BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel 3.1.1 Populasi Menurut Malo,dkk (1985: 149) populasi adalah sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi objek penelitian, elemen populasi ini biasanya merupakan satuan analisis. Populasi dapat berupa kumpulan semua kata di Indonesia, semua wanita di daerah pedesaan, semua perusahaan jumlah buruhnya kurang dari lima ribu atau apa saja, pada dasarnya populasi adalah himpunan semua hal yang
ingin diketahui.
Populasi
penelitian ini adalah semua deiksis persona yang terdapat di dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.
3.2.2 Sampel Setelah populasi dirumuskan dengan jelas, barulah kita dapat menetapkan apakah mungkin untuk meneliti seluruh elemen populasi ataukah mengambil sebagian saja dari populasi yang sering disebut sampel ( Malo,1985:151) sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi data sebenarnya dalam suatu penelitian. Oleh karena itu, jumlah deiksis persona dalam novel Laskar Pelangi sangat banyak jadi sampel yang diambil hanyalah deiksis persona yang mengalami ketidakjelasan rujukan.
Universitas Sumatera Utara
3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode adalah cara kerja yang teratur dengan baik-baik untuk mencapai maksud. Dapat juga dikatakan bahwa metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna menghasilkan tujuan yang sempurna. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tulisan. Adapun yang menjadi sumber data penelitian ini adalah novel Laskar Pelangi karya Andra Hirata. Dalam tahap pengumpulan data, metode yang digunakan yaitu metode simak (Sudaryanto, 1993:133). Metode simak adalah suatu metode yang dilakukan dengan cara menyimak penggunaan bahasa, dalam hal ini, penggunaan bahasa yang disimak adalah penggunaan bahasa dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Selanjutnya, untuk melengkapi penggunaan metode tersebut, digunakan teknik catat sebagai teknik lanjutan (Sudaryanto,1993:135). Dalam hal ini, peneliti membaca, mempelajari dan memeriksa data-data yang diperlukan, lalu mencatat data-data yang diperoleh. Sesuai data buku yang menjadi objek kajian yaitu : Judul
: Laskar Pelangi
No ISBN
: 979-3062-79-7
Penulis
: Andrea Hirata
Penerbit
: PT. Bintang Pustaka
Tanggal terbit
: Maret 2008
Jumlah Halaman
: 534
Jenis buku
:Soft Cover
Universitas Sumatera Utara
3.2 Metode dan Teknik Analisis Data Metode yang digunakan dalam pengkajian
data adalah
metode padan
(Sudaryanto, 1993:13-15) metode padan digunakan untuk menyeleksi serangkaian bentuk deiksis persona yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi dengan menggunakan teknik dasar teknik pilah unsur penentu dengan daya pilah pembeda referen, yaitu melihat referen yang ditunjuk oleh data. Contoh: 1.“Kasihan Ayahku………..”(hal 3) 2.“Maka aku tak sampai hati memandang wajahnya” kata Mahar (hal 3) Bentuk ku-( kal 1) merupakan bentuk deiksis kata ganti persona pertama tunggal yang merupakan variasi dari bentuk deiksis persona pertama tunggal aku yang referenya mengacu pada orang yang sedang berbicara, pada kalimat (2) deiksis persona aku referennya berganti mengacu pada Mahar. Jadi kalau deiksis persona aku pada kalimat di atas referennya selalu berganti-ganti bergantung pada siapa yang pembicara contoh diatas rujukanya jelas. Pada contoh berikut deiksis personanya mengalami ketidakjelasan rujukan dapat dikemukakan pada petikan berikut
“Aku lebih takut padanya daripada buaya mana pun. Pria ini tak mau dikenal orang tapi sepanjang pesisir Belitong Timur, siapa tak kenal dia? (hlm.89).”
Deiksis persona aku pada kalimat diatas mengalami ketidakjelasan rujukan karena
bentuk aku biasanya tampak dalam kefleksibelanya selalu merujuk kepada
pembicara. Sementara dalam kutipan contoh di atas bahwa bentuk aku tidak merujuk kepada pembicara.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV DEIKSIS PERSONA DALAM NOVEL LASKAR PELANGI 4.1 Bentuk-bentuk deiksis persona Purwo membagi pronomina persona atas tiga bagian yaitu (1) persona pronominal pertama, (2) persona pronomina kedua, dan (3) persona pronomina ketiga, masing-masing memiliki bentuk tunggal dan jamak. Novel laskar pelangi menggunakan ’aku dan saya’ untuk deiksis persona pertama tunggal , ’kami dan kita’ untuk persona pertama jamak, ’kamu dan anda’ untuk deiksis kedua tunggal,’kalian’ untuk deiksis persona kedua jamak, ’ia,dia, dan beliau untuk persona ketiga tunggal, dan ’mereka’ untuk deiksis persona ketiga jamak Berikut ini tabel deiksis persona dalam novel Laskar Pelangi No
Tunggal
Jamak
Pertama
Aku,saya,-ku, ku-
Kami,kita
Kedua
Engkau,kamu,anda, -mu
Kalian
Ketiga
Ia,dia,beliau,-nya
Mereka
Dari data yang dikumpulkan dapat diketahui bahwa bentuk-bentuk deiksis persona dalam novel laskar pelangi berikut ini akan diuraikan bentuk-bentuk deiksis persona dalam novel laskar pelangi dan disertai dengan contoh dalam kalimat.
Universitas Sumatera Utara
4.1.1 Deiksis Persona Pertama 4.1.1.1 Deiksis Persona Pertama Tunggal Di dalam novel laskar pelangi, untuk menyatakan deiksis persona pertama tunggal digunakan ’aku’. Deiksis persona ini boleh dipergunakan oleh siapa pun dalam percakapan sehari-hari. Dalam novel laskar pelangi, deiksis persona pertama aku ini dianggap netral,karena semua tingkat usia (muda,tua,sebaya) boleh menggunakan deiksis persona ’aku’ dalam berbicara. Contoh 1 a. “Kasihan ayahku …………..” maka aku tak sampai hati memandang wajahnya. “barangkali sebaiknya aku pulang saja, melupakan keinginan sekolah, dan mengikuti jejak beberapa abang dan sepupu-sepupuku, menjadi kuli……..”
b.Maka pada malam itu aku tak bisa tidur akibat pusing menghitung beberapa jumlah guru di sekolah PN, tentu saja juga selain karena rasa senang akan masuk sekolah besok
c.”Aku mau ikut ke pasar, Cai,” Syahdan memohon kepada Kucai, ketika kami bagi kelompok dalam pelajaran pekerjaan tangan dan harus membeli kertas kajang di pasar”
d.“Jangan kau bikin malu aku ,Dan, apa kata anak- anak SD PN nanti?” jawab Kucai sok gengsi padahal satu pun ia tak kenal anak-anak kaya itu. Mengesankan dirinya kenal dengan anak-anak sekolah PN dikiranya mampu menaikkan martabatnya di depan mata kami.
Universitas Sumatera Utara
e.”Aku juga sudah pernah baca buku itu, maaf aku tak suka, terlalu banyak nama dan tempat, susah aku mengingatnya.” Demikian komentar A Kiong mencari penyakit.
f. “Aku tak bisa melintas. Seekor buaya sebesar pohon kelapa tak mau beranjak, mengahalang di tengah jalan. Tak ada siapa-siapa yang bisa kuminta bantuan. Aku hanya berdiri mematung, berbicara dengann diriku sendiri jawab Lintang” Pada kalimat (1 a dan b) deiksis persona aku referenya mengacu kepada orang yang sedang berbicara yaitu si pengarang yang sekaligus sebagai tokoh si aku dalam novel tersebut, kalimat (1c) deiksis persona aku referenya berganti mengacu kepada orang yang sedan berbicara, yaitu Syahdan, kalimat (1d) deiksis persona aku berganti mengacu kepada orang yang sedang berbicara yaitu Kucai, kalimat (1e) deiksis persona aku mengacu kepada orang yang sedang berbicara yaitu A Kiong, dan pada kalimat (1f) deiksis person aku mengacu kepada orang yang sedang berbicara yaitu Lintang. Dari kalimat di atas tampak juga bahwa dalam novel Laskar pelangi deiksis persona aku digunakan oleh semua tokoh yang tedapat dalam Novel Laskar Pelangi. Pada kalimat (1a dan 1b) Aku sebagai orang yang sedang berbicara dapat ditafsirkan sebagai pelaku atau tokoh dalam novel Laskar Pelangi yang sekaligus sebagai pengarang dari Novel Laskar Pelangi, kalimat (1 c,d,e,dan f) bentuk deiksis persona aku merupakan orang atau tokoh yang terlibat dalam Novel Laskar Pelangi Deiksis persona aku mempunyai variasi bentuk yakni ku- dan –ku .bentuk kuumumnya diletakkan di depan kata yang dilekatinya. Kata yang dilekati ku- biasanya verba. Misalnya kusapu, kubakar, kulihat Contoh 2 a “Bapak guru…..,”kata ibunya terenggah-enggah
Universitas Sumatera Utara
“Terimalah Harun, Pak, karena SLB hanya ada di Pulau Bangka, dan kami tak punya biaya untuk menyekolahkannya ke sana. Lagi pula lebih baik kutitipkan dia di sekolah ini daripada di rumah ia hanya mengejar-ngejar anak-anak ayamku…..”
b.”Tak satu pun kulihat ada anak muda memegang pacul! Tak pernah kulihat orangorang muda demikian malas seperti di sini.”
Pada kalimat (2a) di atas bentuk persona ku- referennya mengacu pada orang yang sedang berbicara yaitu Ibu Harun , kalimat (2b) bentuk deiksis persona kumengacu pada orang yang sedang berbicara yaitu
tokoh aku yang sekaligus
pengarang dari novel laskar pelangi. Dengan demikian, deiksis persona kureferennya berganti-ganti bergantung menjadi siapa yang menjadi pembicara. Bentuk -ku biasanya menyatakan kepunyaaan, dan bentuk ini diletakkan sesudah kata yang dilikatinya. Biasanya kata yang dilekati –ku adalah nomina. Misalnya rambutku, mobilku, sekolahku. Dalam hal ini bentuk utuh aku tidak digunakan dalam novel laskar pelangi, misalnya rambut aku, mobil aku,sekolah aku. Contoh 3 a. Maka sepatuku yang seperti bola itu kupinjamkan padanya. Borek rela menukar dulu bajunya dengan baju Syahdan. Lalu Syahdan pun, yang memang berpembawaan ceria, kali ini terlihat gembira,ia tak peduli kalau baju Borek kebesaran dan sebenarnya tak lebih bagus dari bajunya. Ada pula kemungkinan Borek kurapan, aku pernah melihat kurap itu ketika ramai-ramai mandi di dam tempo hari.
b. “Kalau ingin dadamu menonjol seperti dadaku, inilah rahasianya!” Kembali ia berbisik walaupun ia tahu di sana tak mungkin ada siapa-siapa. Agaknya bola tenis ini mengandung sebuah keajaiban ujar Samson.
