BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif karena meneliti realitas multiple yang dikonstruksikan atau dibangun kembali dengan konteksnya secara holistik (Santosa, 2014: 22). Realitas yang saat ini diteliti merupakan unit linguistik yang mewujudkan solidaritas dan keberpihakan beserta terjemahannya. Jika unit linguistik tersebut beserta terjemahannya diaplikasikan ke dalam konteks yang berbeda, maka belum tentu akan merealisasikan ekspresi solidaritas dan keberpihakan yang sama. Variasi ini disebabkan pengaruh perbedaan teks, register, genre, domain wacana. Dalam pandangan naturalistik, interaksi antara “inquirer” dan “object” atau “knower” dan “known” tidak dapat dipisahkan, saling mempengaruhi satu sama lain (Lincoln & Guba, 1985: 37). Zukav (1979: 127) juga menyatakan bahwa perbedaan antara obyektif dan subyektif sudah tidak ada.Hal ini disebabkan observasi yang dilakukan tidak hanya akan membentuk, namun juga dibentuk oleh hal yang diteliti. Karena interaksi ini terjadi, maka ekspektasi juga muncul pada observer mengenai hal yang diteliti. Pada saat merancang dan melakukan penelitian ini, peneliti juga memiliki pertanyaan-pertanyaan yang membentuk ekspektasi akan ekspresi solidaritas dan keberpihakan pada teks, pengaruhnya terhadap kedudukan penutur, dan terjemahan ekspresi-ekspresi tersebut. Karena itu, sebab dan akibat dari suatu fenomena bersifat simultan dan membentuk satu sama lain. 60
61
Kemudian, penelitian ini juga bersifat deskriptif karena bertujuan untuk memahami dan memaparkan fenomena budaya yang belum banyak diketahui orang, yang terjadi di tempat dan waktu yang spesifik (Blaxter et al., 2006; Moleong, 1989; Strauss & Corbin, 2003; Picciano, 2004). Disamping itu, penelitian ini mendeskripsikan fenomena secara kualitatif menggunakan data yang bersifat diskursif (Santosa, 2014: 27), yaitu kata, frasa, atau klausa dan terjemahannya yang mewujudkan solidaritas dan keberpihakan melalui framework appraisal.Lebih lanjut, penelitian ini bersifat deskriptif karena mengembangkan konsep dari hasil klasifikasi dan interpretasi hubungan antar kategori untuk memperoleh pola-pola konseptual dari suatu fenomena budaya (Strauss & Corbin, 2003). Secara spesifik, penelitian ini menghubungkan penggunaan piranti appraisal dan terjemahannya pada teks konferensi pers dan siaran media mengenai eksekusi narapidana dan solidaritas dan keberpihakan penutur teks. Menurut Yin (2002: 13), kasus merujuk pada fenomena kontemporer dalam konteks kehidupan nyata, terutama ketika tidak ada clear-cut batas antara fenomena dan konteksnya.Di samping itu, studi kasus kualitatif merupakan deskripsi dan analisis yang intensif dan holistik mengenai fenomena seperti program, institusi, orang, proses, atau unit sosial (Merriam, 1998: xi).Penelitian ini termasuk studi kasus terpancang atau embedded case study karena pokok permasalahan dan fokus penelitian telah ditentukan terlebih dahulu sebelum penelitian dilakukan (Yin dalam Sutopo, 2002: 42). Fenomena terbatas yang ditelitiyaitu wacana penerjemahan mengenai eksekusi dua warga negara Australia yang terjerat kasus penyelundupan
62
narkoba di Indonesia. Ini menyebabkan sifat penelitian yang tidak bisa digeneralisasi karena terikat dengan suatu konteks dunia kehidupan nyata. Dengan adanya hubungan interaktif antara peneliti dan yang diteliti, studi kasus yang melibatkan peneliti dan obyek yang diteliti tidak dapat terlepas dari konsekuensi bias sebagai akibat dari interaksi dan ekspektasi. Penelitian ini juga juga mengadopsi ciri khas yang
ditinggalkan
oleh
penelitian
etnografi
klasik
karena
berusaha
mengklasifikasikan data ke dalam jenis-jenispiranti appraisal tentangsolidaritas dan keberpihakan yang diwujudkan, teknik penerjemahan yang digunakan, serta implikasinya pada dua aspek kualitas terjemahan.
