BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian Berdasarkan jenis penelitiannya yaitu penelitian deskriptif analitik, dengan menggunakan metode penelitian survey. Penelitian deskriptif memberikan gambaran tentang keadaan dan gejala-gejala sosial tertentu. Penggambaran keadaan atau gejala yang dimaksud adalah adanya faktor-faktor yang menyebabkan resistensi (penolakan) individual terhadap transformasi organisasi. Sedangkan penelitian analitik menyangkut pengujian hipotesis. Hubungan atau pengaruh
variabel independen yang menyebabkan
resistensi (penolakan)
individual terhadap tranfomasi organisasional akan diuji secara statistik. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Menurut Ker Linger yang dikutip oleh Sugiyono (2006:7), bahwa yang dimaksud dengan metode survei adalah: Metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.
3.2. Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga (Masri Singarimbun,1989:152) sedangkan Nawawi (2003) mengatakan
71
bahwa, “populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung atau pengukuran kuantitatif maupun kualitatif pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap”. Sedangkan pengertian lain dikemukakan oleh Sugiyono (2006:72) bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakterisrik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau subjek itu, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki objek atau subjek itu” (Uma Sekaran, 2006:121). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah karyawan PT Telkom Indonesia, Tbk Bandung di Unit Corporate berjumlah 200 responden
3.2.2 Sampel Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sugiono (2009) bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari karyawan coorporate PT Telkom Indonesia Bandung, yang berjumlah 67 responden. Dengan jumlah populasi sebanyak 200 responden, maka penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel secara acak (Random sampling) untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota
72
sampel. Sedangkan teknik pengambilan sampel menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Slovin. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
N n= 1 + Ne² Dimana : n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = taraf kesalahan (sumber : Husein Umar, 2002:141) berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai berikut: 200 n= 1 + (200)(0.1²) =
66.67 = 67
3.3. Definisi Operasional Variabel Penelitian Penelitian ini meliputi dua variabel inti, yaitu variabel bebas (Independen variable) dan variabel terikat (dependen variable). Menurut Sugiyono
(2006:33), yang dimaksud dengan variabel bebas
(independen variable/predictor variable) merupakan variabel yang mempengaruhi atau
menjadi
(terikat)sedangkan
sebab
perubahan
variabel
terikat
atau
timbulnya
(dependent
variabel
dependen
variable/criterion variable)
merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Keseluruhan variabel, baik variabel X dan Y dalam kuesioner ini menggunakan skala likert, dimana skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
73
Seperti yang dijelaskan oleh Sugiono (2008) bahwa skala likert digunakan untuk mengukur sikap pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelolmpok orang tentang fenomena sosial. 1. Kebiasaan/Habit (X1) Menurut Parea (1987), bahwa kebiasaan itu terjadi melalui pengulangan. Sesuai dengan pernyataan tersebut, maka jika suatu perbuatan atau tingkah laku yang dilakukan seseorang secara berulang-ulang dalam hal yang sama, akan menjadi suatu kebiasaan. Menurut Witherington (1982), kebiasaan merupakan suatu cara bertindak yang telah dikuasai yang bersifat tahan uji,seragam dan banyak sedikitnya otomatis. Kebiasaan biasanya terjadi tanpa disertai kesadaran pada pihak yang memiliki kebiasaan itu. Menurut Soejono (1988), kebiasaan diartikan sebagai perbuatan yang berlangsung secara mekanis, berhubungan telah berkali dan berupaya. Menurut Mahmuddin (2009) Kebiasaan didefinisikan sebagai titik pertemuan dari pengetahuan, keterampilan dan keinginan. Menurut . Hasan Mustafa (2001) kebiasaan merupakan pola tingkah laku yang kita tampilkan secara berulang-ulang sepanjang hidup kita. Kita lakukan itu, karena kita merasa nyaman, menyenangkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa kebiasaan itu merupakan suatu cara bertindak yang telah dikuasai yang berlangsung secara otomatis mekanis yang terjadi secara berulang-ulang. karena kita merasa nyaman, menyenangkan. Begitu terus kita lakukan sehingga terbentuk satu pola kehidupan sehari-hari.
74
2. Rasa Aman (X2) Menurut Robbins(2003)Sebuah rasa dimana kita merasa dapat melakukan segala hal tanpa ada gangguan sama sekali, atau rasa dimana kita akan merasa tenang jika apa yang kita miliki tidak diusik oleh orang yang tidak kita kehendaki, atau perasaan yang nyaman dimana kita tidak mempunyai prasangka yang buruk kepada seseorang. Kreitner serta Kinicki (2001)Hilangnya status atau keamanan kerja. Pemanfaatan teknologi dalam dunia kerja dapat mempercepat proses kerja. Hilangnya pekerjaan karyawan dapat diartikan sebagai hilangnya status dan penghasilan. Maka karyawan cenderung untuk resisten terhadap perubahan. Menurut Sengenberger (1995),47 ada 3 aspek rasa aman dalam bekerja yang saling berkaitan (three inter-relatedaspects of work based security) yakni : 1. Job security : rasa aman dalam bekerja yaitu kesempatan untuk menjadi pegawai tetap pada perusahaan yang sama 2. Employer security : menjadi karyawan dengan jenis pekerjaan atau pada lokasi yang berbeda namun masih dalam perusahaan yang sama. 3. Employment security : mencakup didalamnya kesempatan untuk berganti perusahaan (dalam Smithson & Lewis,2000: hal 683-685 ).
3. Faktor Ekonomi (X3) Menurut Drucker dikutif oleh Reksohadiprojo dan Handoko (2001: 326) bahwa faktor ekonomi adalah perubahan karakter kerja atau stabilitas rutinitas kerja yang dapat mempengaruhi ketakutan-ketakutan keadaan ekonomi yang tidak mereka inginkan seperti pekerjaan baru yang harus memenuhi standar kemampuan dan keahlian serta tuntutan produktifitas kerja yang tinggi.
75
Menurut Sadikin Kuswanto (2007) adalah Perubahan-perubahan yang terjadi akan menyebabkan penghasilan menyusut, karena tidak mampu melaksanakan tugas-tugas baru atau rutin yang dikaitkan dengan produktivitas yang dihasilkan. . Menurut Robbins dan Kreitner & Kinicki(2003) bahwa faktor-faktor ekonomi menyebabkan turunnya penghasilan, kenaikan gaji tidak sesuai harapan, naiknya biaya transport adalah faktor-faktor ekonomi yang memicu resistensi. Bila dampak ekonominya dirasa cukup nyata, maka resistensi karyawan terkait pada perubahan akan makin menguat.
4. Rasa Takut (X4) Menurut Likert (1967) Perasaan takut atau risau tentang ketidakmampuan mereka untuk menyesuaikan diri dengan perubahan, atau ketidakmampuan untuk melaksanakan tugas-tugas sebaik mereka melaksanakanya sebelum ada perubahan. Menurut teori Drucker dikutif oleh Reksohadiprojo dan Handoko (2001: 326) keraguan terhadap kemampuan adalah rasa percaya diri yang kurang dan bahkan tidak ingin melakukan kompetensi kerja berdasarkan kemampuan dan profesionalitas. Menurut Hasan Mustafa (2001), takut akan sesuatu yang tidak diketahui, sebagian besar perubahan tidak mudah diprediksi hasilnya. Oleh karena itu muncul ketidak pastian dan keraguraguan. Kalau kondisi sekarang sudah pasti dan kondisi nanti setelah perubahan belum pasti, maka orang akan cenderung memilih kondisi sekarang dan menolak perubahan.
76
Ketakutan terhadap munculnya dampak yang tak diinginkan. Perubahan menimbulkan ketidak-pastian, karena perubahan membuat seseorang bergerak dari suatu situasi yang sudah diakrabi menuju pada situasi yang asing dan tidak dia pahami. Akibatnya orang merasa cemas bahwa ujung-ujungnya perubahan akan merugikan dirinya.
5. Persepsi Selektif (X5) Menurut Young (1956) persepsi merupakan aktivitas mengindera, mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada obyek-obyek fisik maupun obyek sosial, dan penginderaan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada di lingkungannya Menurut Bimo Walgito (1981) Persepsi merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh individu sehingga individu dapat mengenali dirinya sendiri dan keadaan di sekitarnya. Menurut Meider (1958). Istilah persepsi adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber lain (yang dipersepsi). Melalui persepsi kita dapat mengenali dunia sekitar kita, yaitu seluruh dunia yang terdiri dari benda serta manusia dengan segala kejadiankejadiannya. Menurut Davidoff (2000) Persepsi merupakan proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap stimulus oleh organisme atau individu sehingga
77
didapat sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu. Menurut . Hasan Mustafa (2001), persepsi cara pandang individu terhadap dunia sekitarnya. Cara pandang ini mempengaruhi sikap. Pada awalnya program keluarga berencana banyak ditolak oleh masyarakat, karena banyak yang memandang
program
ini
bertentangan
dengan
ajaran
agama,
sehingga
menimbulkan sikap negatif
6. Resistensi Individual (Y) Menurut Angelo Kinicki (2001) resistensi individual adalah tanggapan emosional atau perilaku kepada bayangan atau kenyataan dari perubahan kerja (ancaman kepada pekerjaan rutin yang tidak dapat dipungkiri). Menurut Cummings dan Worley, (1997: 480) bahwa Penolakan terhadap perubahan pada pegawai/individu dapat terjadi dalam bermacam-macam bentuk yang bersifat implisit misalnya hilangnya kesetiaan, hilangnya motivasi kerja, timbul banyak kesalahan, bekerja lambat, banyak absensi, bahkan dalam bentuk yang terang-terangan misalnya menyatakan ketidaksetujuan, protes, atau lebih keras lagi dalam bentuk demonstrasi Penjabaran operasionalisasi dari variabel-variabel yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini :
78
variabel Kebiasaan/Hab it (X1)
konsep
Tabel 3.1 Operasional Variabel indikator
Kebiasaan/habit adalah sesuatu aktivitas kerja yang dilakukan berulang-ulang. (Robbins:2003)
1. Faktor internal 1.1. Personality : 1) Nyaman 2) Menyenangkan 3) Sederhana 4) Spontan 5) Sukar dihilangkan 6) Otomatis dan mekanis 7) Fleksibel
Rasa Aman/Kepasti an (X2)
Faktorfaktor Ekonomi (X3)
Perasaan yang nyaman dimana kita tidak mempunyai prasangka yang buruk kepada seseorang (Robbins:2003)
Faktor-faktor yang secara ekonomi menjadi motif terjadinya penolakan atas perubahan. (Robbins : 2003)
ukuran
skala ordinal
.1.1. Tingkat kenyamanan .1.2. Tingkat menyenangkan .1.3. Tingkat kesederhanaan .1.4. Tingkat spontan .1.5. Tingkat kesukaran untuk dihilangkan .1.6. Tingkat otomatis dan mekanik .1.7. Tingkat fleksibilitas
1.
Rasa aman tanpa gangguan
1.2.1. Tingkat rasa aman
2.
Rasa tenang
1.2.2. Tingkat ketenangan
3.
Rasa nyaman
1.2.3. Tingkat kenyamanan
4.
Job security
1.2.4. Tingkat Loyalitas 1.2.5. Tingkat integritas 1.2.6. Tingkat Nilai lebih thd pekerjaan 1.2.7. Tingkat all out (sepenuh hati)
1.
Perubahan karakter kerja
1.3.1. . Adanya pekerjaan baru
2.
Turunnya pendapatan
1.3.2.1. Tingkat reward/bonus 1.3.2.2. Tingkat biaya transport
3.
Perubahan stabilitas rutinitas kerja
1.3.3.1. Tingkat Produktivitas karyawan
ordinal
ordinal
1.3.3.2 Jumlah hari kerja
Rasa Takut (X4)
Perasaan takut atau risau tentang ketidakmampuan
1.
Tidak ada Kepercayaan diri
1.4.1. Tingkat kepercayaan diri
79
ordinal
mereka untuk menyesuaikan diri dengan perubahan, atau ketidakmampuan untuk melaksanakan tugastugas sebaik mereka melaksanakanya sebelum ada perubahan. (Likert: 1967)
Persepsi Selektif(X5)
Resistensi individual (Y)
Persepsi merupakan aktivitas mengindera, mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada obyek-obyek fisik maupun obyek sosial, dan penginderaan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada di lingkungannya. Young (1956)
Tanggapan emosional atau perilaku kepada bayangan atau kenyataan dari perubahan kerja (ancaman kepada pekerjaan rutin yang tidak dapat dipungkiri). Angelo Kinicki (2001)
2.
Perasaan takut tidak mampu beradaptasi pada perubahan
1.4.2. Tingkat ketidakmampuan beradaptasi
3.
Perasaan takut tidak mampu melaksanakan tugas-tugas batu
1.4.3. Tingkat ketidakmampuan dalam melaksanakan tugas
4.
Perasaan cemas terhadap kerugian dari suatu perubahan
1.
Mengindera
2.
Mengintegrasikan
3.
Memberikan penilaian
1.4.4. Tingkat kecemasan terhadap kerugian dari suatu perubahan 1.5.1 Tingkat Mengindera melalui alat indra 1.5.2. Tingkat Menyatukan persepsi 1.5.3. Tingkat Penilaian terhadap sesuatu
4.
Memberikan kesan
5.
Mengintepretasikan sesuatu
6.
Menerima informasi.
1.
Penolakan yang jelas kelihatan (eksplisit)
1.5.4. Tingkat Memberikan kesan 1.5.5. Tingkat Memberikan arti thd sesuatu 1.5.6. Menerima informasi
1.6.1. 1.6.2. 1.6.3.
2.
Penolakan yang tersirat (implisit), dan lambat laun.
2.6.1.
2.6.2. 2.6.3. 2.6.4.
3.
Karakteristik penolakan
ordinal
3.6.1. 3.6.2.
Mengajukan protes Ancaman mogok Demontrasi
ordinal
Ancaman berkurangnya loyalitas pd organisasi Motivasi kerja turun Tingkat kesalahan kerja Tingkat Absensi Tidak mau berubah Memiliki tujuan
80
3.6.3. 3.6.4. 3.6.5.
yang dicapai Menduduki jabatan penting Bersikap acuh tak acuh Sikap setuju dan tidak setuju
3.4. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data Sumber data penelitian dikumpulkan melalui data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung pada objek penelitian dilapangan yang dicatat dan digunakan sebagai bahan bahasan dan analisis. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan dari literatur atau buku-buku, laporan-laporan tahunan, statistik, dan lain-lain yang berkaitan dengan objek penelitian yang digunakan untuk melengkapi data primer. Teknik pengumpulan data merupakan suatu
proses pengadaan untuk
kepentingan penelitian. Data yang telah terkumpul digunakan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan oleh penulis adaalah : 1. Wawancara Teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewancara (pengumpul data) kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam. Wawancara ini dilakukan kepada pegawai di PT Telkom Indonesia, Tbk Bandung 2. Observasi, Merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan atau observasi pada kejadian yang dapat dilihat secara langsung
81
untuk melengkapi data yang diperoleh. Pengamatan ini dilakukan secara wajar dan alamiah tanpa berupaya untuk mengatur atau mempenaruhi sehingga dapat berpengaruh pada hasil penelitian. 3. Angket (kuesioner) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. 4. Studi Dokumentasi Dokumen merupakan produk nyata yang dapat memberikan jawaban objektif tentang suatu kegiatan. Studi dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan data tertulis mengenai objek yang diteliti secara akurat, yakni berbagai dokumen yang berhubungan dengan resistensi individual. Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian kuesioner atau angket untuk mengungkap tiga variabel bebas yaitu faktor-faktor yang menyebabkan resistensi individual. Seluruh variabel akan menggunakan skala Likert yang sudah dimodifikasi dimana responden memilih lima jawaban yang tersedia. Penghilangan jawaban di tengah berdasarkan 3 alasan yaitu: a. Kategori ragu-ragu memiliki arti ganda, bisa diartikan netral, setuju tidak, tidak setuju tidak.
b. Tersedianya jawaban yang di tengah menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas arah kecenderungan jawabannya.
c. Maksud kategori jawaban selalu, sering, kadang-kadang, hampir tidak pernah, dan tidak pernah adalah terutama untuk melihat kecenderungan pendapat responden.
82
3.5. Teknik Analisis Data Teknik analisa data digunakan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Didasarkan pada jenis penelitian yang bersifat kuantitatif maka teknik analisa data yang digunakan menggunakan metode statistik yang tersedia. Teknik analisis data yang digunankan dalam penelitian ini adalah analisis regresi. Analisis regresi adalah suatu analisis yang mengukur pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat (Drs.Danang, Sunyoto,2009:9). Pengukuran pengaruh antar variabel yang melibatkan lebih dari satu variabel bebas (X1, X2, X3, ..., Xn) dinamakan regresi linier berganda, karena setiap estimasi atas nilai diharapkan mengalami peningkatan atau penurunan mengikuti garis lurus. Persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e Keterangan : a = konstanta b1, b2, b3, b4, b5, = nilai koefisien regresi variabel X1, X2, X3, X4, dan X5 X1 = Variabel Kebiasaan X2 = Variabel Rasa Aman X3= Variabel Faktor Ekonomi X4 = Variabel Rasa Takut X5 = Variabel Persepsi Selektif Y = Variavel Resistensi Individual Pada transformasi organisasi
83
Adapun tahap – tahap dalam analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut 1. Uji validitas dan reliabilitas dari kuesioner untuk mengetahui sejauh mana kuesioner ini konsisten terhadap variabel-variabelnya. 2. Tahap pengolahan data dan analisis statistik deskriptif untuk mengetahui karakteristik dari responden. 3. Tahap pengolahan data dengan analisis regresi logistik , untuk mencari pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi resistensi individual pada transformasi organisasional. Dalam penelitian ini menggunakan data ordinal seperti dijelaskan dalam operasionalisasi variabel sebelumnya, maka semua data ordinal yang terkumpul terlebih dahulu ditransformasikan menjadi data interval gunanya untuk memenuhi sebagian dari syarat analisis parametrik yang mana data setidaknya berskala interval. Teknik transformasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik MSI atau Method of Successive Interval (Harun Al Rasyid, 1994:131). Langkah-langkah transformasi data ordinal menjadi data interval adalah sebagai berikut: a. Menghitung frekuensi (f) setiap pilihan jawaban, berdasarkan hasil jawaban responden pada setiap pertanyaan. b. Berdasarkan frekuensi yang diperoleh untuk setiap pertanyaan, dilakukan perhitungan proporsi (p) setiap pilihan jawaban dengan cara membagi frekuensi (f) dengan jumlah responden.
84
c. Berdasarkan proporsi tersebut untuk setiap jawaban pertanyaan, dilakukan perhitungan proporsi kumulatif untuk setiap pilihan jawaban. d. Menentukan nilai batas Z (tabel normal) untuk setiap pertanyaan dan setiap pilihan jawaban. e. Menentukan nilai interval rata-rata untuk setiap pilihan jawaban melalui persamaan berikut: (Dencity at Lower Limit) – (Dencity at Upper Limit) Scale value
= (Area Bellow Upper Limit) – (Area Bellow Lower Limit)
f. Hitung nilai transformasi dengan rumus : Y = NS + [1+ {NS min}]
3.5.1. Uji Instrumen 1. Pengujian validitas Uji validitas dilakukan untuk menguji tentang kemampuan suatu quesioner sehingga dapat terukur. Validitas menunjukkan ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Untuk mengukur validitas dilakukan dengan korelasi bivariate antara masing-masing skor indikator dengan total skor variabel, pengujian dilakukan dengan menggunakan SPSS. (Ghozali,2006:49).. Untuk menguji validitas dapat menggunakan product moment atau pearson (Pearson’s Product Moment Coeffisient of Correlation), yaitu: r =
n (∑ xy) – (∑x) (∑y) {|n(∑x2) - (∑x)2|n(∑y2) - (∑y)2} keterangan: rxy X Y
= koefisien korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat, dua ariabel yang dikorelasikan = skor untuk pernyataan yang dipilih = skor total
85
n
= jumlah responden
Berikut ini adalah hasil dari uji validitas yang penulis lakukan untuk setiap instrumen penelitian a. Uji Validitas instrumen resistensi individual (Y). Hasil uji validitas pertanyaan resistencia individual, adalah : Tabel 3.2 Uji Validitas Pertanyaan Resistensi Individual (Y) no. Rhitung Rtabel kesimpulan 1 0,62 0,244 valid 2 0,61 0,244 valid 3 0,55 0,244 valid 4 0,69 0,244 valid 5 0,32 0,244 valid 6 0,63 0,244 valid 7 0,48 0,244 valid 8 0,65 0,244 valid 9 0,46 0,244 valid 10 0,69 0,244 valid 11 0,58 0,244 valid 12 0,60 0,244 valid 13 0,50 0,244 valid 14 0,47 0,244 valid Sumber: Data Primer diolah (2010)
Dari tabel di
atas dapat diketahui, bahwa korelasi antara ke 14 butir
pertanyaan dengan skor total kesemuanya lebih besar dari r tabel 0,244 (r hitung > r tabel), sehingga semua butir pertanyaan tentang resistencia individual dinyatakan valid. b. Uji Validitas Instrumen Kebiasaan/Habit (X1) Hasil uji validitas pertanyaan Kebiasaan, adalah :
86
no. 1 2 3 4 5 6
Tabel 3.3 Uji Validitas Pertanyaan Kebiasaan/Habit (X1) Rhitung Rtabel kesimpulan 0,48 0,244 valid 0,84 0,244 valid 0,56 0,244 valid 0,57 0,244 valid 0,70 0,244 valid 0,57 0,244 valid
Sumber: Data Primer diolah (2010)
Dari tabel di
atas dapat diketahui, bahwa korelasi antara ke 6 butir
pertanyaan dengan skor total kesemuanya lebih besar dari r tabel 0,244 (r hitung > r tabel), sehingga semua butir pertanyaan tentang kebiasaan/Habit dinyatakan valid.
c. Uji Validitas Instrumen Rasa Aman (X2) Hasil uji validitas pertanyaan Rasa Aman , adalah : Tabel 3.4 Uji Validitas Pertanyaan Rasa Aman (X2) no. Rhitung Rtabel kesimpulan 1 0,66 0,244 valid 2 0,87 0,244 valid 3 0,76 0,244 valid 4 0,52 0,244 valid 5 0,64 0,244 valid 6 0,62 0,244 valid 7 0,59 0,244 valid Sumber: Data Primer diolah (2010)
Dari tabel di
atas dapat diketahui, bahwa korelasi antara ke 7 butir
pertanyaan dengan skor total kesemuanya lebih besar dari r tabel 0,444 (r hitung > r tabel), sehingga semua butir pertanyaan tentang rasa aman dinyatakan valid.
87
d. Uji Validitas Instrumen Faktor Ekonomi (X3) Hasil uji validitas pertanyaan Faktor Ekonomi , adalah :
no. 1 2 3 4 5
Tabel 3.5 Uji Validitas Pertanyaan Faktor Ekonomi (X3) Rhitung Rtabel kesimpulan 0,61 0,244 valid 0,85 0,244 valid 0,64 0,244 valid 0,79 0,244 valid 0,89 0,244 valid
Sumber: Data Primer diolah (2010)
Dari tabel di
atas dapat diketahui, bahwa korelasi antara ke 5 butir
pertanyaan dengan skor total kesemuanya lebih besar dari r tabel 0,244 (r hitung > r tabel), sehingga semua butir pertanyaan tentang factor ekonomi dinyatakan valid.
e. Uji Validitas Instrumen Rasa Takut ( X4) Hasil uji validitas pertanyaan Rasa Takut , adalah :
no. 1 2 3 4
Tabel 3.6 Uji Validitas Pertanyaan Rasa Takut (X4) Rhitung Rtabel kesimpulan 0,63 0,244 valid 0,69 0,244 valid 0,79 0,244 valid 0,52 0,244 valid
Sumber: Data Primer diolah (2010)
Dari tabel di
atas dapat diketahui, bahwa korelasi antara ke 5 butir
pertanyaan dengan skor total kesemuanya lebih besar dari r tabel 0,244 (r hitung > r tabel), sehingga semua butir pertanyaan tentang rasa takut dinyatakan valid.
f. Uji Validitas Instrumen Persepsi Selektif (X5) Hasil uji validitas pertanyaan persepsi selektif , adalah :
88
no. 1 2 3 4 5 6
Tabel 3.7 Uji Validitas Pertanyaan Persepsi Selektif (X5) Rhitung Rtabel kesimpulan 0,48 0,244 valid 0,60 0,244 valid 0,61 0,244 valid 0,69 0,244 valid 0,72 0,244 valid 0,76 0,244 valid
Sumber: Data Primer diolah (2010)
Dari tabel di
atas dapat diketahui, bahwa korelasi antara ke 5 butir
pertanyaan dengan skor total kesemuanya lebih besar dari r tabel 0,244 (r hitung > r tabel), sehingga semua butir pertanyaan tentang persepsi selektif dinyatakan valid.
2. Pengujian Reliabilitas Pengujian Reabilitas digunakan untuk mengukur suatu quisioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu quisioner dikatakan reliabel jika jawaban responden terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil (Ghozali, 2006:45). Reabilitas dapat diukur dengan mengulang quisiner yang mirip pada nomor–nomor berikutnya atau dengan melihat konsistensinya (diukur dengan korelasi) dengan pertanyaan lain. Program komputer SPSS memberikan fasilitas mengukur reliabilitas dengan uji statistik croanbach alpha. Suatu variabel dikatakan reliabel jika mendapat nilai croanbach alpha > 0,60 Setiaji (2008 : 117). Koefisien Alpha Cronbach (Cα) merupakan statistik yang paling umum digunakan untuk menguji reliabilitas suatu instrumen penelitian. Suatu instrumen penelitian diindikasikan memiliki tingkat reliabilitas memadai jika koefisien alpha
89
Cronbach lebih besar atau sama dengan 0,60 (Nunnally, 1981, dalam Tony Wijaya, 2009:135). Adapun Rumus Reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 2 k ∑ Si Cα = 1 − St 2 k − 1
Jika suatu instrumen dapat dipercaya, maka data yang dihasilkan oleh instrumen tersebut dapat dipercaya. Rumus yang dipergunakan untuk mengukur reliabilitas adalah teknik spilit half dari Spearman Brown, yaitu: r =
2r b 1+rb
Keterangan: r = Reliabilitas seluruh instrumen rb = Korelasi Product Moment antara belahan pertama dan kedua Berikut ini adalah gambaran hasil dari uji reliabilitas untuk setiap variable penelitian.
Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Resistensi Individual, Kebiasaan, Rasa Aman, Faktor Ekonomi, Rasa Takut, dan Persepsi Selektif No 1 2 3 4 5 6
Variable Resistensi Individual (Y) Kebiasaan/Habit (X1) Rasa Aman (X2) Faktor Ekonomi (X3) Rasa Takut (X2) Persepsi Selektif (X1)
Koefisien Cronbach’s Alpha 0.834 0.681 0.676 0.806 0.773 0.677
Sumber: Data Primer diolah (2010)
Penelitian ini menggunakan metode internal consistency dengan teknik Cronbach’s Alpha untuk menguji teknik reliabilitas. Menurut Sekaran (2000, dalam wijaya, 2004: 54) pada umumnya jika koefisien Cronbach’s Alpha lebih
90
kecil dari 0,6 dapat dikatakan tingkat reliabilitasnya kurang baik, sedangkan di atas 0,7, sampai 0,8 adalah tingkat reliabilitasnya dapat diterima, sedang yang baik adalah jika di atas 0,8. Berdasarkan penjelasan dari tabel 3.8 di atas, menunjujkan bahwa alat ukur untuk ke enam variable penelitian ini menunjukan nilai alpa di atas 0.8 hal ini Berarti alat ukur penelitian ini memiliki reliabilitas yang baik. 1. Uji Reliabilitas variabel Resistensi Individual (Y) Dari program komputer SPSS memperlihatkan variable resistensi Individual (Y) sebanyak 14 quisioner dengan nilai cronbach’s Alph sebesar 0.834 ebih besar dari 0,60 maka quisioner variabel resistensi individual (Y) adalah reliabel. 2. Uji Reliabilitas variabel Kebiasaan / Habit (X1) Dari program komputer SPSS memperlihatkan variabel komitmen organisasi (X1) sebanyak 6 quisioner dengan nilai cronbach’s Alph sebesar 0,676 lebih besar dari 0,60 maka quisioner variabel kebiasaan/habit (X1) adalah reliabel. 3. Uji Reliabilitas variabel Rasa aman/ (X2) Dari program komputer SPSS memperlihatkan variabel Rasa aman (X2) sebanyak 7 quisioner dengan nilai cronbach’s Alph sebesar 0,773 lebih besar dari 0,60 maka quisioner variabel rasa aman (X1) adalah reliabel. 4. Uji Reliabilitas variabel Faktor Ekonomi (X3) Dari program komputer SPSS memperlihatkan variabel faktor ekonomi (X3) sebanyak 5 quisioner dengan nilai cronbach’s Alph sebesar 0,806 lebih besar dari 0,60 maka quisioner variabel faktor ekonomi (X3) adalah reliabel.
91
5. Uji Reliabilitas variabel Rasa Takut (X4) Dari program komputer SPSS memperlihatkan variabel rasa takut (X4) sebanyak 4 quisioner dengan nilai cronbach’s Alph sebesar 0,676 lebih besar dari 0,60 maka quisioner variabel rasa takut (x4) adalah reliabel. 6. Uji Reliabilitas variabel Persepsi Selektif (X5) Dari program komputer SPSS memperlihatkan variabel persepsi selektif (X5) sebanyak 6 quisioner dengan nilai cronbach’s Alph sebesar 0,667 lebih besar dari 0,60 maka quisioner variabel persepsi selektif (X 5)adalah reliabel.
3.5.2. Uji Hipotesis 3.5.2.1. Analisis Regresi Linier Berganda Menurut Wijaya (2009 : 91) analisis regresi dipergunakan untuk menganalisa besarnya pengaruh dua atau lebih variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependent).Analisis regresi mendasar pada model probabilistik, terdiri komponen deterministik dan kesalahan random. Menurut Setiaji (2008: 23) analisa regresi dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: Y = bo + b1.X1 + b2.X2 + b3.X3 + …..+ bn.Xn + e Dalam penelitian ini model regresi linier
yang digunakan adalah sebagai
berikut
Y = a+ b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e Keterangan : Y : Resistensi Individual pada transformasi organisasi X1 : Kebiasaan/Habit X2: Rasa Aman
92
X3: Faktor ekonomi X4: Rasa takut X5: Persepsi Selektif e = Faktor error
a = konstanta b1,b2, b3, b4, b5 = koefisien regresi
3.5.2.2. Uji Ketepatan Parameter Penduga ( t test) Uji t digunakan untuk menguji apakah pernyataan hipotesis benar. Hipotesis menyatakan bahwa hubungan X1 dan Y adalah positif dan searah, makin tinggi nilai X1 diduga mempengaruhi Y yang semakin besar, demikian pula hubungan X2 dan Y, serta hubungan X3 dan Y. (Setiaji, 2008 : 29). Untuk mencari nilai t hitung digunakan bantuan program SPSS, sedangkan untuk menentukan signifikan tidaknya nilai tersebut dilihat dari nilai sig, atau dengan cara membandingkan nilai t hitung dengan t tabel, dengan ketentuan Apabila t hitung > t tabel maka Ho ditolak yang berarti signifikans sebalikanya apabila t hitung < t tabel maka Ho diterima yang berarti tidak signifikans. Tabel 3.9 menjelaskan secara ringkas mengenai ditolak atau diterimanya hipotesis.
Tabel 3.9 Ringkasan Hasil uji t variabel X1 (Kebiasaan) X2 ( Rasa aman) X3 (Faktor Ekonomi) X4 ( Rasa Takut ) X5 (Persepsi Selektif)
t hit 2.294 -.687 1.885 3.599 -1.908
α .002 .495 .004 .001 .061
sig signifikan tidak signifikan signifikan signifikan tidak signifikan
Ho ditolak diterima ditolak diterima ditolak
Sumber : lampiran analisis regresi t tabel = 1.671,α = 0.05
93
3.5.3. Uji Ketepatan Model 3.5.3.1. Uji Koefisien Regresi Serentak (Uji F) Uji F digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis alternatif, yaitu bahwa model pilihan peneliti sudah tepat Gujarati dalam Setiaji (2008 : 44). Untuk mengetahui besarnya nilai F digunakan analisa regresi dengan bantuan SPSS. Sedangkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan variabel bebas dan variabel terikat dengan cara membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel pada uji 1 sisi, dengan ketentuan Apabila F hitung > F tabel maka Ho ditolak, berarti signifikans sebaliknya apabila F hitung < F tabel maka Ho diterima yang berarti tidak signifikans. Dengan menggunakan program SPSS diperoleh hasil :
Model Regression Residual total
sum of square 1226.016 1849.924 3075.940
Tabel 3.10 Ringkasan Hasil Uji F df Mean Square f 5 245.203 8.085 61 30.327 66
sig .000ª
Ho ditolak
Predictor : X1, X2, X3, X4, X5 Dependen Variabel : Y Sumber : lampiran tabel anova
Untuk menguji signifikansi linieritas antar variabel independen dengan variabel dependen, maka dipergunakan: Hipotesis : Ho : β1 = β2 = 0 (tidak ada hubungan linier pada model regresi linier berganda). H1 : βi ≠ 0 (ada hubungan linier pada model regresi berganda). Dari tabel ANOVA terbaca nilai Fhit sebesar 8.085. sementara itu, Ftabel dengan taraf nyata sebesar 5% akan menghasilkan 3.14. Perbandingan keduanya menghasilkan : Fhit
Ftabel
8.058 >
3.14
94
Karena nilai Fhit > Ftabel maka disimpulkan bahwa kita dapat menolak Ho yang artinya terdapat hubungan linier pada model regresi linier berganda antara variabel independen dan variabel dependen. Atau kita juga bisa membandingkan nilai sig dengan taraf signifikan. Sig
0.000 <
0.005
Karena nilai sig < maka disimpulkan bahwa kita dapat menolak Ho. Artinya terdapat hubungan linier berganda antara variabel independen dan variabel dependen. Dari tabel model summary diperoleh nilai R2 sebesar 0.5506 Artinya variabel X1, X2, X3, X4, dan X5 dapat menerangkan variabilitas sebesar 55.06% dari variabel Y, sedangkan sisanya diterangkan oleh variabel lain.
3.5.3.2. Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya digunakan untuk mengukur seberapa jauh ketepatan model yang memasukkan X1, X2 dan X3 secara bersamasama dibandingkan dengan variasi Y (Bambang Setiaji, 2008: 41), dengan rumus sebagai berikut: Rumus R2: Σ (Ŷ – Y)2 R2 = --------------Σ (Ŷ -Y)2
Jika R2 makin besar atau mendekati 1, maka model semakin tepat.
95
Model 1
R .631ª
Tabel 3.11 Ringkasan Hasil Koefisien Determinasi Rsquare Adjust Rsquare std error of estimate .399 .349 5.50696
Durbin-Watson 1.228
a. Predictors: (Constant), x5, x1, x4, x3, x2 b. Dependent Variable: y sumber : lampiran
Pada tabel 3.11 di atas korelasi ganda antara variabel kebiasaan, rasa aman, faktor ekonomi, rasa takut, dan persepsi selektif serta resistensi individu menunjukan nilai sebesar 0,631 sedangkan koefisien determinasinya menunjukan nilai sebesar 0,399. Hal ini berarti pengaruh variable independent (kebiasaan/habit, rasa aman, factor ekonomi, rasa takut, persepsi selektif) terhadap resistensi individu pada transformasi organisasi adalah sebesar 69,5% sedangkan sisanya sebesar 30.5% dipengaruhi oleh variable lain selain variable yang diteliti. Standar kesalahan estimasinya sebesar 5.50696, dan nilai Durbin-Watson adalah 1.228. Nilai ini menandakan tidak adanya autokorelasi diantara variable independent.
3.5.4. Uji Prasyarat
Maksud dilakukan pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan model regresi yang baik dan benar-benar mampu memberikan estimasi yang handal dan tidak bias sesuai dengan kaidah Best Linier Unbiased Estimator (BLUE). Terdapat empat uji asumsi klasik yang melandasi regresi, yaitu Uji Multikolinearitas, Uji Autokorelasi, Uji Heteroskedastisitas, dan Uji Normalitas. Pengujian ini dilakukan untuk meyakini bahwa model regresi yang diperoleh mempunyai kemampuan untuk memprediksi dan kemanfaatan dalam pengambilan keputusan. 3.5.4.1. Uji Multikolinearitas
96
Pengujian multikolinearitas digunakan fasilitas yang disediakan SPSS yaitu dengan melihat nilai VIF dari masingmasing variabel. Jika nilai VIF (Variance Inflation Factor) lebih rendah dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas yang serius antara variabel independen dalam model. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) dalam model regresi masingmasing variabel tidak bernilai diatas 10 maka tidak mengandung adanya multikolinearitas (Ghozali, 2006 : 97). Hal lain dapat terlihat dari nilai toleransi di atas 10% dan tidak ada VIF di atas 10.0. Menurut Hair Joseph dkk (1995, 154 – 155) dikatakan bahwa nilai toleransi di atas 10% tidak terjadi multikolinearitas. Tabel 3.12 Uji Multikolinieritas
Model X1 X2 X3 X4 X5
Collinierity Statistics tolerance VIF .802 1.247 .218 4.587 .297 3.364 .569 1.757 .418 2.394
Dependent variable : Y Sumber : lampiran
Dari tabel di atas terlihat untuk VIF hitung kebiasaan/habit (X1) = 1.247 , untuk VIF hitung Rasa Aman (X2) = 4.587, untik VIF hitung Faktor ekonomi (X3) =3.364, untuk VIF hitung Rasa Takut (X4) = 1.757 dan VIF hitung Persepsi Selektif (X5) = 2.394. semuanya lebih kecil dari VIF =10 dan semua tolerante variable bebas di atas 10% .
3.5.4.2. Uji Autokorelasi
97
Pengujian Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi linier mengandung korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 atau sebelumnya Ghozali, (2006 : 99). Untuk mengetahui ada-tidaknya Autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson statistik. Hipotesis yang digunakan Ghozali, (2001 : 96) adalah: 0
Model 1
R .631ª
Tabel 3.12 Uji Autokolinieritas Pengujian uji Durbin Watson statistik Rsquare Adjust Rsquare std error of estimate .399 .349 5.50696
Durbin-Watson 1.228
a. Predictors: (Constant), x5, x1, x4, x3, x2 b. Dependent Variable: y sumber : lampiran
Dari hasil analisis regresi diperoleh nilai statistik Durbin-Watson adalah 1.228 Dengan derajat kepercayaan 5%, dengan N =67, dan variabel penjelas 5, maka diperoleh nilai dl =1;44 dan du =1,77 Besarnya nilai koefisien DW dari hasil pengujian sebesar 1.980 terletak di antara du
3.5.4.3. Uji Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedasitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamat ke pengamat yang lain. Untuk mendeteksi ada tidaknya heterosidaksitas dengan melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya
98
SRESID dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di studentized.
Gambar 3.1. Grafik Heteroskedastisitas Dari analisis hasil output SPSS (gambar Scatterplot) di atas, didapat titik menyebar di bawah serta di atas sumbu Y, dan tidak mempunyai pola yang teratur. Jadi kesimpulanya adalah variabel bebas di atas tidak terjadi heteroskedastitas atau bersifat homoskedastitas. 3.5.4.4. Uji Normalitas
99
Pengujian normalitas bertujuan untuk menguji data variabel bebas (X) dan data variable terikat (Y) dalam model regresi yang dihasilkan, apakah berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Uji asumsi normalitas dapat menggunakan dua cara yaitu yang pertama cara statistik
melalui nilai kemiringan kurve
(skewness = a3) atau nilai keruncingan kurve ( kurtosis = a4) yang diperbandingkan dengan Z tabel dan cara yang kedua dengan pendekatan grafik normal probability plots dengan menunjukkan adanya pola penyebaran titik-titik di sekitar garis diagonal, dan mengikuti arah garis diagonal mengindikasikan regresi memenuhi asumsi normalitas. Dari hasil SPSS output grafik normal probability plots, yang menunjukan berdistribusi normal karena garis (titik-titik0 mengikuti garis diagonal.
Gambar 3.2. Grafik Normalitas
100
Grafik normal pola menunjukkan penyebaran titik di sekitar garis diagonal, dan mengikuti arah garis diagonal mengindikasikan model regresi memenuhi asumsi normalitas.
101