BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Rancangan dan Objek Penelitian
3.1.1 Tahapan Penelitian Tahapan dalam penelitian ini dapat diketahui dari gambar berikut. Tahap 1 Perumusan masalah Input : Penelitian tentang pengelolaan TI Metode : Literasi Output : Rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta pemaparan teori yang mendukung
Tahap 2 Analisis Penelitian ANALISIS PERUSAHAAN Input : Profil perusahaan Struktur organisasi Analisis perencanaan Perencanaan strategis Metode : Literasi dan Survei Output : Deskripsi kondisi perusahaan
ANALISIS KERANGKA KERJA Input : Fokus area tata kelola TI Kerangka kerja VAL TI Aplikasi MAM Metode : Literasi dan Survei Output : Hasil analisa kerangka kerja dan capabillitas model maturity
Tahap 3 Kajian dan Evaluasi Input : Menjawab pertanyaan riset Kondisi sekarang Tools : Angket penelitian Output : Model tata kelola VAL IT melalui aplikasi MAM
Tahap 4 Kesimpulan dan Saran Input : Menjawab pertanyaan riset dan hasil kajian Proses : Merumuskan kesimpulan Output : Kesimpulan dan Saran
39
40
Tahap 1. Perumusan Masalah Perumusan masalah dilakukan untuk menentukan pertanyaan penelitian dan menjadi arah bagi tujuan dan manfaat penelitian. Untuk mendapatkan hasil atau perumusan masalah, maka dilakukan studi literasi (studi pustaka) dan survey awal untuk mempelajari tata kelola VAL IT dalam mengaplikasikan MAM (Media Asset Management) yang analisis VAL IT difokusikan pada pendeskripsian penerapan MAM dalam frame work VAL IT. Tahap 2. Analisis Penelitian Analisis Penelitian yang dilakukan pada tahap ke-2 ini terdiri dari 2 desain, yakni analisis perusahaan dan analisa kerangka kerja VAL IT. Analisis perusahaan dilakukan untuk memetakan kondisi terkini perusahaan terkait dengan topik aplikasi MAM sebagai asset investasi TI. Untuk mendapatkan hasil tersebut dilakukan kajian literasi, untuk mengetahui profil perusahaan, struktur manajemen atau organisasi, dan proses kerja MAM melalui survey menggunakan. Analisis kerangka kerja dilakukan menggunakan pendekatan penggabungan antara model penerapan MAM dan pengelolaan investasi TI di area studi kasus. Kerangka kerja yang digunakan adalah VAL IT. Tahap 3. Kajian dan Evaluasi Pengkajian dilakukan dengan cara mematakan kondisi terkini perusahaan terkait dengan pengelolaan investasi TI terhadap kerangka kerja VAL IT.
41
Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan nilai standar dalam masingmasing proses di VAL IT terhadap situasi dan kondisi perusahaan terkait dengan pengelolaan TI. Penelitian menggunakan referensi proses mendukung VAL IT untuk menghasilkan analisis maturitas dari setiap proses pengelolaan TI, yakni aplikasi MAM di perusahaan. Analisis kesenjangan akan memberikan masukan untuk meningkatkan proses pengelolan investasi IT, sehingga perusahaan akan memiliki acuan terhadap proses-proses yang membutuhkan pengembangan selanjutnya dan perusahaan memiliki gambaran berupa potensi yang menjadi keunggulan terkait dengan topik aplikasi MAM dalam kerangka kerja VAL IT. Tahap 4. Kesimpulan Tahapan terakhir dalam penelitian ini adalah membuat kesimpulan
setelah
seluruh proses selesai akan dilakukan evaluasi terhadap temuan-temuan dalam penelitian. Kemudian akan diberikan saran-saran yang dapat dijadikan refrensi untuk penelitian selanjutnya. 3.1.2 Objek Penelitian (Sejarah Perusahaan) Bermula dari Jl. Darmo Permai, Surabaya, Agustus 1990, siaran SCTV diterima secara terbatas untuk wilayah Gerbang Kertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoardjo dan Lamongan) yang mengacu pada izin Departemen Penerangan No. 1415/RTF/K/IX/1989 dan SK No. 150/SP/DIR/TV/1990. Satu tahun kemudian, 1991, pancaran siaran SCTV meluas mencapai Pulau Dewata, Bali dan sekitarnya.
42
Baru pada tahun 1993, berbekal SK Menteri Penerangan No 111/1992 SCTV melakukan
siaran
nasional
ke
seluruh
Indonesia.
Untuk
mengantisipasi
perkembangan industri televisi dan juga dengan mempertimbangkan Jakarta sebagai pusat kekuasaan maupun ekonomi, secara bertahap mulai tahun 1993 sampai dengan 1998, SCTV memindahkan basis operasi siaran nasionalnya dari Surabaya ke Jakarta. Pada tahun 1999 SCTV melakukan siarannya secara nasional dari Jakarta. Sementara itu, mengantisipasi perkembangan teknologi informasi yang kian mengarah pada konvergensi media SCTV mengembangkan potensi multimedianya dengan meluncurkan situs http://www.liputan6.com, http://www.liputanbola.com Melalui ketiga situs tersebut, SCTV tidak lagi hanya bersentuhan dengan masyarakat Indonesia di wilayah Indonesia, melainkan juga menggapai seluruh dunia. Dalam perkembangan berikutnya, melalui induk perusahaan PT. Surya Citra Media tbk (SCM), SCTV mengembangkan potensi usahanya hingga mancanegara dan menembus batasan konsep siaran tradisional menuju konsep industri media baru. SCTV menyadari bahwa eksistensi industri televisi tidak dapat dipisahkan dari dinamika masyarakat. SCTV menangkap dan mengekspresikannya melalui berbagai program berita dan feature produksi Divisi Pemberitaan seperti Liputan 6 (Pagi, Siang, Petang dan Malam), Buser, Topik Minggu Ini, Sigi dan sebagainya. SCTV juga memberikan arahan kepada pemirsa untuk memilih tayangan yang sesuai. Untuk itu, dalam setiap tayangan SCTV di pojok kiri atas ada bimbingan untuk orangtua sesuai dengan ketentuan UU Penyiaran No: 32/2002 tentang Penyiaran yang terdiri dari BO (Bimbingan Orangtua), D (Dewasa) dan SU (Semua Umur). Jauh
43
sebelum ketentuan ini diberlakukan, SCTV telah secara selektif menentukan jam tayang programnya sesuai dengan karakter programnya. Dalam kurun waktu perjalanannya yang panjang, berbagai prestasi diraih dari dalam dan luar negeri antara lain: Asian Television Awards (2004 untuk program kemanusian Titian Kasih (Pijar), 1996 program berita anak-anak Krucil), Majalah Far Eastern Economic Review (3 kali berturut-turut sebagai satu dari 200 perusahaan terkemuka di Asia Pasific), Panasonic Awards (untuk program berita, pembaca berita dan program current affair pilihan pemirsa) dan sebagainya. Semua itu menjadikan SCTV kian dewasa dan matang. Untuk itu, manajemen SCTV memandang perlu menegaskan kembali identitas dirinya sebagai stasiun televisi keluarga. Maka sejak Januari 2005, SCTV mengubah logo dan slogannya menjadi lebih tegas dan dinamis: Satu Untuk Semua. Melalui 47 stasiun transmisi, SCTV mampu menjangkau 240 kota dan menggapai sekitar lebih dari 175 juta potensial pemirsa. Dinamika ini terus mendorong SCTV untuk selalu mengembangkan profesionalisme sumber daya manusia agar dapat senantiasa menyajikan layanan terbaik bagi pemirsa dan mitra bisnisnya. SCTV telah melakukan transisi ke platform siaran dan produksi digital, yang merupakan bagian dari kebijakan untuk secara konsisten mengadopsi kecanggihan teknologi dalam meningkatkan kinerja dan efsiensi operasional. Dalam semangat yang sama, kebijakan itu telah meletakkan penekanan yang kokoh pada pembinaan kompetensi individu di seluruh aspek untuk mempertajam basis pengetahuan seraya
44
memupuk talenta, kreativitas dan inisiatif. Inilah kunci untuk memperkuat posisi SCTV sebagai salah satu dari stasiun penyiaran terkemuka di Indonesia. 3.1.3 Penerapan MAM di PT. Surya Citra Televisi Penerapan media asset management (MAM) yang paling mendasar adalah perubahan sistem penyiaran, dari sistem televisi analog ke system digital, yang hal ini dapat diketahui dari penerimaan gambar lewat pemancar. Pada sistem analog, semakin jauh dari stasiun pemancar televisi, sinyal akan melemah dan penerimaan gambar menjadi buruk dan berbayang. Sedangkan pada sistem digital, siaran gambar yang jernih akan dapat dinikmati sampai pada titik dimana sinyal tidak dapat diterima lagi. Dapat dikatakan, siaran digital hanya mengenal dua kondisi status, terima (kode 1) atau tidak (kode 0). Siaran televisi digital terestrial berisikan siaran stasiun-stasiun televisi yang beroperasi secara free-to-air, sehingga masyarakat tidak dipungut bayaran untuk menonton. Siaran televisi digital ini dapat diterima di televisi analog dengan memanfaatkan perangkat Digital Set Top Box (STB)/Digital Receiver/DVB-T Receiver yang mengubungkan antena dengan televisi analog. Dengan kata lain Digital STB adalah sebuah dekoder untuk mengubah sigyal digital menjadi gambar dan suara dan menampilkannya pada pesawat televisi analog. a. Keunggulan Siaran televisi digital terestrial menyajikan gambar dan suara yang jauh lebih stabil dan resolusi lebih tajam ketimbang analog. Hal ini dimungkinkan oleh penggunaan sistem Orthogonal Frequency Division
45
Multiplexing (OFDM) yang mampu mengatasi efek lintas jamak (multipath). Pada sistem analog, efek lintasan jamak menimbulkan echo atau gaung yang berakibat munculnya gambar ganda (seakan ada bayangan). Penyiaran televisi digital menawarkan kualitas gambar yang sama dengan kualitas DVD, bahkan stasiun-stasiun televisi dapat memancarkan programnya dalam format 16:9 (layar lebar) dengan standar Standard Definition (SD) maupun High Definition (HD). Kualitas suara pun mampu mencapai kualitas CD Stereo, bahkan stasiun televisi dapat memancarkan suara dengan Surround Sound (Dolby DigitalTM). b. Ketahanan Siaran televisi digital terestrial memiliki ketahanan terhadap perubahan lingkungan yang terjadi karena pergerakan pesawat penerima (untuk penerimaan mobile TV), misalnya di kendaraan yang bergerak, sehingga tidak terjadi gambar bergoyang atau berubah-ubah kualitasnya seperti pada TV analog saat ini. Teknologi ini punya ketahanan terhadap efek interferensi, derau dan fading, serta kemudahannya untuk dilakukan proses perbaikan (recovery) terhadap sinyal yang rusak akibat proses pengiriman atau transmisi sinyal. Perbaikan akan dilakukan di bagian penerima dengan suatu kode koreksi error (error correction code) tertentu.
46
c. Efisiensi Teknologi siaran televisi digital lebih efisien dalam pemanfaatan spektrum dibanding siaran televisi analog. Secara teknis, pita spektrum frekuensi radio yang digunakan untuk siaran televisi analog dapat digunakan untuk penyiaran televisi digital sehingga tidak perlu ada perubahan pita alokasi baik VHF maupun UHF. Sedangkan lebar pita frekuensi yang digunakan untuk analog dan digitalberbanding 1 : 6, artinya bila pada teknologi analog memerlukan pita selebar 8 MHz untuk satu kanal transmisi, maka pada teknologi digital untuk lebar pita frekuensi yang sama dengan teknik multiplex dapat digunakan untuk memancarkan sebanyak 6 hingga 8 kanal transmisi sekaligus dengan program yang berbeda tentunya. Dalam bahasa yang sederhana, ini berarti dalam satu frekuensi dapat digunakan untuk enam siaran yang berbeda. Ini jauh lebih efisien dibanding dengan siaran analog dimana satu frekuensi hanya untuk satu siaran saja. Dengan keunggulan ini, keterbatasan jumlah kanal dalam spektrum frekuensi siaran yang menjadi penghambat perkembangan industri pertelevisian di era analog dapat diatasi dan memungkinkan munculnya stasiun-stasiun televisi baru yang lebih banyak dengan program yang lebih bervariasi. 3.1.4
Standarisasi Aplikasi MAM di PT. Surya Citra Televisi Penentuan standar ini menjadi penting karena apabila salah menentukan
pilihan bisa jadi teknologi yang diadopsi ternyata tidak cocok digunakan di dalam negeri dan mengakibatkan kerugian terhadapinvestasi publik. Hal ini pernah terjadi
47
di Indonesia ketika pemilihan teknologi Betamax untuk siaran analog. Sebagai catatan, pada saat Indonesia memilih teknologi Betamax ternyata negara lain menggunakan teknologi VHS. Teknologi Betamax lambat laun jauh tertinggal dan akhirnya tidak bisa digunakan. Ini menyebabkan masyarakat yang telah membeli teknologi Betamax mengalami kerugian material karena teknologi tersebut tidak bisa digunakan. Maka, perlu dipilih standar yang benar-benar layak agar rancangan yang akan dijalankan dapat digunakan sebagai senjata pamungkas untuk mengatasi masalah yang selama ini ada dalam dunia penyiaran di Indonesia. Untuk keperluan penetapan standar televisi digital terestrial ini, pemerintah Indonesia membentuk Tim Nasional Migrasi Sistem Penyiaran dari Analog ke Digital yang bertugas melakukan kajian dan uji coba terhadap beberapa standar penyiaran televisi digital terestrial yang ada . Dari hasil kajian tim tersebut, diputuskan
bahwa
di
Indonesia
digunakan
standar DVB-T (Digital
Video
Broadcasting–Terrestrial) untuk televisi tidak bergerak. Frekuensi yang digunakan dalam siaran televisi digital melalui kanal VHF dan UHF (170-230 MHz dan 470-890MHz) sebenarnya tidak sekedar diperuntukkan untuk
siaran
televisi
untuk internet, komunikasi data,
saja
melainkan
bahkan telepon,
juga
bisa
mengingat
digunakan kemampuan
komunikasi duplex (dua arah) yang dapat dilakukan pada teknologi televisi digital ini. Interaktivitas sendiri diartikan fungsi kritis yang mengubah keseluruhan konsep dari televisi yang menempatkan pemirsa sebagai pemegang kontrol. Dengan melihat fungsi lama televisi dan kemampuannya utuk terhubung dengan internet, televisi
48
menjadi kanal komunikasi yang sangat kuat dan mampu menjangkau seluruh sektor masyarakat. Televisi interaktif dapat terikat kepada individu secara personal yang memungkinkan seperangkat layanan dihantarkan ke rumah. Pemirsa juga bisa menggunakan televisi interaktif untuk mengirim e-mail, home shopping, dan memainkan game favoritnya. Namun demikian, pemirsa tetap akan menggunakan televisi secara pasif, sebagaimana fungsi aslinya, tetapi kemudian akan terbiasa untuk menggunakan fungsi yang lebih maju seperti fitur-fitur interaktif. Fitur-fitur itu antara lain: layanan data dengan menu Bahasa Indonesia, informasi ramalan cuaca, keadaan lalu lintas, keuangan, peringatan dini bencana alam, berita, dan dapat dilengkapi dengan sarana pengukuran rating TV. 3.1.5
Manajemen Perusahaan Dewan Komisaris : Bp. R. Soeyono
: Komisaris Utama / Independen
Bp. Eddy Sariaatmadja
: Komisaris
Bp. Susanto Suwarto
: Komisaris
Ibu Siti Hediati Hariyadi
: Komisaris
Bp. Budi Harianto
: Komisaris
Bp. Agus Lasmono
: Komisaris Independen
Bp. Max Sumakno Budiarto : Komisaris Independen
49
Direksi : Bp. Fofo Sariaatmadja
: Direktur Utama
Bp. Salusra Wijaya
: Direktur Keuangan
Bp. Budi Sutjiawan
: Direktur Program & Produksi
Bp. Lie Halim
: Direktur Pemasaran & Penjualan
Bp. Alvin W. Sariaatmadja
: Direktur Pengembangan Usaha
3.1.6 Visi dan Misi Perusahaan VISI SCTV Menjadi stasiun televisi unggulan yang memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan pencerdasan kehidupan bangsa. MISI SCTV Membangun SCTV sebagai jaringan stasiun televisi swasta terkemuka di Indonesia dengan : 1. Menyediakan beragam program yang kreatif, inovatif dan berkualitas yang membangun bangsa. 2. Melaksanakan tata kelola perusahan yang baik (good corporate governance). 3. Memberikan nilai tambah kepada seluruh stakeholder. 3.2
Pendekatan Penelitian
3.2.1 Jenis Penelitian Metode ini menggunakan metode Deskriptif. Penelitian deskriptif adalah memaparkan situasi atau peristiwa.Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Pada hakikatnya, metode
50
deskriptif mengumpulkan data secara univariat. Karakteristik data diperoleh dengan ukuran-ukuran kecenderungan pusat atau ukuran sebaran (Suryabrata, 2004). Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskripsi dalam bentuk survey. Metode ini menekankan lebih pada penentuan informasi tentang variable daripada informasi tentang individu dan bermaksud mengumpulkan data yang relatif terbatas dari sejumlah kasus yang relatif besar. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi, penyebaran angket dan studi kepustakaan. Sedangkan instrumen (alat) penelitiannya adalah mencatat hasil observasi, melakukan analisis angket tanggapan karyawan, dan melakukan colecting data kepustakaan (buku, teks, dokumentasi, file, jurnal, artikel dimedia massa cetak). Analisis data bertujuan untuk membuat proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan (Suryabrata, 2004). Data yang diperoleh dari penelitian adalah data dari angket tanggapan yang berupa interpretasi karyawan atau subjek penelitian terhadap aplikasi MAM yang disusun melalui indicator-indikator dalam VAL IT. Kemudian data dianalisis dengan analisis deskripsi yang menggambarkan sejumlah variable yang diteliti tanpa melakukan pengujian jalinan (hubungan) antar variabel yang diteliti. 3.2.2 Kajian Penelitian Fokusi tujuan penelitian ini adalah menginterpretasikan aspek penilaian dari VAL IT sebagai berikut.
