63
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang merupakan pendekatan utama dan pendekatan kualitatif sebagai penunjang. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengatahui efektivitas layanan bimbingan kelompok dengan pendekatan Analisis Transaksional. Sedangkan pendekatan kualitatif digunakan pada tahap studi pendahuluan untuk mengetahui gambaran umum konsep diri siswa kelas X SMA Negeri 6 Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Experimental Design. Creswell (2008:299) menyebutkan “in an experiment, you test an idea (or practice or procedure) to determine whether it influences an outcome or dependent variable”. Penelitian eksperimen bertujuan meneliti ide (baik praktek maupun prosedur) untuk melihat pengaruhnya terhadap hasil atau variabel dependen. Oleh karena itu, langkah pertama dalam penelitian ekperimen ini ialah menentukan ide (praktek atau prosedur) yang akan dieksperimenkan, selanjutnya membantu individu atau kelompok sehingga mengalami pengalaman (praktek atau prosedur) tersebut dan selanjutnya melihat dan menentukan apakah ide (praktek atau prosedur) yang dialami oleh individu atau kelompok tersebut menunjukkan hasil yang lebih baik dari pada individu atau kelompok yang tidak diberi perlakuan (praktek atau prosedur) tersebut. Amalia Rizki Pautina, 2012 Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa : Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
64
Hal ini senada dengan Margono (2007:110) yang menjelaskan bahwa penelitian eksperimen merupakan penelitian percobaan, yaitu penelitian yang membandingkan dua kelompok sasaran penelitian, satu kelompok (kelompok eksperimen) diberi perlakuan tertentu dan satu kelompok (kelompok kontrol) dikendalikan pada suatu keadaan yang pengaruhnya dijadikan sebagai pembanding. Selisih tanggap antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol menjadi ukuran pengaruh perlakuan yang diberikan kepada kelompok perlakuan tersebut. Dengan demikian, penelitian eksperimen dilakukan ketika peneliti ingin mengetahui kemungkinan sebab dan akibat antara variabel independent dan variabel dependent.
B. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental
dengan
nonequivalent group pretest-posttest. Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Tabel 3.1 Desain Penelitian Kelompok
Pre-test
Perlakuan
Post-test
Eksperimen
Ο1
X1
Ο2
Kontrol
Ο1
X2
Ο2
Keterangan : Amalia Rizki Pautina, 2012 Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa : Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
65
01 : tes awal (sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok) pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol 02 : tes akhir (setelah diberikan layanan bimbingan kelompok) pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol X1 : bimbingan kelompok dengan pendekatan analisis transaksional X2 : perlakuan konvensional/tanpa perlakuan (Gall, Gall & Borg, 2003:385) Berdasarkan rancangan eksperimen semu di atas, maka uji keefektifan bimbingan kelompok dengan pendekatan analisis transaksional dapat dijabarkan dalam bagan berikut. Pre-Test
Treatment
Post-Test
Kelompok Eksperimen
Teknik analisis transaksional
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
Perlakuan Konvensional
Kelompok Kontrol
Gambar 3.1 Rancangan Treatment Eksperimen Semu Penelitian eksperimen ini melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut diberi pre-test dan post-test, perbedaan hasil atau variabel dependen pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat menunjukkan efektif atau tidaknya perlakuan (layanan Amalia Rizki Pautina, 2012 Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa : Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
66
bimbingan kelompok) yang diberikan kepada kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan bimbingan kelompok dengan pendekatan Analisis
Transaksional
dan
kelompok
kontrol
mendapatkan
perlakuan
konvensional atau tanpa perlakuan. C. Langkah-langkah Penelitian Berikut dipaparkan rincian langkah-langkah penelitian: a. Studi pendahuluan, kegiatan yang dilakukan yaitu studi literatur berdasarkan teori-teori yang berkaitan dengan konsep diri, dan studi empiris berdasarkan fakta lapangan tentang gambaran konsep diri peserta didik serta deskripsi mengenai pelaksanaan program bimbingan dan konseling di SMA Negeri 6 Bandung. b. Penyusunan layanan hipotetik berdasarkan gambaran yang diperoleh dari lapangan. c. Validasi struktur layanan untuk mengetahui kelayakan layanan hipotetik. Validasi ini dilakukan oleh pakar dan praktisi BK. d. Revisi struktur layanan, yang dilakukan atas dasar validasi oleh pakar dan praktisi BK sehingga diperoleh layanan akhir. e. Melaksanakan eksperimen. Pelaksanaan eksperimen meliputi tahapan prosedur yang tepat dengan pemilihan desain, yang terdiri dari: 1) Mengadministrasi pre test. 2) Memberikan perlakuan eksperimen untuk kelompok eksperimen.
Amalia Rizki Pautina, 2012 Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa : Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
67
3) Memonitori proses sehingga ancaman terhadap validitas internal diminimalisir. 4) Mengadministrasi post test. f. Mengorganisasi dan menganalisis data. Tiga aktivitas utama yang diperlukan dalam menyimpulkan eksperimen: pengkodean data, analisis data, dan penulisan hasil eksperimen. D. Populasi dan Sampel Penelitian Lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian adalah SMA Negeri 6 Bandung di Jln. Pasir Kaliki no 51. SMA Negeri 6 Bandung dianggap representatif untuk dijadikan tempat penelitian karena belum memiliki program kegiatan yang khusus dilaksanakan untuk mengembangkan konsep diri peserta didik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 yang berjumlah 348 peserta didik. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling. Menurut Sugiono (2011) teknik simple random sampling adalah cara pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam populasi tersebut. Perlakuan dalam penelitian ini diberikan kepada peserta didik yang memiliki konsep diri negatif, peserta didik dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
masing-masing
berjumlah
15
peserta
didik.
Pertimbangan
menentukan jumlah sampel didasarkan pada pendapat Wingkel, 1997 dan Amalia Rizki Pautina, 2012 Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa : Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
68
Natawidjaja, 1987 tentang perspektif bimbingan kelompok bahwa jumlah anggota kelompok yang efektif adalah 8 sampai 15 orang (Farida, 2011:183).
E. Definisi Operasional 1.
Konsep Diri Atwater (Desmita, 2010: 163) berpendapat bahwa konsep diri adalah
keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya”. Sedangkan menurut Hurlock (Yusuf dan Nurihsan, 2008: 7) Self-concept adalah “(1) persepsi, keyakinan, perasaan, atau sikap seseorang terhadap dirinya; (2) kualitas pensifatan individu tentang dirinya; dan (3) suatu sistem pemaknaan individu dan pandangan orang lain tentang dirinya”. Konsep diri terbagi atas beberapa komponen. Atwater (Desmita, 2010: 164) mengemukakan bahwa komponen konsep diri terbagi atas tiga bentuk yaitu “Pertama, body image, kesadaran tentang tubuhnya. Kedua, ideal self, yaitu bagaimana cita-cita dan harapan-harapan seseorang mengenai dirinya. Ketiga, social self yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya”. Sementara itu, Hurlock (Yusuf dan Nurihsan, 2008: 7) berpendapat bahwa terdapat tiga komponen selfconcept yaitu “(a) perceptual atau physical self-concept; (b) conceptual atau psychological self-concept; dan (c) attitudinal”. Sedangkan menurut Sunaryo (2004: 33) konsep diri terbagi atas lima komponen yaitu “gambaran diri (body
Amalia Rizki Pautina, 2012 Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa : Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
69
image), ideal diri (self ideal), harga diri (self esteem), peran diri (self role), dan identitas diri (self identity)”. Dalam penelitian ini konsep diri adalah gambaran secara menyeluruh tentang diri peserta didik SMA Negeri 6 Kelas X, yang meliputi persepsi, perasaan, keyakinan dan nilai-nilai yang dianutnya terhadap body image, ideal self, social self, dan self esteem peserta didik tersebut. Dengan demikian, peningkatan konsep diri adalah membantu peserta didik sehingga memiliki persepsi yang positif terhadap gambaran tentang dirinya (body image), memiliki harapan yang positif terhadap diri idealnya (ideal self), mampu menilai dirinya secara realistis berdasarkan penilaian orang lain terhadapnya (social self) dan memiliki harga diri (self esteem) yang positif. 2.
Bimbingan Kelompok dengan pendekatan Analisis Transaksional Dalam penelitian ini, layanan bimbingan kelompok dengan pendekatan
analisis
transaksional
didefinisikan
sebagai
layanan
bimbingan
melalui
serangkaian kegiatan pemberian bantuan dari peneliti sebagai konselor kepada sekelompok peserta didik (konseli) secara berkesinambungan selama 9 kali pertemuan dengan menggunakan teknik-teknik analisis transaksional seperti kontrak perilaku, analisis struktural, analisis transaksi ego, analisis permainan, kursi kosong dan analisis skrip yang bertujuan untuk mengembangkan konsep diri peserta didik SMA Negeri 6 Bandung kelas X. Adapun sistematika pengembangan layanan mencakup: (1) rasional, (2) tujuan, (3) asumsi, (4) sasaran
Amalia Rizki Pautina, 2012 Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa : Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
70
bimbingan, (5) kompetensi konselor, (6) struktur dan isi bimbingan, dan (7) evaluasi dan indikator keberhasilan.
F. Pengembangan Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang dirancang untuk pengumpulan data dalam penelitian ini berbentuk angket, untuk mengetahui jenis konsep diri peserta didik. Bentuk skala penilaian yang digunakan adalah (4) Sangat Sesuai, (3) Sesuai, (2) Agak Sesuai, dan (1) Tidak Sesuai. Adapun kisi-kisi instrumen sebelum uji coba, sebagai berikut.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri (Sebelum Ujicoba) Tujuan
Memperoleh gambaran tentang konsep diri peserta didik
Aspek
Indikator
1. Body Image yaitu 1.1 Memiliki gambaran mental penilaian yang peserta didik positif terhadap bentuk terhadap dan ukuran ukuran tubuh tubuhnya 1.2 Mampu memberikan penilaian positif tentang daya tarik 1.3 Memiliki penilaian yang positif terhadap bentuk tubuh
Nomor item (+) (-) 1,11,21 40,50, 59
Jumlah soal
6
39,49, 58
2,12,22 6
3,13,23
38,48, 57
Amalia Rizki Pautina, 2012 Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa : Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
6
71 Tujuan
Aspek
Indikator
2. Ideal self yaitu persepsi peserta didik tentang apa yang diinginkan mengenai dirinya, atau keyakinan tentang apa yang seharusnya mengenai dirinya. 3. Social self yaitu persepsi peserta didik mengenai dirinya berdasarkan penilaian dari orang lain
2.1 Memiliki citacita yang ingin dicapai
Nomor item (+) (-) 47, 56 4,14
4
2.2 Memiliki harapanharapan tentang dirinya
5,15,37
3.1 Mampu menjalin hubungan dengan orang lain 3.2 Mampu menilai dirinya dengan realistis 3.3 Mudah bergaul dengan orang lain 4.1 Memiliki rasa percaya diri
26,35, 45
4. Self esteem yaitu evaluasi dan kebiasaan peserta didik memandang dirinya, terutama sikap menerima, menolak, dan indikasi besarnya 4.2 Mencintai kepercayaan dirinya individu terhadap kemampuan, keberartian, kesuksesan, keberhargaan
Jumlah soal
24,36, 46 6
6,16,25 6
7,17,27
34,44, 55
33,43, 54
8,18,28
9,19,29
32,42, 53
6
6
31,41, 51,52
10,20, 30,60
G. Uji Coba Instrumen Pengumpulan Data 1.
6
Uji Kelayakan Instrumen
Amalia Rizki Pautina, 2012 Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa : Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
8
72
Sebelum instrumen diujicobakan, terlebih dahulu dilakukan uji validitas oleh tiga orang ahli (expert judgement). Validasi instrumen bertujuan untuk mengetahui kelayakan alat ukur dari segi konstruk, isi dan bahasa yang sesuai dengan kebutuhan. Apabila terdapat butir pernyataan yang tidak sesuai, maka butir pernyataan tersebut akan dihilangkan atau direvisi sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian. 2.
Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
a.
Validitas Instrumen Uji validitas instrumen dilakukan melalui dua tahapan yaitu pengujian
validitas konstruksi yang dilakukan oleh tiga orang pakar yaitu Dr. Ipah Saripah, M.Pd, Dr. Budi Susetyo, M.Pd dan Dr. Mubiar Agustin, M.Pd. Validitas konstruksi ini berguna untuk mendapatkan masukan dari para pakar agar aspekaspek yang terdapat dalam konstruk instrumen sesuai dengan landasan teori yang menjadi dasar penelitian. Ada pun saran yang diberikan oleh para pakar sebagai berikut. Dr. Ipah Saripah, M.Pd menyatakan bahwa instrumen sudah cukup memadai, tetapi DOV masih perlu disempurnakan, saran ini telah ditindak lanjuti dengan merevisi DOV. Dr. Budi Susetyo, M.Pd menyatakan bahwa validitas konstruk dapat dilakukan setelah ujicoba lapangan dan dianalisis dengan analisis faktor, pilihan jawaban perlu dibuat dengan skala buatan yang berupa angka 1 sampai 4, serta secara isi instrumen telah terdapat kecocokan antara aspek, indikator dan pernyataan, saran ini telah ditindak lanjuti dengan melakukan ujicoba lapangan dan membuat skala buatan untuk format pilihan jawaban. Amalia Rizki Pautina, 2012 Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa : Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
73
Sedangkan Dr. Mubiar Agustin, M.Pd menyatakan bahwa DOV masih perlu diperbaiki dan hindari penggunaan pernyataan yang bertolak belakang. Saran ini juga telah ditindak lanjuti dengan merevisi DOV dan memperbaiki pernyataan yang bertolak belakang. Tahap selanjutnya adalah mengujicobakan instrumen secara langsung ke lapangan. Instrumen diujicobakan kepada 100 peserta didik SMA Negeri 4 Bandung (tidak ada ketetapan tentang jumlah sampel uji coba). Untuk menguji validitas instrumen ini digunakan rumus korelasi Product Moment yang dikemukakan oleh Person (Arikunto, 2002:146).
a
Pengujian nilai signifikansi validitas butir item menggunakan uji t, yaitu dengan rumus sebagai berikut. X1 X 2
t
Sgab
1 1 n1 n2
Keterangan : t
= harga t hitung untuk tingkat signifikansi
r
= koefisien korelasi
n
= banyaknya subjek
Amalia Rizki Pautina, 2012 Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa : Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
74
dimana
S gab
n1 1s1 2 (n2 1)s 2 2 n1 n2 2 Langkah selanjutnya adalah membandingkan t hitung dengan t tabel untuk
mengetahui tingkat signifikansi dengan ketentuan t hitung > t tabel . Dalam penelitian ini, proses di atas dilakukan dengan bantuan SPSS, sebuah program komputer statistik dengan tingkat akurasi yang tinggi. Proses pengolahan dan hasil uji validitas dibantu dengan software komputer terpercaya dalam menghitung statistik yaitu program SPSS versi 16. Software tersebut mempermudah peneliti untuk menyingkat proses perhitungan secara akurat dalam waktu yang singkat dengan hasil yang diyakini kebenarannya. Dari 60 item pernyataan konsep diri, diperoleh 7 item pernyataan yang tidak valid, sehingga total item pernyataan valid berjumlah 53 item. Berikut ini merupakan hasil uji validasi instrumen konsep diri peserta didik. Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Keterangan Valid
Tidak Valid
Item 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 18, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 38, 39, 40, 41, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60 5, 15, 17, 19, 21, 37, 42
∑ 53 7
Uji coba instrumen bertujuan untuk mengetahui ketetapan/kesahihan (validity) instrumen tersebut. Berikut ini kisi-kisi setelah uji coba. Amalia Rizki Pautina, 2012 Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa : Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
75
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri (Setelah Ujicoba) Tujuan Memperoleh gambaran tentang konsep diri peserta didik
Aspek 1. Body Image yaitu gambaran mental peserta didik terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya
Indikator 1.1 Memiliki penilaian positif terhadap ukuran tubuh 1.2 Mampu memberikan penilaian positif tentang daya tarik
1.3 Memiliki penilaian positif terhadap bentuk tubuh 2 Ideal self yaitu persepsi 2.1 Memiliki citapeserta didik tentang cita yang ingin apa yang diinginkan dicapai mengenai dirinya, atau keyakinan tentang apa 2.2 Memiliki yang seharusnya harapan mengenai dirinya. realistis tentang dirinya 3 Social self yaitu 3.1 Mampu persepsi peserta didik menjalin mengenai dirinya hubungan berdasarkan penilaian dengan orang dari orang lain lain 3.2 Mampu menilai dirinya secara realistis 3.3 Mudah bergaul dengan orang lain
Nomor item (+) (-) 1,10 34,43, 52
Jumlah soal
5
33,42, 51
2,11,17 6
3,12,18
32,41, 50 6
40, 49
4,13 4
-
20,30, 38
19,31, 39
3
5,14,21 6
6,22
28,36, 47
29,37, 48
5
7,15,23
Amalia Rizki Pautina, 2012 Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa : Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
6
76 Tujuan
Aspek 4 Self esteem yaitu evaluasi dan kebiasaan peserta didik memandang dirinya, terutama sikap menerima, menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuan, keberartian, kesuksesan, keberhargaan
Indikator 4.1 Memiliki rasa percaya diri
Nomor item (+) (-) 8,24 27, 46
Jumlah soal
4
4.2 Mampu mencintai dirinya
26,35, 44,45
9,16, 25,53
8
b. Reliabilitas Instrumen Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kepercayaan instrumen sebagai alat pengumpul data. Reliabilitas berkenaan dengan ketepatan hasil pengukuran. Suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai, jika instrumen tersebut digunakan untuk mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya sama satau relatif sama. Pengujian reliabilitas yang dilakukan pada instrumen penelitian adalah dengan menggunakan internal consistency. Internal consistency menurut Sugiyono (2011:131) adalah pengujian yang hanya dilakukan dengan mencobakan instrumen sekali saja, dimana selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik tertentu. Secara keseluruhan perhitungan ini dibantu dengan menggunakan program komputer SPSS for Windows veri 16. Kriteria untuk mengetahui reliabilitas, menggunakan klasifikasi kriteria yang dikemukakan oleh Sugiono (1999:149) yang tercantum pada tabel berikut. Amalia Rizki Pautina, 2012 Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa : Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
77
Tabel 3.5 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi 0.80 – 1.000 0.60 – 0.799 0.40 – 0.599 0.20 – 0.399 0.00 – 0.199
Derajat reliabilitas sangat tinggi Derajat reliabilitas tinggi Derajat reliabilitas sedang Derajat reliabilitas rendah Derajat reliabilitas sangat rendah (Sugiono, 1999:149)
Uji reliabilitas instrumen konsep diri peserta didik hanya dilakukan pada butir item pernyataan yang telah memiliki tingkat validitas tinggi. Apabila rhitung > rtabel, maka butir item pernyataan reliabel, sebaliknya bila rhitung < rtabel, maka butir item pernyataan tidak reliabel. Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Cronbach's Alpha Based on Standardized Cronbach's Alpha Items N of Items .919
.922
53
Berdasarkan Tabel sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa nilai reliabilitas instrumen konsep diri sebesar 0,919 berada pada kategori sangat tinggi, artinya instrumen ini mampu menghasilkan skor-skor pada setiap item dengan konsisten.
H. Prosedur Pengolahan Data 1.
Penyeleksian Data
Amalia Rizki Pautina, 2012 Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa : Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
78
Penyeleksian data bertujuan untuk memilih data yang memadai untuk diolah berdasarkan kelengkapan jawaban, baik identitas maupun jawaban. Jumlah angket yang terkumpul harus sesuai dengan jumlah angket yang disebar. 2.
Penyekoran Penyekoran instrumen dalam penelitian disusun dalam bentuk skala
ordinal. Skala ordinal yaitu skala yang menunjukkan perbedaan tingkatan subjek secara kuantitatif (Furqon, 1997:7). Skala ordinal didasarkan pada peringkat yang diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang terrendah atau sebaliknya.
Tabel 3.7 Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban Alternatif jawaban Sangat Sesuai Sesuai Agak Sesuai Tidak Sesuai
Pemberian Skor Positif Negatif 4 1 3 2 2 3 1 4
Rentang penilaian pada skala konsep diri dalam penelitian ini menggunakan rentang skor dari 1 – 4 dengan banyaknya item 53, sehingga interval kriteria tersebut dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut. Skor maksimum
: 4 X 53 = 212
Skor minimum
: 1 X 53 = 53
Rentang
: 212 – 53 = 159
Panjang kelas interval
: 159 : 2 = 80
Persentase skor maksimum (4 : 4) X 100% = 100% Amalia Rizki Pautina, 2012 Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa : Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
79
Persentase skor minimum (1 : 4) X 100% = 25% Rentang persentase skor = 100% - 25% = 75% Banyaknya kriteria = (Positif, Negatif) Panjang kelas interval
= rentang : banyaknya kriteria = 75% : 2 = 37.5%
Konsep diri diklasifikasikan ke dalam dua kriteria yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Penentuan rentang norma kriteria konsep diri dijelaskan dalam tabel berikut. Tabel 3.8 Kriteria Konsep Diri Rentang
Kriteria
134 - 212
Positif
53 - 133
Negatif
Deskripsi Peserta didik yang masuk kriteria positif menunjukkan bahwa peserta didik telah memiliki a). pemahaman yang positif tentang body image (citra dirinya), b). harapan yang positif dan realistis tentang ideal self (dirinya), c). persepsi positif tentang social self (dirinya berdasarkan penilaian dari orang lain), dan d) self esteem (harga diri) yang positif. Peserta didik yang masuk dalam kriteria negatif belum memiliki a). pemahaman yang positif tentang body image (citra dirinya), b). harapan yang positif dan realistis tentang ideal self (dirinya), c). persepsi positif tentang social self (dirinya berdasarkan penilaian dari orang lain), dan d) self esteem (harga diri) yang belum positif.
Amalia Rizki Pautina, 2012 Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa : Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
80
I.
Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
non parametrik, dengan menggunakan uji Wilcoxon karena mengacu pada variabel data yang ada dalam penelitian ini adalah variabel data non parametrik, selain itu, uji Wilcoxon tidak menerapkan syarat-syarat mengenai parameterparameter populasi penelitian. Uji Wilcoxon yaitu dengan mencari perbedaan mean pre-test dan post-test. Disamping menggunakan uji Wilcoxon, penelitian ini juga menggunakan analisis data deskriptif presentase. Menurut Furqon ntuk mencari besarnya harga W, diambil harga yang terkecil dari W+ dan W-. hipotesis nol (Ho), jika 𝜇A – 𝜇B = 0 dapat ditolak dan menerima pembandingnya 𝜇A – 𝜇B ≠ 0, hanya jika W+ dan W- cukup kecil, dengan kata lain W juga cukup kesil. Sederhananya tolak Ho, jika W < Wtab dengan taraf signifikansi yang ditentukan sebelumnya. Pendekatan statisktik Wilcoxon W+ (atau W) menggunakan distribusi normal dapat dilakukan jika n ≤ 15 dengan menggunakan uji statistik (Irawan, 2010).
Amalia Rizki Pautina, 2012 Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa : Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu