkan narkoba kemudian dia mencuri uang yang bisa mengakibatkan konflik di dalam keluarga. Baik itu konflik keuangan maupun konflik emosional antara keluarga satu dengan keluarga yang lain. Ada penyesalan dari pihak orang tua kenapa sampai si anak jatuh ke dalam dunia narkoba. Dampak bagi si anak yang prestasinya menurun, pergaulan memburuk, ini dampak negatif bagi dirinya sendiri. Keluarga merupakan filter terbaik agar anak tidak jatuh ke dalam lembah narkoba. Caranya dengan meningkatkan kehangatan dalam anggota keluarga, banyak bermain bersama, mengobrol, mengurangi pertengkaran dalam anggota keluarga, bisa mencari solusi bersama dalam masalah keluarga, banyak diskusi sehingga mampu mengekspresikan diri dalam lingkungan keluarga. Beliau berharap keluarga di Indonesia menjadi semakin hangat dan rukun satu sama lain, bila ada masalah dalam keluarga terbukalah pada mereka yang lebih mengetahui dan bisa membantu. Jangan menutup diri ketika mengalami masalah keluarga, supaya bisa dibantu dan tidak sampai menggiring anak-anak menuju kehancuran jurang narkoba.” 4. Elfira Nasution (Keluarga Atlet Nasution) mengatakan, “... dalam lingkungan keluarga perlu rasa saling menghargai. Orang tua perlu menjelaskan fungsi obatobatan kenapa dipakai, apakah akan merusak otak dan kepribadiannya. Beliau menyarankan kepada keluarga di Indonesia, Ibu dan Bapak yang masih muda memiliki anak muda pula, tolong memperhatikan anaknya, ke mana dan apa saja kegiatannya. Berikan kegiatan yang positif supaya terhindar dari obat-obatan yang terlarang.” 5. M. Radja Nasution (Pelatih Atlet Renang Nasution) mengatakan, “... dari mulai bergerak dari keluarga, para orang tua harus memberikan kesempatan kepada anak-anaknya tidak hanya untuk prestasi sekolah tapi juga prestasi di luar sekolah. Ada yang dinamakan pendidikan di luar sekolah, kegiatankegiatan yang bisa diambil di luar pelajaran formal.”
61
Episode 19: Perempuan 1. Andy Yetriyani (Ketua Komisioner Partisipasi KOMNAS Perempuan) mengatakan, “... ketika KOMNAS Perempuan berbicara mengenai perempuan dan narkoba, ada 3 lapisan. Pertama, perempuan yang harus berhadapan dengan hukum karena bisnis narkoba, biasanya mereka diperalat atau digunakan oleh anggota keluarganya sendiri yang masuk ke dalam bisnis tersebut. Kedua, perempuan yang menjadi bagian dari keluarga yang menggunakan narkoba. Ketiga, perempuan yang mengkonsumsinya. KOMNAS Perempuan sedang melakukan upaya yang pertama: persiapan, pemantauan dampaknya narkoba terhadap perempuan dan kekerasan terhadap perempuan ada relasi dengan HIV/AIDS. Kedua, mengintegrasikan terhadap pemantauan KOMNAS Perempuan tentang kerentanan perempuan pekerja imigran di luar negeri.” 2. Dr. Martha Tilaar (Chairwoman dan Founder Marthatilaar) mengatakan, “... perempuan biasanya berasal dari keluarga yang miskin, keluarga berantakan, background-nya banyak sekali. Biasanya mereka mempunyai suatu grup yang mana salah satu diantaranya lifestyle menawarkan narkoba bisa membuat senang, dsb. Mereka menjadi terpengaruh, maka di dalam lingkungan keluarga perlu ditanamkan pendidikan karakter penuh cinta kasih supaya terhindar dari pengaruh luar. Ayah dan Ibu harus memberi contoh yang baik kepada anak-anaknya bahwa narkoba sangat tidak baik bagi pertumbuhan seseorang. Filosofi dari eyang dan ayah beliau mengatakan, “kamu bisa merubah dunia di dalam tapi mulai dengan dirimu sendiri” –djiku: disiplin, jujur, iman kuat, inovatif, selalu kreatif, tekun, fokus, harus belajar baik, ulet, kerja keras. Kita didorong untuk selalu berkarya, berpendidikan mempunyai kekuatan, kearifan pada diri agar bisa berprestasi. Narkoba membuat semuanya musnah, beliau berpesan: mari perempuan Indonesia terus berkarya mengharumkan nama bangsa, jadi perempuan yang bebas narkoba.”