Universitas Sumatera Utara
c.”Em….em….empat belassss…bujangku….tak diragukan lagi empat belas ….tak lebih kurang …..,”jawab beliau sembari tersenggal-senggal kehabisan nafas tapi juga tersenyum lebar riang gembira. Lintang menatap ayahnya dalam-dalam, rasa ngilu menyelinap dalam hatinya masih belia, karena Lintang tahu jawaban itu bukan dari ayahnya .
e. “Pendapatku adalah wajahnya persis benar dengan wajah orang yang sama sekali tidak pernah shalat.!” Pada kalimat (3a) kata - ku mengacu pada orang yang sedang berbicara yaitu tokoh si aku yang sekaligus pengarang dari novel Laskar Pelangi dan ikut terlibat dalam novel tersebut, kalimat (3b)kata -ku referenya mengacu kepada orang yang sedang berbicara yaitu Samson dan pada kalmat (3c) bentuk- ku mengacu pada orang yang sedang berbicara yaitu ayah Lintang, pada kalimat (3e) deiksis –ku acuannya kurang jelas karena setelah dilihat dari rangkaian cerita bentuk deiksis –ku tidak terlibat pada saat pembicaraan tersebut. Dalam deiksis persona tunggal pertama juga terdapat deiksis saya yang lebih halus pemakaiannya dari deiksis aku Contoh 4 a. “Terima kasih atas bantahan yang hebat ini, apa yang harus saya katakan, bidang saya adalah pendidikan moral Pancasila….,kata ketua dewan juri.(hal 376). b.Suasana sunyi senyap dalam nuansa yang sangat tidak mengenakkan, dan semakin tidak enak karena sang Drs. Kembali mengudara dengan komentar sengak tanpa perasaan. “Saya harap argumentasi mereka bisa setepat jawabannya tadi!”(hal 379) c.”Kalau begitu jelaskan pada saya substansinya! Karena bisa saja kalian mendapat nilai melalui kemampuan menebak-nebak jawaban secara untunguntungan tanpa memahami persoalan sesungguhnya!”
Universitas Sumatera Utara
d. Hoe vaak moet ik je dat nog zeggen!” hardiknya sambil melengos pergi. Benar kan kataku? Kira-kira maksudnya. Saya sudah komplian berapa kali masih saja keliru!(hal 438). Pada kalimat ( 4 a) dewan juri berperan sebagai pembicara,dewan juri menyebut diri saya, sedangkan pada kalimat (4 b,c) dewan juri sudah bukan lagi pembicara, melainkan Drs. yang berperan sebagai pembicara, kalimat (4 d) deiksis saya referennya mengacu pada –nya yang berperan sebagai pembicara. Dengan demikian, acuan saya berpindah-pindah. Kata saya mengacu atau menunjuk kepada peran pembicara. Penunjukkan oleh pronominal orangan (persona) acuanya tidak tetap, bergantung kepada hadir tidaknya peserta dalam tuturan.
4.1.1.2 Deiksis Persona Pertama Jamak Deiksis persona pertama jamak, novel laskar pelangi menggunakan ’kami dan kita’. Deiksis persona kita dalam novel laskar pelangi dipakai apabila si pembicara terlibat dalam pembicaraan bersama-sama dengan teman-temannya begitu juga dengan penggunaan bentuk deiksis persona jamak kita Contoh:5 a. “Shalatlah tepat waktu, biar dapat pahala lebih banyak,”demikian Bu Mus selalu menasihati kami.
b. “Barang siapa yang kami tunjuk sebagai amir dan telah kami tetapkan gajinya untuk itu,maka apa pun yang ia terima selain gajinya itu adalah penipuan!” c. “Siapa laki-laki itu Lintang?” Tanya Sahara tercekat
Universitas Sumatera Utara
“Bodenga…” “Oh,….”kami menutup mulut serentak dengan tangan. Menakutkan sekali. Tak ada yang berani berkomentar. Tegang menunggu kelanjutan cerita Lintang.
d.”Masih ada lima menit sebelum azan zuhur. Ah, masih bisa satu lagi,” Ibu Mus sambil tersenyum simpul. Kami memandang beliau dengan suci.
e. Kami hanya terperangah Sekolah Muhammadiyah akan kita satukan untuk satu hal!!! “Apa itu Har? Ayolah, bagaimana nanti kami akan tampil, jangan bertele-tele!” Tanya kami penasaran hampir bersamaan. Lalu inilah ledakan ide gemilangnya.
f.”Namanya Aling…….!” Bisiknya ketika kami sedang khatam Al-Quran di Masjid Al Hikmah. Jantungku berdetak kencang. “Seangkatan dengan kita di sekolah nasional!” Dan pyrr!! Kopiah resaman Taikong Razak menghantam rihalan Syahdan.
g. Sekarang kami duduk di beranda sebuah rumah panggung kuno khas Melayu, rumah ibu Ikal. “Bagaimana kabarnya si Ikal itu, Ibunda?” Tanya Mahar kepada Ibu Ikal.
h. “Rupanya dia dan kawan-kawannya sedang mengikuti semacam festival seni mahasiswa. Wajahnya di foto itu di coreng-moreng tak keruan tapi dia sebut itu seni?!! Kami menunduk tak berani berkomentar.
Universitas Sumatera Utara
i.
Ibu Ikal mengepalkan tinjunya, kami ketakutan, beliau mengacung-acungkan pisau antip, kami tak berkutik, suara beliau meninggi. Pada kalimat (5a) di atas, deiksis persona kami referennya mengacu pada orang
yang sedang mendengar ucapan si pembicara, kalimat (5 b) deiksis persona kami mengacu pada orang yang terlibat dalam pembicaraan yang diceritakan oleh si aku sebagai pengarang yang terdapat dalam novel laskar pelangi, kalimat (5 c) kami mengacu pada orang yang terlibat dalam pembicaraan ketika mendengar cerita si Lintang,(5d) kami mengacu pada orang yang mendengar pembicara dan rujukan bukan pada pembicara, kalimat (5e,f,) kami mengacu pada orang yang terlibat dalam pembicaraan tersebut Dengan demikian, deiksis persona selalu berganti-ganti tergantung pada siapa yang menjadi pembicara. Dari kalimat di atas tampak jugalah bahwa di dalam novel Laskar Pelangi persona kami digunakan khusus untuk orang terlibat dalam percakapan yang ada dalam teks novel tersebut Deiksis persona kita pemakaiannya sama dengan kami, tetapi dalam hal ini lawan bicara ikut terlibat langsung dalam pembicaraan.
Contoh 6 a. “Karnaval adalah satu-satunya cara untuk menunjukkan kepada dunia bahwa sekolah kita ini masih eksis dimuka bumi. Sekolah kita adalah sekolah islam yang mengedepankan nilai-nilai religi, kita harus bangga dengan hal itu!”
Universitas Sumatera Utara
Suara Pak Harfan bergerumuh. Sebuah pidato yang menggetarkan. Kami bersoraksorai mendukung beliau. Tapi berhenti sampai di situ “Kita harus karnaval ! apa pun yang terjadi! Dan biar tahun ini para guru tidak ikut campur, mari kita beri kesempatan kepada orang-orang muda seperti Mahar untuk menunjukkan kreativitasnya, tahukah, kalian ….dia adalah seniman yang genius!”ujar Pak Harfan.
b.”Seangkatan dengan kita, di sekolah nasional!” dan pyrrr!kopiah resaman Taikong Razak menghantam ribuan Syahdan.
c.“Lihatlah sekolah kita,” pekik Sahara. Bangunan itu tampak menyedihkan dari jauh. Rupanya dilihat dari sudut dan jarak bagaimanapun, sekolah kami tetap seperti gudang kopra!
d.“kalau dia bisa berubah menjadi burung bayan, tak perlu susah-susah kita mencari-cari seperti ini,”desak Kucai sambil terengah-engah.
e.Ketika mendaftar
badan mereka langsung diukur untuk tiga macam seragam
harian dan dua macam pakaian olahraga. Mereka jug langsung mendapat kartu perpustakaan dan bertumpuk-tumpuk buku acuan wajib. Seragamnya untuk hari Senin adalah baju biru bermotif bunga-bunga yang sangat indah. Sepatu yang dikenakan berhak dan berwarna hitam mengilat. Sangat gagah ketika bermarching band melintasi kampung. Melihat mereka aku segera ingat sekawanan anak kecil yang lucu, putih, dan bersayap, yang turun dari awan seperti yang biasa kita lihat pada gambar-gambar buku komik. Setiap pagi para murid PN dijemput oleh bus-bus sekolah berwarna hijau.
f.“Memegang amanah sebagai pemimpin memang berat tapi jangan khawatir banyak orang yang akan mendoakan. Tidakkah ananda sering mendengar di berbagai upacara petugas sering mengucap doa: Ya, Allah lindungilah para pemimpin kami? Jarang sekali kita mendengar doa: Ya Allah lindungilah anak-anak buah kami……”
Universitas Sumatera Utara
g. Kita perlu menempuh ekspedisi gila-gilaan itu, karena seluruh lapisan langit dan gugusan planet itu sesungguhnya terkonstelasi di dalam kepala kita sendiri. Pada kalimat (6a) di atas deiksis persona kita mengacu pada orang yang sedang berbicara, yaitu Pak Harfan dan murid-muridnya (6b) deiksis persona kita referennya mengacu pada orang berbicara yaitu tokoh aku yang terdapat dalam percakapan beserta dengan teman-temannya, kalimat (6c) deiksis persona kita referennya mengacu pada yang sedang berbicara yaitu si Sahara
dan teman-temannya, kalimat (6d) deiksis
persona kita referennya mengacu pada pembicara yaitu Kucai dan teman-temannya dan kalimat (6e,f,g) deiksis persona kita rujukannya kurang jelas karena seolah-olah melibatkan si pembaca ikut ambil bagian dalam ceritanya jadi deiksisnya kurang jelas. Dengan demikian deiksis persona
kita referenya selalu berganti-ganti bergantung
menjadi siapa yang menjadi pembicara. Dari pembicaraan diatas tampak jugalah bahwa di dalam novel laskar pelangi deiksis persona kita dapat dipergunakan oleh semua tingkat usia. 4.1.2 Deiksis persona Kedua 4.1.2.1 Deiksis persona kedua tunggal Novel Laskar Pelangi menggunakan deiksis persona anda, mu,dan untuk menyatakan deiksis persona kedua tunggal. Di dalam novel Laskar pelangi, deiksis pesona anda,mu dan memiliki makna yang sama, yaitu menunjukkan persona kedua tunggal,
tetapi pemakaian deiksis persona tersebut dapat menunjukkan perbedaan
dalam penyampaian penutur terhadap lawan tutur. Contoh 7 a. Maka aku tak memiliki pandangan sendiri mengenai perkara cinta pertama ini, yaitu cinta pertama memang tak akan pernah mati, tapi ia juga tak akan pernah survive. Selain itu aku tak akan pernah menarik pelajaran moral nomor enam dari pengalaman cinta pertama aku yaitu: jika anda memiliki kesempatan mendapatkan cinta pertama di sebuah toko
Universitas Sumatera Utara
kelontong, meskipun toko itu bobrok dan bau tengik, maka rebutlah cepat-cepat kesempatan itu, karena cinta pertama semacam itu bisa menjadi demikian indah tak terperikan!.
