27
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian a. Lokasi Lokasi merupakan prasarana yang menunjang terlaksananya penelitian ini dengan lancar. Maka dengan itu penulis memilih lokasi di Lab Kebugaran Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, yang penulis anggap sangat menunjang dan juga dekat dengan tempat dimana penulis dan sampel menetap. b. Populasi Populasi merupakan kumpulan individu yang memiliki sifat-sifat umum. Dari populasi dapat diambil data-data yang diperlukan untuk memecahkan suatu permasalahan yang terdapat dalam penelitian. Menurut Arikunto (2010:173) “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Sedangkan menurut Fathoni (2005:103) mengatakan bahwa “populasi ialah keseluruhan unit elementer yang parameternya akan diduga melalui statistika hasil analisis yang dilakukan terhadap sampel penelitian”. Berdasarkan pernyataan di atas, maka ditetapkan populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa UPI Bandung yang mengikuti UKM (unit Kegiatan Mahasiswa) Dayung. c. Sampel Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi sebagai sumber data. Menurut Fathoni (2005:101) menyatakan bahwa: “Sampel artinya contoh terpilih untuk dihadapi sebagai objek sasaran penelitian yang hasil atau kesimpulannya dapat mewakili seluruh populasi sasaran representative”. Sedangkan menurut Arikunto (2010:174) menyatakan “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Dalam penelitian ini penulis mempergunakan teknik purposive sampling dalam menentukan sampel. Menurut Arikunto (2010:183) menyatakan bahwa: Gilang Ramadhan, 2014 Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid Dan Flat Pyramid Terhadap Peningkatan Kekuatan Maksimal Dan Massa Otot Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
28
“sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu”. Adapun prosedur pengambilan sampelnya dilakukan dengan langsung memilih Mahasiswa UPI yang masih aktif mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Dayung dan mereka tergabung dalam nomor cabang rowing sebanyak 10 orang. Untuk menentukan kelompok yang akan diberikan latihan sistem skewed pyramid dan flat pyramid. Terlebih dahulu dilakukan tes awal, setelah diperoleh data, kemudian dilakukan ranking untuk membagi dua kelompok dengan menggunakan teknik mencocokkan (Matching). Dengan tujuan membentuk sampel yang lebih homogen secara kualitas dan kuantitas. Seperti terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.1 Pengelompokkan Sampel Menggunakan Teknik Mencocokkan (Matching) Kelompok A (Skewed Pyramid)
Kelompok B (Flat Pyramid)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
B. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan suatu rancangan penelitian yang diperlukan. Desain Penelitian yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut: Kelompok A
O1
P1
X1
O2
P2
Kelompok B Keterangan:
O1
P1
X2
O2
P2
Kelompok A Kelompok B O1 O2 P1 P2 X1 X2
: Latihan menggunakan sistem skewed pyramid : Latihan menggunakan sistem flat pyramid : Tes awal kekuatan maksimal : Tes akhir kekuatan maksimal : Pengukuran massa otot awal : Pengukuran massa otot akhir : Kelompok eksperimen 1 : Kelompok eksperimen 2
Gilang Ramadhan, 2014 Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid Dan Flat Pyramid Terhadap Peningkatan Kekuatan Maksimal Dan Massa Otot Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
29
Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menentukan populasi. 2. Memilih dan menetapkan sampel. 3. Mengadakan pengukuran massa otot awal. 4. Mengadakan tes awal. 5. Membagi dua kelompok, yaitu kelompok A dan kelompok B. 6. Melaksanakan latihan. 7. Melakukan pengukuran akhir massa otot. 8. Melakukan tes akhir. 9. Mengolah data. 10. Melakukan pengujian hipotesis/analisis data 11. Mengambil kesimpulan. Langkah-langkah penelitian yang penulis tempuh digambarkan dalam bagan sebagai berikut: Populasi
Menggunakan purposive sampling
Sampel Pengukuran Awal Massa Otot Menggunakan : Anthropometric Measures of Girth and Skinfolds Tes Awal 1 RM Menggunakan matching
Menggunakan matching
Sampel A
Sampel B
Skewed Pyramid
Flat Pyramid
Pengukuran Akhir Massa Otot Menggunakan : Anthropometric Measures of Girth and Skinfolds Tes Akhir1 RM Pengolahan Data
Analisis Data Kesimpulan
Gambar 3.1 Gambar Bagan Desain Penelitian
Gilang Ramadhan, 2014 Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid Dan Flat Pyramid Terhadap Peningkatan Kekuatan Maksimal Dan Massa Otot Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
30
C. Metode Penelitian Dalam proses penelitian hendaknya dibutuhkan suatu metode penelitian yang tepat dan sesuai dengan permasalahan yang akan dipecahkan. Metode penelitian harus disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data. Adapun metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, Fathoni (2005:99) mengungkapkan bahwa: “Eksperimen artinya percobaan. Metode eksperimen berarti metode percobaan untuk mempelajari pengaruh dari variabel tertentu terhadap variabel yang lain, melalui uji coba dalam kondisi khusus yang sengaja diciptakan”. Berdasarkan pernyataan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa metode eksperimen merupakan rangkaian kegiatan percobaan dengan tujuan untuk menyelidiki sesuatu hal atau masalah sehingga diperoleh hasil. Cukup jelas bahwa metode eksperimen menekankan adanya akibat dari suatu variabel. Adapun yang dimaksud variabel dari penelitian ini yaitu terdiri dari variabel bebas (independent variabel), yaitu bentuk latihan sistem skewed pyramid dan bentuk latihan flat pyramid, sedangkan variabel terikat (dependent variabel) yaitu peningkatan kekuatan dan peningkatan massa otot. D. Definisi Oprasional Penafsiran seseorang tentang suatu istilah sering berbeda-beda, sehingga bisa menimbulkan suatu kekeliruan dan kesalahan pengertian penafsiran istilah-istilah dalam penelitian ini, oleh karena itu penulis menjelaskan istilah-istilah sebagai berikut: 1. Latihan adalah “proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya” (Harsono, 1988:101). 2. Weight training adalah “latihan-latihan yang sistematis di mana beban hanya dipakai sebagai alat untuk menambah kekuatan otot guna mencapai berbagai tujuan tertentu” (Harsono, 1998:185)
Gilang Ramadhan, 2014 Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid Dan Flat Pyramid Terhadap Peningkatan Kekuatan Maksimal Dan Massa Otot Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
31
3. Kekuatan Maksimal adalah “mengacu kepada kemampuan untuk mengangkat suatu beban (100%) yang hanya bisa diangkat dalam satu kali angkatan (1 RM)” (Harsono, 2001:27) 4. Dalam kamus bahasa Indonesia Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, (2008) “Piramida adalah 1bangunan dari batu, berbentuk limas tempat menyimpan mumi raja-raja Mesir dahulu; 2bentuk yang menyerupai segitiga sama kaki dengan sudut terbentuk oleh dua kaki itu berada di atas; limas”. Sedangkan dalam dunia olahraga sistem Piramida adalah suatu konsep pengembangan menyeluruh untuk membantu mencapai prestasi atlet ke arah spesialisi. (Dikdik, 2008:35) mengatakan “sistem piramida adalah bentuk latihan yang dimulai dari intensitas rendah dengan banyak repetisi dan diakhiri dengan intensitas tinggi dengan sedikit repetisi”. 5. Bompa (1999:54) mengungkapkan “the skewed pyramidis proposed as an improved variant of the double pyramid. The load is constanly increased throughout the session, except during the last set, when it is lowered (80-8590-95-80 percent)”. 6. Bompa (1999:54) mengungkapkan “the flat pyramid represents the best loading pattern for achieving maximum MxS benefits.this type of loading pattern starts with a warm-up lift of, say, 60 percent, followed by an intermediary set at 80 percent, then stabilizing the load at 90 percent for the entire workout. If the instructor wishes to add variety at the end of training, a set of lower load may be used”. E. Prosedur dan Teknik Pengumpulan Data a. Prosedur Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data penulis melakukan 4 tahap, yaitu: 1. Tahap pertama mengukur massa otot awal subjek penelitian sebelum diberikan perlakuan penelitian. Adapun yang diukurnya itu adalah massa otot dengan menggunakan metode anthropometric measures of girth and skinfolds. 2. Tahap kedua adapun kemampuan yang diukur dalam penelitian ini adalah kekuatan maksimal dengan metode 1 RM. Pengelompokkan subjek penelitian Gilang Ramadhan, 2014 Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid Dan Flat Pyramid Terhadap Peningkatan Kekuatan Maksimal Dan Massa Otot Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
32