B. Lokasi Penelitian Lincoln dan Guba (1985: 227) menegaskan bahwa hal yang menuntun “naturalistic inquiry” adalah fokus dalam studi. Mereka mendefinisikan lokasi penelitian sebagai focus-determined boundaries yang berarti batas yang ditentukan oleh fokus atau obyek penelitian. Hal ini dapat dimaknai bahwa fokus penelitian akan menentukan batas penelitian. Dalam studi ini, fokus penelitian adalah terjemahan ekspresi solidaritas dan keberpihakan yang direalisasikandengan piranti appraisal, maka lokasi penelitian bukan merupakan lokasi geografis, bukan pula demografis, namun transkrip konferensi pers dan siaran mediamengenai eksekusi narapidana beserta terjemahannya. Kemudian, Spradley (1980: 78) menyatakan bahwa lokasi penelitian memiliki elemen-elemen utama, yaitu setting, partisipan, dan kejadian. Transkrip konferensi
63
pers, siaran media dan terjemahannya dipilih sebagai lokasi penelitian karena tidak ada penghilangan atau parafrase pada lokusi penutur asli. Di samping itu, implikasi konferensi pers dan siaran mediajuga dapat diamati di dunia nyata. Setting dari teksteks tersebutyaitu Gedung Parlemen Australia di Canberra dan kota Subiaco di Australia bagian barat.Partisipan meliputi Tony Abbott yang menjabat Perdana Menteri Australia, Julie Bishop sebagai Menteri Luar Negeri Australia, dan wartawan yang mengajukan pertanyaan. Kemudian, kejadiannya yaitu eksekusi dua warga negara Australia yang terjerat hukum Indonesia karena penyelundupan obat-obatan terlarang.
C. Sumber Data dan Data Santosa (2014: 51) menyebutkan bahwa sumber data merupakan “sumber dari mana data itu diperoleh,” yang dapat berupa tempat, informan, kejadian, dokumen, situs, dan lainnya. Dalam penelitian ini, sumber data adalah dokumen, yaitu transkrip konferensi persdan siaran media yang diunggah di situs web pemerintah Australia dan terjemahannya di situs web Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia. Transkrip yang
dipilih
berisi
berkorespondensi
ekspresi dengan
solidaritas
dan
keberpihakan,
terjemahannya
dalam
serta
harus Bahasa
Indonesia.Kemudian,raterjuga berperan sebagai responden dan informan yang merupakan sumber data dalam aspek kualitas terjemahan transkrip konferensi pers siaran media. Informan lain meliputi validator untuk menilai keabsaahan data mengenai ekspresi solidaritas dan keberpihakan pada data.
64
Blaxter et al. (2006) memaparkan bahwa ada dua macam data: data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti secara langsung, sedangkan data sekunder dikumpulkan oleh peneliti lain dan digunakan oleh peneliti di dalam studi ini untuk mendukung penelitiannya. Dalam penelitian ini, data primer merupakan piranti appraisal berwujud kata, frasa, dan klausa yang digunakan penutur untuk mewujudkan solidaritas dan keberpihakan, beserta terjemahannya. Di samping itu,data primer juga meliputi hasil kuesioner dan diskusikelompok terarah dengan para rater yang menilai kualitas terjemahan dalam aspek keakuratan dan keberterimaan. Kemudian,data sekunder terdiri dari informasi pada komentari-komentari portal berita online mengenai isu yang sedang dibahas. Penelitian terkait juga dapat digunakan sebagai sumber data sekunder.Pemanfaatan data sekunder terdapat pada bab
analisis
dan
diskusi.
Setelah
data
primer
dianalisis,
diskusi
akan
menghubungkannya dengan komentari-komentari mengenai isu dan dicocokkan dengan penelitian sebelumnya: apakah menjawab ekspektasi peneliti atau tidak. Implikasi studi ini terhadap penelitian-penelitian sebelumnya terdapat pada hasil penelitian: apakah mendukung, mendukung secara parsial, atau menolak penelitian sebelumnya.
D. Sampling Sampling dilakukan agar sampel yang diperoleh dapat mengantarkan peneliti mencapai tujuan penelitian. “Oleh karena itu, sampling di dalam penelitian kualitatif
65
tidak menggunakan tehnik random sampling atau representative sampling, tetapi menggunakan tehnik sampling yang berdasarkan tujuan penelitian, atau purposive sampling (Santosa, 2014: 30). Kriteria kemudian dibuat untuk mendapatkan sampel yang sejalan dengan tujuan penelitiannya. Dengan kriteria tersebut, peneliti dapat menghindari interpretasi kuantitatif bersifat positivis yang menggunakan data untuk menggeneralisasikan ke dalam seluruh populasi (Strauss & Corbin, 2003). Untuk melakukan sampling berdasarkan kriteria, Patton (1980: 302) memaparkan bahwa kriteria harus didasarkan tujuan penelitian yang melibatkan deskripsi setting, kejadian, orang, perilaku, dan interaksinya. Purposive atau criteria-based sampling memiliki istilah lain yang disebut theoretical-based sampling. Dikatakan demikian karena penyusunan kriteria yang berdasarkan setting, partisipan, dan kejadian tersebut menggunakan landasan teori tertentu (Santosa, 2014: 30). Dalam penelitian ini, kriteria sampledidasarkan pada teori appraisal yang berperan sebagai tools untuk melihat ekspresi solidaritas dan keberpihakan penutur di dalam teks konferensi pers dan siaran media mengenai eksekusi narapidana. Selain itu, sampling juga digunakan dalam memilih informan (rater) untuk menilai kualitas terjemahan. Kriteria ratertersebut antara lain: 1. Memiliki pengalaman menerjemahkan teks 2. Memiliki kompetensi penerjemahan yang memadai 3. Memiliki pengetahuan di bidang teori penerjemahan. 4. Memahami tata bahasa Inggris dan Indonesia dengan baik. 5. Memiliki latar belakang pendidikan bahasa atau Linguistik.
66
Rater sebagai informan dirasa perlu memiliki pemahaman tentang hubungan bilateral Indonesia dan Australia. Hal ini berhubungan dengan fakta bahwa banyaknya kerja sama yang sedang dan akan dilakukan Indonesia dan Australia di berbagai bidang cenderung meredam konflik di antara kedua negara. Pemahaman tersebut diperlukan agar memudahkan raterdalam menentukan apakah kemarahan atau emosi yang dipendam di dalam konstruksi bahasa diterjemahkan dengan sejajar ke dalam bahasa Indonesia.
E. Teknik Pengumpulan Data Terkait dengan sumber data yang merupakan dokumen, teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengkaji dokumen (analisis konten), kuesioner, dan diskusi kelompok terarah. Analisis konten dilakukan menurut kerangka teori appraisal dan juga penerjemahan. Secara umum, data hasil interview, catatan lapangan, dan tipe lain sulit untuk dianalisis sebelum informasi yang terdapat didalamnya dibuat condensed dan disusun agar dapat dibandingkan. Inskripsi piranti appraisal, teknik penerjemahan, dan kualitas terjemahandigunakan dalam penelitian ini. Di samping itu, informasi yang menjadi fokus terdapat pada penggunaan piranti appraisal di dalam teks sumber.Piranti appraisal kemudian dibandingkan dengan terjemahannya dalam BSa. Jika piranti appraisal dipertahankan, dihilangkan, ditambah, digeser atau dirubah maknanya, maka unit linguistik tersebut diberi kode sesuai dengan bentuk, makna, dan fungsi mereka dalam teori appraisal. Hal ini dilakukan untuk memaknai
67
perbedaan antara teks sumber dan teks sasaran melalui bahasa evaluatifnya dan untuk memudahkan analisis selanjutnya. Kemudian, kuesioner diberikan kepada para rateruntuk menilai keakuratan dan keberterimaan terjemahan transkrip konferensi pers. Raterssebagai responden diminta mengisi tabel penilaian skala kualitas dengan angka 3, 2, dan 1. Penentuan skala mengacu pada instrumen penilaian kualitas terjemahan oleh Nababan, Nuraeni, dan Sumardiono (2012).Pengisian kuesioner dilanjutkan dengan pelaksanaan diskusi kelompok terarah dengan para rater guna mendapatkan informasi yang detail mengenai hasil terjemahanekspresi solidaritas dan keberpihakanbeserta implikasinya terhadap kedudukan partisipan. Hasil kuesioner dan diskusi kelompok terarah digunakan untuk membantu analisis dan juga penarikan kesimpulan di dalam penelitian. Hal tersebut dilakukan dengan memperhatikan dominasi kategori-kategori berdasarkan teknik penerjemahan dan juga kualitas terjemahan setiap piranti appraisal pada ekspresi solidaritas dan keberpihakan. Prediksi penyebab dominasi kategori tertentu didiskusikan dengan para rater dan kemudian mempengaruhi kesimpulan penelitian.
