BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kohort prospektif. 3.2 Tempat dan Waktu Tempat
3.2.1
Penelitian dilakukan di unit hemodialisis Rumah Sakit Haji Adam Malik dan jejaringnya diMedan, Sumatera Utara. 3.2.2
Waktu Pengambilan sampel dilakukan mulai periode Desember 2013 sampai jumlah sampel terpenuhi.
3.3 Subjek Penelitian Penderita PGK dengan hemodialisis reguler di Rumah Sakit Haji Adam Malik dan jejaringnya di Medan, Sumatera Utara. Mulai periode Desember 2013 sampai jumlah sampel terpenuhi. 3.4 Kriteria 3.4.1 Kriteria Inklusi Penderita PGK dengan Hemodialisis reguler (≥ 3 bulan), usia ≥ 17 tahun, riwayat gangguan mineral tulang, bersedia ikut dalam penelitian mulai Desember 2013 sampai jumlah sampel terpenuhi. 3.4.2 Kriteria Eksklusi Pasien yang tidak bersedia dilakukan pemeriksaan, menderita tumor, trombositopenia, leukopenia, HD tidak teratur
19 Universitas Sumatera Utara
3.5 Populasi dan Sampel 3.5.1 Populasi Penderita PGK dengan hemodialisis reguler di Rumah Sakit Haji Adam Malik dan jejaringnya diMedan, Sumatera Utara. 3.5.2 Sampel Penderita PGK dengan hemodialisis reguler dikombinasi dengan hemoperfusi yang sesuai kriteria besar sampel. 3.5.3 Besar Sampel
Z n
(1 / 2 )
Po (1 Po ) Z (1 ) ) Pa (1 Pa )
Po Pa 2
2
Dimana : Z (1 / 2)
= deviat baku alpha. utk = 0,05 maka nilai baku normalnya
1,96 Z (1 )
= deviat baku alpha. utk = 0,10 maka nilai baku normalnya 1,282
P0 = proporsi PGK dengan Hemodialisi 0,029(sumber) Pa = perkiraan proporsi PGK dengan Hemodialisi yang diteliti,
sebesar = 0,229 P0 P0
= beda proporsi yang bermakna ditetapkan sebesar 0,20
Maka sampel minimal untuk penelitian ini sebanyak 17 orang. 3.6 Bahan dan Prosedur Penelitian
Seluruh subjek penelitian dimintakan persetujuan untuk mengikuti penelitian.
Dilakukan pencatatan nama, umur dan jenis kelamin (Identitas)
Terhadap semua subjek penelitian yang termasuk dalam penelitian dilakukan pemeriksaan laboratorium kalsium serum, phosphor serum dan hormon parathyroid sebelum dilakukan kombinasi hemodialisis / hemoperfusi.
20 Universitas Sumatera Utara
Subjek penelitian mendapatkan kombinasi hemodialisis / hemoperfusi setiap 2 minggu selama 3 bulan, jadwal HD/HF terlampir.
Kombinasi hemodialisis / hemoperfusi dilakukan selama 2 jam
Subjek penelitian tetap menjalani hemodialisis regular sesuai jadwal.
Setelah subjek penelitian selesai mendapatkan kombinasi hemodialisis / hemoperfusi selama 3 bulan sebelum hemodialisis berikutnya dilakukan pemeriksaan laboratorium kalsium serum, phosphor serum dan hormon parathyroid yang kedua.
Jadwal penelitian dan protokol:
3.7 Identifikasi Sampel 3.7.1 Variabel bebas : Kombinasi Hemodialisis dan Hemoperfusi. 3.7.2 Variabel tergantung : Gangguan mineral tulang (kalsium serum, phosphor serum, dan hormon paratiroid) 3.8 Etika Penelitian Ethical clearance diperoleh dari Komite Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang ditanda tangani oleh Prof. Dr. Sotomo Kasiman, SpPD, SpJP (K)dengan nomor surat 466/ KOMET/FK USU/2015. Informed concern diminta secara tertulis dari subjek penelitian yang bersedia untuk ikut dalam penelitian setelah mendapatkan penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian ini.
21 Universitas Sumatera Utara
3.9 Definisi Operasional Penyakit ginjal kronik dengan hemodialisis (PGK-HD) yaitu penyakit ginjal stadium akhir berdasarkan data dari rekam medis yang telah menjalani hemodialisis selama ≥ 3 bulan. Hemoperfusi (HP) adalah mengalirnya darah melalui material yang menyerap berbagai zat terlarut. Gangguan mineral tulang (GMT) adalah suatu sindrom klinik yang terjadi akibat gangguan sistemik pada metabolisme mineral dan tulang pada penyakit ginjal kronik, berupa kelainan kalsium, phosphor, dan hormon paratiroid. Hiperfosfatemia adalah kadar fosfat darah > 4,6 mg/dl. Kadar fosfat darah normal adalah 2,5 – 4,5 mg/dl. Pada pasien hemodialisis atau dialisis peritoneal, kadar fosfat darah hendaknya dipertahankan antara 3,5 – 5,5 mg/dl. Hipokalsemia adalah kadar kalsium total darah < 8 mg/dl. Kadar kalsium total darah normal adalah 8,4 – 9,5 mg/dl Hiperkalsemia adalah kadar kalsium total darah > 10 mg/dl. Produk kalsium-fosfat (calcium-phosphorus product, Ca x P product) adalah hasil perkalian antara kadar fosfat darah (dalam mg/dl) dan kadar kalsium total darah (mg/dl). Nilai produk kalsium-fosfat ini harus dipertahankan < 55 mg2/dl2. Hiperparatiroid sekunder adalah kadar hormon paratiroid intak (HPTi) lebih dari normal pada PGK. Kadar HPTi pada populasi normal berkisar antara 10,4 – 68 pg/ml. Kadar ini terdapat pada turnovver yang normal. Pada PGK nilai ini bervariasi karena adanya peningkatan resistensi skelet terhadap HPTi, sehingga kadar optimalnya tergantung pada derajat PGK.
22 Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1. Kadar optimal HPTi pada PGK
Stdium PGK
Rentang LFG
Target HPTi
(ml/men/1,73 m2) 3
30 – 59
35 – 70 pg/ml
4 5
15 – 29 < 15 atau dialisis
70 – 110 pg/ml 150 – 300 pg/ml
3.10 Kerangka Operasional Pasien Hemodialisis reguler
Kadar Kalsium,or serum dan Hormon Paratiroid
Hemodialisis dikombinasi dengan Hemoperfusi
Kadar Kalsium, Phosphor serum dan Hormon Paratiroid
23 Universitas Sumatera Utara
3.11 Analisis Data 3.11.1
Analisis uji T berpasangan jika data dua kelompok berdistribusi normal, sebaliknya digunakan uji Wilcoxon.
3.11.2
Analisis bivariat: untuk melihat hubungan HD/HP dengan marker gangguan mineral tulang menggunakan uji korelasi Pearson jika data kedua variabel berdistribusi normal, jika sebaliknya digunakan korelasi spearman.
3.11.3
Data diolah dengan statistik komputer.
24 Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian Selama periode penelitian di ruang Instalasi Hemodialisis RSUP H. Adam Malik Medan dan jejaringnya diperoleh 20 subjek penelitian dengan diagnosis penyakit ginjal tahap akhir dengan hemodialisis reguler ≥ 3 bulan, yang bersedia ikut dalam penelitian dan telah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan laboratorium. Subjek berjenis kelamin pria sebanyak 16 pasien (80%), berjenis kelamin wanita sebanyak 4 pasien (20%), dan rentang usia antara 29 – 79 tahun dengan rerata ± SD adalah 47,40 ± 11,58 tahun. Rerata tinggi badan adalah 164,35 ± 6,41 cm dan rerata berat badan adalah 63,64 ± 10,53 kg dengan rerata BMI 23,54 ± 4,02 kg/m2 disertai subjek dengan status BMI underweight 2 orang (10%), normoweight 7 orang (35%), overweight 11 orang (55%). Rerata lamanya hemodialisis 2,78 ± 2,24 tahun dengan klasifikasi lama hemodialisis kurang dari sama dengan 5 tahun sebanyak 17 pasien dan lama hemodialisis lebih dari 5 tahun sebanyak 3 pasien, dengan etiologi penyakit kronik terdiri dari DM 3 pasien (15%) dan non DM 17 pasien (85%). Pada parameter laboratorium dengan rerata Calcium sebelum dimulai kombinasi 8,80 ± 0,94 mg/dL, rerata phosphor sebelum dimulai kombinasi 7,67 ± 2,48 mg/dL, dan rerata hormon parathyroid 502,69 ± 489,57 pg/ml (Tabel 4.1).
4.1.2. Pengaruh Kombinasi Hemodialisis (HD) / Hemoperfusi (HP) Terhadap mineral tulang pada pasien hemodialisis reguler yang mengalami gangguan mineral tulang Pada tabel 4.2.1 dapat kita lihat gambaran status mineral tulang pada subjek penelitian sebelum kombinasi dan setelah kombinasi Hemodialisis/ Hemoperfusi. Dari 20 subjek yang diamati 1 subjek keluar dari penelitian.
25 Universitas Sumatera Utara
Dilakukan Analisis uji T berpasangan jika data dua kelompok berdistribusi normal, sebaliknya jika tidak normal digunakan uji Wilcoxon.
Tabel 4.1 Karakteristik dasar subjek penelitian Variabel
Jumlah
Jenis Kelamin (n) Pria
16 (80%)
Wanita
4 (20%)
Umur (tahun)
47,40 ± 11,59
Tinggi badan (cm)
164,35 ± 6,41
Berat Badan (kg)
63,64 ± 10,53 2
Body Mass Index (kg/m )
23,54 ± 4,02
Lama hemodialisis (tahun)
2,78 ± 2,24
Etiologi DM
3 (15%)
Non DM
17 (85%)
Laboratorium Calcium serum (mg/dl)
8,80 ± 0,94
Phosphor serum (mg/dl)
7,67 ± 2,48
Hormon Parathyroid (pg/ml) Produk Calcium-phosphat (mg2/dl2)
502,69 ± 489,57 67,94±23,64
Dari 19 subjek yang diamati terlihat bahwa rerata calcium serum sebelum dimulai kombinasi adalah 8,80 ± 0,96 mg/dldan rerata calcium serum setelah kombinasi adalah 8,77±0.94 mg/dl. Secara statistik didapatkan p>0,05 berarti tidak ada perbedaan bermakna antara rerata calcium serum sebelum dengan sesudah kombinasi Hemodialisis / Hemoperfusi. Untuk parameter phosphor serum mempunyai rerata sebelum kombinasi adalah 7,80±2,47 mg/dl dan rerata setelah kombinasi 6,98±2,94 mg/dl. Secara statistik didapatkan p>0,05 berarti tidak ada perbedaan bermakna antara phosphor serum sebelum dengan sesudah kombinasi Hemodialisis / Hemoperfusi. (Tabel 4.2.1). 26 Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Pengaruh Kombinasi Hemodialisis (HD) / Hemoperfusi (HP) Terhadap status mineral tulang. N
Sebelum
Sesudah
P
serum
19
8,80±0,96
8,77±0.94
0,892
serum
19
7,80±2,47
6,98±2,94
0,153
Variabel Calcium (mg/dl) Phosphor (mg/dl)
*Significant (p<0,05)
4.1.3. Pengaruh Kombinasi Hemodialisis (HD) / Hemoperfusi (HP) terhadap hormon paratiroid pada pasien hemodialisis reguler yang mengalami gangguan mineral tulang Untuk melihat gambaran ada atau tidak perbedaan hormon paratiroid setelah kombinasi HD/HP dilakukan uji-T data berpasangan, terlihat bahwa rerata hormon paratiroid serum sebelum dimulai kombinasi adalah 524,20 ± 493,18 pg/ml dan rerata hormon paratiroid serum setelah kombinasi adalah 630,75 ± 666,08 pg/ml. Secara statistik didapatkan p>0,05 berarti tidak ada perbedaan bermakna antara rerata hormon paratiroid serum sebelum dengan sesudah kombinasi Hemodialisis / Hemoperfusi. (Tabel 4.3). Tabel 4.3 Pengaruh Kombinasi Hemodialisis (HD) / Hemoperfusi (HP) terhadap hormon paratiroid pada pasien hemodialisis reguler yang mengalami gangguan mineral tulang Variabel
N
Sebelum
Hormon
19
524,20±493,18
Sesudah 630,75±666,08
P 0,051
paratiroid serum (pg/ml) *Significant (p<0,05)
27 Universitas Sumatera Utara
4.1.4. Pengaruh Kombinasi Hemodialisis (HD) / Hemoperfusi (HP) Terhadap produk kalsium phosphat (Ca x P) pada pasien hemodialisis reguler yang mengalami gangguan mineral tulang Untuk melihat gambaran ada atau tidak perbedaan produk kalsium phosphat (Ca x P)
setelah kombinasi HD/HP dilakukan uji-T data
berpasangan, terlihat bahwa rerata produk kalsium phosphat (Ca x P) sebelum dimulai kombinasi adalah 69,13±23,67mg2/dl2 dan rerata produk kalsium phosphat (Ca x P) setelah kombinasi adalah 61,40±24,85mg2/dl2. Secara statistik didapatkan p>0,05 berarti tidak ada perbedaan bermakna antara rerata produk kalsium phosphat sebelum dengan sesudah kombinasi Hemodialisis / Hemoperfusi. (Tabel 4.4).
Tabel 4.4 Pengaruh Kombinasi Hemodialisis (HD) / Hemoperfusi (HP) Terhadap produk kalsium phosphat (Ca x P) pada pasien hemodialisis reguler yang mengalami gangguan mineral tulang Variabel Produk
kalsium
N
Sebelum
19
69,13±23,67
Sesudah 61,40±24,85
P 0,116
phosphat (Ca x P) (mg2/dl2) *Significant (p<0,05)
4.1.5. Perbedaan Status Mineral Tulang dan hormon paratiroid pada pasien
PGK
Setelah
Kombinasi
Hemodialisis/Hemoperfusi
Berdasarkan lama HD. Untuk melihat gambaran ada atau tidak perbedaan status mineral tulang dan hormon paratiroid setelah kombinasi HD/HP berdasarkan lama HD dilakukan uji-T data independent, terlihat bahwa rerata Calcium serum setelah kombinasi HD/HP dengan lama HD ≤ 5 tahun adalah 8,81 ± 0,80 mg/dl dan rerata Calcium serum setelah kombinasi dengan lama HD > 5 tahun adalah 28 Universitas Sumatera Utara
8,53
± 1,77 mg/dl. Secara statistik didapatkan p>0,05 berarti tidak ada
perbedaan bermakna antara rerata calcium serum sesudah kombinasi Hemodialisis / Hemoperfusi dengan lamanya HD. Untuk parameter phosphor, rerata phosphor serum setelah kombinasi HD/HP dengan lama HD ≤ 5 tahun adalah 6,54 ± 2,57 mg/dl dan rerata phosphor serum setelah kombinasi dengan lama HD > 5 tahun adalah 9,33 ± 1,84 mg/dl. Secara statistik didapatkan p>0,05 berarti tidak ada perbedaan bermakna antara rerata phosphor serum sesudah kombinasi Hemodialisis / Hemoperfusi dengan lamanya HD. Untuk parameter hormon paratiroid, rerata hormon paratiroid serum setelah kombinasi HD/HP dengan lama HD ≤ 5 tahun adalah 502,45 ± 609,21mg/dl dan rerata Calcium serum setelah kombinasi dengan lama HD > 5 tahun adalah 1315,03 ± 612,68 mg/dl. Secara statistik didapatkan p<0,05 berarti terdapat perbedaan bermakna antara rerata hormon paratiroid serum sesudah kombinasi Hemodialisis / Hemoperfusi dengan lamanya HD. Untuk parameter produk calcium phosphor (Ca x P), rerata produk calcium phosphor (Ca x P) setelah kombinasi HD/HP dengan lama HD ≤ 5 tahun adalah 57,57±22,61 mg2/dl2, rerata produk calcium phosphor (Ca x P) setelah kombinasi dengan lama HD > 5 tahun adalah 81,83±31,30 mg2/dl2. Secara statistik didapatkan p>0,05 berarti tidak ada perbedaan bermakna antara rerata produk calcium phosphor (Ca x P) sesudah kombinasi Hemodialisis / Hemoperfusi dengan lamanya HD (Tabel 4.4).
29 Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5 Perbedaan Status Mineral Tulang dan hormon paratiroid pada pasien PGK dengan gangguan mineral tulang Setelah Kombinasi Hemodialisis/Hemoperfusi Berdasarkan lama HD. ≤
Variabel
5
tahun
> 5 tahun (n=3)
P
(n=16) Calcium serum (mg/dl)
8,81 ± 0,80
8,53 ± 1,77
0,646
Phosphor serum (mg/dl)
6,54 ± 2,57
9,33 ± 1,84
0,094
Hormon paratiroid serum
502,45 ± 609,21
1315,03±612,68
0,049*
57,57±22,61
81,83±31,30
0,124
(pg/ml) Produk kalsium phosphat (Ca x P) (mg2/dl2) *Significant (p<0,05) 4.1.6 Perbedaan Status Mineral Tulang dan hormon paratiroid pada pasien
PGK
Setelah
Kombinasi
Hemodialisis/Hemoperfusi
Berdasarkan Etiologi PGK . Untuk melihat gambaran ada atau tidak perbedaan status mineral tulang dan hormon paratiroid setelah kombinasi HD/HP berdasarkan etiologi PGK dilakukan uji-T data independent, terlihat bahwa rerata Calcium serum setelah kombinasi HD/HP dengan DM adalah 8,80±0,28 mg/dl dan rerata Calcium serum setelah kombinasi dengan non DM adalah 8,77±1,00 mg/dl. Secara statistik didapatkan p>0,05 berarti tidak ada perbedaan bermakna antara rerata calcium serum sesudah kombinasi Hemodialisis / Hemoperfusi dengan etiologi PGK. Untuk parameter phosphor, rerata phosphor serum setelah kombinasi HD/HP dengan DM adalah 7,90±2,54 mg/dl dan rerata phosphor serum setelah kombinasi dengan non DM adalah 6,87±2,71 mg/dl. Secara statistik didapatkan p>0,05 berarti tidak ada perbedaan bermakna antara rerata phosphor serum sesudah kombinasi Hemodialisis / Hemoperfusi dengan etiologi PGK. Untuk parameter hormon paratiroid, rerata hormon paratiroid serum setelah kombinasi HD/HP dengan DM adalah 259,15±141,20 mg/dl dan rerata hormon parathyroid serum setelah kombinasi dengan non DM adalah 674,47±691,80 mg/dl. Secara statistik
30 Universitas Sumatera Utara
didapatkan p>0,05 berarti tidak terdapat perbedaan bermakna antara rerata hormon paratiroid serum sesudah kombinasi Hemodialisis / Hemoperfusi dengan etiologi PGK. Untuk parameter produk calcium phosphor (Ca x P), rerata produk calcium phosphor (Ca x P) setelah kombinasi HD/HP dengan DM adalah 69,16±20,16 mg2/dl2, rerata produk calcium phosphor (Ca x P) setelah kombinasi dengan non DM adalah 60,49±25,71 mg2/dl2. Secara statistik didapatkan p>0,05 berarti tidak ada perbedaan bermakna antara rerata produk calcium phosphor (Ca x P) sesudah kombinasi Hemodialisis / Hemoperfusi dengan etiologi PGK (Tabel 4.5). Tabel 4.6 Perbedaan Status Mineral Tulang dan hormon paratiroid pada pasien PGK dengan gangguan mineral tulang Setelah Kombinasi Hemodialisis/Hemoperfusi Berdasarkan Etiologi PGK. Variabel
DM (n=2)
Non DM (n=17)
Calcium serum
8,80±0,28
8,77±1,00
0,968
Phosphor serum
7,90±2,54
6,87±2,71
0,619
Parathyroid serum
259,15±141,20 674,47±691,80
0,420
Produk
69,16±20,16
0,654
calcium
60,49±25,71
P
phosphat (Ca x P) 4.2 Pembahasan Gangguan mineral dan tulang pada penyakit ginjal kronik ialah suatu sindrom klinik yang terjadi akibat gangguan sistemik pada metabolisme mineral dan tulang pada penyakit ginjal kronik. GMT-PGK merupakan kodisi yang sering terjadi. Insiden GMT-PGK terus bertambah seiring dengan bertambahnya insiden PGK. GMT-PGK terbukti ikut berperan dalam morbiditas, mortalitas, serta kualitas hidup penderita PGK, baik langsung maupun tidak langsung. Bukti-bukti terakhir memperlihatkan adanya peningkatan risiko kardiovaskuler penderita PGK sebagai akibat terjadinya GMT. Oleh karenanya, penatalaksanaan yag tepat terhadap GMT-PGK akan
31 Universitas Sumatera Utara
sangat berperan dalam mengurangi mortalitas dan morbiditas, serta peningkatan kualitas hidup penderita PGK. Hemoperfusi efektif membuang toksin atau molekul berukuran sedang besar akan tetapi tidak efektif membuang toksin molekul kecil, fosfat dan hormon paratiroid termasuk molekul ukuran sedang-besar, oleh karena itu dilakukan kombinasi Hemodialisis/ Hemoperfusi. Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (KDOQI) merekomendasikan penilaian gangguan mineral tulang pasien hemodialisis regular dengan menilai Kalsium serum, fosfor serum, dan paratiroid hormon. Penelitian
ini
menilai
Gangguan
Mineral
Tulang
pasien
hemodialisis reguler setelah menjalani kombinasi Hemodialisis/Hemoperfusi (HD/HP) selama 3 bulan. Parameter yang dinilai adalah kalsium serum, fosfat serum, dan hormon paratiroid. Sebelumnya belum pernah ada penelitian yang menilai Gangguan Mineral Tulang pada pasien hemodialisis reguler yang menjalani kombinasi HD/HP serta menilai secara bersamaan ketiga parameter tersebut. Pada penelitian ini, dari 20 subjek yang awalnya ikut dalam penelitian ini, 1 subjek penelitian keluar dari penelitian Dari 19 subjek yang diamati terlihat bahwa rerata calcium serum sebelum dimulai kombinasi adalah 8,80 ± 0,96 mg/dldan rerata calcium serum setelah kombinasi adalah 8,77±0.94 mg/dl. Secara statistik didapatkan p>0,05 berarti tidak ada perbedaan bermakna antara rerata calcium serum sebelum dengan sesudah kombinasi Hemodialisis / Hemoperfusi. Untuk parameter phosphor serum mempunyai rerata sebelum kombinasi adalah 7,80±2,47 mg/dl dan rerata setelah kombinasi 6,98±2,94 mg/dl. Secara statistik didapatkan p>0,05 berarti tidak ada perbedaan bermakna antara phosphor serum sebelum dengan sesudah kombinasi Hemodialisis / Hemoperfusi. Untuk parameter hormon paratiroid terlihat bahwa rerata hormon paratiroid serum sebelum dimulai kombinasi adalah 524,20 ± 493,18 pg/ml dan rerata hormon paratiroid serum setelah kombinasi adalah 630,75 ± 666,08 pg/ml. Secara statistik didapatkan p>0,05 berarti tidak ada perbedaan bermakna
32 Universitas Sumatera Utara
antara rerata hormon paratiroid serum sebelum dengan sesudah kombinasi Hemodialisis / Hemoperfusi. Pada hasil diatas bisa kita lihat bahwa setelah kombinasi HD/HP terjadi peningkatan hormon paratiroid serum serta penurunan kadar kalium dan fosfor serum, walaupun secara statistik tidak signifikan bermakna. Peneliti berharap dengan kombinasi HD/HP adalah terjadi penurunan kadar fosfat serum dan penurunan kadar hormon paratiroid sehingga akan menstabilkan kadar kalsium serum. Hasil yang tidak sesuai dengan yang diharapkan adalah terjadinya peningkatan hormon paratiroid dan penurunan kadar kalsium. Hasil ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh chen dan kawan-kawan, dimana mereka melakukan penelitian tentang kombinasi HD/HP di Cina. Penelitian mereka dilakukan pada 100 pasien hemodialisis reguler dibagi menjadi dua grup, grup pertama dilakukan kombinasi HD/HP seminggu sekali dan grup ke dua melakukan hemodialisis tiga kali seminggu, lalu dievaluasi selama dua tahun. Dari penelitian tersebut didapatkan penurunan rerata hormon paratiroid sebanyak 20,58%, dan nilainya lebih rendah jika dibandingkan dengan grup ke dua (10.8±2.7 vs. 15.4±6.6, p<0,05).8 Mengapa hal ini bisa terjadi ada beberapa kemungkinan, diantaranya karena adanya faktor kronisitas dari penyakit ginjal itu sendiri, sehingga kombinasi HD/HP yang singkat tidak memberikan hasil yang maksimal. Untuk penurunan kalsium serum setelah kombinasi HD?HP kemungkinan disebabkan karena kalsium termasuk molekul sedang besar dimana diresopsi oleh alat hemoperfusi. Pada penelitian ini juga menganalisis mengenai produk kalsium fosfat ( Ca X P ) dimana didapatkan hasil produk kalsium phosphat (Ca x P) sebelum dimulai kombinasi adalah 69,13±23,67mg2/dl2 dan rerata produk kalsium phosphat (Ca x P) setelah kombinasi adalah 61,40±24,85mg2/dl2. Secara statistik didapatkan p>0,05 berarti tidak ada perbedaan bermakna antara rerata produk kalsium phosphat sebelum dengan sesudah kombinasi Hemodialisis / Hemoperfusi. Hasil ini sesuai dengan yang diharapkan dimana peneliti mengharapkan penuruan produk kalsium fosfat, walaupun secara statistik tidak bermakna. Produk kalsium fosfat kami lakukan analisis karena parameter ini
33 Universitas Sumatera Utara
merupakan salah satu indikator dari Gangguan mineral tulang yang direkomendasika oleh KDOQI. Peneliti ingin mengetahui apakah kalsim serum, fosfat serum, dan hormon paratiroid serum setelah kombinasi dipengaruhi atau tidak oleh lamanya Hemodialisis yang dijalani pasien dan etiologi PGK. Berdasarkan lamanya hemodialisis didapatkan rerata Calcium serum setelah kombinasi HD/HP dengan lama HD ≤ 5 tahun adalah 8,81 ± 0,80 mg/dl dan rerata Calcium serum setelah kombinasi dengan lama HD > 5 tahun adalah 8,53 ± 1,77 mg/dl. Secara statistik didapatkan p>0,05 berarti tidak ada perbedaan bermakna antara rerata calcium serum sesudah kombinasi Hemodialisis / Hemoperfusi dengan lamanya HD. Untuk parameter phosphor, rerata phosphor serum setelah kombinasi HD/HP dengan lama HD ≤ 5 tahun adalah 6,54 ± 2,57 mg/dl dan rerata phosphor serum setelah kombinasi dengan lama HD > 5 tahun adalah 9,33
± 1,84 mg/dl. Secara statistik didapatkan p>0,05 berarti tidak ada
perbedaan bermakna antara rerata phosphor serum sesudah kombinasi Hemodialisis / Hemoperfusi dengan lamanya HD. Untuk parameter hormon paratiroid, rerata hormon paratiroid serum setelah kombinasi HD/HP dengan lama HD ≤ 5 tahun adalah 502,45 ± 609,21mg/dl dan rerata Calcium serum setelah kombinasi dengan lama HD > 5 tahun adalah 1315,03 ± 612,68 mg/dl. Secara statistik didapatkan p<0,05 berarti terdapat perbedaan bermakna antara rerata hormon paratiroid
serum sesudah kombinasi Hemodialisis /
Hemoperfusi dengan lamanya HD. Untuk parameter produk calcium phosphor (Ca x P), rerata produk calcium phosphor (Ca x P) setelah kombinasi HD/HP dengan lama HD ≤ 5 tahun
adalah 57,57±22,61 mg2/dl2,
rerata produk
calcium phosphor (Ca x P) setelah kombinasi dengan lama HD > 5 tahun adalah 81,83±31,30 mg2/dl2. Secara statistik didapatkan p>0,05 berarti tidak ada perbedaan bermakna antara rerata produk calcium phosphor (Ca x P) sesudah kombinasi Hemodialisis / Hemoperfusi dengan lamanya HD. Berdasarkan etiologi PGK didapatkan rerata Calcium serum setelah kombinasi HD/HP dengan DM adalah 8,80±0,28 mg/dl dan rerata Calcium serum setelah kombinasi dengan non DM adalah 8,77±1,00 mg/dl. Secara statistik didapatkan
34 Universitas Sumatera Utara
p>0,05 berarti tidak ada perbedaan bermakna antara rerata calcium serum sesudah kombinasi Hemodialisis / Hemoperfusi dengan etiologi PGK. Untuk parameter phosphor, rerata phosphor serum setelah kombinasi HD/HP dengan DM adalah 7,90±2,54 mg/dl dan rerata phosphor serum setelah kombinasi dengan non DM adalah 6,87±2,71 mg/dl. Secara statistik didapatkan p>0,05 berarti tidak ada perbedaan bermakna antara rerata phosphor serum sesudah kombinasi Hemodialisis / Hemoperfusi dengan etiologi PGK. Untuk parameter hormon paratiroid, rerata hormon paratiroid serum setelah kombinasi HD/HP dengan DM adalah 259,15±141,20 mg/dl dan rerata hormon parathyroid serum setelah kombinasi dengan non DM adalah 674,47±691,80 mg/dl. Secara statistik didapatkan p>0,05 berarti tidak terdapat perbedaan bermakna antara rerata hormon paratiroid
serum sesudah kombinasi Hemodialisis /
Hemoperfusi dengan etiologi PGK. Untuk parameter produk calcium phosphor (Ca x P), rerata produk calcium phosphor (Ca x P) setelah kombinasi HD/HP dengan DM adalah 69,16±20,16 mg2/dl2, rerata produk calcium phosphor (Ca x P) setelah kombinasi dengan non DM adalah 60,49±25,71 mg2/dl2. Secara statistik didapatkan p>0,05 berarti tidak ada perbedaan bermakna antara rerata produk calcium phosphor (Ca x P) sesudah kombinasi Hemodialisis / Hemoperfusi dengan etiologi PGK. Kemungkinan peningkatan hormon paratiroid
berdasarkan
lama
hemodialisis
disebabkan
karena
faktor
kronisitasnya dimana semakin lama menjalani hemodialisis maka semakin tinggi kadar hormon paratiroid serumnya. Penggunaan kombinasi HD/HP sebagai salah satu pilihan managemen gangguan mineral tulang pada pasien PGK dengan hemodialisis reguler memerlukan penelitian lanjutan yang melibatkan sampel yang lebih luas dan waktu penerapan kombinasi HD/HP yang lebih lama sehingga mendapatkan hasil yang lebih representatif.
35 Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Kombinasi HD/HP menurunkan kadar fosfat serum dan meningkatkan kadar hormon paratiroid tetapi tidak bermakna secara statistik 5.2 Saran Memerlukan penelitian lanjutan yang melibatkan sampel yang lebih luas dengan karakteristik yang disesuaikan dan waktu penerapan kombinasi HD/HP yang lebih lama sehingga mendapatkan hasil yang lebih representatif.
36 Universitas Sumatera Utara