dan penentuan model latihan untuk kelompok A dan B menggunakan purposive sampling yang memiliki tujuan agar sampel homogen dengan merangking data hasil tes. 3. Tahap ketiga mengukur massa otot sebjek penelitian setelah diberikan perlakuan penelitian, yaitu pengukuran anthropometric measures of girth and skinfolds. 4. Tahap keempat mengukur kemampuan subjek penelitian setelah diberikan perlakuan penelitian, dengan mengukur kekuatan maksimal subjek penelitian menggunakan metode 1 RM. b. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data yang dilakuakn penulis dalam penelitian ini adalah menggunakan eksperimen yang terdiri dari: 1. Pengukuran Awal dan Tes Awal (Pre-Test) a. Pengukuran Awal Sebelum
pengukuran
awal
dilaksanakan,
terlebih
dahulu
penulis
mempersiapkan semua peralatan yang akan dipergunakan, agar pelaksanaan pengukuran berjalan dengan lancar. Pengukuran dilaksanakan pada hari senin tanggal 23 September 2013, pukul 16.00 WIB sampai dengan selesai. Mengenai sistematika pelaksanaan pengukuran awal, penulis memberikan penjelasan secara detail terhadap subjek penelitian tentang petunjuk pelaksanaan pengukuran awal menggunakan metode anthropometric measures of girth and skinfolds. Menurut (Martin et al, 1990) mengenai Anthropometric Measures of Girth and Skinfolds, sebagai berikut: Aim: to calculate body muscle mass using the simply attained girth and skinfold measurements. Equipment required: skinfold calipers, girth measurement tape measure, marker pen, calculator. Procedure: The formula for calculating muscle mass requires six anthropometric measurements. Follow the links for detailed procedures for recording each of these measurements. Height and girths are measured in cm, skinfolds in mm. See the procedures for: height, mid-thigh girth, calf girth, forearm girth, mid-thigh skinfold and calf skinfold. The girth measurements include subcutaneous fat, which is corrected for using the skinfold measures. Gilang Ramadhan, 2014 Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid Dan Flat Pyramid Terhadap Peningkatan Kekuatan Maksimal Dan Massa Otot Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
33
Results: The equations to use is as follows, where: H = height, FG = forearm girth, CG = calf girth, CCG = corrected calf girth, TG = mid-thigh girth, CTG = corrected mid-thigh girth. CTG = TG - π(mid-thigh skinfold/10) CCG = CG - π(calf skinfold/10) Muscle mass (g) = H(0.0553CTG² + 0.0987FG² + 0.0331CCG²) - 2445 Advantages: This calculation of muscle mass requires equipment that is available in most gyms, compared to many other muscle mass assessment techniques that require expensive and had to find equipment. Maksud kutipan diatas adalah tujuannya untuk menghitung massa otot tubuh menggunakan ketebalan hanya dicapai dengan pengukuran lipatan kulit. Peralatan yang dibutuhkan: skinfold calipers, lingkar pengukuran meteran, spidol, kalkulator dan alat tulis. Dengan prosedurnya rumus untuk menghitung massa otot membutuhkan enam pengukuran antropometri. Ikuti langkah-langkah untuk prosedur rinci untuk mencatat setiap pengukuran ini. Tinggi dan girths diukur dalam cm, lipatan kulit di mm. Lihat prosedur untuk tinggi, pertengahan paha lingkar, betis lingkar, lengan lingkar, pertengahan paha dan betis lipatan kulit lipatan kulit. Pengukuran ketebalan termasuk lemak subkuat, yang dikoreksi untuk menggunakan langkahlangkah ketat. Hasil: Persamaan untuk digunakan adalah sebagai berikut, di mana: H = tinggi, FG = lengan lingkar, CG = betis lingkar, CCG = dikoreksi betis lingkar, TG = pertengahan paha lingkar, CTG = dikoreksi ketebalan pertengahan paha. CTG = TG - π (pertengahan paha skinfold/10) CCG = CG - π (betis skinfold/10) Massa otot (g) = H (0.0553CTG ² + 0.0987FG ² + 0.0331CCG ²) – 2445 Keuntungan dari metode ini adalah perhitungan massa otot memerlukan peralatan yang tersedia di sebagian besar gedung dan tidak mengeluarkan biaya yang besar, dibandingkan dengan banyak teknik penilaian massa otot lain yang memerlukan biaya mahal dan harus menemukan peralatan yang jarang dimiliki oleh suatu organisasi. Petunjuk pelaksanaan pengukuran massa otot tersebut adalah seperti yang tertera pada halaman 34: Gilang Ramadhan, 2014 Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid Dan Flat Pyramid Terhadap Peningkatan Kekuatan Maksimal Dan Massa Otot Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
34
Mengukur tinggi badan subjek penelitian menggunakan meteran dalam satuan cm.