F. Validitas Data Di dalam penelitian kualitatif, teknik triangulasi yang sering digunakan untuk pengecekan validitas data ada empat macam: triangulasi sumber, triangulasi metode, triangulasi teori, dan triangulasi peneliti (Lincoln & Guba, 1985; Patton, 1980). Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dengandua sumber data: dokumen
68
dan rater sebagai responden sekaligus informan. Data yang berasal dari dokumen berupa piranti appraisal dan terjemahannya; sedangkan data yang berasal dari rater adalah hasil kuesioner dan diskusi mengenai kualitas terjemahan. Di samping itu, penelitian ini juga menggunakan triangulasi metode yang dilakukan untuk mengabsahkan kebenaran informasi data. Metode yang berbeda digunakan untuk memperoleh data dari dokumen dan informan.Analisis konten digunakan untuk memperoleh data dari dokumen; diskusi digunakan untuk memvalidasi data oleh validator; kuesioner digunakan untuk memperoleh data dari rater sebagai responden; sedangkan diskusi kelompok terarah dilakukan untuk memperoleh data dari rater sebagai informan.
G. Analisis Data Kualitatif Santosa (2014: 64) mengemukakan “bahwa di dalam penelitian kualitatif, data dianalisis secara kualitatif dan induktif.Secara kualitatif, peneliti akan menyimak, memahami, menata, mengklasifikasikan, menghubungkan antar kategori, dan menginterpretasikan data berdasarkan konteksnya.”Menurut Goetz dan LeCompte (1981), analisis induktif dimulai tidak dengan teori atau hipotesis namun dengan data itu sendiri, di mana kategori teoritis dan proposisi relasi didapatkan dari proses induksi.
69
Taksonomi
Domain
Komponensial
Menemukan Tema Budaya Gambar 3.1.Model analisis isi menurut Spradley (dalam Santosa, 2014).
Ada empat komponen dalam analisis konten: analisis domain, taksonomi, komponensial, dan tema budaya (Spradley, 1980), yang dapat menjadi tahapan penelitian induktif kualitatif. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa analisis domain digunakan untuk membedakan fakta yang merupakan data dan yang bukan.Setelah data terkumpul, data tersebut ditempatkan ke dalam domain yang benar sesuai konteksnya.Analisis
taksonomi
digunakan
untuk
mengorganisir
atau
mengklasifikasikan data berdasarkan kategori alamiahnya.Analisis komponensial digunakan untuk menata dan menghubungkan data berdasarkan domain, kategori bentuk, kategori fungsi, atau kategori lainnya.Analisis komponensial tersebut bertujuan untuk memperoleh hubungan antar domain dan antar kategori untuk memperoleh pola.Pola hubungan atau pola interaksi budaya ini menjadi embrio untuk memperoleh dasar-dasar teori atau tema budaya.Akhirnya, analisis tema budaya menginterpretasi pola hubungan antar kategori tadi di dalam konteks situasi dan konteks budaya yang melingkupi fokus penelitiannya (Santosa, 2014: 88). Model analisis kualitatif menurut Spradley (1980) ditunjukkan seperti Gambar 3.1.
70
1. Analisis Domain Untuk membedakan fakta yang merupakan data dan yang bukan merupakan data, peneliti menempatkan semua fakta yang berupa tuturan asli dalam bahasa sumber dan juga terjemahannya yang mengandung piranti appraisal. Tabel 3.1. Contoh analisis domain ekspresi keberpihakan Datum No. 2
Text 1
Expressions
BSU/ BSA
Keberpihakan BSU BSA
57
1
Keberpihakan BSU
BSA
Clause These executions are both cruel and unnecessary Eksekusi ini kejam dan tidak perlu The recalling of an ambassador is a sign that Australian Government was very displeased and dismayed… Pemanggilan Duta Besar ini adalah tanda bahwa Pemerintah Australia sangat kecewa dan terkejut…
Kemudian, piranti appraisal yang tidak berkontribusi terhadap solidaritas dan keberpihakan penutur disisihkan dari data. Validator diperlukan untuk memastikan keabsahan data sebagai ekspresi solidaritas dan keberpihakan.
2. Analisis Taksonomi Analisis taksonomi bertujuan mengkategorikan data yang telah dikumpulkan pada analisis domain.Di dalam penelitian ini, data pada teks sumber dan teks sasaran
71
kemudian dikelompokkan menurut
kerangka teori appraisaldan juga teori
penerjemahan. Tabel 3.2.Contoh analisis taksonomi – piranti appraisal ekspresi keberpihakan BSU / BSA
Clause
Apprai sing item
App rais ed
For m
The se exe cuti ons Eks eku si ini Aus trali a
BSU
These executions are both cruel and unnecessary
cruel and unnece ssary
BSA
Eksekusi ini kejam dan tidak perlu
BSU
The recalling of an ambassador is a sign that Australian Government was very displeased and dismayed… Pemanggilan Duta Besar ini adalah tanda bahwa Pemerintah Australia sangat kecewa dan terkejut…
kejam dan tidak perlu dismay ed
BSA
terkejut
Aus trali a
affect
Attitude Judg appreci ment ation
Graduation force focu s
Attr ibut e
-
-
Valuatio n: negative
Intensificatio n: Metaphor: upscale
-
Engagement hetero Contr Exp action ansi on √ -
Attr ibut e
-
-
Valuatio n: negative
Intensificatio n: Metaphor: upscale
-
√
-
-
Me ntal pro ces s
Dissat isfacti on: disple asure
-
-
Intensificatio n, process: up-scale
-
√
-
-
Me ntal pro ces s
Insecu rity: Surpri se
-
-
Intensificatio n, process: down-scale
-
√
-
-
mon o
Pada Tabel 3.2., ekspresi keberpihakan dianalisis berdasarkan piranti appraisal yang membentuknya. Piranti appraisal yang teridentifikasi pada kedua data adalah Affect, Appreciation, Graduation, dan asersi monogloss. Pada Tabel 3.3., data 1 dan 2 pada ekspresi keberpihakan dianalisis berdasarkan teknik penerjemahan yang digunakan. Teknik yang teridentifikasi adalah
72
Tabel3.3. Contoh analisis taksonomi – terjemahan dan teknik penerjemahan piranti appraisal ekspresi keberpihakan BSU
BSA Ad
Am
B
Ca
Co
De
Teknik Penerjemahan DC EE G LA LC
LT
M
P
R
S
T
V
cruel and unnecessary
kejam dan tidak perlu
-
-
-
-
-
-
-
√
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
cruel (metaphor: up-scale)
kejam (metaphor: up-scale)
-
-
-
-
-
-
-
√
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
dismayed
terkejut
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
√
-
-
-
dismayed (Intens, process: upscaled)
Terkejut (Intens, process: downscaled)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
√
-
-
-
Note:Ad (Adaptasi); Am (Amplifikasi); B (Peminjaman); Ca (Kalke); Co (Kompensasi); De (Deskripsi); DC (Kreasi Diskursif); EE (Padanan Lazim); G (Generalisasi); LA (Amplifikasi Linguistik); LC (Kompresi Linguistik); LT (Penerjemahan Literal); M (Modulasi); P (Partikularisasi); R (Reduksi); S (Substitusi); T (Transposisi); V (Variasi)
duaPadanan Lazim dan dua Reduksi. Teknik-teknik ini kemudian memiliki implikasi pada kualitas terjemahan.Hubungan tersebut dapat diamati pada tabel analisis komponensial yang dibuat.
3. Analisis Komponensial Analisis komponensial berfungsi menghubungkan domain dan kategori yang telah dilakukan pada analisis domain dan taksonomi. Tabel 4.3. berikut menyajikan piranti appraisal yang terdapat pada teks sumber dan teks sasaran. Terjemahan piranti appraisal kemudian digolongkan ke dalam kategori dipertahankan (=), digeser (»), dirubah (≠), dihilangkan (-), dan ditambah (+). Teknik penerjemahan yang digunakan
73
pada setiap data juga dihubungkan dengan kualitas terjemahan. Tabel analisis komponensial diatur agar pola dapat muncul. Tabel 3.4.Contoh analisis komponensial –hubungan struktur teks, teknik penerjemahan, terjemahan piranti appraisal, dengankualitas terjemahan ekspresi keberpihakan Datu m No.
Text
Expressi ons
2
1
Keberpih akan
57
1
Keberpih akan
Piranti Appraisal dengan Ekspresi Solidaritas dan Keberpihakan BSU Appreciation: Valuation: negative Graduation: Intensification: metaphor: upscale Affect Dissatisfaction: displeasure Intensification, process: upscaled
BSA Appreciation: Valuation: negative Graduation: Intensification: metaphor: upscale Affect Insecurity: Surprise
Teknik Penerjemaha n
Terjemahan Piranti Appraisal = √
» -
≠ -
-
+ -
Penerjemahan Literal
√
-
-
-
Reduksi
-
-
√
Reduksi
-
√
-
Penerjemahan Literal
Intensification, process: downscaled
Kualitas Terjemahan Keakuratan Keberterimaa n 3 2 1 3 2 1
√
-
-
√
-
-
-
√
-
-
√
-
-
-
-
-
√
-
√
-
-
-
-
-
√
-
√
-
-
Note: (=) dipertahankan; (») digeser; (≠) dirubah; (-) dihilangkan; (+) ditambah
Pengelompokkan data secara signifikan dipengaruhi oleh efek yang ditimbulkan terjemahan piranti appraisal pada teks terjemahan. Sebagai contoh, perTabel3.5.Teknik penerjemahan, dampak teknik terhadap terjemahan piranti Attitude, dan kualitas terjemahan pada piranti Attitude ekspresi solidaritas dan keberpihakan Ex p
Am
B
EE
G
LT
M
Translation Quality Keberterima an
Efek Teknik pada Piranti Appraisal
Translation Techniques
Attitude
P
R
T
=
»
≠
-
Keakuratan +
3
2
1
3
2
1
16 - 4 - - - 21 21 - 18 3 + 1 1 2 - - - 1 4 4 - 3 1 1 4 1 - 1 1 8 8 - 7 1 Jud + Sol 9 - - - - 9 9 - 7 2 g 1 15 1 - 1 - 18 18 - 17 1 + App 2 - - 1 1 2 5 1 5 1 6 8 - 1 - - 1 10 10 - 9 1 + Aff 1 1 7 - - 2 2 11 2 11 2 13 1 3 - - - - 4 4 - 4 Ke Jud + 1 - - 1 1 2 1 2 1 3 b g 1 5 - 2 - - - 8 8 - 6 2 + App 13 1 1 - - 2 17 17 - 15 2 Note: Am= Amplifikasi; B= Peminjaman; EE= Padanan Lazim; G= Generalisasi; LT= Penerjemahan Literal; M= Modulasi; P= Partikularisasi; R= Reduksi; T= Transposisi; = Dipertahankan; » Digeser; ≠ Diubah; - Dihilangkan; +Ditambah Aff
74
geseran makna pada terjemahan piranti appraisal terjadi karena tingkat Graduationnya berubah. Maka indikator terjemahan piranti appraisal yang dinilai bergeser adalah perubahan tingkat Graduation-nya dari teks sumber ke teks terjemahan. Indikator lain untuk pergeseran makna yaitu ketika piranti appraisal diterjemahkan ke dalam subkategori yang berbeda namun masih di bahwa kategoriyang sama.Kemudian, indikator terjemahan piranti appraisal yang dinilai berubah adalah ketika piranti tersebut diterjemahkan ke dalam kategori lain dalam framework appraisal.Kasus perubahan dapat dilihat pada datum 57 pada contoh data Tabel 3.1. sampai 3.4.