b.Demikian pula pujian seoarang seksolog yang gemar bermain bulu tangkis: “Buku wajib bagi anda yang memiliki kelebihan berat badan dan kesulitan membina hubungan.”Rudy
Hartono
memuji
habis-habisan:”sebuah
buku
yang
menggetarkan!” c. “Hmmm….hmm…sebuah topik yang memang patut dipelajari lebih jauh,
menarik sekali, siapa yang membimbing anda menulis ini?” beliau tersenyum lebar dan asap masih mengepul di mulutnya
d.Tapi Borek (bacanya bore,”e”nya itu seperti membaca elang, bukan seperti menyebut “e” pada kata edan, dan “k” nya itu bukan “k” yang penuh, Anda tentu paham maksud saya dan kucai didudukkan berdua bukan karena mereka mirip tapi karena sama-sama susah diatur.
e.Persoalannya
adalah apakah Anda seorang religius, seorang Darwinian, atau
seranog oportunis? Pilihan sesungguhnya hanya religious dan Darwinian sebab yang tak memilih adalah aportuni! Yaitu mereka yang berubh-ubah sikapnya sesuai situasi mana yang akan lebih menguntungkan mereka.
f.Perubahan ekstrem suhu dalam konsekuensi geografis pulau kecil yang dikelilingi samudra. Karena itu, kemarau di kampung kami menjadi sangat tidak menyenangkan, kepekatan oksigen menyebabkan tubuh cepat lelah dan mudah mengantuk. Namun, ada suka di mana-mana. Anda tentu paham maksud saya. Bulan ini amat semarak karena banyak perayaan berkenaan dengan hari besar negeri ini. Agustus, semuanya serba menggairahkan.
g. Namun tahukah Anda? Di balik kesan yang garang ini di ujung jari-jari lentik si misterius ini tertanam paras-paras kuku nan indah luar biasa, terawat baik, dan sangat memesona disbanding gelang giok.
Universitas Sumatera Utara
h. Tahukah Anda apa yang dimaksud dengan bahagia? Ialah apa yang Aku rasakan sekarang Aku memiliki minat besar pada seni akan membuat sebuah performing Art bersama para sahabat karib dan kemungkinan ditonton oleh cinta pertama? Aku mengalami kebahagiaan paling besar yang mungkin dicapai seorang laki-laki muda. i. Bunga jarum merah berbentuk Jarum yang lebat dengan ujung bulat kecil-kecil berwarna kuning. Ketika bunga jarum digabungkan dengan bunga rumput gunung tanpa diatur maka mereka seolah berebutan tampil. Ikatlah mereka dengan pita rambut berwarna biru muda dan tulislah sebuah puisi. Maka Anda akan mampu mendinginkan hati wanita mana pun. Pada kalimat (7a) deiksis persona anda referennya mengacu pada orang tidak terlibat dalam percakapan tersebut tetapi itu mengacu pada pembaca yang seolah-olah terlibat dalam percakapan dalam teks novel tersebut. Dalam kalimat (7b) deiksis persona anda referennya mengacu kepada
pembaca, sedangkan pada kalimat (7c)
deiksis persona anda referennya mengacu pada tokoh Ikal (aku) ketika diwawancarai dalam test oleh seorang profesor yang sangat suka merokok, sedangkan pada kalimat (d,e,f,g,h, dan i) deiksis kurang tepat sama siapa rujukan dari referennya Karena tokoh Anda tidak terlibat dalam cerita tersebut. Bentuk yang selanjutnya dari deiksis persona kedua tunggal adalah –mu yang merupakan perubahan bentuk dari kamu, yang apabila deiksis tersebut didahului oleh nomina yang artinya menunjukkan milik. Misalnya bukumu,sepatumu. Contoh 8 a. “Buka bajumu! Perintahnya.”Biar kujadikan kau pria sejati pujaan kaum hawa…..ujar Samson kepada Ikal”
b. “Purnama! Lintang, bulan purnama di atas dermaga Olivir, indah sekali! Itulah jawabanmu, ke mana kau bersembunyi selama ini…..?”
Universitas Sumatera Utara
c. “ Kali ini Ibunda tidak memberimu nilai terbaik untuk mendidikmu sendiri,”kata Bu Mus dengan bijak pada Mahar yang cuek saja. “ Bukan karena karyamu yang tidak bermutu, tapi dalam bekerja apapun kita harus memiliki disiplin.” Pada kalimat (8a) di atas kata mu-referennya mengacu pada Ikal sebagai lawan bicara dari Samson, kalimat (8b) kata mu- referennya mengacu pada suatu benda yaitu pada bulan yang tidak terlibat dalam pembicaraan tersebut tetapi hanya pelampiasan si pengarang untuk menyampaikan kekaguman sipengarang terhadap tokoh Lintang yang diibaratkan seperti bulan purnama ,sedangkan pada kalimat (8c) deiksis persona mureferennya berganti mengacu pada Mahar sebagai lawan bicara dari Ibu Mus
4.1.2.2 Deiksis persona Kedua Jamak Novel laskar pelangi menggunakan kalian untuk menunjukkan deiksis persona kedua jamak Contoh 9 a “Ketahuilah wahai keluarga Ghudar, berangkatlah kalian ke tempat-tempat kematian kalian dalam masa tiga hari!” demikian Pak Harfan berteriak lantang sambil menatap langit melalui jendela kelas kami. Beliau memekikan firasat mimpi seorang penduduk Mekkah, firasat kehancuran Quraisy dalam kehebatan perang Bada b.“ Apa itu Har? Ayolah, bagaimana nanti kami akan tampil, jangan berteletele!” Tanya kami penasaran hampir bersamaan. Lalu inilah ledakan ide cemerlangnya. “Kalian akan tampil dalam koreografi massal suku Masai dari Afrika!”
c. “Tahukah kalian………..,katanya sambil memandang jauh “pelangi adalah sebuah lorong waktu!”
