BAB III Metode Penelitian
A. Definisi Metode Penelitian Metode Penelitian adalah sebuah pedoman penulisan sebuah penelitian yang dikaji ilmiah secara terstruktur, detail dan mampu memberikan penjelasan yang masuk akal kepada pembacanya. Kata “metode” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memliki arti, cara yeng teratur dan terpikirkan baik-baik untuk mencapai maksud. Sedangkan kata “penelitian” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti, kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk menemukan pemecahan sebuah persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum. Metode penelitian secara umum memiliki 2 (dua) jenis yaitu penelitian secara kuantitatif dan kualitatif. Menurut Kirk and Miller (1986:9) penelitian kuantitaif memiliki cakupan jenis penelitian yang berdasarkan perhitungan presentase, rata-rata, chi kuadrat dan komponen statistik lainnya. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian kuantitatif diartikan penelitian yang melibatkan pada “perhitungan” atau “angka/numerik” atau “kuantitas”. Sedangkan Penelitian kualitatif melibatkan pada segi “alamiah” yang dipertentangkan dengan “kuantum” atau “jumlah” tersebut. Metode Penelitian kualitatif juga didefinisikan oleh Bogdan dan Taylor (1975:5) bahwa penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data 39
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Jadi dalam pandangan 2 (dua) ahli ini dapat diambil inti bahwa pendekatan kualitatif diarahkan pada latar dan individu objek yang diungkap secara holistik (utuh). Penelitian ilmiah dalam bidang akademik merupakan kriteria dunia pendidikan sebagai langkah akhir dalam menempuh jenjang pendidikan tinggi. Penelitian ilmiah tentu menjadi sebuah gambaran dan indikator seseorang layak mendapatkan apresiasi dalam jenjang pendidikan tinggi. B. Pendekatan Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan oleh penulis menggunakan pendekatan Fenomenologis yang merupakan salah satu jenis pendekatan penelitian yang dilakukan oleh penulis, di mana penulis juga mencari esensi dari objek penelitian di lapangan melalui banyak aspek dan banyak sudut pandang yang disampaikan oleh informan dan narasumber. Dalam menunjang penelitian ini penulis juga menggunakan pendekatan Etnografis yang merupakan salah satu metode penelitian kualitatif di mana untuk memahami realitas sosial yang ada dengan cara menyatu dengan objek yang sedang dipelajari melalui observasi langsung , pembicaraan, interaksi, tindakan , serta dokumen lain dalam kurun waktu yang cukup agar dapat memahami realita tersebut secara utuh. Pendekatan etnografis yang dilakukan penulis adalah ditujukan untuk memahami sebuah realita sosial mengenai perilaku objek penelitian di lapangan, seperti pelaku usaha otobus, karyawan perusahaan otobus, mekanik, pengemudi, dan konsumen (penumpang). 40
Penelitian Kualitatif yang dilibatkan pada “kualitas” dengan menunjuk pada segi “alamiah” yang kemudian dipertengtangkan “kuantum” atau “jumlah” tersebut (Moleong, 1988:2) yang secara mendalam dikemukakan dengan istilah inkuiri naturalistic, etnografi, interaksionis simbolik, perspektif ke dalam, etnometodologi, studi kasus, interpretatif, ekologis, dan deskriptif (Bogdan & Biklen, 1982:3). Dari beragam istilah tersebut yang disebut penelitian kualitatif, oleh Lincoln dan Guba (1985:39-44) dikemukakan sepuluh karakteristik penelitian kualitatif yaitu : 1. Ciri Pertama, Latar Alamiah Penelitian kualitatif melakukan penelitian dengan dasar latar alamiah terhadap sebuah keutuhan yang terdapat pada objek penelitian tersebut. Menurut Lincoln dan Guba (1985:39) ontologi alamiah menghendaki adanya fakta sebagai keutuhan yang tidak dapat dipahami apabila dipisahkan dari konteksnya. Penelitian kualitatif mengutamakan entity (keutuhan) yang mengharuskan peneliti terlibat secara utuh dan mampu menganalisa dengan banyak sudut padang
sebagai contoh dalam
penelitian bidang pendidikan di sebuah sekolah yang dilakukan oleh Ogbu (Bogdan & Biklen, 1982:27) terselesaikan dalam waktu dua puluh satu bulan dengan metode pengamatan dan wawancara secara mendalam terhadap guru, siswa, kepala sekolah, keluarga, dan anggota “dewan sekolah” (school board). 2. Ciri Kedua, Manusia sebaga Alat (Instrumen)
41
Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri ataupun dengan bantuan orang lain secara kolektif maupun perantara merupakan alat pengumpul data yang utama, sehingga peneliti dan rekan kerja peneliti tentunya akan dihadapkan pada objek penelitian yang sama dengan latar belakang peneliti dan rekan kerja peneliti yang berbeda, dan sangat memungkinkan akan ada perbedaan konsep di awal ketika turun lapangan. Untuk dapat melakukan penelitian secara menyeluruh tanpa kehilangan esensi dari peneletian tersebu, maka pada saat pengumpulan data, peneliti dan rekan kerja peneliti diharapkan berperan serta dalam kegiatan kemasyarakatan, yang kemudian memiliki istilah participant observation (pengamatan berperanserta). 3. Ciri Ketiga, Metode Kualitatif Penelitian kualitatif tentu saja menggunakan metode kualitatif. Alasan menggunakan metode tersebut karena menyesuaikan dengan kenyataan ganda atau fakta dan temuan berganda di lapangan akan lebih mudah mengunakan metode kualitatif. Metode ini juga mampu menyajikan secara langsung hubungan hakikat antara peneliti dan responden, dan yang terakhir metode ini dianggap lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama serta terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. 4. Ciri Keempat, Analisis Data Secara Induktif Karakteristik penelitian kualitatif yang keempat menurut Lincoln dan Guba (1985:39-44) adalah menggunakan analisa data secara induktif. 42
Analisa induktif dapat menemukan fakta atau temuan ganda secara lebih mendalam, mampu membuat hubungan peneliti dengan responden menjadi eksplisit dan akuntabel. Selain itu analisa induktif juga lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat mebuat keputusankeputusan tentang dapat tidaknya pengalihan suatu latar, dan yang terakhir analisa induktif mampu menemukan pengaruh yang sama yang kemudian dipertajam untuk dapat memperhitungkan nilai scara eksplisit sebagai bahan dari struktur analitik. 5. Ciri Kelima, Teori dari Dasar (Grounded Theory) Penyusunan teori dalam penelitian kualitatif berasal dari bawah ke atas, maksudnya dari sejumlah bagian banyak data yang dikumpulkan dan yang sangat berhubungan. Secara umum penelitian kualitatif ingin menyajikan penyusunan teori yang substantif yang berasal dari data. 6. Ciri Keenam, Deskriptif Penelitian kualitatif mengumpulkan data yang berupa kata, kalimat, gambar, rekaman suara, rekaman video, catatan lapangan yang kemudian dalam penyajiannya mendeskripsikan secara menyeluruh dan utuh sehingga memberi kesan “live on air” yaitu sebagai pembaca terlibat dan merasakan langsung. 7. Ciri Ketujuh, Lebih Mementingkan Proses daripada Hasil “Proses” lebih utama daripada “hasil”. Ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang diteliti akan jauh lebih jelas diamat dalam proeses penelitiannya. 43