Mengukur lipatan kulit pada pertengahan lingkaran paha dan betis dengan menggunakan skinfold calipers
Mengukur lingkaran betis, lingkaran paha dan lingkaran lengan dengan menggunakan meteran
b. Tes Awal (Pre-Test) Sebelum tes awal dilaksanakan, terlebih dahulu penulis mempersiapkan dan mengecek semua peralatan yang akan dipergunakan, agar pelaksanaan tes berjalan dengan lancar. tes dilaksanakan pada hari senin tanggal 23 September 2013, pukul 16.00 WIB sampai dengan selesai. Mengenai sistematika pelaksanaan tes awal, penulis memberikan penjelasan secara detail terhadap subjek penelitian tentang petunjuk pelaksanaan tes. Kemudian sebelum tes dilakukan seluruh subjek penelitian untuk melakuakn pemanasan. Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan tes 1 RM adalah sebagai berikut: a) alat tulis, b) alat beban (Squat dan Bench Press), c) calculator. Adapun prediksi tes 1 RM menurut Sidik (2008:34) yang digambarkan dengan piramida di bawah ini:
Gambar 3.2 Hubungan antara Intensitas Latihan – Jumlah Ulangan (Repetisi) Set Latihan dan Istirahat antar Set Latihan Pada Latihan Kekuatan Gilang Ramadhan, 2014 Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid Dan Flat Pyramid Terhadap Peningkatan Kekuatan Maksimal Dan Massa Otot Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
35
Rumus yang digunakan untuk menentukan 1RM menurut gambar 3.2 yaitu: 100
x berat beban = 1RM => 95%
berapa%(melihat jumlah rep) 100% = 100 x 1RM 95
2. Proses Latihan Pelaksanaan eksperimen berlangsung selama 6 minggu. Dalam 1 minggu dilakukan 3 kali latihan, sehingga jumlah latihannya sebanyak 18 kali. Lamanya eksperimen tersebut, ditentukan atas pertimbangan jarak waktu yang memadai untuk dapat mengukur pengaruh suatu latihan. Pelaksanaan latihan ini berpedoman pada pendapat Harsono (1988:194) menyatakan bahwa: “weight training sebaiknya dilakukan tiga kali dalam seminggu dan diselingi dengan satu hari istirahat untuk memberikan kesempatan bagi otot untuk berkembang dan mengadaptasikan diri pada hari istirahat tersebut”. 3. Pengukuran Akhir dan Tes Akhir (Post-Test) a. Pengukuran Akhir Setelah massa latihan berakhir, maka dilaksanakan pengukuran massa otot akhir yang bertujuan untuk memperoleh data yang akan dibandingkan hasilnya dengan data pengukuran awal, sebagai upaya untuk mengetahui pengaruh dari latihan yang telah diberikan. Prosedur pelaksanaan pengukuran akhir ini sama pada prinsipnya dengan pelaksanaan pengukuran awal, pelaksanaan pengukuran akhir dilaksanakan pada hari rabu tanggal 6 november 2013, pukul 16.00 sampai dengan selesai. b. Tes Akhir (Post-Test) Pelaksanaan tes akhir dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 8 november 2013, pukul 16.00 sampai dengan selesai. Dimana tes akhir ini dilaksanakan setelah masa latihan berakhir. Tujuan dari tes akhir yaitu sebagai upaya untuk mengetahui pengaruh dari latihan yang telah diberikan. Data yang diperoleh pada Gilang Ramadhan, 2014 Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid Dan Flat Pyramid Terhadap Peningkatan Kekuatan Maksimal Dan Massa Otot Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
36
tes akhir ini dibandingkan hasilnya dengan tes awal. Dalam pelaksanaan tes akhir menggunakan prosedur yang sama dengan pelaksanaan tes awal. F. Sistematika Pelaksanaan dan Program Latihan a. Sistematika Pelaksanaan Latihan Dalam pelaksanaan latihan terdiri dari tiga kegiatan, antara lain: 1. Warming-up (pemanasan) Sebelum memasuki latihan inti, subyek diintruksikan untuk melakukan pemanasan, yaitu melakukan peregangan statis, jogging dan peregangan dinamis yang lamanya kurang dari 20 menit dengan bimbingan penulis. Latihan pemanasan yang diberikan berupa peregangan statis, jogging dan dinamis. Peregangan statis yaitu meregangkan seluruh anggota tubuh secara sistematis yang dapat dilakukan mulai dari kepala sampai kaki. Sedangkan peregangan dinamis yaitu suatu bentuk latihan yang meliputi gerakan memantul-mantulkan anggota tubuh secara berulang-ulang. Penekanan yang diberikan pada seluruh anggota tubuh karena untuk mempersiapkan tubuh menerima beban latihan yang akan diberikan. 