Universitas Sumatera Utara
d. “Dalam tarian ini kalian harus mengeluarkan seluruh energi dan harus tampak gembira! Bersukacitalah seperti karyawan PN baru terima jatah kain, seperti orang Sawang dapat dapat utangan,seperti para pelaut terdampar di sekolah perawat!” Pada kalimat (9a) deiksis persona Kalian referennya mengacu pada lawan tutur dari Pak Guru Harfan terhadap murid-muridnya yang sedang mendengarkan cerita tersebut, kalimat (9b dan c) deiksis persona kalian referennya mengacu pada temanteman Mahar sebagai lawn bicara dari si Mahar, kalimat (9d) deiksis persona kalian referennya mengacu kepada teman-teman Mahar yang sedang dilatihnya dalam tarian yang berasal dari Afrika dan sekaligus sebagai lawan bicara dari Mahar. Dengan demikian, deiksis persona kalian referennya selalu berganti bergantung kepada siapa kalimat itu ditujukan, dari kalimat di atas tampak juga bahwa kalian dipergunakan apabila lawan tutur dnagan penutur memiliki usia yang berbeda. Pada kalimat (9a) pak guru sebagai penutur usia yang lebih tua dari lawan tuturnya, yaitu murid-muridnya, dan kalimat (9 a,b,dan c) deiksis persona kalian referennya mengacu pada penutur dan lawan tutur yang sebaya atau memiliki usia yang sama. Dengan demikian deiksis persona kalian referennya
selalu berganti bergantung kepada siapa kalimat itu
ditujukan. 4.1.3 Deiksis Persona Ketiga 4.1.3.1 Deiksis Persona Ketiga Tunggal Novel Laskar Pelangi menggunakan ’ia dan dia’ untuk menunjukkan persona ketiga tunggal. Deiksis persona Ia boleh dipakai oleh semua usia, baik tua maupun muda.
Universitas Sumatera Utara
Contoh 10 a. “Baru Sembilan Pamanda Guru…,”ucap Bu Mus bergetar sekali lagi. Ia sudah tak bisa berpikir jernih ia berulang kali mengucvapkan hal yang sama yand telah diketahui semau orang. Suaranya berat selayaknya orang yang tertekan batinnya.
b. Kami semua tertawa sambil berguling-guling A kiong tersinggung, tapi ia kehabisan kata, maka ditelannya semua ejekan itu mentah-mentah, pahit apa boleh buat, ia tak bisa mengonter cemooh secerdas itu.
c. Aku tak mengerti dari mana ia mendapat sebuah pengetahuan rahasia untuk membesarkan otot dada. “Jangan bilang siapa-siapa….!” Katanya berbisik. Ia menoleh ke kiri dan kanan, seakan takut ada yang memperhatikan dan mencuri idenya. Lalu ia menarik tangank, kami pun berlari menuju belakang sekolah, sembunyi di ruangan bekas gardu listrik. d. “Inilah seni Bung khotbahnya di hadapan kami yang terkesima. Gayanya seperti pesulap sehabis membuka genggaman tangan untuk memperlihatkan burung merpati. Dan ia mendapat angka Sembilan, tak ada lawannya. Angka itu adalah nilai kesenian tertinggi yang pernah dianugerahkan Bu Mus sepanjang karier mengajarnya . bahkan Lintang eskalipun tak berkutik.
e. “Kalau Nyonya mau marah, tumpahkan pada laki-laki berantakan ini,” kata Dahroji, ia pergi menahan murkanya. kontrakkanku. Ia merampas surat dari tanganku, membacanya sekilas lalu meloncat-loncat gembira.
f. “ Tiga puluh delapan tahun di bidang ini baru kali ini aku menjumpai semacam ini. Anak muda ini sedikit pun tak bisa lepas dari ibunya. Jika bangun tidur tidak melihat ibunya
ia menjeri-jerit histeris. Ketergantungan yang kronis ini yang
mengakibatkan ibunya sendiri sekarang hampir terganggu jiwanya. Mereka telah menghuni tempat ini hampir selama enam tahun…”
Universitas Sumatera Utara
g. kutatap Syahdan dengan senyum terbaik yang aku miliki ia membalas dengan pandangan aneh lalu ku angkat tubuhnya yang kecil untuk mendudukkannya di atas sepeda. Aku ingin , dengan gembira mengayuh sepeda itu, membonceng Syahdan. h.“Hah ia menuduhku sudah sinting….?” j.”Terakhir ia mengirimiku sepucuk surat dan diselipkannya selembar foto dalam suratnya itu.” Pada kalimat (10a) deiksis persona ia referennya mengacu pada orang yang sedang berbicara atau merujuk pada diri penutur tanpa menujukan pada lawan tutur, kalimat (10b) deiksis persona ia referennya mengacu A kiong yang ditujukan temantemannya sebagai lawan bicara, kalimat (10c) deiksis persona ia referennya berganti lagi mengacu kepada orang yang ditunjuk pengarang atau tokoh aku atau dimaksudkan oleh tokoh aku adalah Samson, kalimat (10 d) deiksis personanya mengacu pada Mahar, kalimat (10 e) deiksis personanya mengacu pada Dahroji sebagai lawan tutur dari si Nyonya tersebut, kalimat (10 f) deiksis personanya mengacu pada keponakan dari tokoh Aku ‘ kalimat (10 g) deiksis persona referennya mengacu pada teman dari tokoh aku yang mengalami gangguan jiwa yaitu Trapani, sedangkan pada kalimat (10 h dan i) deiksis persona ia mengacu pada Syahdan sebagai lawan tutur dari tokoh Aku. Pemakaian bentuk beliau juga terdapa dalam novel Laskar Pelangi yaitu Contoh 11 a. “Inilah sel Pak Karno di sebuah penjara di Bandung, di sini beliau menjalani hukuman dan setiap hari belajar, setiap waktu membaca buku. Beliau adalah salah satu orang tercerdas yang pernah dimiliki bangsa ini.” Beliau tak melanjutkan ceritanya.
b. “ Gila itu ada 44 macam,”kata ibu seperti seorang psikiater ahli sambil beliau mengunyah gambir dan sirih.
Universitas Sumatera Utara
c. Pak Harfan juga tersenyum, beliau melirik Bu Mus sambil mengangkat bahunya. “Genaplah sepuluh orang….,”katanya
d. Beliau di serang bertubi-tubi oleh para guru yang tak setuju ikut karnaval, tapi beliau dan Bu Mus berpendirian sebaliknya. Suasana memanas. Kami terjebak di tengah. e.”Hmmm….hmm…sebuah topik yang memang patut dipelajari lebih jauh, menarik sekali, siapa yang membimbing Anda menulis ini?” beliau tersenyum lebar dan asap mengepul dari mulutnya. Pada kalimat diatas (11a) deiksis persona Beliau referennya mengacu pada Pak Karno yang terdapat dalam cerita tersebut, kalimat (11b) deiksis personanya mengacu pada ibu, kalimat (11c,d,e) deiksis pesona beliau referennya mengacu pada pada pak Guru Harfan, jadi deiksis beliau ini referennya selalu berganti-ganti bergantung pada siapa yang dimaksudkan dalam kalimat itu. Pada kalimat yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi kata ia dan beliau pemakaiannya bisa juga digantikan deiksis dia seperti contoh pada kalimat berikut Contoh 12 a. “Belum tahu dia, orang Melayu lincah benar bersilat kata,”kataku dalam hati. b.” Rupanya dia dan kawan-kawanya sedang mengikuti semacam festival seni mahasiswa. Wajahnya di foto itu dicoreng-moreng tak keruan tapi dia bilang itu seni?!” c. Dia diam demi membuat pertimbangan serius, namun akhirnya ia menyerah, bukan kepada kami yang memohon tapi kepada hasrat sendiri yang terkekang untuk membual. d. “ A Ling sudah pigi Jakarta…..Nanti dia terbang naik pesawat pukul 9. Ia harus menemani bibinya yang sekarang hidup sendiri, ia juga bisa mendapat sekolah yang bagus….” e “Menurutnya itu seni lukis wajah, ya seni lukis wajah apa itu….gotik! Ya gotik! Dia sangat bangga pada coreng-morengnya itu?!!”
Universitas Sumatera Utara
f.”menurutnya itu seni lukis wajah, ya seni lukis wajah apa itu….gotik! ya gotik! Dia sebut itu seni lukis wajah gotik! Dan dia sangat bangga pada orang coreng-morengnya!” g. “Dia sebut itu seni??? Ha! Seni!! barangkali dia ingin tahu pendapatku tentang seninya itu!!!” Pada kalimat (12a) deiksis persona dia referennya mengacu pada orang yang terlibat dalam pembicaraan tersebut yang dimaksudkan penutur adalah lawan bicaranya’ kalimat (12b) deiksis persona dia referennya berganti mengacu pada tokoh Aku yang sedang diceritakan Ibunya ketika kawan-kawan SDnya mengunjungi Ibunya, kalimat (12 c) deiksis dia mengacu pada Mahar yang bahan pembicara dan sipendengar (12 d) deiksis dia referennya pada A Ling, kalimat (12 e ) deiksis dia referennya berganti mengacu pada tokoh Aku dan pada kalimat (12 f,g) deiksis dia mengacu kepada orang yang tidak ada dalam percakapan yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi sehingga rujukannya kurang jelas. Jadi, deiksis dia referennya bisa berganti acuan tergantung siapa yang di maksudkan penutur. 4.1.3.2 Kata Ganti Ketiga Jamak Dalam novel Laskar Pelangi menggunakan deiksis mereka digunakan untuk menunjukkan persona ketiga jamak. Sama halnya dengan persona ia dan dia serta beliau boleh dipakai oleh semua umur atau konteks yang ditunjuk oleh data. Contoh 13 a.”Ikal……suara lirih itu berucap. Eryn dan Profesor Yan kaget. Mereka terheran-heran apalagi aku. Kami saling berpandangan. Tak ada orang lain di ruangan itu kecuali kami bertiga dan kedua mahkluk malang itu “Ikal…’’ panggilnya lagi. “mereka memanggil Cicik!” teriak Eryn menatapku takjub.
b. Mereka memiliki petugas-petugas kebersihan khusus, guru-guru yang bergaji mahal, dan para penjaga sekolah yang berseragam seperti polisi lau lintas dan
Universitas Sumatera Utara
selalu meniup-niup peliut. Tali merah bergulung-gulung keren sekali di bahu seragamnya itu. “jumlah gurunya banyak.”
c.Mereka berdua hampir kehabisan nafas ketika tiba di depan Pak Harfan. “Bapak Guru…,” kata Ibunya terengah-engah. “Terimalah Harun, Pak, karena SLB hanya ada di Pulau Bangka, dan kami tak punya biayauntuk menyekolahkannya ke sana. Lagi pula lebih baik kutitipkan dia di sekolah ini daripada di rumah ia hanya mengejar-ngejar anak-anak ayamku…”
d.”Mereka yang ingkar telah diingatkan bahwa air bah akan dating…”demikian ceritanya dengan wajah penuh penghayatan. “Namun, kesombongan membutakan mata dan menulikan telinga mereka, hingga mereka musnah dilamun ombak…”
e.Lalu dengan hiruk pikuk sahut-menyahut teman-temanku, para Laskar Pelangi, berkomentar tentang pemandangan terhampar luas di bawah mereka.
f.Lalu Kucai menunjuk sebuah bangunan,” Hai! Tengoklah! Itu masjid kita Seluruh khalayak meneriakinya, tak terima.“Itu kelenteng, bodoh!” Dan mereka pun terbelah dalam dua kelompok kusir.
g. Tapi agaknya bukan hanya Ayahku yang gentar. Setiap wajah orang tua di depanku mengesankan bahwa mereka tidak sedang duduk di bangku panjang itu karena pikiran mereka seperti Ayahku, melayang-layang ke pasar pagi atau ke keramba di tepian laut mambayangkan anak laki-lakinya lebih baik pesuruh di sana.
h.” Mereka yang ingkar telah diingatkan bahwa air bah akan datang……”, demikian ceritanya dengan wajah penuh penhayatan.
Universitas Sumatera Utara
“Namun, kesombongan membutakan mereka, hingga mereka musnah dilamun ombak……….”
i.”Sekolah Muhammadiyah telah menciptakan suatau arwah baru dalam karnaval ini. Maka dari itu mareka telah mencanangkan suatu standar baru yang semakin kompetitif dari mutu festival seni ini. Mereka mendobrak dengan ide kreatif tampil all aut, dan berhasil menginterpretasikan denagn sempurna dari sebuah tarian dan musik dari negeri yang jauh.” Pada kalimat (13 a) deiksis persona mereka
mengacu pada orang yang
dimaksudkan tokoh Aku dalam kalimat itu yaitu kedua mahkluk malang itu, kalimat (13b) deiksis persona mereka referennya mengacu pada sekolah PN memiliki jumlah guru dan petugas sekolah yang banyak, kalimat ( c) deiksis mereka referennya mengacu pada Ibu Harun dan Harun, kalimat ( d) deiksis mereka referennya mengacu pada orangorang yang diceritakan Pak Harfan, sedangkan pada kalimat ( e) deiksis personanya mengacu pada kawan-kawan dari tokoh aku. Dengan demikian, deiksis mereka referennya berganti-ganti tergantung dari pembicara melibatkan orang ketiga.
Universitas Sumatera Utara
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Adapun simpulan yang diperoleh dalam simpulan ini adalah sebagai berikut: 1.Berikut ini deiksis persona dalam novel Laskar Pelangi yang disajikan dalam bentuk tabel.
No.
Tunggal
Jamak
Pertama
Aku,saya,-ku, ku-
Kami,kita
Kedua
Engkau,kamu,anda, -mu
Kalian
Ketiga
Ia,dia,beliau,-nya
Mereka
2.Sifat-sifat deiksis dalam novel Laskar Pelangi sebagai berikut: • Bentuk deiksis persona sering melibatkan orang yang tidak terdapat dalam teks percakapan dalam novel Laskar Pelangi. • Dalam novel Laskar Pelangi bentuk deiksisnya tidak mengalami reduplikasi
Universitas Sumatera Utara
5.2 Saran Seperti yang dikemukakan oleh Bambang Kaswanti Purwo bahwa deiksis dibagi atas tiga, yaitu deikis persona, deiksis ruang, deisksis waktu. Penelitian ini hanya menggambarkan dan menjelaskan deiksis persona dalam novel Laskar Pelangi sehingga terbuka kesempatan bagi peneliti lain untuk membahas deiksis ruang dan deiksis waktu karena dalam penelitian ini hal tersebut belum dibicarakan.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan, dkk. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Hirata,Andrea.2008.Laskar Pelangi.Jakarta: Bintang Pustaka. Kridalaksana,Harimurti.1994. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia .Jakarta; Gramedia. Leech, Geoffrey N. 1983. Principles of Pragmatic. Gramedia: London and New York. Nababan,Marti.2008.Deiksis Persona dalam Bahasa Simalungun. Fakultas Sastra, USU. Purba, Antilan.2002.Pragmatik Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka. Purwo,bambang kaswanti.1984. Deiksis Persona dalam Novel Laskar Pelangi.. Jakarta: Balai Pustaka Siregar, Asrul.1997. “Pragmatik dalam Linguistik” (Diktat). Medan: Fakultas Sastra, USU. Sitepu, Tabir.1999.”Deiksis Persona dalam Cerpen Bromocorah”( Karya Ilmiah).Medan: Fakultas Sastra USU. Soemarmo, 1988. Pragmatik dan Pengembangan Mutakhirnya . Universitas Katolik Atmajaya: Jakarta. Sudaryanto. 1993. Metode dan Teknik Analisis bahasa: Pengantar Wahana kebudayaan Secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Supinah.2006.”Deiksis Waktu dalam bahasa Jawa Masyarakat Sunggal Kabupaten Deli Serdang”(skripsi). Fakultas Sastra, USU Tarigan, Henry Guntur. 1993. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa Wijana, I Dewa Putu. 1985. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi.. Yule, George. 1996. Pragmatics. New York: Oxford university press.
Universitas Sumatera Utara