8. Ciri Kedelapan, Adanya “Batas” yang Ditentukan oleh “Fokus” Peneltian kualitatif menetapkan batas dalam penelitian atas dasar fokus yang muncul sebagai masalah dalam penelitian. Penetapan fokus dalam penelitian dipandang penting dalam usaha menemukan batas penelitian. 9. Ciri Kesembilan, Adanya Kriteria Khusus untuk Keabsahan Data Menurut Lincoln dan Guba (1985:43) terjadinya redefinisi validitas, reliabilitas, dan objektivitas karena redefinisi menggunakan isomorfisme antara hasil penelitian dan kenyataan tunggal yang mana penelitian dapat dikonvergensikan. 10. Ciri Kesepuluh, Desain yang Bersifat Sementara Penelitian kualitatif menyusun desainnya terus menerus menyesuaikan kondisi di lapangan, bukan dengan desain dan scenario yang kaku tanpa bisa dilakukan pengubahan. Penelitian kualitatif menginginkan agar pengertian dan hasil interpretasi dalam proses penelitian kualitatif dapat dirundingkan dan disepakati oleh manusia yang dijadikan sumber data. Pada Penelitian kualitatif, teori terbatasi pada sebuah definisi : suatu pernyataan sistematis yang berkaitan dengan seperangkat preposisi yang didapat dari data dan kemudian diuji kembali secara empiris. Dari sebuah teori tersebut Bogdan dan Biklen (1982:30) mengistilahkan sebagai paradigma, dimana paradigma itu sendiri diartikan sebagai kumpulan yang bersifat longgar berisi asumsi yang secara logis dianut bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan tentang cara berpikir dan cara melakukan penelitian. 44
Menurut Creswell (2015:94) sebuah penelitian kualitatif memiliki lima (5) pendekatan dalam melakukannya. Skenario penelitian kualitatif ada dua yaitu peneliti kualitatif tidak mengidentifikasi satu pendekatan spesifik apapun dalam penelitian kualitatif yang dilakukannya dan melalui pembahasan metode yang singkat dan dibatasi pada pengumpulan data wawancara langsung. Skenario berikutnya adalah skenario yang berkebalikan dengan skenario pertama yang disampaikan Cresswell. Mengidentifikasi pendekatan dalam metode penelitian kualitatif sangat dibutuhkan dan diperlukan pelakasanaannya agar menunjang aspek menyeluruh dalam hal mengkaji hasil penelitian yang cangguh, akurat, akuntabel dan mampu memberikan kondisi spesifik agar tidak mengubah paradigma yang keluar dari arah penelitian itu sendiri. Pendekatan Kualitatif menurut Creswell (2015:95) memiliki lima pendekatan dalam eksekusinya, sehingga para peneliti dapat menggunakan dan mengkombinasikan pendekatan penelitian kualitatif untuk mendapatkan hasil maksimal. Namun Cresswell merekomendasikan kepada peneliti pemula agar sebaiknya memahami satu pendekatan secara menyeluruh dan kemudian baru mencoba pendekatan-pendekatan lain sebelum dapat mengkombinasikan beragam cara penelitian kualitatif. Lima pendekatan yang disampaikan oleh Creswell yaitu : 1. Riset Naratif Riset Naratif merupakan pendekatan penelitian kualitatif yang dilakukan dengan fokus pada narasi, cerita dan deskripsi terhadap serangkaian 45
peristiwa terkait pengalaman manusia. Pendekatan ini biasanya mencakup biografi (narasi tentang pengalaman seseorang), auto-etnografi atau autobiografi (pengalamana yang ditulis dan diceritakan sendiri oleh subjek penelitian), sejarah kehidupan (penuturan subjek penelitian berdasarkan sejarah kehidupan), dan sejarah tutur (sejarah kehidupan yang didapat dari ingatan subjek peneliti). Dalam riset naratif, pendekatan ini dilakukan dengan cara menceritakan kembali semua yang dialami oleh peneliti, baik dari pengalaman individu, proses pengumpulan data hingga peristiwa yang terjadi dengan partisipan yang telah dilalui sebelumnya dengan cara wawancara dan observasi secara mendalam. Secara analisa pendekatan penelitian ini bertumpu pada kronologi yang menekankan pada suatu kejadian atau titik balik dalam kehidupan pertisipan. 