BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini akan membahas tentang laju pertumbuhan ekonomi, struktur dan pertumbuhan ekonomi, tingkat ketimpangan pendapatan regional, serta hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan regional dalam pembuktian hipotesis Kuznets. Obyek dari penelitian ini merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Blora yang yang terdiri dari 16 kecamatan. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan data runtun waktu (time series) selama lima tahun pada tahun 2010-2014.
B. Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder untuk periode 2010-2014. Adapun data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber dari berbagai terbitan keluaran BPS Kabupaten Blora yang meliputi: 1. PDRB Kabupaten Blora Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2010, beserta rincian PDRB ADHK 2010 masing-masing kecamatan
di Kabupaten
Blora tahun 2010-2014. 2. Jumlah penduduk di Kabupaten Blora beserta rincian jumlah penduduk di masing-masing kecamatan di Kabupaten Blora tahun 2010-2014.
34
35
3. PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan 2010 di Kabupaten Blora, beserta rincian PDRB per kapita ADHK 2010 masing-masing kecamatan di Kabupaten Blora tahun 2010-2014. C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diambil dari pihak lain atau merupakan data yang diolah dari pihak kedua. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, dimana data yang berkaitan dengan obyek penelitian diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), dilengkapi dengan literatur-literatur lain baik buku maupun jurnal yang terkait dengan penelitian ini.
D. Definisi Operasional Variabel. 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai tambah yang timbul dari semua unit usaha dalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu yang dinyatakan absolut dalam rupiah. Untuk menghindari adanya fluktuasi kenaikan harga atau inflasi maka data PDRB yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB atas dasar harga konstan 2010, sehingga perkembangan yang terjadi dari tahun ke tahun adalah perkembangan produksi riil. PDRB yang digunakan adalah PDRB antar kecamatan di Kabupaten Blora tahun 2010-2014 dengan satuan jutaan rupiah. 2. Laju Pertumbuhan Ekonomi
36
Laju pertumbuhan kenaikan nilai PDRB atas dasar harga konstan tiap tahun yang merupakan hasil dari pembagian nilai PDRB tahun ke t dengan nilai PDRB tahun ke t-1 (tahun sebelum t), kemudian dikalikan 100. Laju pertumbuhan ekonomi dinyatakan dalam bentuk persentase (%). 3. Jumlah Penduduk Keseluruhan penduduk yang tinggal di Kabupaten Blora yang tersebar di 16 Kecamatan pada periode 2010-2014. Jumlah penduduk dinyatakan dalam satuan jiwa. 4. PDRB per Kapita Hasil bagi dari pembagian PDRB atas Harga Konstan Kabupaten Blora dengan jumlah penduduk pertengahan tahun di Kabupaten Blora dengan selama periode 2010-2014. Begitu pula PDRB per kapita kecamatan merupakan hasil bagi dari pembagian PDRB atas Harga Konstan Kecamatan i dengan jumlah penduduk di Kecamatan i dengan tahun yang sama selama periode 2010-2014 yang dinyatakan dalam rupiah. 5. Ketimpangan Pendapatan Regional Ketimpangan pendapatan menggambarkan perbedaan distribusi pendapatan regional masyarakat di suatu daerah pada kurun waktu tertentu. Ketimpangan pendapatan dapat dihitung menggunakan Indeks Williamson dan Indeks Entropi Theil.
E. Alat Analisis 1. Analisis Pertumbuhan Ekonomi
37
a. Laju Pertumbuhan Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan nilai PDRB atas dasar harga konstan tiap tahun. Laju pertumbuhan ekonomi baik regional maupun sektoral merupakan suatu indikator makro yang menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Untuk menghitung laju pertumbuhan (Rate of growth) biasanya dipakai formula sebagai berikut (BPS Kab. Blora, 2014:4):
Keterangan: G
: Laju pertumbuhan
Pt
: PDRB Adhk tahun ke t
Pt - 1
: PDRB Adhk tahun sebelum t
b. Tipologi Klassen Kuncoro (2004:118) tipologi wilayah (tipologi klassen) digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi daerah pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah. Dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan per kapita sebagai sumbu horizontal, daerah yang diamati dapat dibagi dalam empat klasifikasi, yaitu: daerah cepat maju dan cepat tumbuh (high income and high growth),
38
daerah maju tapi tertekan (high income but low growth), daerah berkembang cepat (high growth but low income), dan daerah relatif tertinggal (low income and low growth). Kriteria yang digunakan untuk membagi daerah kecamatan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: -
Daerah cepat maju dan cepat tumbuh, kecamatan yang memiliki tigkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita lebih besar dibanding rata-rata tingkat pertumbuhan dan pendapatan per kapita kabupaten.
-
Daerah maju tapi tertekan, kecamatan yang memiliki tingkat pertumbuhan lebih kecil dibanding rata-rata tingkat pertumbuhan kabupaten, tetapi memiliki pendapatan per kapita lebih besar dibanding rata-rata pendapatan per kapita kabupaten.
-
Daerah berkembang cepat, kecamatan yang memiliki tingkat pertumbuhan lebih besar dibanding rata-rata tingkat pertumbuhan kabupaten, tetapi memiliki pendapatan per kapita lebih kecil dibanding rata-rata pendapatan per kapita kabupaten.
-
Daerah relatif tertinggal, kecamatan yang memiliki tingkat pertumbuhan dan pendapatan per kapita lebih kecil dibanding ratarata tingkat pertumbuhan dan pendapatan per kapita kabupaten. Berikut klasifikasi struktur pertumbuhan ekonomi daerah
berdasar tipologi klassen (Mahardiki, 2013:185): Tabel 3.1
Klasifikasi Struktur Pertumbuhan Ekonomi Daerah BerdasarTipologi Klassen
39
y r
yi < y
yi > y
ri > r
III. Daerah berkembang cepat
I. Daerah maju dan cepat tumbuh
ri < r
IV. Daerah relatif tertinggal
II. Daerah maju tapi tertekan
Sumber: Mahardiki, 2013:185
Keterangan: ri : Pertumbuhan PDRB di Kecamatan i r
: Rata-rata pertumbuhan PDRB di Kabupaten Blora
yi : PDRB per Kapita di Kecamatan i y
: Rata-rata PDRB per Kapita di Kabupaten Blora
2. Analisis Ketimpangan Pendapatan Regional a. Indeks Williamson Indeks ketimpangan daerah yang dikemukakan oleh Jeffrey G. Williamson adalah merupakan salah satu indikator dalam mengukur tingkat ketimpangan pendapatan daerah (regional) yang lebih dikenal dengan nama indeks Williamson. Jumlah penduduk yang masingmasing daerah yang variatif menjadikan model ketimpangan tertimbang (Vw) menjadi lebih relevan. Berikut ini adalah formulasi dari indeks Williamson (Arsyad, 2010:294):
Keterangan:
40
Vw : indeks Williamson Yi : PDRB per kapita di Kecamatan i Y : PDRB per kapita rata-rata Kabupaten Blora fi : jumlah penduduk di Kecamatan i n
: jumlah penduduk di Kabupaten Blora Dalam perhitungan Indeks Williamson, kriteria ketimpangan
berkisar antara 0
Angka indeks < 0,39 maka ketimpangannya rendah.
-
Angka indeks 0,4-0,69 maka ketimpangannya sedang.
-
Angka Indeks ≥ 0,70 maka ketimpanganya tinggi
b. Indeks Entropi Theil Emilia (2006:53) menjelaskan bahwa konsep Entropi Theil dari distribusi pada dasarnya merupakan aplikasi konsep teori informasi dalam mengukur ketimpangan ekonomi dan konsentrasi industri. Studi empiris yang dilakukan oleh Theil menggunakan indeks Entropi menawarkan pandangan tajam mengenai pendapatan regional per kapita dan kesenjangan (ketimpangan) pendapatan, kesenjangan internasional, dan distribusi produk domestik bruto dunia. Untuk mengukur ketimpangan pendapatan regional bruto provinsi, Ying mengguakan indeks Entropi Theil.
Indeks Entropi
Theil tersebut dibagi menjadi dua subindikasi, yaitu ketimpangan regional dalam wilayah dan ketimpangan regional antar wilayah atau
41
regional. Dengan indeks Entropi Theil akan diketahui ada tidaknya ketimpangan di Kabupaten Blora. Berikut adalah rumus indeks Entropi Theil (Ying, 2000 dalam Kuncoro 2004:134):
I(y) = ∑(yj / Y) x log[(yj / Y) / (xj / X)]
Keterangan: I(y): Indeks Entropi Theil yj : PDRB per kapita kecamatan j Y : rata-rata PDRB per kapita Kabupaten Blora xj : jumlah penduduk kecamatan j X : jumlah penduduk Kabupaten Blora Indeks ketimpangan Entropi Theil memungkinkan
kita
membuat perbandingan selama kurun waktu tertentu dan dapat menyediakan pengukuran ketimpangan secara rinci dalam subunit geografis yang lebih kecil. Semakin besar nilai indeks Entropi Theil (menjauhi nol) menunjukkan ketimpangan yang semakin tinggi pula. Sebaliknya, bila nilai indeksnya semakin kecil (mendekati nol) menunjukkan semakin rendahnya ketimpangan atau dengan kata lain semakin merata (Kuncoro, 2004:136). c. Uji Beda Mean (One Sample t-test) Uji beda biasanya digunakan untuk menguji nilai tengah atau rata-rata sampel, dari satu atau beberapa kelompok sampel. Pendekatan yang digunakan umumnya adalah distribusi Z (uji Z) ataupun distribusi
42
t (uji t). Uji Z digunakan apabila jumlah sampelnya besar (n > 30) sedangkan uji t digunakan untuk sampel yang kecil (n < 30). Uji t one sample t-test digunakan untuk menguji apakah suatu nilai (yang diberikan sebagai pembanding) berbeda secara nyata atau tidak dengan rata-rata sampel. Nilai tertentu di sini pada umumnya adalah sebuah nilai parameter. Uji one sample t-test digunakan sebagai pembuktian hipotesis apakah ketimpangan pendapatan regional antar kecamatan di Kabupaten Blora dalam kategori sedang. Yang diuji menggunakan one sample t-test adalah indeks Williamson dengan SPSS 16. Ho: rata-rata indeks Williamson = 0,69 (kategori sedang). Ha: rata-rata indeks Williamson > 0,69 (melebihi kategori sedang). Pengambilan Keputusan dari uji one sample t-test dapat dilihat dari nilai signifikansi atau probabilitasnya yang dibandingkan dengan α 5% dan juga dari nilai thitung, dengan kriteria: Dilihat dari signifikansinya (nilai probabilitas): -
Apabila signifikansi > 0,05 maka Ho diterima dan menolak Ha sehingga ketimpangan pendapatan regional antar kecamatan di Kabupaten Blora masuk kategori sedang.
-
Apabila signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan menerima Ha sehingga ketimpangan pendapatan regional antar kecamatan di Kabupaten Blora melebihi kategori sedang atau dapat dikatakan masuk dalam kategori tinggi. Dilihat dari nilai thitung:
43
-
Apabila nilai thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga ketimpangan pendapatan regional antar kecamatan di Kabupaten Blora masuk kategori sedang.
-
Apabila nilai thitung > ttabel maka Ho ditolak dan menerima Ha, sehingga ketimpangan pendapatan regional antar kecamatan di Kabupaten Blora melebihi kategori sedang atau dapat dikatakan masuk dalam kategori tinggi.
3. Hipotesis Kurva U-Terbalik Kuznets Kurva U Terbalik oleh Kuznets (Todaro, 2006:253) menjelaskan bahwa pada tahap awal pembangunan ekonomi dimulai ketimpangan pendapatan tinggi atau memburuk dan pada tahap-tahap berikutnya ketimpangan pendapatan menurun, namun pada suatu waktu ketimpangan akan meningkat dan demikian seterusnya sehingga terjadi peristiwa yang berulangkali dan jika digambarkan akan membentuk kurva U-terbalik. Sebelum melakukan pembuktian kurva U-terbalik, akan dilakukan analisis hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan indeks ketimpangan. a. Korelasi Pearson Pengujian korelasi Pearson dilakukan dengan menggunakan alat analisis SPSS 16. Uji Korelasi Pearson bertujuan untuk mengukur keeratan hubungan dari hasil pengamatan yang mempunyai dua varians. Perhitungan ini mensyaratkan bahwa data berdistribusi normal. Untuk menganalisis hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan indeks ketimpangan, akan dilakukan uji korelasi Pearson
44
menggunakan SPSS 16. Kriteria dalam analisis Korelasi Pearson (Supriyanto, 2007:52): Dilihat dari angka korelasinya: -
Jika angka korelasi di atas 0,5 maka menunjukkan korelasi yang cukup kuat.
-
Jika angka korelasi di bawah 0,5 maka menunjukkan korelasi yang lemah.
45
Dilihat dari Probabilitas atau signifikansinya: -
Jika signifikansi > 0,05 maka Ho diterima, berarti tidak ada hubungan atau korelasi antara pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan regional.
-
Jika signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak, berarti ada hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan regional.
b. Pembuktian Kurva U-terbalik Kuznets Dalam hal ini kurva U-terbalik dapat dibuktikan dengan cara membuat grafik antara pertumbuhan produk domestik regional bruto dan indeks ketimpangan (Kuncoro, 2004:137). Dengan demikian grafik pembuktian kurva U-terbalik dapat dilakukan dengan cara: -
Menghubungkan
antara
angka
indeks
Williamson
dengan
pertumbuhan PDRB Kabupaten Blora pada periode 2010-2014. -
Menghubungkan antara angka indeks Entropi Theil dengan pertumbuhan PDRB Kabupaten Blora pada periode 2010-2014. Pengujian dilakukan dengan regresi non linier model kuadratik
yang merupakan hubungan antara dua peubah yang terdiri dari variabel dependen (Y) dan variabel independen (X) sehingga akan diperoleh kurva yang membentuk garis lengkung naik (β>0) atau menurun (β<0). Untuk itu digunakan Regression Curve Estimation (Raswita, 2013:123). Dengan indikator apabila kurva tersebut menggambarkan kurva U-terbalik, maka dapat dikatakan bahwa hipotesis Kuznets berlaku di
46
Kabupaten Blora. Sebaliknya apabila tidak menggambarkan kurva-U terbalik, maka dapat dikatakan bahwa hipotesis Kuznets tidak berlaku di Kabupaten Blora. c. Pembuktian Hipotesis Untuk pembuktian hipotesis penelitian maka dari hasil regresi non linier kuadratik yang diolah dengan SPSS 16. Dengan hasil output yang dilihat pada signifikansi nilai Fhitung pada tabel ANNOVA dan signifikansi thitung pada tabel Coefficient dapat diketahui apakah laju pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap ketimpangan pendapatan regional atau tidak, dengan diketahui persamaan sebagai berikut: Y = α + β1X + β2X2 + € Keterangan: Y
= Indeks Williamson
α
= Konstanta regresi
β1,2
= Koefisien regresi
X
= Laju pertumbuhan ekonomi
€
= Residu