51
a. Value governance (VG) yang mengoptimasi nilai yang diperoleh atas investasi IT dengan cara; menetapkan tata kelola, mengontrol dan memonitor kerangka kerjanya, menyediakan arahan strategis bagi investasi, dan mendefinisikan karakteristik portofolio investasi. Indikator pada variabel value governance (VG) meliputi: 1) VG1, yaitu kepastian informasi dan komitmen kepemimpinan 2) VG2, yaitu mendefinisikan dan proses penerapannya 3) VG3, yaitu menetapkan peran dan tanggung jawab 4) VG4, yaitu memastikan kesesuaian akuntabilitas yang dapat diterima 5) VG5, yaitu mendefinisikan kebutuhan informasi 6) VG6, yaitu menetapkan persyaratan pola pelaporan 7) VG7, yaitu membangun struktur organisasi 8) VG8, yaitu menentukan arah strategis 9) VG9, yaitu menentukan kategori investasi 10) VG10, yaitu menentukan target portfolio campuran 11) VG11, yaitu menentukan kriteria evaluasi sesuai kategori b. Portfolio management (PM) adalah untuk menjamin bahwa semua portofolio investasi IT selaras dan memberikan kontribusi optimal terhadap sasaran strategis organisasi. Indikator pada variabel ini meliputi: 1) PM1, yakni melakukan inventarisasi untuk mempertahankan sumber daya manusia. 2) PM2, yakni melakukan identifikasi kebutuhan sumber daya.
52
3) PM3, yaitu melakukan analisis kesenjangan 4) PM4, yakni mengembangkan rencana sumber daya. 5) PM5, yakni membuat persyaratan untuk memonitoring dan pemanfaatan sumber daya. 6) PM6, yakni membentuk ambang investasi. 7) PM7, yakni mengevaluasi konsep awal program bisnis kasus. 8) PM8, yakni melakukan evaluasi dan menetapkan skor relative terhadap kasus bisnis 9) PM9, yakni membuat pandangan portofolio secara keseluruhan. 10) PM10, yakni membuat dan mengkomunikasikan keputusan investasi. 11) PM11, yakni tahapan awal dari program-program yang dipilih berkaitan dengan masalah pembiayaan. 12) PM12, yakni mengoptimalkan kinerja portofolio. 13) PM13, yakni Re-prioritas portofolio. 14) PM14, yakni memantau dan melaporkan kinerja portofolio. c. Investment management (IM) yang menjamin bahwa program investasi TI di organisasi dapat memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang masuk akal dan dalam batas resiko yang masih dapat diterima. Pada variabel ini digunakan indikator sebagai berikut. 1) IM1, yakni usaha mengembangkan mengembangkan definisi lebih tinggi tentang peluang investasi. 2) IM 2, yakni mengembangkan konsep program permasalahan bisnis.
53
3) IM3, yakni mengembangkan pemahaman yang jelas tentang rencana program-program . 4) IM4, yaitu melakukan analisis alternatif. 5) IM5, yaitu mengembangkan rencana program. 6) IM6, yaitu mengembangkan rencana realisasi manfaat. 7) IM7, yaitu mengidentifikasi biaya siklus hidup dan manfaat yang dapat dicapai. 8) IM8, yaitu mengembangkan kasus bisnis yang terperinci program. 9) IM9, yaitu menetapkan akuntabilitas yang jelas dan kepemilikan. 10) IM10, yaitu rencana dan memulai meluncurkan program. 11) IM11, yakni mengelola program. 12) IM12, yakni mengelola atau melacak manfaat yang dapat dihasilkan. 13) IM13, yakni melakukan update kasus bisnis. 14) IM14, yakni memantau dan melaporkan kinerja program. 15) IM15, yakni melakukan Retire program. 3.2.3
Teknik Sampling Sampling adalah suatu cara pengumpulan data statistik yang bersifatnya tidak
menyeluruh, artinya tidak mencakup seluruh obyek penelitian atau populasi akan tetapi hanya sebagaian dari populasi saja, yaitu hanya mencakup sample yang diambil dari populasi tersebut (Suryabrata, 2005). Karena itu, dalam sebuah riset yang menggunakan metode survei, tidak selalu perlu untuk meneliti semua individu dalam populasi karena akan membutuhkan biaya yang sangat besar juga membutuhkan
54
waktu lama, dengan meneliti sample tersebut akan diperoleh kesimpulan-kesimpulan yang akan digeneralisasikan terhadap populasi. Agar hasil yang diperoleh dapat menggambarkan sifat-sifat dari populasi yang bersangkutan, maka cara pengambilan sample harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Sebuah sample haruslah dipilih sedemikian rupa sehingga setiap satuan elementer mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih dan besarnya peluang tersebut tidak boleh sama dengan nol. Sebuah metode pengambilan sample yang ideal mempunyai sifat-sifat seperti di bawah ini: a. Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi yang diteliti. b. Dapat menentukan presisi dari hasil penelitian dengan menentukan penyimpangan baku dari taksiran yang diperoleh. c. Sederhana sehingga mudah dilaksanakan. d. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendah mungkin. Dalam menentukan metode pengambilan sample yang akan digunakan dalam sebuah penelitian, harus memperhatikan hubungan antara biaya, tenaga dan waktu disatu pihak serta besarnya presisi di pihak lain. Apabila jumlah biaya, waktu dan tenaga sudah dibatasi sejak semula, peneliti harus berusaha untuk mendapatkan suatu pengambilan sample yang menghasilkan tingkat presisi yang tertinggi. Manfaat penelitian sample adalah sebagai berikut:
55
a. Menghemat biaya dan waktu. Makin kecil dari ukuran populasi, akan makin menghemat biaya dan waktu untuk pelaksana wawancara dan pengumpulan datanya. b. Sampel mungkin bisa lebih akurat. Makin kecil skala studinya, makin besar kemungkinan memperoleh orang-orang yang berkemampuan tinggi untuk mengelola setiap tahap proses riset. Bila jumlah staff riset makin besar, pengendaliannya makin sulit. Secara garis besar metode sampling dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu probability sampling dan non-probability sampling. Probability sampling adalah metode sampling yang setiap anggota populasinya memiliki peluang spesifik dan bukan nol untuk terpilih sebagai sample. Sedangkan pada non-probability sampling setiap unsur dalam populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel, bahkan probabilitas anggota populasi tertentu unutk dipilih tidak diketahui. Dalam penelitian ini pengambilan sampel bersifat tidak acak (non random/sampe lnon probabilitas), yaitu cara pemilihan unsur-unsur dari populasi untuk menjadi anggota sampel dimana pemilihan didasarkan oleh pertimbanganpertimbangan dari peneliti atau pewawancara dan setiap unsur tidak mempunyai kesempatan
yang diketahui untuk terpilih. Oleh karena itu dapat dihitung galat
penarikan sampel yang timbul. Yang termasuk prosedur penarikan sampel non
56
probabilitas adalah (purposive sampling), yang mengambil 30 karyawan PT. Surya Citra Televisi bidang Teknologi Informasi sebanyak 30 karyawan. 3.2.4 Perencanaan Kuisioner Perancangan kuesioner merupakan bagian yang sangat penting dalam proses penelitian karena keberhasilan suatu penelitian ditentukan oleh rancangan kuesioner yang dibuat. Untuk merancang kuesioner yang efektif, diperlukan pengalaman, ketrampilan dan kemampuan dalam bidang yang akan diteliti. Tujuan pokok dari pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang akurat dari responden dan relevan dengan tujuan penelitian. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini bersifat terstruktur, yaitu kuesioner yang menurut secara tepat semua pertanyaan dan urutan penyampaian pertanyaan serta semua alternatif jawaban telah ditentukan (Menristek, 2005). Kuesioner ini tepat untuk digunakan apabila waktu yang tersedia sedikit dan membutuhkan responden yang banyak. Sedangkan bentuk pertanyaan dalam kuesioner bersifat tertutup, yaitu pilihan jawabannya teleh ditentukan terlebuih dahulu, sehingga responden diminta memilih salah satu respon yang telah ditentukan.
3.2.5 Analisis Data dan Matrikulasi Pada tahap analisis berbagai alternatif di dalam proses operasional IT di PT. SCTV dan pertimbangan yang lain yang harus dipelajari, dengan data yang menunjang dan disajikan dalam format yang sistematik. Untuk proyek tertentu mungkin terdapat lebih dari satu aspek operasional yang dapat dievaluasi, seperti
57
faktor ketersediaan tenaga ahli atau terlatih, perangkat system operasional dan ketersediaan modal. Tetapi dalam penelitian ini akan di fokuskan pada aspek manajemen media (MAM) sebagai asset investasi IT di PT. SCTV. Analisis VAL IT dari aplikasi MAM dapat dilakukan atas beberapa hasil atau manfaat oprasional yang pembandingnya adalah manfaat operasional pada model teknologi analog. Val IT yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah analisis sistem yang sedang berjalan pada aplikasi MAM sesuai dengan metode pembangunan perangkat lunak yang digunakan. Selain itu terdapat juga perancangan antarmuka untuk aplikasi yang akan dibangun sesuai dengan hasil analisis yang telah dibuat. Selain itu hasil implementasi dari hasil analisis dan perancangan yang telah dibuat disertai juga dengan hasil pengujian dari aplikasi sehingga diketahui apakah sistem yang dibangun sudah memenuhi syarat sebagai aplikasi yang user-friendly, efektif dan efisien. 3.2.5.1 Pengujian Data Mempertimbangkan VAL IT merupakan metode penelitian yang lebih berorientasi pada manusia atau data-data tanggapan manusia maka diperlukan analisis untuk menguji validitas dan asumsi data-data yang diperoleh melalui angket penelitian sebagai persyaratan yang umum dalam metode penelitian kuantitatif. Uji validitas adalah ukuran seberapa tepat suatu instrument pengumpulan data melakukan fungsi pengukurannya. Menggunakan Bivariate Normality untuk mengecek distribusi kenormalan dari datanya. Uji validitas bertujuan mengecek apakah isi kuesioner tersebut sudah cukup dipahami oleh semua responden, yang
58
diindikasi oleh kecilnya prosentase jawaban responden yang terlalu menyimpang dari rata-rata jawaban responden lain. Uji validitas adalah untuk mengetahui tingkat kevalidan dari instrument kuesioner yang digunakan dalam pengumpulan data. Uji validitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah item-item yang tersaji dalam kuesioner benar-benar mampu mengungkapkan dengan pasti apa yang akan diteliti. Cara yang dilakukan adalah dengan analisa item, dimana setiap nilai total seluruh butir pertanyaan untuk suatu variabel dengan menggunakan rumus Product Moment (Ghazali, 2003) sebagai berikut. r=
n∑ ( X i Y i ) − (∑ X i )(∑Y i )
[n∑ X − (∑ X )][n∑Y − (Y )] 2
i
2
i
i
2
i
Keterangan: rxy x y xy N
: Koefisien korelasi antara skor item dengan skor total. : Jumlah skor item. : Jumlah skor total. : Jumlah skor item dengan skor total. : Jumlah subyek.
Hasil uji validitas data melalui analisis product moment Pearson dihitung atau diolah dan analisis peneliti menggunakan bantuan program SPSS for Windows version 16.0. Hasil penghitungan uji validitas skala atau alat ukur dapat dikatakan valid apabila memiliki nilai koefisien validitas positif unuk ilmu eksakta (Santoso, 2003), dan hasil uji validitas dapat diketahui sebagai berikut.
59
Value Governance Eksistensi Value Governance Performa Portfolio Manajemen Eksistensi Portfolio Manajemen Performa Investment Manajemen Eksistensi Investment Manajemen Performa
Total Correlation .113 .075 .448 .209 .502 .213
Tabel 3.1 Validitas Data Skala
Hasil uji validitas menunjukkan bahwa pada masing-masing indikator yang diuji menunjukkan nilai koefisien validitas (total correlation) memiliki nilai positif, yakni dari 0.075 sampai 0.502 yang menunjukkan bahwa skala pada masing-masing indikator dapat dikatakan valid. Selanjutnya hasil uji asumsi normalitas data melalui analisis KolmogorovSmirnov pada masing-masing skala dapat diketahui sebagai berikut. Skala Value Governance Eksistensi Value Governance Performa Portfolio Manajemen Eksistensi Portfolio Manajemen Performa Investment Manajemen Eksistensi Investment Manajemen Performa
Nilai Test 1.037 0.492 0.867 0.524 0.748 0.733
Probabilitas 0.233 0.969 0.440 0.947 0.630 0.655
Asumsi Normal Normal Normal Normal Normal Normal
Tabel 3.2 Uji Normalitas Skala
Pada masing-masing skala yang diuji menunjukkan nilai probabilitas lebih besar dari 5%, dapat dikatakan bahwa skala yang diadopsi dan digunakan untuk pengukuran Val IT pada karyawan PT. Surya Citra Televisi telah mengikuti distribusi kurva normal.
60
3.2.5.2 Teknik Analisis Perencanaan Investasi Pelaksanaan analisis perencanaan investasi teknologi informasi yang ada di PT. Surya Citra Televisi dilakukan dengan pengidentifikasian terlebih dahulu terhadap proses-proses Val IT berdasarkan hasil survey kuesioner tentang kinerja operasional proses Val IT tersebut. Secara sistematis proses analisi dilakukan sebagai berikut. Pada penilaian perencanaan investasi TI pada PT. Surya Citra Telivisi ini, dilakukan pendekatan dengan tahapan pada Gambar 3.1 berikut ini:
Gambar 3.2 Tahapan Pendekatan Penilaian Perencanaan Investasi TI Tahapan pendekatan penilaian perencanaan investasi TI terdiri dari: 1. Pengidentifikasian proses-proses Val IT di PT. Surya Citra Telvisi. 2. Penganalisisan perencanaan investasi TI dengan menggunakan Business Case.
61
3. Diusulkannya pelaksanaan proses-proses Val IT yang harus dilakukan pada PT. Surya Citra Telivisi. 4. Hasil akhirnya diambil keputusan yang berkaitan dengan perencanaan investasi TI tersebut. Hal ini dipaparkan sebagian berikut. a. Identifikasi Proses-Proses Val IT Framework Pelaksanaan analisis perencanaan investasi teknologi informasi yang ada di PT. Surya Citra Televisi dilakukan terlebih dahulu dengan pengidentifikasian terlebih dahulu terhadap proses-proses Val IT berdasarkan hasil survey kuesioner tentang ada atau tidak adanya proses-proses Val IT tersebut. Pertanyaan kuesioner menjelaskan setiap proses Val IT yang dilakukan oleh pihak PT. Surya Citra Televisi berdasarkan jawaban Ya atau Tidak dan dihitung prosentasenya. Berdasarkan prosentase jawaban Ya dan Tidak tersebut diambil kesimpulan apakah proses tersebut sudah dilakukan atau belum. Jika jawaban Ya > (lebih besar dari) 50% dinyatakan proses Val IT tersebut sudah dilakukan. Jika ada proses-proses yang belum dilakukan maka diusulkannya beberapa kegiatan yang harus dilakukan pada setiap proses. Jika sudah dilakukan maka performa yang memiliki skor paling tinggi dari pernyataan Sangat Baik, Baik, Cukup, Kurang Baik, Ragu-Ragu atau Tidak Dapat Diterapkan diambil sebagai kesimpulan. Pihak PT. Surya Citra Televisi untuk
62
memperoleh
pengembalian
investasi
teknologi
informasinya
harus
melaksanakan semua proses Val IT tersebut. b. Analisis VAL IT melalui Business Case Berdasarkan proses-proses Val IT di atas harus dibuat sebuah Business Case yang dapat menggambarkan sebuah program perencanaan investasi teknologi informasi. Berdasarkan hasil survey dan wawancara dapat dibuat Business Case perencanaan investasi Aplikasi Media Aset Manajemen tersebut. Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian 2.6.3 tentang langkahlangkah untuk membangun Business Case maka dapat dianalisis untuk setiap langkah sebagai berikut: 1. Mengumpulkan semua data yang relevan dengan pembuatan Business Case Semua data yang diperlukan untuk analisis penyelarasan strategis, finansial , nonfinansial, dan risiko dari program dikumpulkan untuk membuat Business Case. Data-data yang diperoleh dari PT. Surya Citra Televisi sebagai bahan untuk analisis Business Case didapat berdasarkan hasil survey, wawancara dan studi pustaka. Data-data tersebut berkaitan dengan perencanaan investasi TI. 2. Analisis keselarasan Keselarasan yang relevan dalam konteks investasi TI :
63
a. Memastikan bahwa investasi TI mendukung sasaran strategis manajemen. Penyesuaian sasaran strategis dengan melihat tiga jenis kontribusi yang dapat dihasilkan oleh suatu program perencanaan investasi TI di SCTV : (1) Kontribusi terhadap sasaran dan prioritas organisasi saat ini. (2) Kontribusi terhadap sasaran perusahaan induk atau konteks yang lebih besar dimana organisasi ini beroperasi. (3) Kontribusi pada pencapaian tujuan di masa depan atau visi institusi. b. Memastikan bahwa investasi yang berhubungan dengan TI adalah disesuaikan dengan arsitektur target institusi. (1) Analisis keuntungan financial (2) Analisis keuntungan nonfinansial (3) Analisis risiko, yang terdapat 2 aspek risiko : i.
Delivery risk: Risiko yang tidak mengirimkan kemampuan bisnis, proses bisnis, manusia, teknologi, dan proyek organisasi yang diperlukan.
ii.
Benefits risk: Risiko mengenai manfaat yang diharapkan tidak sedang diperoleh.
(4) Penilaian dan optimasi risiko / pengembalian dari investasi TI. (5) Mendokumentasikan Business Case.
64
(6) Peninjauan Business Case selama pelaksanaan program, termasuk siklus hidup dari hasil program. Berdasarkan pengidentifikasian proses-proses Val IT di PT. Surya Citra Televisi dan analisis berdasarkan Business Case, maka nantinya akan diusulkan beberapa hal yang harus dilakukan oleh pihak PT. Surya Citra Televisi dalam melaksanakan proses-proses Val IT tersebut dan usulan program perencanaan investasi TI berdasarkan hasil analisis Business Case. 3.2.6 Matrikulasi Matrikulasi di susun berdasarkan masing-masing indicator proses Val IT dan di interpretasikan atau masing-masing perfoma dari indicator di nilai melalui matrikulasi yang ditetapkan berdasarkan interval scoring dari nilai tanggapan sampling penelitian. Interval scoring ditentukan melalui penghitungan data precentil statistic yang dirumuskan melalui contoh sebagai berikut.
6 Keterangan P nt nr
: Performa : Nilai Total skor tertinggi : Nilai Total skor terendah
65
Level 0 1 2 3 4 5
VG 63 – 69 69 – 75 75 – 81 81 – 86 86 – 92 92 – 98
Interval nilai dan frekuensi tanggapan % PM % IM 3% 78 – 85 3% 98 – 107 20% 85 – 91 17% 107 – 115 20% 91 – 98 17% 115 – 124 20% 98 – 105 33% 124 – 132 27% 105 – 111 20% 132 -141 10% 111 – 118 10% 141 – 149
% 20% 33% 17% 20% 3% 7%
Tabel 3.3 Interval Skoring dan Leveling
Berdasarkan pada beberapa uraian proses-proses Val IT yang dijelaskan di sub-bab sebelumnya, maka untuk menetapkan pilihan strategis dan melakukan perbandingan benchmarking dapat mengacu pada model kematangan proses (maturity model). Model kematangan proses membedakan tingkat kematangan menjadi 6 skala kematangan berikut ini : a. Level 0 (Non-Existent) : Proses belum dikenali secara utuh. Organisasi belum mengenal adanya isu atau permasalahan yang harus diselesaikan. b. Level 1 (Initial) : Organisasi telah mengenal isu atau masalah yang ada dan perlu diarahkan. Tidak ada proses standarisasi, tetapi sekurangkurangnya ada pendekatan khusus (ad hoc) yang cenderung diterapkan pada individu atau dasar kasus demi kasus. Pendekatan terhadap keseluruhan manajemen tidak terorganisir. c.
Level 2 (Repeatable) : Proses telah berkembang pada tahap di mana prosedur yang sama diikuti oleh orang yang berbeda dalam menjalankan tugas yang sama, tetapi tidak ada pelatihan formal atau prosedur komunikasi standar. Tanggung jawab diserahkan kepada
66
setiap individu. Kepercayaan terhadap pengetahuan individu sangat tinggi sehingga seringkali terjadi kesalahan. d. Level 3 (Defined) : Prosedur telah distandarisasi, didokumentasikan dan dikomunikasikan melalui pelatihan, tetapi implementasinya masih bergantung pada individu dalam hal ketaatan terhadap prosedu. Prosedur dikembangkan sebagai bentuk formalisasi dari praktek yang ada. e. Level 4 (Managed) : Proses telah memungkinkan untuk memantau dan mengukur ketaatan pada prosedur sehingga dapat dengan mudah di ambil tindakan apabila proses yang ada tidak berjalan secara efektif. Perbaikan proses dilakukan secara kontinu dan memberikan best practices. Otomasi dan peralatan yang digunakan masih terbatas. f.
Level 5 (Optimised) : Proses telah diseleksi pada tingkat best practices berdasarkan pada hasil perbaikan yang terus menerus dan pengukuran model maturity dengan organisasi lain. TI digunakan secara terintegrasi untuk mengotomatisasi arus kerja, menyediakan alat untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas, dan membuat perusahaan mudah untuk beradaptasi. Model kematangan proses tersebut masih bersifat umum dan tidak
dapat digunakan langsung untuk menilai tingkat kematangan proses-proses Val IT. Untuk dapat menilai tingkat kematangan proses-proses Val IT secara
67
spesifik dapat dilakukan pemetaan terhadap matriks atribut kematangan proses-proses Val IT seperti pada Tabel berikut ini:
68
Tabel 3.4. Usulan Matrikulasi Value Governance (GV) Level
0
1
2
3
4
Kepedulian dan komunikasi
Kebijakan, rencana dan Prosedur
Metode dan Otomatiasasi
Keahlian dan Kepakaran
Tanggungjawab dan Akuntabilitas
Penentuan dan pengukuran target
Belum mengenali kebutuhan dan komunikasi untuk mengoptimalkan nilai investasi berbasis IT
Belum ada kebijakan rencana dan prosedur untuk mengoptimalkan nilai investasi berbasis IT
Belum ada metode yang digunakan untuk mengoptimalkan nilai investasi berbasis IT
Belum ada keahlian dan kepakaran untuk mengoptimalkan nilai investasi berbasis IT
Mengenali kebutuhan dan komunikasi yang sporadic untuk mengoptimalkan nilai investasi berbasis IT
Pendekatan ad hoc untuk proses dan praktek untuk mengoptimalkan nilai investasi berbasis IT tetapi proses dan kebijakannya tidak didefinisikan Telah ada proses untuk mengoptimalkan nilai investasi berbasis IT, tetapi masih bersifat intuitif dan masih berdasarkan kepakaran individu dan banyak pengulangan
Beberapa metode telah ada untuk mengoptimalkan nilai investasi berbasis IT, namun tidak ada perncanaan dan masih menggunakan metode desktop Pendekatan umum untuk menggunakan metode untuk mengoptimalkan nilai investasi berbasis IT telah ada tetapi masih tergantung dari personil utama
Keahlian yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan nilai investasi berbasis IT belum teridentifikasi, serta rencana pelatihan formal belum ada
Belum ada penentuan target pencapaian dan pengukuran hasil kerja untuk mengoptimalkan nilai investasi berbasis IT Pencapaian dan target untuk mengoptimalkan nilai investasi berbasis IT telah didefinisikan tetapi belum diukur
Sudah ada pemahaman untuk mengoptimalkan nilai investasi berbasis IT, manajemen lebih formal dan system komunikasi telah terstruktur
Praktek untuk mengoptimalkan nilai investasi berbasis IT mulai dari proses hingga hasil dari aktivitas utama telah terdokumentasikan
Perencanaan telah didefinisikan untuk penggunaan metode yang tersatandarisasi tetapi belum sepenuhnya disepakati dan belum terintegrasi dengan metode kerja untuk program lainnya
Belum ada tanggungjawab dan akuntabilitas yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan nilai investasi berbasis IT Belum didefinisikan peran tanggunggung jawab dan akuntabilitas untuk mengoptimalkan nilai investasi berbasis IT, dan tiap orang masih mengambil inisiatif sendiri Setiap individu telah memiliki tanggung jawab dan akuntabilitas dalam mengoptimalkan nilai investasi berbasis IT tetapi belum ada kesepakatan formal dan masih saling lempar tanggung jawab bila ada masalah Tanggungjawab dan akuntabilitas proses untuk mengoptimalkan nilai investasi berbasis IT dan pemilik proses telah diidentifikasi tetapi masih tidak memiliki otoritas sepenuhnya
Sudah ada pemahaman untuk kebutuhan mengoptimalkan nilai investasi berbasis IT dan komunikasi yang
Proses mengoptimalkan nilai investasi berbasis IT telah tersosialisasi, dan praktek yang terbaik secara internal sudah
Metode telah diimplementasikan sesuai standarisasi perencanaan yang telah disepakati dan beberapa
Sudah ada perhatian dalam melakukan tindakan untuk mengoptimalkan nilai investasi berbasis IT dan manajemen mengkomunikasikan permasahan yang ada
Persyaratan keahlian minimum untuk mengoptimalkan nilai investasi berbasis IT sudah diidentifikasi untuk wilayah kritis dan pelatihan telah dilakukan namun pelaksanaan masih belum sesuai dengan rencana Keahlian dalam mengoptimalkan nilai investasi berbasis IT telah terdefinisikan dan terdokumentasikan untuk semua wilayah, dan pelatihan formal sudah dikembangkan tetapi masih berdasarkan inisiatif individu Keahlian dalam mengoptimalkan nilai investasi berbasis IT secara rutin telah diperbarui di semua
Tanggungjawab dan akuntabilitas dalam mengoptimalkan nilai investasi berbasis IT telah disetuju dan
Penentuan dan target serta pengukuran untuk mengoptimalkan nilai investasi berbasis IT sudah ada tetapi hanya diketahui oleh senior, dan system pelaporan masih tidak konsisten
Efektifitas pencapaian dan pengukuran dalam mengoptimalkan nilai investasi berbasis IT telah ditentukan tetapi belum jelas dan belum dikomunikasikan relevansinya dengan tujuan perusahaan serta penerapannya belum konsisten Efektivitas dan efisiensi telah diukur dan dikomunikasikan sesuai dengan pencapaian bisnis dan perencanaan
69
5
matang melalui teknikteknik yang sesuai dengan metode yang telah ditetapkan
diterapkan, semua aspek aktivitas telah terdokumentasikan, dan kebijakan telah disetujui manajemen, serta standart pemeliharaan dan operasional prosedur telah diikuti
system telah terintegrasi dengan system yang lain yang digunakan dalam wilayah utama untuk otomatisasi manajemen proses dan pemantauan aktivitas kritis serta teknik pengendaliannya
Pemahaman terhadap kebutuhan optimalisasi nilai investasi berbasis IT lebih melihat masa depan, komunikaasi bersifat pro-aktif sesuai trend yang ada, kematangan dalam komunikasi diterapkan sesuai dengan teknik dan metode yang digunakan
Praktek dan standar eksternal yang baik telah diterapkan, proses pendokumentasian lebih dikembangkan sebagai evaluasi dan otomatisasi alur kerja, dan seluruh proses optimalisasi telah distandarisasikan serta diintegratsikan
Standarisasi perangkat untuk mengoptimalkan nilai investasi berbasis IT telah digunakan antar enterprise, dan secara penuh telah terintegrasi dengan system dan perangkat lain yang dapat digunakan untuk mendukung perbaikan proses, pengendalian dan secara otomatis dapat mendetekse kesalahan
wilayah, keahlian mulai dipastikan ada di semua wilayah kritis. Teknik pelatihan telah dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan perencanaan yang matang, keahlian internal dilibatkan dan efektivitas perencanaan kegiatan sudah terukur. Organisasi formal mendorong perbaikan berkelanjutan. Pelatihan terbaik dilakkan untuk mendukung prktek eksternal, menggunakan konsep dan teknik kepemimpinan. Sistem berbasis pengetahuan diterapkan dan kepemimpinan industry digunakan sebagai pembimbing
dikerjakan oleh pemilik proses yang dimungkinkan untuk membagi tanggungjawab secara penuh, dan mulai ada budaya penghargaan untuk memotivasi setiap individu
strategis. IT Balanced scorecard diadopsi dan diimplementasikan pada beberapa wilayah. Permasalahan tercatat dan dianalisis untuk dilakukan perbaikan segera.
Pemilik proses memiliki wewenang untuk membuat keputusan dan mengambil tindakan dalam mengoptimalkan nilai investasi berbasis IT. Peran danggung jawab dilaksanakan secara menyeluruh, terorganisasi, sesuai petunjuk yang konsisten
Sistem pengukuran kinerja yang berhubungan dengan pencapaian bisnis melalui aplikasi menyuluruh dari program IT. Balanced scorecard sudah terintegrasi, kesalahan dapat dikoreksi secara menyeluruh dan konsisten dicatat oleh manajemen, serta perbaikan segera dilakukan
70
Tabel 3.5. Usulan Matrikulasi Portofolio Management (PM) Level
0
1
2
Kepedulian dan komunikasi
Kebijakan, rencana dan Prosedur
Metode dan Otomatiasasi
Keahlian dan Kepakaran
Tanggungjawab dan Akuntabilitas
Penentuan dan pengukuran target
Kebutuhan untuk memastikan keseluruhan portfolio organisasi dengan investasi TI selaras dengan mengkontribusikan nilai optimal dari sasaran strategi organisasi belum dikenali dan komunikasi belum ada Mengenali kebutuhan untuk memastikan keseluruhan portfolio organisasi dengan investasi TI selaras dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi serta komunikasi yang sporadic terhadap permasalahannya
Belum ada kebijakan, rencana dan prosedur untuk memastikan keseluruhan portfolio organisasi dengan investasi TI yang selaras dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi
Belum ada system yang digunakan untuk untuk memastikan keseluruhan portfolio organisasi dengan investasi TI selaras dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi
Belum adanya keahlian dan kepakaran untuk memastikan keseluruhan portfolio organisasi dengan investasi TI selaras dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi
Belum ada tanggung jawab dan akuntabilitas yang dibutuhkan untuk memastikan keseluruhan portfolio organisasi dengan investasi TI selaras dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi
Belum ada pengukuran dan pencapaian target untuk memastikan keseluruhan portfolio organisasi dengan investasi TI selaras dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi
Pendekatan ad hoc untuk untuk memastikan keseluruhan portfolio organisasi dengan investasi TI selaras dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi tetapi proses dan kebijakannya tidak didefinisikan
Beberapa metode telah ada untuk memastikan keseluruhan portfolio organisasi dengan investasi TI selaras dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi, namun tidak ada perncanaan dan masih menggunakan metode desktop
Keahlian yang dibutuhkan untuk memastikan keseluruhan portfolio organisasi dengan investasi TI selaras dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi belum teridentifikasi, serta rencana pelatihan formal belum ada
Pencapaian dan target untuk memastikan keseluruhan portfolio organisasi dengan investasi TI selaras dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi telah didefinisikan tetapi belum diukur
Telah ada proses untuk memastikan keseluruhan portfolio organisasi dengan investasi TI selaras dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi, tetapi masih bersifat intuitif dan masih berdasarkan kepakaran individu dan banyak pengulangan
Pendekatan umum untuk menggunakan metode untuk memastikan keseluruhan portfolio organisasi dengan investasi TI selaras dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi telah ada tetapi masih tergantung dari personil utama
Persyaratan keahlian minimum untuk memastikan keseluruhan portfolio organisasi dengan investasi TI selaras dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi sudah diidentifikasi untuk wilayah kritis dan pelatihan telah dilakukan namun pelaksanaan masih belum sesuai dengan rencana yang sudah disepakati
Belum didefinisikan peran tanggunggung jawab dan akuntabilitas untuk memastikan keseluruhan portfolio organisasi dengan investasi TI selaras dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi, dan tiap orang masih mengambil inisiatif sendiri Setiap individu telah memiliki tanggung jawab dan akuntabilitas dalam memastikan keseluruhan portfolio organisasi dengan investasi TI selaras dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi tetapi belum ada kesepakatan formal dan masih saling lempar tanggung jawab bila ada masalah
Sudah ada perhatian dalam melakukan tindakan untuk memastikan keseluruhan portfolio organisasi dengan investasi TI selaras dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi dan manajemen mengkomunikasikan permasahan yang ada
Penentuan dan target serta pengukuran untuk memastikan keseluruhan portfolio organisasi dengan investasi TI selaras dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi sudah ada tetapi hanya diketahui oleh senior, dan system pelaporan masih tidak konsisten
71
3
4
5
Sudah ada pemahaman untuk memastikan keseluruhan portfolio organisasi dengan investasi TI selaras dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi, manajemen lebih formal dan system komunikasi telah terstruktur
Praktek untuk memastikan keseluruhan portfolio organisasi dengan investasi TI selaras dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi mulai dari proses hingga hasil dari aktivitas utama telah terdokumentasikan
Perencanaan untuk memastikan keseluruhan portfolio organisasi dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi telah didefinisikan untuk penggunaan metode yang tersatandarisasi tetapi belum sepenuhnya disepakati dan belum terintegrasi dengan metode kerja untuk program lainnya
Sudah ada pemahaman untuk memastikan keseluruhan portfolio organisasi dengan investasi TI selaras dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi dan komunikasi yang matang melalui teknik-teknik yang sesuai dengan metode yang telah ditetapkan
Proses mengoptimalkan keseluruhan portfolio organisasi dengan investasi TI selaras dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi telah tersosialisasi, dan praktek yang terbaik secara internal sudah diterapkan, semua aspek aktivitas telah terdokumentasikan, dan kebijakan telah disetujui manajemen, serta standart pemeliharaan dan operasional prosedur telah diikuti
Perangkat untuk memastikan keseluruhan portfolio organisasi dengan investasi TI selaras dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi telah diimplementasikan sesuai standarisasi perencanaan yang telah disepakati dan beberapa system telah terintegrasi dengan system yang lain yang digunakan dalam wilayah utama untuk otomatisasi manajemen proses dan pemantauan aktivitas kritis serta teknik pengendaliannya
Pemahaman terhadap kebutuhan untuk memastikan keseluruhan portfolio organisasi dengan investasi TI selaras dan mengkontribusikan nilai
Praktek dan standar eksternal yang baik untuk memastikan keseluruhan portfolio organisasi dengan investasi TI selaras dan mengkontribusikan nilai
Standarisasi perangkat untuk memastikan keseluruhan portfolio organisasi dengan investasi TI selaras dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran
Keahlian untuk memastikan keseluruhan portfolio organisasi dengan investasi TI selaras dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi telah terdefinisikan dan terdokumentasikan untuk semua wilayah, dan pelatihan formal sudah dikembangkan tetapi masih berdasarkan inisiatif individu Keahlian dalam memastikan keseluruhan portfolio organisasi dengan investasi TI selaras dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi secara rutin telah diperbarui di semua wilayah, keahlian mulai dipastikan ada di semua wilayah kritis. Teknik pelatihan telah dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan perencanaan yang matang, keahlian internal dilibatkan dan efektivitas perencanaan kegiatan sudah terukur. Organisasi formal mendorong perbaikan berkelanjutan. Pelatihan terbaik dilakkan untuk mendukung prktek eksternal, menggunakan konsep dan teknik
Tanggungjawab dan akuntabilitas proses untuk memastikan keseluruhan portfolio organisasi dengan investasi TI selaras dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi dan pemilik proses telah diidentifikasi tetapi masih tidak memiliki otoritas sepenuhnya
Tanggungjawab dan akuntabilitas dalam memastikan keseluruhan portfolio organisasi dengan investasi TI selaras dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi telah disetuju dan dikerjakan oleh pemilik proses yang dimungkinkan untuk membagi tanggungjawab secara penuh, dan mulai ada budaya penghargaan untuk memotivasi setiap individu
Pemilik proses memiliki wewenang untuk membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk memastikan keseluruhan portfolio organisasi dengan
Efektifitas pencapaian dan pengukuran untuk memastikan keseluruhan portfolio organisasi dengan investasi TI selaras dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi telah ditentukan tetapi belum jelas dan belum dikomunikasikan relevansinya dengan tujuan perusahaan serta penerapannya belum konsisten Efektivitas dan efisiensi untuk memastikan keseluruhan portfolio organisasi dengan investasi TI selaras dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi telah diukur dan dikomunikasikan sesuai dengan pencapaian bisnis dan perencanaan strategis. IT Balanced scorecard diadopsi dan diimplementasikan pada beberapa wilayah. Permasalahan tercatat dan dianalisis untuk dilakukan perbaikan segera. Sistem pengukuran kinerja yang berhubungan dengan pencapaian bisnis melalui aplikasi menyuluruh dari keseluruhan portfolio.
72
optimal bagi sasaran strategi organisasi lebih melihat masa depan, komunikaasi bersifat pro-aktif sesuai trend yang ada, kematangan dalam komunikasi diterapkan sesuai dengan teknik dan metode yang digunakan
optimal bagi sasaran strategi organisasi telah diterapkan, proses pendokumentasian lebih dikembangkan sebagai evaluasi dan otomatisasi alur kerja, dan seluruh proses optimalisasi telah distandarisasikan serta diintegratsikan
strategi organisasi telah digunakan antar enterprise, dan secara penuh telah terintegrasi dengan system dan perangkat lain yang dapat digunakan untuk mendukung perbaikan proses, pengendalian dan secara otomatis dapat mendetekse kesalahan
kepemimpinan. Sistem berbasis pengetahuan diterapkan dan kepemimpinan industry digunakan sebagai pembimbing untuk memastikan keseluruhan portfolio organisasi dengan investasi TI selaras dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi
investasi TI selaras dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi. Peran danggung jawab dilaksanakan secara menyeluruh, terorganisasi, sesuai petunjuk yang konsisten
Balanced scorecard sudah terintegrasi, kesalahan dapat dikoreksi secara menyeluruh dan konsisten dicatat oleh manajemen, serta perbaikan segera dilakukan
73
Tabel 3.6. Usulan Matrikulasi Investment Management (IM) Level
0
1
2
3
Kepedulian dan komunikasi
Kebijakan, rencana dan Prosedur
Metode dan Otomatiasasi
Keahlian dan Kepakaran
Tanggungjawab dan Akuntabilitas
Penentuan dan pengukuran target
Kebutuhan untuk memastikan investasi berbasis TI untuk mencapai nilai optimal dengan biaya terjangkau dan tingkat risiko yang dapat diterima belum dikenali dan komunikasi belum ada
Belum ada kebijakan, rencana dan prosedur untuk memastikan kebijakan investasi berbasis TI dengan biaya terjangkau dan tingkat risiko yang dapat diterima
Belum ada system yang digunakan untuk untuk memastikan investasi berbasis TI selaras dan mengkontribusikan nilai optimal, dengan biaya terjangkau dan tingkat risiko yang dapat diterima
Pendekatan ad hoc untuk memastikan investasi berbasis TI dengan biaya terjangkau dan tingkat risiko yang dapat diterima dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi tetapi proses dan kebijakannya tidak didefinisikan
Beberapa perangkat untuk investasi berbasis TI dengan biaya terjangkau dan tingkat risiko yang dapat diterima telah ada dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi, namun tidak ada perncanaan dan masih menggunakan metode desktop Pendekatan umum untuk menggunakan metode untuk memastikan investasi TI dengan biaya terjangkau dan tingkat risiko yang dapat diterima dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi telah ada tetapi masih tergantung dari personil utama
Belum ada tanggung jawab dan akuntabilitas yang dibutuhkan untuk dengan biaya terjangkau dan tingkat risiko yang dapat diterima selaras dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi Belum didefinisikan peran tanggunggung jawab dan akuntabilitas investasi berbasis TI dengan biaya terjangkau dan tingkat risiko yang dapat diterima dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi, dan tiap orang masih mengambil inisiatif sendiri Setiap individu telah memiliki tanggung jawab dan akuntabilitas dalam memastikan investasi berbasis TI dengan biaya terjangkau dan tingkat risiko yang dapat diterima dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi tetapi belum ada kesepakatan formal dan masih saling lempar tanggung jawab bila ada masalah
Belum ada pengukuran dan pencapaian target dengan biaya terjangkau dan tingkat risiko yang dapat diterima dan dapat mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategis
Mengenali munculnya kebutuhan untuk memastikan investasi berbasis IT dengan biaya terjangkau dan tingkat risiko yang dapat diterima dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi serta komunikasi yang sporadic terhadap permasalahannya Sudah ada perhatian dalam melakukan tindakan melakukan investasi berbasis TI dengan biaya terjangkau dan tingkat risiko yang dapat diterima dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi dan manajemen mengkomunikasikan permasahan yang ada
Belum adanya keahlian dan kepakaran untuk memastikan investasi berbasis TI dengan biaya terjangkau dan tingkat risiko yang dapat diterima dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi Keahlian yang dibutuhkan untuk investasi TI dengan biaya terjangkau dan tingkat risiko yang dapat diterima dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi belum teridentifikasi, serta rencana pelatihan formal belum ada
Sudah ada pemahaman
Telah memastikan untuk
Tanggungjawab dan
Efektifitas pencapaian
Proses untuk memastikan investasi berbasia TI dengan biaya terjangkau dan tingkat risiko yang dapat diterima dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi, tetapi masih bersifat intuitif dan masih berdasarkan kepakaran individu dan banyak pengulangan
Perencanaan untuk
Persyaratan keahlian minimum untuk investasi berbasis TI dengan biaya terjangkau dan tingkat risiko yang dapat diterima dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi sudah diidentifikasi untuk wilayah kritis dan pelatihan telah dilakukan namun pelaksanaan masih belum sesuai dengan rencana yang sudah disepakati Adanya tenaga ahli
Pencapaian dan target untuk memastikan investasi berbasis TI dengan biaya terjangkau dan tingkat risiko yang dapat diterima dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi telah didefinisikan tetapi belum diukur
Penentuan dan target serta pengukuran untuk berinvestasi TI dengan biaya terjangkau dan tingkat risiko yang dapat diterima dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi sudah ada tetapi hanya diketahui oleh senior, dan system pelaporan masih tidak konsisten
74
4
5
untuk melakukan investasi berbasis TI dengan biaya terjangkau dan tingkat risiko yang dapat diterima dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi, manajemen lebih formal dan system komunikasi telah terstruktur
melakukan investasi berbasis TI dengan biaya terjangkau dan tingkat risiko yang dapat diterima dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi mulai dari proses hingga hasil dari aktivitas utama telah terdokumentasikan
memastikan investasi dengan biaya terjangkau dan tingkat risiko yang dapat diterima serta adanya kontribusi nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi telah didefinisikan untuk penggunaan metode yang tersatandarisasi tetapi belum sepenuhnya disepakati dan belum terintegrasi dengan metode kerja untuk program lainnya
untuk memastikan investasi TI dengan biaya terjangkau dan tingkat risiko yang dapat diterima serta kontribusi nilai hasil optimal bagi sasaran strategi organisasi terdefinisikan dan terdokumentasikan untuk semua wilayah, dan pelatihan formal sudah dikembangkan tetapi masih berdasarkan inisiatif individu
akuntabilitas proses untuk memastikan investasi berbasis TI dengan biaya terjangkau dan tingkat risiko yang dapat diterima dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi dan pemilik proses telah diidentifikasi tetapi masih tidak memiliki otoritas sepenuhnya
Sudah ada pemahaman untuk memastikan keseluruhan program investasi berbasis TI dengan biaya terjangkau dan tingkat risiko yang dapat diterima dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi dan komunikasi yang matang melalui system yang sesuai dengan metode yang telah ditetapkan
Proses mengoptimalkan investasi TI dengan biaya terjangkau dan tingkat risiko yang dapat diterima dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi telah tersosialisasi, dan praktek yang terbaik secara internal sudah diterapkan, semua aspek aktivitas telah terdokumentasikan, dan kebijakan telah disetujui manajemen, serta standart pemeliharaan dan operasional prosedur telah diikuti
Perangkat untuk memastikan kemauan investasi TI dengan biaya terjangkau dan tingkat risiko yang dapat diterima dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi telah diimplementasikan sesuai standarisasi perencanaan yang telah disepakati dan beberapa system telah terintegrasi dengan system yang lain yang digunakan dalam wilayah utama untuk otomatisasi manajemen proses dan pemantauan aktivitas kritis serta teknik pengendaliannya
Tanggungjawab dan akuntabilitas dalam memastikan investasi berbasis TI dengan biaya terjangkau dan tingkat risiko yang dapat diterima dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi telah disetuju dan dikerjakan oleh pemilik proses yang dimungkinkan untuk membagi tanggungjawab secara penuh, dan mulai ada budaya penghargaan untuk memotivasi setiap individu
Pemahaman terhadap kebutuhan untuk memastikan investasi berbasis TI dengan biaya terjangkau dan
Praktek dan standar eksternal yang baik untuk memastikan investasi TI dengan biaya terjangkau dan
Standarisasi perangkat untuk memastikan investasi berbasis TI dengan biaya terjangkau dan tingkat risiko yang
Keahlian dalam memastikan investasi berbasis TI dengan biaya terjangkau dan tingkat risiko yang dapat diterima dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi secara rutin telah diperbarui di semua wilayah, keahlian mulai dipastikan ada di semua wilayah kritis. Teknik pelatihan telah dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan perencanaan yang matang, keahlian internal dilibatkan dan efektivitas perencanaan kegiatan sudah terukur. Organisasi formal mendorong perbaikan berkelanjutan. Pelatihan terbaik dilakkan untuk mendukung prktek
Pemilik proses memiliki wewenang untuk membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk memastikan
dan pengukuran untuk memastikan investasi berbasis TI dengan biaya terjangkau dan tingkat risiko yang dapat diterima dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi telah ditentukan tetapi belum jelas dan belum dikomunikasikan relevansinya dengan tujuan perusahaan serta penerapannya belum konsisten. Ide balanced sorecard telah ada. Efektivitas dan efisiensi untuk memastikan investasi berbasis TI dengan biaya terjangkau dan tingkat risiko yang dapat diterima dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi telah diukur dan dikomunikasikan sesuai dengan pencapaian bisnis dan perencanaan strategis. IT Balanced scorecard diadopsi dan diimplementasikan pada beberapa wilayah. Permasalahan tercatat dan dianalisis untuk dilakukan perbaikan segera. Sistem pengukuran kinerja yang berhubungan dengan pencapaian bisnis melalui aplikasi
75
tingkat risiko yang dapat diterima dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi lebih melihat masa depan, komunikaasi bersifat pro-aktif sesuai trend yang ada, kematangan dalam komunikasi diterapkan sesuai dengan teknik dan metode yang digunakan
tingkat risiko yang dapat diterima dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi telah diterapkan, proses pendokumentasian lebih dikembangkan sebagai evaluasi dan otomatisasi alur kerja, dan seluruh proses optimalisasi telah distandarisasikan serta diintegratsikan
dapat diterima dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi telah digunakan antar enterprise, dan secara penuh telah terintegrasi dengan system dan perangkat lain yang dapat digunakan untuk mendukung perbaikan proses, pengendalian dan secara otomatis dapat mendetekse kesalahan
eksternal, menggunakan konsep dan teknik kepemimpinan. Sistem berbasis pengetahuan diterapkan dan kepemimpinan industry digunakan sebagai pembimbing untuk investasi berbasis TI dengan investasi TI dengan biaya terjangkau dan tingkat risiko yang dapat diterima dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi
investasi dengan biaya terjangkau dan tingkat risiko yang disetujui, dan mengkontribusikan nilai optimal bagi sasaran strategi organisasi. Peran danggung jawab dilaksanakan secara menyeluruh, terorganisasi, sesuai petunjuk yang konsisten
menyuluruh dari investasi berbasis TI. Balanced scorecard sudah terintegrasi, kesalahan dapat dikoreksi secara menyeluruh dan konsisten dicatat oleh manajemen, serta perbaikan segera dilakukan
76