2. Latihan inti Sebelum melasanakan latihan inti subjek diukur denyut nadinya untuk memastikan bahwa ia siap melakukan latihan. Setelah mengetahui denyut nadi subjek berada pada kondisi latihan yaitu denyut nadinya telah berada pada daerah latihan, maka latihan dimulai. Mengenai pelaksanaan dapat dilihat pada program latihan yang terdapat pada lampiran. 3. Cooling-down (penenangan) Setelah melaksanakan latihan inti, subjek melakukan pendinginan dengan melakukan pendinginan secara PNF (Proprioceptive Neuromuscular Facilitation) yang lamanya kurang dari 20 menit dengan bimbingan penulis. Pendinginan metode PNF, yaitu subjek melakukan gerakan pendinginan dengan dibantu oleh orang lain saat kontraksi dan relaksasi. Cara melakukannya adalah subjek melakukan gerakkan kontraksi isometric yang ditahan oleh orang yang membantu Gilang Ramadhan, 2014 Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid Dan Flat Pyramid Terhadap Peningkatan Kekuatan Maksimal Dan Massa Otot Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
37
beberapa saat ( bisa 6, 8, atau n hitungan), kjemudian dilanjutkan dengan gerakkan reklaksasi (orang yang membantu mendorong ke arah yang berlawanan saat kontraksi) dan ditahan beberapa saat ( bisa 8, 10, 12, 15, atau n hitungan) tergantung kebutuhan dari peregangan yang disesuaikan dengan waktu yang tersedia. b. Sarana dan Prasarana Latihan Sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai makna dan tujuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sarana olahraga yang digunakan adalah alat weight training, yaitu : 1.
Bench Press
2.
Sit Up
3.
Leg Press
4.
Rowing
5.
Back Up
6.
Tricep Extension
7.
Squat
Bentuk latihan yang diukurnya adalah Bench press dan Squat. Secara rinci bentuk latihan yang akan digunakan dalam pengambilan data pada penelitian ini yaitu: 1) Bench Press a. Bentuk Latihan
: Bench Press
b. Tujuan
: untuk mengetahui kekuatan otot
c. Otot yang terlatih : triceps brachii, pectoralis mayor, deltoideus anterior part, serratus anterior, coracobrachialis. Pelaksanaan
:
Subjek tidur terlentang dengan posisi kaki lurus atau di tekuk,
Tangan memegang besi dengan jarak pegangan selebar pundak, angkat bar dari penahan, dorong kesisi siku lurus di atas dada.
Tarik nafas, pergelangan tangan lurus dan tepat di atas siku, bar menyentuh dada
Gilang Ramadhan, 2014 Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid Dan Flat Pyramid Terhadap Peningkatan Kekuatan Maksimal Dan Massa Otot Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
38
Dorong bar ke atas secara terkendali, kedua siku melurus teratur dan kedua pergelangan tangan langsung di atas siku. Keluarkan nafas.
Ulangi gerakan di atas,bila selesai, bar dibawa oleh penahan jaga
Gambar 3.2 Bench Press dalam Strength Training Anatomy (Frederic Delavier, 42)
Gilang Ramadhan, 2014 Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid Dan Flat Pyramid Terhadap Peningkatan Kekuatan Maksimal Dan Massa Otot Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
39
2) Squat a. Bentuk Latihan
: Squat
b. Tujuan
: untuk mengetahui kekuatan otot
c. Otot yang terlatih :Gluteus maximus ,Gluteus medius, M. Quadricepas Femoris.
Gambar 3.3 Squat dalam Strength Training Anatomy (Frederic Delavier, 80) Pelaksanaan
:
Overhand grip, kedua tangan sedikit lebih lebar daripada pundak; bar diletakkan di atas pundak di dasar leher;
posisi berdiri tegak, kaki lebih lebar dari pundak.