4. Analisis Tema Budaya Analisis ini dilakukan untuk melihat pola hubungan yang diperoleh dari analisis komponensial ke dalam konteks penggunaan kebahasaan yang sebenarnya dan ditambah dengan merefleksikan perkembangan teori yang sudah ada dan datadata penelitian sekunder (Santosa, 2014: 88).Pada penelitian ini, analisis tema budaya difokuskan untuk mengkaji penggunaan teknik-teknik penerjemahan pada piranti appraisal dan kesesuaian teknik tersebut dengan kedudukan yang ingin dibangun penutur asli beserta konvensi teks.Dalam analisis ini, data primer, data sekunder, analisis peneliti, dan hasil diskusi dengan rater dikaitkan.Proses analisis tema budaya digambarkan pada Gambar 3.2. Dalam dispute mengenai eksekusi dua warga negaranya di Indonesia, penerjemah mengubah evaluasi “dismayed” yang diungkapkan pemerintahAustralia melalui PM Tony Abbott dan FM Julie Bishop. Leksis tersebut termasuk ke dalam
75
piranti Dissatisfaction: Displeasure, yang diubah di dalam teks terjemahan menjadi Insecurity:
Surprise
“terkejut.”Teknik
penerjemahan
Reduksi
yang
dipilih
penerjemah menghilangkan beberapa informasi pada teks sumber sehingga teks sasaran tidak merefleksikan kategori appraisal yang sejajar.Hal ini dapat disebabkan oleh usaha penerjemah untuk membantu memperbaiki hubungan kedua negara yang sedang berselisih paham.
Konteks Budaya Pola hub.
Teori Data Sekunder
Gambar 3.2. Analisis tema budaya(Santosa, 2014)
Ketegangan yang mengancam hubungan diplomasi antara kedua negara diperkirakan akan berlangsung lama, namun bukan berarti rusak. Australia dan Indonesia memiliki sejumlah kerjasama yang sedang berlangsung pada masalahmasalah penting, seperti pemberantasan terorisme, pencucian uang, dan perdagangan obat-obatan terlarang. Lee dalam komentari untuk CNN (2015) menyebutkan bahwa kedua negara akan tetap bekerjasama di balik layar pada level operasional; dan
76
Australia juga tetap membutuhkan kerjasama yang sedang berlangsung dalam memerangi kapal-kapal ilegal yang berlayar di perairan Australia, dan tidak ingin merusak apa yang telah dicapai. Karena alasan-alasan ini, perselisihan antara kedua akan tertahan dan berangsur-angsur hubungan akan dijalin kembali dan diperbaiki, salah satunya dengan memanfaatkan bahasa. Perubahan dan pergeseran makna dalam terjemahan piranti appraisal pada datum 57mengakibatkan kedudukan penutur juga berubah di dalam teks terjemahan. Penutur asli menggunakan ekspresi yang dapat dengan ekstrem berseberangan dengan ideologi pihak Indonesia, namun tidak demikian dalam terjemahan. Distribusi piranti appraisal di dalam data ekspresi solidaritas dan keberpihakan beserta terjemahannya, teknik penerjemahan, dan kualitas terjemahan kemudian dihubungkan untuk melihat konvensi teks sumber dan juga terjemahannya.Nilai budaya dihubungkan dengan pihak yang terlibat, politik dalam dan luar negeri, hubungan bilateral, dan foreign policyAustralia.