BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian Untuk
memperoleh
data
lapangan
guna
penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif sangat mengandalkan manusia sebagai instrumen (alat) utama
penelitian.
Hanya
manusia
sebagai
alat
penelitian yang dapat menyesuaikan diri dengan kenyataan-kenyataan
dilapangan
dan
dapat
berhubungan dengan responden atau objek lain serta mampu
memahami
kaitan
dilapangan (Moeloeng, 1989).
berbagai
kenyataan
Sedangkan metode
penelitian dalam penulisan ini, menggunakan metode penelitian deskriptif, yang dimengerti sebagai metode penelitian
yang
mendeskripsikan
atau
yang
menguraikan peristiwa atau masalah yang diteliti
60
(Moeloeng,
1989),
kemudian
dengan
perspektif
interpretative secara induktif (Mulyana 2010).
3.2 Populasi dan Sampel Populasi
dapat
diartikan
sebagai
wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005). Populasi penelitian ini adalah jemaat anggota Klasis Klasis Letti Moa Lakor.
Populasi ini dipilih karena tiap Jemaat
memiliki dan mengelola asetnya secara otonom. Sampel
menurut
Indriantoro
dan
Supomo
(1999:121) adalah sebagian dari populasi dimaksud yang akan diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah empat jemaat yang ada di Klasis Letti Moa Lakor. Kuota sampel tersebut dipilih dengan metode non probabilistik dengan tujuan tertentu (Purposive sample).
Tujuannya
adalah
61
menggambarkan
pengelolaan
aset
jemaat-jemaat
dengan
tipologi
jemaat menurut tingkat kemajuan ekonominya, dua jemaat kelas satu, satu jemaat kelas dua dan satu jemaat kelas tiga, karena yang masuk kategori kelas satu adalah jemaat yang pengembangan ekonomi jemaatnya maju. Kelas dua adalah jemaat yang ekonomi jemaat belum mapan dan kelas tiga adalah jemaat yang masuk dalam jemaat yang masih tertinggal dalam hal sumber daya manusia maupun dalam pengembangan ekonomi jemaatnya.
3.3 Pengumpulan dan Analisis Data Sumber primer
yang
data
diperoleh
dikumpulkan
dari
sumber
dengan
teknik
data (a).
Pengamatan (observation) yaitu, melihat langsung dilokasi penelitian, (b). Wawancara (Interview) yang dilakukan terstruktur.
adalah
wawancara
terbuka
dan
Wawancara terbuka ialah orang yang
diwawancarai (Informan) tahu bahwa ia sedang
62
diwawancarai serta tujuan dari wawacara tersebut, sedangkan wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan lebih dahulu mempersiapkan pedoman
wawancara
yang
disusun
atas
dasar
permasalahan. Informan dalam penelitian ini adalah Majelis Jemaat (Pendeta, Penatua, Diaken) dan anggota jemaat yang mengelola aset-aset milik gereja. Data yang terkumpul tersebut dianalisis dengan teknik analisis dengan cara mendeskripsikan data kemudian
data
diinterpretasi
untuk
menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian dan mengungkap fenomena sosial tertentu. Sehingga, analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan dan diharapkan dapat memperoleh hasil yang nanti dapat dikembangkan
sebagai
framework.
63
implikasi
managerial
3.4
Objek Penelitian Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah
Gereja Protestan Maluku Klasis Pulau-pulau Letti Moa Lakor dan fokusnya pada empat jemaat yaitu Jemaat Werwaru, Jemaat Patti, Jemaat Serwaru dan Jemaat Tomra. 3.4.1 Gambaran Umum Organisasi GPM
merupakan
persekutuan
orang-orang
percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, tubuh Kristus, buah karya Roh Kudus, yang melaksanakan misinya dalam pengharapan akan kedatangan Kerajaan Allah di bumi, merupakan penampakan Gereja yang Esa, Kudus, Katolik atau Am dan rasuli. GPM adalah keluarga Allah dengan beranekaragam suku dan budaya
yang
dianugerahkan
merupakan Tuhan
untuk
kekayaan
yang
mengekspresikan
imannya dalam kesaksian dan pelayanan gereja yang transformatif. Ia mewujudkan dirinya sebagai jemaatjemaat yang tersebar di Provinsi Maluku dan Maluku
64
Utara, Klasis-klasis di seluruh Maluku dan Maluku Utara
yang berjumlah dua puluh enam Klasis
dengan jumlah jemaat tujuh ratus dua puluh empat dan Sinodenya berpusat di Ambon. Jemaat, Klasis dan Sinode,
masing-masing dan bersama-sama
merupakan perwujudan GPM sebagai satu gereja yang utuh dan lengkap. Sinode adalah badan pengambilan keputusan tertinggi dalam jenjang kepemimpinan GPM, Klasis adalah
kesatuan
wilayah
GPM
yang
meliputi
sejumlah Jemaat yang terbentuk sebagai respons gereja
terhadap
tantangan
geografis
demi
memperlancar penyelenggaraan pelayanan gereja. Jemaat adalah persekutuan orang-orang percaya kepada Yesus Kristus pada suatu tempat dan lingkungan
secara
teritorial
dan
transteritorial
tertentu dalam wilayah pelayanan GPM (Tata Gereja Protestan Maluku, 2010).
65
Klasis Letti Moa Lakor berada di wilayah Kota Kabupaten Maluku Barat Daya, dan memiliki dua puluh tujuh jemaat. Sinode mengklasifikasi jemaat dalam kategori kelas yaitu kelas satu, dua dan tiga. Khusus di klasis Letti Moa Lakor, Jemaat kategori kelas satu berjumlah lima jemaat, kelas dua ada sebelas jemaat dan kelas tiga ada sepuluh jemaat. 3.4.2 Ketenagaan GPM berketetapan hati dalam memelihara, membina dan mengembangkan struktur dan fungsi kepemimpinan
gereja
yang
menganut
sistem
Presbiterial Sinodal secara dinamis, kritis dan kreatif yang
menekankan
pada,
jemaat
sebagai
fokus
pelayanan gereja sebab jemaat merupakan lokus utama dari perjuangan untuk mendirikan tandatanda Kerajaan Allah di bumi. Jemaat-jemaat tidak berjalan sendiri melainkan berada dalam suatu gerak berjalan bersama (sun hodos) dalam Klasis-klasis dan satu
Sinode.
Pengelolaan
66
dan
penatalayanan
kehidupan
gereja
mempersekutukan,
atas
dasar
membarui
dan
kasih
yang
membangun.
Hubungan yang selaras, serasi, utuh, terpadu, dan dinamis dalam penyelenggaraan pelayanan gereja selalu dibangun dan dikembangkan antara Jemaat, Klasis dan Sinode. Organisasi GPM memiliki anggota lima ratus dua puluh empat ribu empat ratus tiga jiwa dan tenaga pegawai organik seribu tiga ratus tujuh orang yang terdiri dari seribu dua belas pendeta dan penginjil serta dua ratus lima puluh sembilan orang pegawai
non
pendeta.
Penetapan
dan
rincian
perangkat kepengurusan Jemaat, Klasis dan Sinode beserta tugas, wewenang dan tanggung jawab diatur dalam peraturan pokok dan ditetapkan oleh Majelis Pekerja Harian Sinode GPM
untuk memimpin dan
mengarahkan pelayanan, dan untuk melengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan dan pembangunan Tubuh Kristus.
67
Pimpinan Jemaat adalah majelis jemaat yang diketuai oleh seorang pendeta dan penginjil yang diangkat dengan Surat Keputusan Majelis Pekerja Harian Sinode. Majelis jemaat terdiri dari pendeta dan penginjil, penatua-penatua dan diaken-diaken. Tugas dan tanggung jawab majelis jemaat adalah melaksanakan pekabaran injil dan melengkapi warga jemaat bagi pekerjaan pelayanan dan pembangunan Tubuh Kristus. Melayani ibadah jemaat, pemberitaan Firman Allah dan sakramen kudus. Menjalankan disiplin
gerejawi
(pastoral). pelayanan pelestarian katekisasi
dan
pelayanan
Melaksanakan kasih,
dan
pendidikan
keadilan,
lingkungan
penggembalaan
perdamaian,
hidup.
pendidikan
umum, serta
Melaksanakan
agama
kristen
dari
pendidikan usia dini sampai ke perguruan tinggi, membina kemandirian berteologi, kemandirian daya dan
dana.
Menyelenggarakan
dan
memimpin
persidangan jemaat, dan rapat-rapat majelis jemaat
68
secara teratur, terencana dan berkesinambungan. Mengelola,
mengawasi
dan
mempertanggung
jawabkan pemanfaatan keuangan dan harta milik GPM yang dikelola oleh jemaat sesuai peraturan perbendaharaan
gereja
yang
berlaku.
Rincian
susunan tugas dan tanggung jawab setiap perangkat kepengurusan pelayanan majelis jemaat diatur dan ditetapkan oleh Persidangan Majelis Pekerja Lengkap Sinode. Kepegawaian gereja adalah salah satu sumber daya
gerejawi
pelaksana
yang
untuk
berfungsi
sebagai
menyelenggarakan
aparat
tugas-tugas
pelayanan gereja di setiap jenjang kepemimpinan gereja
yang
merupakan
satu
kesatuan
ketatalaksanaan (management). Tugas dan wewenang dalam menetapkan gaji dari pegawai dan dalam menempatkan pendeta dan penginjil dalam Klasis serta Jemaat dalam wilayah pelayanan GPM. Semua yang telah ditetapkan akan disahkan dalam sidang
69
tertinggi dalam jenjang kepemimpinan GPM yaitu Sidang Sinode. 3.4.3 Kebijakan Aset Aset gereja meliputi aset ruang dan dana. Aset ruang terdiri dari lahan dan ternak sedangkan aset dana diperoleh dari persembahan langsung dari warga jemaat. Aset gereja dikelola oleh majelis jemaat dan warga jemaat, hasilnya dimasukan dalam kas jemaat dan
dipergunakan
pemberdayaan
untuk
ekonomi
pengembangan jemaat.
Hasil
serta dari
pengelolaan aset berupa dana akan dibagi 69% untuk
pengembangan
pelayanan
kepada
warga
jemaat dan 30% untuk Sinode (Pembayaran gaji pegawai dan lainnya) serta 1% untuk Yayasan milik GPM. GPM meningkatkan kemandirian dana melalui penguatan ekonomi anggota jemaat dan usaha-usaha lainnya yang sah. Uang dan barang milik gereja
70
dikelola
secara
adil,
tertib,
transparan,
dan
akuntabel demi pengembangan misi gereja secara utuh. Sistem pengelolaan dan pertanggungjawaban perbendaharaan
gereja
ditetapkan
dengan peraturan gereja.
71
setiap
tahun