62
3. Tya Diran (Entertainer) mengatakan, “... perempuan sangat rawan dengan masalah narkoba karena beliau melihat dengan mata kepala sendiri saat di BNN, Hari Anti Narkoba Internasional (HANI) banyak perempuan di sana. Ada dua jenis perempuan, perempuan dewasa yang terjerumus ke dalam dunia narkotika karena terdesak kebutuhan keluarganya, perempuan remaja yang masuk ke dunia narkoba karena pergaulan bebas, ikutikutan temannya, karena dianggap tidak modern bila tidak mencoba narkoba tersebut. Ibu adalah seseorang yang akan selalu melindungi anak-anaknya. Anak-anak tidak akan pernah merasa terbuka bila kita tidak menganggapnya sebagai seorang teman. Beliau menerapkan di dalam keluarganya supaya anaknya bebas berbicara dengannya tidak ada yang ditutup-tutupi, soal pacar dll. Diharapkan mereka tidak sungkan menceritakan hal-hal yang mungkin menjerumuskan ke arah sana. Ketika mereka bercerita tentang teman-temannya minum-minuman keras, memakai sabu. Posisi anaknya bagaimana, dia menyadari itu bukan hal yang bagus untuk sel otaknya. Pemerintah sudah mencanangkan Indonesia bebas narkoba tahun 2015, tidak mungkin hilang sama sekali hanya angkanya diharapkan kurang dari 5,1 juta orang, itu keinginan semua pihak. Sosialisasi buruknya zat ini, orang-orang yang sudah terjerumus akan hilang semua cita-cita dan ide kreatifnya sehingga hanya menjadi orang biasa sulit beradaptasi dengan orang normal yang bebas narkoba.” 4. Dra. Luly Altrulswaty, M. Sc (Deputi Bidang Perlindungan Perempuan Kementerian PP dan PA) mengatakan, “... perempuan yang rentan terkena narkoba adalah yang pengetahuannya akan bahaya narkoba kurang, pendidikannya kurang, akses terhadap informasi juga kurang, sehingga mudah terjebak. Kejahatan narkoba sangat kompleks, bisa dari faktor internal perempuan itu sendiri maupun aspek eksternal misalnya kebodohan, ketidaktahuan. Faktor gaya hidup instan ingin memperoleh materi secara instan sehingga menjadi kurang waspada dan mudah terjebak ke dalam kejahatan narkoba. Sebagai perempuan bisa dengan memberdayakan diri sendiri dengan keterampilan, pendidikan sehingga lebih mempunyai posisi tawar, pengetahuan, pemberdayaan di bidang ekonomi, relasi kuasa yang setara sehingga punya tameng untuk
63
terhindar dari permasalahan itu. Pertama, turut serta dalam merumuskan berbagai kebijakan dalam pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, mengkoordinasikan lintas kementrian lembaga maupun organisasi lain untuk upaya penanganan kejahatan narkoba secara sinergi bersama-sama.” Episode 20: Pekerja 1. Drs.
Mudji
Handayana
Msi
(Dirjen
Pembinaan
Pengawasan
Ketenagakerjaan DEPNAKER) mengatakan, “... pemakaian NAPZA (narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya) di kalangan pekerja khususnya di tempat kerja dapat mempengaruhi masalah produktivitas, kecelaan kerja di Indonesia. Peraturan Menteri no.15 untuk pencegahan dan penanggulangan secara gelap NAPZA di lingkungan pekerja, bentuk dari sambutan yang diharapkan tentu setiap perusahaan mempunyai kebijakan agar para pekerjanya terbebas dari pemakaian dan peredaran gelap NAPZA. Dari penelitian tempat diketahui pemakai narkoba ada pada tingkatan usia produktif, 19-50 tahun. Di kalangan pekerja, usia 25 tahun ke atas, pemakaian narkoba menyerang orang yang stres, terpisah dari keluarga, membujang dan tidak bisa berkata tidak pada narkoba serta terbujuk rayu. Pada tingkat perusahaan harus mempunyai program pembinaan dan kebijakan penanggulangan pencegahan peredaran gelap narkoba dari penetapan kebijakan, mengadakan pelatihan-pelatihan, melakukan rehabilitasi apabila ada pekerja yang terindikasi dan diketahui menggunakan narkoba. Narkoba merusak generasi ke depan, merusak produktivitas nasional dan perekonomian yang kita yakini membangun negara ini menjadi lebih baik.” 2. Eddy Kuntadi (Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri DKI Jakarta) mengatakan, “... pengguna narkoba umumnya para pekerja usia produktif antara 20-35 tahun. Ini yang seharusnya menjadi konsen semua pihak terhadap masalah narkoba. Pekerja dianggap market yang bisa membeli narkoba, secara dini memang harus disampaikan kepada anak-anak, narkoba menularnya sangat cepat berawal dari coba-coba, ikut-ikutan dan
64
menjadi komunitas yang tertutup sehingga tidak mudah untuk memasukinya. Harus ada pendeteksian sejak dini untuk melihat narkoba adalah sesuatu yang sangat berbahaya oleh Pemerintah bekerjasama dengan KADIN. Pendeteksian harus dilakukan oleh lingkungan, apabila melihat ada teman yang berbeda karena menggunakan narkoba harus mulai diajak bicara, ada pendekatan emosional dan agama. Program pemerintah dalam memberantas narkoba, hukumannnya diperkuat menjadi upaya yang sangat penting.” 3. Hura Karnadjaja (Chairman Kamadjaja Group) mengatakan, “... pekerja merupakan salah satu kalangan yang rentan terhadap persoalan narkoba karena memiliki kemampuan untuk membeli apa saja yang mereka inginkan. Khususnya bagi mereka yang memiliki gaya hidup dan pola pergaulan yang kurang sehat. Penyalahgunaan di lingkungan pekerja tentu sangat buruk akibatnya, baik itu bagi kesehatannya, keluarganya, dan masa depan karir pekerja tersebut. Dari sisi perusahaan juga mengalami kerugian karena kehilangan Sumber Daya Manusianya atau bisa menimbulkan kecelakaan kerja. Dengan menetapkan aturan di perusahaan mulai dari mencegah hingga sanksi tegas bagi karyawan yang diketahui menyalahgunakan narkoba. Perlu dilakukan pengawasan, antara lain: pemeriksaan atau sidak sewaktuwaktu. Beliau berpesan agar pekerja menjauhkan diri dari narkoba, jangan hancurkan karir dan masa depan. Pekerja Indonesia merupakan tulang punggung perekonomian bangsa. Pekerja yang profesional, produktif dan sehat terbebas narkoba akan membawa kemajuan bagi perusahaan dan Industri di Indonesia secara keseluruhan sehingga mampu bersaing di dunia Internasional.” 4. Satya Wijayantara, M. Com (Sekjen Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu) mengatakan, “... setiap karyawan yang bersentuhan dengan narkoba yang tertangkap atau dilaporkan mau tidak mau dia harus dibersihkan, diberi efek jera yang luar biasa dan tidak ada pemaafan. Narkoba bukan hanya merusak moral tapi juga sistem ketahanan bangsa. Orang mencoba mencari bentuk pelarian kesenangan sesaat. Sistem ketahan iman, sistem komunikasi rumah tangga juga harus dibentuk antara orang tua dan anak ada komunikasi yang baik, antara pekerja
65
atasan dan bawahan terjalin komunikasi yang baik, semua ada proses harmonisasi yang baik. Apabila ada tekanan di lingkungan keluarga, pekerja, antara atasan dan bawahan, orang akan mencari bentuk pelarian, kemudahan dan bersenang-senang dengan berbagai alasan. Jauhi tempattempat yang memungkinkan terjadinya distribusi barang haram tersebut, membina hubungan dengan keluarga dan atasan agar ada komunikasi yang baik, membentuk komunitas yang baik agar tidak mudah bersentuhan dengan sesuatu yang buruk. Kepada aparat penegak hukum, aparatur negara ataupun siapapun pemangku kepentingan berbangsa untuk bersama memberantas narkoba secara keras dan masif seperti menghadapi bahaya terorisme dan bahaya laten lain yang lebih besar agar terhindar dari kerusakan yang lebih sistematis.” Episode 21: Pemuda Cegah Narkoba 1. Alexandra Asmasoebrata (Pembalap Nasional) mengatakan, “... pemuda adalah sasaran empuk dari narkoba. Narkoba tidak hanya mengganggu prestasi tetapi juga produktivitas seseorang. Dia membaca buku kalau narkoba bisa menambah semangat akan tetapi pasti ada efeknya tidak untuk sekarang tapi untuk nantinya. Narkoba bukan hanya merusak diri tetapi juga bangsa. Mulai dari kecil harus diberi aktivitas yang positif, seperti sibuk dengan pekerjaan positif dengan sendirinya akan menjaga reputasi dan menjauhi narkoba. Untuk pemuda tetap berprestasi, bila mempunyai passion terus semangat. Jauhi narkoba, siapa yang akan meneruskan dan mendukung bangsa ini kalau bukan dari kalangan pemuda?”
2. Evita Adnan (Dosen Psikologi Universitas Negeri Jakarta) mengatakan, “... penyalahgunaan narkoba sangat mengancam generasi muda ke depan. Banyak hal yang perlu diperhatikan terkait banyaknya pemuda yang jadi korban narkoba. Dari waktu ke waktu pengguna narkoba semakin meningkat. Dilihat dari berbagai aspek ada yang terjadi di dalam keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Melihat karakteristik remaja, sangat rentan menjadi sasaran korban penyalahgunaan narkoba. Ingin mencoba-coba, mengikuti apa yang terjadi di geng-nya. Penggunaan ini merupakan salah satu jalan keluar, melarikan diri dari persoalan-
66
persoalan yang ada, misalnya kurangnya perhatian orang tua, beban pelajaran, interaksi di sekolah hubungan dengan guru dan murid di sekolah yang tidak harmonis, sehingga banyak pemuda yang menjadikan narkoba sebagai pelarian atau tempat yang membuat mereka merasa cukup aman. Tentunya perlu ada suatu program-program tertentu di sekolah, bagi para orang tua di keluarga untuk betul-betul memperhatikan remajanya agar bisa terhindar dari pemakaian narkoba. Banyak faktor yang menyebabkan pemuda terjerumus ke dalam narkoba, yang paling dominan berasal dari luar diri remaja itu. Kita masih melihat kekurangan-kekurangan pada tiga lembaga, yakni keluarga, sekolah, lingkungan masyarakat. Apakah orang tua sudah memiliki waktu atau kualitas yang baik untuk berinteraksi dengan remajanya ? Apakah sekolah cukup memberikan kesempatan ? Bagaimana masyarakat memahami, bersikap baik atau terbuka terhadap para pemuda ? Pemuda adalah generasi penerus, di tangan dan di pundaknya terdapat harapan bangsa terhadap kemajuan bangsa yang akan membawa Indonesia menjadi lebih baik. Untuk itu pemuda hendaknya membekali diri, menjadi generasi yang kokoh dalam memperjuangkan cita-cita bangsa.” 3. Tan
Agus
Darmawan
(PATRIA
Pemuda
Therevada
Indonesia)
mengatakan, “... ancaman narkoba sudah tidak bisa lagi kita menutup mata bahwa masih dalam situasi aman dari ancaman narkoba. Ada tiga hal yang harusnya kita waspadai dan kenali pengaruh narkoba terhadap anak muda. Pengaruh fisik, emosi, perilaku yang menjadi ancaman narkoba seharusnya menjadi sinergi semua pihak untuk ikut terlibat mulai dari keluarga, sekolah, LSM, rumah ibadah dan pihak yang berwajib. Sinergi untuk menekan tingkat peredaran narkoba di kalangan anak muda harus lebih serius. Penyebab utama timbul dari rasa kurang percaya diri, anak muda cenderung ingin mencoba, hal inilah yang dimanfaatkan oleh para pengedar. Pertama gratis untuk sekedar mencoba, karena sifatnya zat adiktif membuat ketagihan. Akhirnya sekali mencoba mereka tidak akan pernah bisa lepas. Kenapa peredarannya masih tinggi karena segmentasi pengedar berawal dari anak muda yang masih mencari jati diri, kurang percaya diri, mau mencoba sesuatu yang sifatnya baru, perhatian dari keluarga terhadap mereka yang tidak harmonis. Banyak anak muda yang lari
67
ke dalam narkoba pada akhirnya. Kita harus menjadi orang yang punya keterpanggilan untuk mensosialisasikan, minimum di lingkungan keluarga, lebih hebat lagi kita bisa berperan aktif membantu BNN menjadi orang-orang yang ikut memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada lingkungan, teman-teman di sekolah. Jadilah duta-duta antinarkoba, waspadai lingkungan karena pengaruhnya sangat kuat terutama masalah narkoba. Bahaya narkoba sudah merusak segala segi kehidupan mulai dari anak kecil sampai orang tua banyak mereka yang menjadi korban. Untuk menjadi generasi yang sehat jasmani maupun batin, say no to drugs.” 3.3 Nilai-Nilai Amar Ma’ruf Nahi Munkar Berdasarkan kerangka teori mengenai amar maruf nahi munkar pada BAB II, maka dapat dikelompokkan menurut ayat Al Qur’an dan Hadits maupun nilai dakwah yang berkaitan dengan tayangan program Indonesia Bergegas. Nilai-nilai amar ma’ruf nahi munkar yang terkandung dalam program
Indonesia
Bergegas
“Bersama
Kita
Cegah
dan
Berantas
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba” di TVRI merupakan sifatsifat (hal-hal) penting atau berguna bagi kemanusiaan, mengharamkan segala bentuk kekejian dan menghalalkan semua yang baik. Tema dalam program tersebut yakni, cegah narkoba di kalangan pelajar, pemuda, siswa pelajar, keluarga, perempuan, pekerja dan pemuda cegah narkoba. Maka ayat Qur’an yang berhubungan dengan nilai-nilai amar ma’ruf nahi munkar adalah surat Al Hajj ayat 67, An Nahl ayat 125, Al Ma’idah ayat 2, Ali Imran ayat 104, Ali Imran ayat 110, Al A’raf ayat 199, At Taubah ayat 71, Al Ma’idah ayat 78 sampai 80, Al Kahfi ayat 29, Al Hijr ayat 94, Al A’raf ayat 165, Al Ma’idah ayat 105, Al Baqarah ayat 44, As Shaff ayat 2 sampai 3. Adapun Hadits yang
68
bermuatan tema tersebut yaitu Riwayat Muslim, Imam at-Tirmidzi, Abu Dawud, Muttafaq’alaih dan Nasa’i. Ayat Qur’an yang berhubungan dengan nasihat adalah surat Al- Ashr ayat 1 sampai 3, Al Hujurat ayat 10, Al A’raf ayat 62, Al A’raf ayat 68. Selanjutnya, ayat-ayat tentang amanah berupa keluarga yaitu surat An-Nisa’ ayat 58, Al Ahzab ayat 72, Al Baqarah ayat 233, Ath Thalaq ayat 7, Saba’ ayat 39, Thaha ayat 132, At Tahrim ayat 6, An Nisa’ ayat 36, An Nisa’ ayat 1, Al Ankabut ayat 8, Al Isra’ayat 23 sampai 24, Al Luqman ayat 14, Ar Ra’d ayat 38, Al Furqan ayat 54, At Taghabun ayat 14. Hadits yang berhubungan dengan amanah berupa keluarga diantaranya Hadits Riwayat Muslim, Bukhari, Abu Dawud dan Muttafaq’alaih. Berikutnya ayat-ayat yang berhubungan dengan mencari kekayaan (pekerjaan) diantaranya surat At Taubah ayat 291 sampai 292, An Nahl ayat 71, Al Kahfi ayat 46, Al Baqarah ayat 188, An Nisa’ ayat 161, At Taubah ayat 34, An Nisa’ ayat 4, An Nisa’ ayat 7, An Nisa’ ayat 11, An Nisa’ ayat 19, An Nisa’ ayat 32. Untuk ayat-ayat yang berhubungan dengan perempuan yaitu surat Al A’raf ayat 189, Az Zukhruf ayat 16, Shaad ayat 71, Asy Syura ayat 48.
69
70