2. Riset Grounded Theory Riset Grounded Theory, merupakan pendekatan penelitian kualitatif yang menekankan upaya peneliti dalam melakuakan analisa yang abstrak terhadap suatu fenomena dengan harapan bahwa analisa tersebut mampu menghasilkan teori yang menjelaskan fenomena tersebut secara spesifik. Riset grounded theory biasanya dilakukan dengan prosedur yang sistematis dan umumnya berdasar pada coding terbuka atas kategori data dan coding aksial dimana data disusun dalam suatu diagram logika dan dalam tahap akhir mengidentifikasi konsekuensi dari tahapan coding tersebut sehingga mampu mengembangkan suatu model teoritis tertentu. 3. Riset Etnografis 46
Riset Etnografis pada umumnya meneliti akan suatu kelompok dengan kebudayaan tertentu dengan kehadiran di lapangan dalam waktu yang cukup lama. Pelaksanaan pendekatan ini dilakukan dengan terlibat langsung dalam objek yang akan di teliti baik dalam perilaku, tutur kata, perbuatan, serta kebiasaan yang sering terjadi dalam kelompok tersebut. Penuturan, pengkajian dan penulisan secara holistic sangat diperlukan demi diperolehnya banyak sudut pandang penelitian baik sudut pandang partisipan maupun sudut pandang peneliti. 4. Riset Studi Kasus Pendekatan penelitian kualitatif yang kelima yang diklasifikasikan oleh John Creswell adalah studi kasus, dimana dalam pelaksanaannya peneliti diminta untuk menelaah sebuah “kasus” tertentu dalam konteks setting kehidupan nyata kontemporer. Dalam pelaksanaanya, pendekatan ini menggunakan sampling purposefull (untuk menentukan kasus yang dianggap paling penting) yang selanjutnya dianalisa secara utuh melalui deskripsi detail atas pola-pola, konteks dan setting dimana kasus itu terjadi. 5. Riset Fenomenologi Riset Fenomenologi merupakan pendekatan penelitian kualitatif dengan cara mencari “esensi” makna dari suatu fenomena atau kejadian yang terjadi dan dialami pada objek penelitian baik individu maupun kelompok. Fenomenologi juga memiliki dua jenis yang berbeda yaitu fenomenologi hermeunetik, dimana peneliti memfokuskan untuk membuat 47
tafsiran teks-teks kehidupan dan pengalaman di dalamnya, atau fenomenologi transdental, dimana peneliti fokus dalam meneliti fenomena tersebut dan mengesampingkan atas isu dan prasangka terhadap fenomena yang menjadi objek penelitian. Penulis melaksanakan penelitian menggunakan metodologi riset fenomenologi melalui observasi fenomena lapangan pada jalur utama Jalan Trans Nasional Solo – Semarang dengan melihat dan menganalisa fenomena akan kegiatan ekonomi di antaranya proses produksi, konsumsi dan distribusi. Proses produksi yang dilakukan oleh produsen dalam penelitian ini merupakan penyedia jasa transportasi adalah peneliti mengobservasi akan fenomena para penyedia jasa transportasi dengan rute Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP), Angkutan Perkotaan (Angkot)
dan
Angkutan
Pedesaan
(Angkudes)
yang
berada,
dan
beroperasional di jalur utama Jalan Trans Nasional Solo – Semarang. Sebagai objek penelitian, peneliti melakukan pencarian data lapangan terhadap proses produksi dimana proses ini dilakukan oleh penyedia jasa transportasi yang dapat dilihat melalui ketersediaan device yaitu kendaraan dan device part yaitu komponen yang terdapat pada proses penyediaan jasa transportasi. Device yang dimaksud adalah armada kendaraan umum dan device part adalah komponen pendukungnya seperti administrasi operasional, perawatan kendaraan, pelayanan jasa baik “pelayanan jasa fisik” dan “pelayanan jasa non-fisik”. Proses konsumsi yang dilakukan oleh konsumen adalah masyarakat umum sebagai pengguna penyedia jasa transportasi yang dalam 48
aktivitas setiap hari, peneliti mengumpulkan data dengan cara mengobservasi dan menganalisa akan fenomena konsumen di lapangan akan ketersediaan, kebutuhan, pelayanan dan prioritas terhadap jasa transportasi umum dan membandingkannya dengan perilaku konsumsi masyrakat akan sebuah prasarana transportasi dalam menunjang aktivitas masyarakat. Distribusi dengan definisi umum yang berarti suatu proses pengantaran atau perjalanan dari produsen menuju konsumen dalam penelitian ini diobservasi dan dianalisa dengan melihat akan ketersediaan jalan sebagai infrastruktur transportasi dengan tujuan produsen dalam hal ini penyedia jasa transportasi mampu menghasilkan jasa dengan mangantarkan konsumen mencapai pada tujuannya. Riset fenomenologi yang dilakukan oleh penulis dengan melihat proses ekonomi yang berupa produksi, konsumsi dan distribusi yang datang telah diperoleh kemudian dianalisakan untuk mencapai dan menjawab tujuan penelitian, dan rumusan masalah dalam penelitian ini. Peneliti melaksanakan riset fenomenologi dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan penelitian dengan tujuan mampu memperoleh data penelitian secara holistik terstruktur dengan maksud mendeskripsikan pemaknaan umum dari sejumlah individu terhadap berbagai pengalaman hidup terkait dengan sebuah konsep dan fenomena (Cresswell 2015 :105). Tujuan utama penelitian untuk mereduksi pengalaman individu untuk memperoleh sebuah esensi atau intisari dari pengalaman secara universal. Peneliti yang dalam posisi ini pernah bertindak sebagai salah satu bagian dari pelaku usaha penyedia jasa transportasi, berusaha melihat dari sudut pandang 49
beragam yang diambil dari pengalaman lapangan dari peneliti, sudut pandang pelaku usaha penyedia jasa transportasi dengan pemilik usaha beserta karyawan, sudut pandang konsumen dalam hal ini masyarakat umum sebagai pengguna jasa transportasi umum, penyelenggara negara dalam bidang transportasi yang kewenangannya dimiliki oleh Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, yang kemudian diturunkan kepada Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Tengah dan pada akhirnya dibandingkan melalui sudut pandang akademik. C. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di sepanjang Jalan Trans-Nasional Ruas Kotamadya Surakarta hingga Kotamadya Semarang, dengan melintasi 6 (enam)
Kabupaten/Kotamadya
di
Provinsi
Jawa
Tengah.
Kabupaten/Kotamadya yang dilalui oleh Jalan Trans-Nasional sebagai objek penelitian yaitu 1. Kota Surakarta. 2. Kabupaten Sukoharjo. 3. Kabupaten Boyolali. 4. Kabupaten Semarang. 5. Kota Salatiga. 6. Kota Semarang. Penelitian yang dilaksanakan di ruas jalan Trans-Nasional SoloSemarang ini juga melibatkan lokasi sekunder yang termasuk jalan arteri dan
50
jalur alternatif di sepanjang jalan Trans-Nasional Solo-Semarang seperti berikut ini: 1. Ruas Jalan Sukoharjo – Baki – Kartosuro. 2. Ruas Jalan Banyuanyar – Colomadu – Kartosuro. 3. Ruas Jalan Boyolali – Karangwuni – Klaten. 4. Ruas Jalan Bangak – Simo – Karanggede. 5. Ruas Jalan Boyolali – Sruwen – Karanggede. 6. Ruas Jalan Salatiga – Karanggede – Gemolong – Sragen. 7. Ruas Jalan Salatiga – Kopeng – Ngablak – Magelang. 8. Ruas Jalan Tuntang – Getasan – Susukan. 9. Ruas Jalan – Bawen – Ambarawa – Magelang – Yogyakarta. 10. Ruas Jalan Ungaran – Karangjati. 11. Ruas Jalan Karangjati – Bandungan – Temanggung. 12. Ruas Jalan Ungaran – Gunungpati. 13. Ruas Jalan Banyumanik – Mangkang – Kendal. Penelitian yang dilakukan melibatkan banyak kelompok masyarakat yang dalam aktivitas kegiatan kehidupannya tidak lepas dari transportasi umum khususnya angkutan umum penumpang baik yang beraktivitas “direct” (langsung tanpa berganti atau pindah angkutan lain) maupun yang “non-direct” (dengan berganti angkutan lain baik satu atau beberapa kali lebih banyak). Keterlibatan masyarakat baik pemilik kendaraan angkutan umum, penumpang angkutan umum dan subjek lainnya sangat banyak
51
sehingga diperlukan waktu yang cukup lama dengan pendekatan yang beragam. D. Metode Pengumpulan Data Dalam Penelitian ini penulis mengumpulkan data dari Badan Pusat Statistik, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, Kepolisian Republik Indonesia, Kementerian Perhubungan, Dinas Perhubungan Jawa Tengah, Perusahaan Otobus Antar Kota Antar Provinsi yang melintasi Jalan TransNasional Solo – Semarang berikut karyawannya, Perusahaan Otobus Antar Kota Dalam Provinsi yang melintasi Jalan Trans-Nasional berikut karyawannya Solo – Semarang, Operator dan kru Angkutan Pedesaan di 6 (enam) Kota/Kabupaten yang melintasi Jalan Trans-Nasional Solo – Semarang, Pegawai UPTD Terminal Angkutan Umum Orang di bawah Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Tengah dan Dinas Perhubungan Kota/Kabupaten di Jalan Trans-Nasional Solo – Semarang, serta para penumpang (warga masyarakat) yang beraktivitas menggunakan kendaraan angkutan umum orang di sepanjang jalan Trans-Nasional Solo – Semarang. Adapun dalam mengumpulkan data, penulis melakukannya dengan cara : 1. Wawancara Secara Mendalam Wawancara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu, tanya jawab dengan seseorang untuk memperoleh informasi, keterangan, atau suatu pendapat mengenai suatu hal. Dalam mengadakan wawancara menurut Lincoln dan Guba (1985:266) memiliki beberapa 52
proses diantaranya : mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan motivasi, tuntutan akan sebuah fenomena yang kemudian direkonstruksi sebagai hal yang dialami pada masa lalu untuk dihadapkan pada masa yang akan dating; memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi penelitian serta memverifikasi,
mengubah
dan
memperluas
konstruksi
yang
dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota. Menurut Patton (1987:197) wawancara terbagi dalam tiga jenis wawancara yaitu : a. Wawancara Pembicaraan Informal Pada jenis wawancara ini pertanyaan yang diajukan tergantung dari pewawancara secara spontanitas kepada pihak yang diwawancarai dan dilakukan secara acak, terkonsep namun dalam pembicaraan yang bersuasana santai tanpa ada faktor lain yang menggangu proses wawancara. Dalam penelitian ini peneliti mewancarai pihak karyawan perusahaan otobus dalam suasana non-formal di terminal penumpang umum Tirtonadi Surakarta, Sub-Terminal Bangak Boyolali, Terminal Boyolali, Sub Terminal Ampel Boyolali, Terminal Tingkir Salatiga, Terminal Bawen, Terminal Ungaran, Terminal Banyumanik, Terminal Terboyo Semarang, Terminal Mangkang Semarang, Terminal Bungurasih Surabaya. Selain itu peneliti juga mewawancarai informan di warung kopi, garasi perusahaan otobus dan tempat perkumpulan 53
dari karyawan perusahaan otobus di sepanjang jalan TransNasional Solo – Semarang. Dalam penelitian ini peneliti cenderung mewawancarai pihak yang dianggap sebagai informan untuk mencari data dan bukan sebagai responden. Penentuan responden dilakukan melalui wawancara informal yang dilakukan kepada karyawan perusahaan otobus yaitu, pengemudi1, kernet2 sebagai pembantu pengemudi, kondektur3, supervisor perusahaan otobus yang diterminal sering dipanggil sebagai “mandor”4, montir garasi5, pegawai UPTD Terminal Angkutan Orang6, dan sebagian petugas di lingkup Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Tengah dan Dinas Perhubungan Kota/Kabupaten yang dilintasi Jalan Trans-Nasional Solo – Semarang. b. Pendekatan dengan Petunjuk Umum Wawancara
1
Pengemudi : Seseorang yang mengemudikan mobil bus umum milik perusahaan otobus.
2
Kernet : Pembantu pengemudi yang bertugas untuk memberikan aba-aba dan pengarahan jalan kepada pengemudi mobil bus, membantu mencari penumpang di jalan yang dilalui (khusus pada bus dengan trayek tetap). 3
Kondektur : Seseorang yang bertugas untuk menarik tarif jasa angkutan kepada penumpang mobil bus umum (khusus pada bus trayek tetap). 4
Supervisor / mandor : Pengawas lapangan sebuah bus yang ditugaskan oleh perusahaan otobus untuk memeriksa dan mengawasi operasional bus pada jalur atau daerah yang dilalui oleh trayek bus. 5
Montir : Seseorang atau sekelompok orang yang bertugas menjadi mekanik armada mobil bus umum sebuah perusahaan otobus untuk memastikan kelaikan jalan dari armada mobil bus umum untuk beroperasional. 6
Pegawai UPTD Terminal : Seseorang yang bertugas di terminal penumpang dibawah naungan Dinas Perhubungan Kota/Kabupaten untuk mengatur, mengawasi dan mengarahkan penumpang bus umum dan semua kendaraan mobil bus umum yang beroperasi di dalam terminal.
54
Jenis wawancara ini menggunakan petunjuk yang secara umum mengharuskan pewawancara dalam hal ini peneliti untuk menentukan kerangka kegiatan wawancara secara garis besar dan tersusun sistematis. Petunjuk umum wawancara berisi mengenai garis besar proses dan isi agar mampu menjaga keutuhan akan informasi yang ingin dicapai tanpa terjadinya informasi yang bias. Petunjuk yang digunakan oleh peneliti adalah terjadinya akuisisi perusahaan otobus yang bangkrut karena kegagalan pengelolaan operasional oleh perusahaan otobus yang memiliki modal yang lebih besar. c. Wawancara Baku Terbuka Jenis wawancara ini adalah wawancara yang menggunakan sekumpulan pertanyaan yang baku, terstruktur dan urutan pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara selalu memliki kesamaan dalam kata-kata, cara penyajian meskipun dilakukan terhadap beberepa responden yang berbeda posisi dan kapasitas. Wawancara jenis ini menggunakan jenis pertanyaan yang baku, terbuka, namun dalam prosesnya tidak menuntut akan kalimat yang sama, melainkan disesuaikan dengan narasumber dan tergantung pada situasi kondisi pelaksanaan wawancara dan kecakapan dari pewawancara. Peneliti dalam hal ini sebagai pewawancara melakukan jenis wawancara ini terhadap produsen yaitu para perusahaan penyedia jasa transportasi dan orang-orang 55
yang terlibat di dalamnya seperti perusahaan otobus antar kota(Bus Antar Kota Dalam Provinsi / Bus Antar Kota Antar Provinsi) dan perusahaan otobus dalam kota/kabupaten (angkutan kota / angkutan pedesaan). Setelah itu peneliti juga melakukan wawancara kepada konsumen (penumpang) transportasi angkutan umum sepanjang Jalan Trans-Nasional Solo – Semarang. 2. Penentuan Informan Secara Purposive Metode pengumpulan data dengan penentuan informan secara purposive adalah pengumpulan data dengan mengkategorikan informan maupun individu yang tepat dengan mempertimbangkan faktor akan peranan, fungsi struktural pada individu yang memiliki kedudukan atau potensi akan perhatian publik terhadap penelitian ini seperti pengusaha penyedia jasa transportasi beserta karyawan yang terlibat di dalamnya, masyarakat pengguna jasa transportasi umum dan pihak penting lainnya di lokasi penelitian. Metode ini mampu berfungsi efektif ketika semua individu yang dipelajari mewakili masyarakat yang telah mengalami fenomena tersebut. 3. Data Sekunder Peneliti dalam melakukan pengumpulan data menggunakan data sekunder guna mengetahui faktor-faktor lain yang dianggap mampu memberikan alasan dan jawaban dari rumusan masalah penelitian. Data
sekunder
ditelusuri
dan
dianalisa
untuk
mengetahui
perbandingan di antaranya data Pertumbuhan Ekonomi yaitu PDRB 56
Provinsi Jawa Tengah, Jumlah Operasional Kendaraan Berdasarkan Jenisnya, Panjang Jalan menurut Kondisi, Panjang Jalan menurut Status Jalan, Angka Kecelakaan per Tahun. Data tersebut didapatkan peneliti dari BPS Provinsi Jawa Tengah, BPS Kota/Kabupaten yang dilintasi Jalan Trans-Nasional Solo – Semarang, Kepolisian Republik Indonesia, dan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Dinas Perhubungan Jawa Tengah.
57