Gilang Ramadhan, 2014 Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid Dan Flat Pyramid Terhadap Peningkatan Kekuatan Maksimal Dan Massa Otot Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
40
Jongkok pelan-pelan sampai bagian paha sejajar lantai (sudut lutut maks30o) tarik nafas saat bergerak ke bawah.
Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (Kamus Besar Bahasa Indonesia).Prasarana olahraga yang digunakan adalah Lab Kebugaran FPOK. G. Prosedur Pengolahan Data Data variabel yang diperoleh dari hasil pengukuran awal dan pengukuran akhir massa otot dengan menggunakan anthropometric measures of girth and skinfolds, serta hasil tes awal dan tes akhir melalui tes 1 RM. Merupakan data yang diambil untuk diolah melalui analisis statistik. Sesuai dengan taraf nyata dan hasil pengolahan data analisis melalui penghitungan statistika akan diperoleh jawaban mengenai hipotesis yang diajukan, sehingga akan dapat menjawab pernyataan-pernyataan yang telah diajukan dalam masalah penelitian. Langkah-langkah pengolahan data yang peneliti tempuh disesuaikan dengan rumus-rumus yang digunakan dalam statistika, yaitu sebagai berikut: 1. Menghitung data hasil pengukuran dan tes 2. Menghitung nilai rata-rata
dengan rumus:
Keterangan: = nilai rata-rata yang dicari = jumlah dari X = nilai data mentah n = jumlah sampel
3. Mencari simpangan baku dari setiap kelompok data, dengan menggunakan rumus:
Gilang Ramadhan, 2014 Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid Dan Flat Pyramid Terhadap Peningkatan Kekuatan Maksimal Dan Massa Otot Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
41
Keterangan: S = simpangan baku yang dicari = jumlah dari Xi = nilai data mentah = nilai rata-rata n = jumlah sampel
4. Menguji homogenitas sampel dengan menggunakan rumus:
Kriteria pengujian: tolak Ho hanya jika F ≥ F ½ ɑ(V1,V2) di dapat dari distribusi F sesuai dengan dk pembilang V1 = (n1 – 1) dan penyebut V2 = (n2 – 1). Kedua kelompok homogen Fhitung< Ftabel. 5. Uji normalitas melalui pendekatan uji normalitas liliefors dengan langkahlangkah sebagai berikut: a. Pengamatan X1, X2, … …, Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, … …, Zn dengan menggunakan rumus:
(
dan S merupakan rata-rata dan simpangan baku setiap kelompok
butir tes). b. Untuk tiap bilangan baku ini, menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F (Z1) = P (Z ≤ Z1). c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, … …, Zn yang lebih kecil atau sama dengan Z. jika proporsi ini dinyatakan oleh S (Zi), maka:
d. Hitung selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
Gilang Ramadhan, 2014 Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid Dan Flat Pyramid Terhadap Peningkatan Kekuatan Maksimal Dan Massa Otot Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
42
e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut. Sebutlah harga terbesar dengan (Lo). f. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, maka kita bandingkan Lo ini dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar nilai kritis L untuk uji liliefors, dengan taraf nyata ɑ (penulis menggunakan ɑ = 0,05). Menurut Sudjana (1989:466-467) “kriterianya adalah tolak hipotesis nol bahwa populasi berdistribusi normal, jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi L dari daftar nilai kritis uji liliefors. Dalam hal lain hipotesis nol diterima”.
6. Menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan analisis varians dua jalan dan uji lanjut. a. Perhitungan analisis varians dua jalan
Jumlah kuadrat total (SSt) Dengan rumus :
Jumlah kuadrat variabel A (SSc) antar kolom Dengan rumus :
Jumlah kuadrat variabel B (SSr) antar baris Dengan rumus :
Jumlah kuadrat antar sel (SSb) Dengan rumus :
Gilang Ramadhan, 2014 Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid Dan Flat Pyramid Terhadap Peningkatan Kekuatan Maksimal Dan Massa Otot Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
43
Jumlah kuadrat interaksi A dan B (SSc x r) Dengan rumus : SSx c r = SSb - SSc - SSt
Jumlah kuadrat dalam (SSe) Dengan Rumus : SSe = SSt – SSc – SSr – SSc x r
b. Perhitungan Uji lanjut menggunakan Uji Tuckey Dengan menggunakan rumus:
Gilang Ramadhan, 2014 Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid Dan Flat Pyramid Terhadap Peningkatan Kekuatan Maksimal Dan Massa Otot Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu