46
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei analitik observasional dengan pendekatan cross sectional . B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Darussalam Blokagung Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi. Banyuwangi adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Dengan jumlah Pondok Pesantren sampai dengan tahun 2015 mencapai 147. Dengan data jumlah tertinggi siswa terletak di Pondok Pesantren (Pesantren) Darussalam Dusun Blokagung dengan 4,899 siswa. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai Agustus 2016. C. Populasi, Sampel dan Teknik Memilih Sampel a. Populasi Populasi sasaran adalah seluruh santri kelas 11 di Pondok Pesantren. Populasi terjangkau adalah santri kelas 11 di Pondok Pesantren Blok Agung Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi. b. Sampel Besar sampel dalam penelitian ini adalah 90 responden dibagi menjadi kasus yang secara klinis menderita skabies yaitu 30 responden dan yang
47
secara klinis tidak menderita skabies sebagai kelompok kontrol yaitu 60 responden di Pondok Pesantren Darussalam Blokagung Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi dengan perbandingan 1:2 yang memenuhi kriteria inklusi (Murti, 2013). Tabel 3.1 Populasi dan Ukuran Sampel Ukuran Sampel Populasi Skabies
Tidak skabies
30
60
1.241 Total
90
Tabel 3.1 diatas menunjukan bahwa jumlah populasi sebesar 452 siswi, sedangkan ukuran sampelnya sebesar 90 siswi. Kriteria Inklusi a. Kasus : Responden Kelas 11 yang terdiagnosis skabies dan tinggal di asrama Pondok Pesantren Blok Agung. b. Kontrol : Responden kelas 11 yang tinggal di Pondok Pesantren Blok Agung tanpa terdiagnosis skabies dan tinggal di Pondok Pesantren Blok Agung.
48
c. Teknik memilih sampel Teknik sampling yang di gunakan adalah simple random sampling yakni pengambilan sempel pada masing – masing item (elemen) dari keseluruhan populasi yang memiliki peluang sama dan independent untuk terpilih menjadi sampel (Murti, 2013). Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan nomor pada populasi yang ada kemudian diundi sejumlah sampel yang dibutuhkan sesuai kriteria inklusi. D. Kerangka Kerja Santri kelas 11
Kasus dan kontrol
Populasi
Ibu da Sampel Simple random sampling Pengumpulan data
Kuesioner, Rekam Medis (Medical Record) Analisis data Path Analisis Intepretasi Hasil Penelitian
Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penelitian
49
E. Variabel Penelitian 1. Variabel eksogen 1) Pengetahuan tentang skabies 2) Mitos skabies 3) Kondisi ekonomi (uang saku santri) 2. Variabel endogen 1) Perilaku kesehatan 2) Skabies X1 X2
X4
Y
X3
Gambar 3.2. Path analysis hubungan antar variabel Keterangan: X1
=
Mitos skabies
X2
=
Pengetahuan tentang skabies
X3
=
Kondisi ekonomi (uang saku santri)
X4
=
Perilaku kesehatan
Y
=
Kejadian skabies
ε
=
Kesalahan pengukuran
50
F. Definisi Operasional Variabel 1. Pengetahuan Definisi
: Suatu bentuk pengetahuan santri tentang penyakit skabies yang meliputi pengertian, cara penularan dan cara pencegahan penyakit skabies
Alat ukur
: Kuesioner
Skala ukur
: Kontinum diubah menjadi dikotomi (Benar = 1, Salah=0)
2. Mitos tentang penyakit skabies Definisi
: Suatu bentuk keyakinan atau kepercayaan para santri tentang penyakit scabies atau gudik yang di percaya memberikan
suatu
pertanda
bahwa
ilmu
yang
diembannya selama dipesantren sudah masuk atau terserap. Alat ukur
: Kuesioner
Skala ukur
: Kontinum diubah menjadi dikotomi (1 = Percaya mitos, 0 = Tidak percaya)
3. Kondisi ekonomi uang saku santri perbulan Definisi
: Jumlah uang saku yang diterima santri perbulan dari orang tua dalam bentuk uang rupiah
51
Alat ukur
: Kuesioner
Skala ukur
: Dikotomi (Uang saku atas> Rp 500.000 = 1, Uang saku bawah < Rp 500.000 = 0
4. Perilaku kesehatan Definisi
: Suatu bentuk perilaku hidup pada santri yang meliputi kebersihan handuk mandi, kebersihan pakaian dan kebersihan perlengkapan tidur
Alat ukur
: Kuesioner dan Pengamatan
Skala ukur : Kontinum diubah menjadi dikotomi (Buruk = 0, Baik= 1) 5. Kejadian skabies Definisi
: Santri yang dinyatakan menderita penyakit skabies oleh dokter klinik Asyifa Pondok Pesantren Blok Agung pada saat ini atau berdasarkan catatan
dalam buku rekam
medis (Medical Record). Sumber data : Rekam medis (Medical Record). Skala ukur : Dikotomi (0 = Skabies, 1 = Tidak skabies) G. Instrumen Instrumen Penelitian yang akan digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner
untuk mengukur mitos santri tentang
52
penyakit skabies, pengetahuan tentang penyakit skabies, keadaan sosial ekonomi yang merupakan jumlah uang saku yang yang diterima santri dari orang tua perbulan, perilaku kesehatan melalui alat kuesioner kepada responden dan alat ini ditunjukkan untuk memperoleh jawaban yang akurat dari responden (Fajar, 2009) serta menggunakan catatan rekam medis (Medical Record) dari klinik Asyfa Pondok Pesantren Blok Agung Tabel 3.2 Teknik dan Instrumen Pengukuran Variabel No
tentang
Metode
Instrumen
Sumber Data
Angket
Kuesioner
Siswi SMA
Angket
Kuesioner
Siswi SMA
2
Pengetahuan skabies Mitos skabies
3
Uang saku
Angket
Kuesioner
Siswi SMA
4
Perilaku kesehatan
Angket
Kuesioner
Siswi SMA
5
Skabies
1
1.
Variabel
Rekam medis
Klinik Asyfa
Uji Validitas Menurut Last (2001) yang dikutip oleh Murti (2011), bahwa validitas pengukuran adalah derajat kebenaran dari suatu kesimpulan yang ditarik dari sebuah penelitian, yang dipengaruhi dan dinilai berdasarkan metode penelitian yang digunakan keterwakilan dari sampel penelitian serta sifat populasi asal sampel. 1) Validitas isi Validitas isi dimana kuesioner dinilai dengan cara memeriksa tentang item-item pertanyaan di dalam kuesioner tersebut memang sudah
53
sesuai dengan isi (content) dari masing-masing variabel yang akan diteliti, khususnya variabel-variabel komposit seperti tingkat pengetahuan, mitos, jumlah uang saku, perilaku kesehatan dan sebagainya. Isi masing-masing variabel tersebut dinilai kesesuaiannya dengan definisi variabel sebagai hasil sintesis dari teori-teori yang sesuai, yang umumnya digunakan oleh peneliti lain dalam penelitian yang serupa sebelumnya dan penelitian para ahli di bidang penelitian tersebut. Berdasarkan dari teori yang ada, penggunaan definisi variabel menurut peneliti sebelumnya dan para ahli, selanjutnya isi dari masingmasing variabel dijabarkan dalam sejumlah kisi-kisi (Tabel 3.3, 3.4, 3.5). Kemudian dari kisi-kisi dibuat pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner. Menurut Streiner dan Norman (2000) yang dikutip oleh Murti (2011) bahwa aspek relevansi isi dan cakupan isi dari validitas isi berkaitan erat dengan aspek konsistensi internal dari reliabilitas alat ukur tersebut. Relevasi isi dari sebuah alat ukur dapat dinilai secara kuantitatif, dengan mengkorelasikan item-item pertanyaan dari sebuah alat ukur serta mengkorelasikan
masing-masig
item
dengan
seluruh
item.
Item
pentanyaan dengan koefisien korelasi item total kurang dari 0,20 hendaknya dibuang atau kalau perlu ditulis ulang. Sebuah kuesioner memiliki validitas isi yang tinggi jika semua item pertanyaan kuesioner relevan dan meliputi semua aspek isi variabel yang akan diukur.
54
Tabel 3.3 Instrumen Untuk Mengukur Variabel Pengetahuan Skabies No
Aspek/Elemen
1
Pengertian Penyakit Skabies
2
Cara penularan
3
Tanda dan gejala
4
Pencegahan
No item
Total item
1,2,3
3
4,6
2
5
1
7,8,9,10
4
Sub Total
10
Tabel 3.4 Instrumen Untuk Mengukur Variabel Perilaku kesehatan No
Aspek/Elemen
No item
Total item
1
Kebersihan handuk
1,2,3,4
4
2
Kebersihan pakaian
5,6,7,8
4
3
Perlengkapan tidur
9,10,11,12,13,14
6
4
Kontak dengan penderita
15,16,17,18,19,20,21,22,23
9 23
Sub Total
Tabel 3.5 Instrumen Untuk Mengukur Variabel Mitos V No
No item
Total item
1
Aspek/Elemen Tirakat atau kesaktian
1
1
2
Penyakit warisan
1,2
2
Sub Total
3
55
2) Validitas Muka Validitas muka merujuk pada derajat kesesuaian dari penampilan luar alat ukur dan variabel yang diukur. Penelitian ini menggunakan alat ukur kuesioner, yang disusun dengan memperhatikan tata bahasa yang baik, jelas dan tidak membingungkan serta tidak ambigu sehingga susunan pertanyaan masing-masing item dapat dipahami oleh subjek penelitian dengan benar. Penilaian validitas muka dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pada prinsipnya untuk memastikan validitas muka, peneliti mengkaji sejauh mana item-item pertanyaan dalam kuesioner telah disusun dengan kalimat yang baik, jelas, tidak terlalu panjang, dan setiap item pertanyaan hanya menanyakan sebuah pertanyaan. Sehingga masingmasing item pertanyaan tidak menimbulkan salah penafsiran, dan jawaban yang diperoleh adalah jawaban yang sebenarnya (Murti, 2011: 4-5). 3) Validitas Konstruk Validitas konstruk merupakan validitas yang merujuk kepada kesesuaian antara antara hasil pengukuran dari alat ukur yang digunakan dengan
konsep teori dari variabel-variabel yang diteliti. Validitas
konstruk dibagi menjadi dua, yaitu pertama, validitas konvergen yang merujuk kepada kesesuaian antara atribut hasil pengukuran alat ukur dengan
konsep teori yang menjelaskan variabel- variabelnya. Kedua,
variabel diskriminan dimana yang merujuk kepada ketidaksesuaian antara antribut dari variabel yang tidak diukur dengan alat ukur dengan teori dari variabel tersebut. Berdasarkan dari tinjauan sejumlah teori, penelitian ini
56
memastikan bahwa variabel-variabel yang diteliti diukur dengan benar sesuai dengan teori yang relevan (concurrent validity), dan tidak sesuai dengan teori-teori yang tidak relevan (discriminant validity) (Murti, 2011: 5-6). 4) Validitas Kriteria Menurut Murti (2011: 6-7) validitas kriteria merujuk kepada kesuaian antara hasil pengukuran dari sebuah alat ukur dengan alat ukur yang ideal terhadap variabel yang diteliti. Untuk menilai validitas kriteria dapat menggunakan sebuah alat ukur dengan membandingkannya secara kuantitatif dengan alat ukur standard emas. Dalam penelitian ini untuk variabel tidak ada
standard emasnya, maka dibuatkan singkat
pengetahuan, mitos dan perilaku kesehatan instrumen baru dengan cara menjadikan sintesis-sintesis dari kajian teori sebagai patokan dalam penuangan dalam pembuatan kuesioner. Sedangkan untuk variabel stres psikis, indeks massa tubuh dan aktivitas fisik/olahraga ada standard bakunya, jadi peneliti melakukan modifikasi dari standard baku yang sudah ada agar sesuai dengan variabel yang diteliti. Karena instrumen ini ada yang bersifat baku dan belum baku, maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas di populasi sumber dan berada di dalam sampel.
Uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan sebelum
pengambilan data dan menggunakan ukuran sampel sebanyak 30 siswa.
57
2. Uji Reliabilitas Pengukuran variabel yang konsisten harus menunjukkan 2 aspek reliabilitas: (1) Konsistensi internal; dan (2) Stabilitas. Aspek konsistensi internal merujuk kepada korelasi antar item-item pertanyaan yang masingmasing bertujuan untuk mengukur suatu variabel komposit yang sama. Semua item hendakanya dengan homogen mengukur berbagai aspek yang berbeda dari variabel yang sama, bukan mengukur berbagai aspek yang berbeda dari variabel yang sama. Menurut Streiner dan Norman (2000) yang dikutip oleh Murti (2011) alat ukur yang bertujuan untuk mengukur dan mendeskripsikan sebuah variabel komoposit hendaknya memenuhi syarat seperti ini: (1) masing-masing pertanyaan hendaknya berkolerasi satu sama lain, (2) masingmasing pertanyaan hendaknya berkolerasi dengan skor total pengukuran. Konsistensi internal yang akan diukur secara kuantitatif dalam penelitian ini dari masing-masing variabel komposit meliputi: (1) Korelasi item total (Item Total Correlation) dan (2) Reliabilitas belah paroh (Split Half Reliability). 1) Konsistensi Internal (1) Korelasi Item-Total Dalam penelitian ini akan dinilai korelasi item total (item total correlation), yaitu suatu indikator untuk menilai konsistensi internal alat ukur dengan menunjukkan kekuatan korelasi antara masing-masing item dan total pengukuran dikurangi dengan item yang
bersangkutan.
Karena
dikurangi
dengan
item
yang
bersangkutan, maka korelasi item-total disebut juga korelasi item-
58
sisa (item-rest correlation). Suatu item dapat digunakan dalam alat ukur jika memiliki korelasi item-total ≥ 0,20. Apabila item berkorelasi lebih rendah maka tidak akan digunakan, jika perlu diganti dengan membuat item baru. Sedangkan apabila item terlalu tinggi ( > 0,90) maka maka perlu diperhatikan ulang karena mungkin merupakan akibat dari redundansi (duplikasi) pengukuran, sehingga salah satu item perlu disingkirkan. (2) Reliabilitas Belah-Paroh Dalam penelitian ini akan dinilai reliabilitas belah-paroh (split-half
reliability)
yaitu
penilaian
konsistensi
internal
(homogenitas) alat ukur dengan cara membagi item-item secara random ke dalam dua bagian alat ukur, lalu mengorelasikan kedua bagian tersebut. Apabila alat ukur memiliki konsistensi internal, maka kedua bagian akan berkorelasi tinggi. Penunjukan item secara random bertujuan untuk kedua bagian alat ukur agar memiliki varians yang sama. Reliabilitas Belah-Paroh yang akan dinilai dalam penelitian ini adalah Alpha () Cronbach. Alat ukur menunjukkan konsistensi internal jika memiliki alpha Cronbach ≥ 0,60. Makin tinggi alpha Cronbach, makin baik (konsisten) alat ukur. Tetapi ada beberapa keadaan di mana alpha Cronbach tinggi tidak menunjukkan alat ukur yang baik. Pertama, nilai alpha Cronbach tergantung dari besarnya korelasi antar item dan jumlah item di dalam alat ukur. Jika jumlah item pertanyaan alat
59
ukur banyak, alpha Cronbach akan meningkat, meskipun tidak berarti alat ukur tersebut baik. Kedua, apabila dua buah alat ukur tersebut dengan konstruk yang berbeda digabungkan membentuk sebuah alat ukur, maka alpha Cronbach dapat menunjukan nilai tinggi, namun hal tersebut dapat menyesatkan. Ketiga, jika alpha Cronbach terlalu tinggi maka ada kemungkinan telah terjadi redundansi yaitu dimana sejumlah item menanyakan hal yang sama dari sebuah variabel dengan cara sedikit berbeda, sehingga dapat mempersempit cakupan alat ukur dan menurunkan validitas ukur. 2) Stabilitas Alat ukur yang reliabel menunjukkan konsistensi internal dan stabilitas pada saat digunakan untuk mengukur variabel subjek penelitian pada kondisi yang identik. Stabilitas (reprodusibilitas) merupakan alat ukur yang akan dinilai dalam penelitian ini adalah stabilitas pengukuran pada dua kesempatan yang dipisahkan oleh interval waktu yang berbeda (test-retest reliability). Jika variabel yang akan diukur dalam skala kontinu dan stabilitas pengukuran dikatakan cukup jika hasil pengukuran dari dua waktu menghasilkan korelasi Pearson (r) ≥ 0,50.
Terdapat sejumlah
ukuran reliabilitas yang dapat digunakan untuk mengukur derajat dari stabilitas alat ukur (Murti, 2011: 10-12). Dengan program statistik seperti SPSS dan Stata dapat dihitung korelasi item-total, alpha Cronbach, dan korelasi Pearson untuk test-retest reliability.
60
3. Hasil Ujicoba Instrumen Berikut ini akan disajikan hasil ujicoba instrument untuk menentukan validitas dan reliabilitasnya. Ujicoba instrumen terdiri dari 3 ujicoba yaitu pertama, ujicoba instrumen tingkat pengetahuan; kedua, ujticoba instrumen perilaku kesehatan; ketiga, instrumen mitos. Analisis terhadap data ujicoba instrumen menggunakan analisis Program SPSS Versi 16 dengan bantuan komputer. 1) Hasil Uji coba Instrumen untuk Mengukur Variabel Tingkat Pengetahuan Hasil ujicoba menunjukan bahwa dari keseluruhan 10 butir item, tidak ada butir item yang tidak valid. Instrumen setelah di ujicoba disajikan pada lampiran 15. Berdasarkan hasil analisis, instrumen Tingkat Pengetahuan dinyatakan reliabel hal ini ditunjukan dengan Cronbach's Alpha sebesar 0,840 Hasil analisis lengkap disajikan pada lampiran 18. Rekapitulasi butir kuesioner sebelum diujicoba dan setelah diujicoba disajikan oleh tabel 3.12 berikut ini. Tabel 3.3 Instrumen Untuk Mengukur Variabel Pengetahuan Skabies Sebelum Ujicoba No
Indikator
1
Pengertian Penyakit Skabies Cara penularan Tanda dan gejala
2 3
Setelah Uji Coba
Nomor Butir
Jumlah Butir
1,2,3
3
4,6
2
5
1
Indikator Pengertian Penyakit Skabies Cara penularan Tanda gejala
dan
Nomor Butir Yang Tidak Valid
Jumlah Butir
-
--
-
-
-
-
61
4
Pencegahan
7,8,9,10
Jumlah Butir
4
Pencegahan
10
Jumlah Butir
-
-
2) Hasil Ujicoba Instrumen untuk Mengukur Variabel Perilaku Kesehatan Hasil uji coba menunjukan bahwa dari keseluruhan 23 butir, tersebut dinyatakan valid. Instrumen setelah di ujicoba disajikan pada lampiran 17. Berdasarkan
hasil
analisis,
instrumen
perilaku
kesehatan
dinyatakan reliabel hal ini ditunjukan dengan Cronbach's Alpha sebesar 0,860 Hasil analisis lengkap disajikan pada lampiran 18. Rekapitulasi butir kuesioner sebelum diujicoba dan setelah diujicoba disajikan oleh tabel 3.12 berikut ini. Tabel 3.4 Rekapitulasi Butir Kuesioner perilaku kesehatan Sebelum dan Setelah Ujicoba Sebelum Ujicoba No 1 2
Setelah Uji Coba
Indikator
Nomor Butir
Jumlah Butir
Kebersihan handuk
1,2,3,4
4
5,6,7,8
4
9,10,11,12, 13,14 15,16,17,1 8,19,20,21, 22,23
6
Kebersihan pakaian 3 Perlengkapa n tidur 4 Kontak dengan penderita Jumlah Butir
9
23
Indikator Kebersihan handuk Kebersihan pakaian Perlengkapan tidur Kontak dengan penderita Jumlah Butir
Nomor Butir Yang Tidak Valid
Jumlah Butir
-
--
-
-
-
-
16
1
1
62
3) Hasil Ujicoba Instrumen untuk Mengukur Variabel Mitos Hasil uji coba menunjukan bahwa dari keseluruhan 3 butir, tersebut dinyatakan valid. Instrumen setelah di ujicoba disajikan pada lampiran 17. Berdasarkan hasil analisis, instrumen mitos dinyatakan reliabel hal ini ditunjukan dengan Cronbach's Alpha sebesar 0,625 Hasil analisis lengkap disajikan pada lampiran 18. Rekapitulasi butir kuesioner sebelum diujicoba dan setelah diujicoba disajikan oleh tabel 3.12 berikut ini. Tabel 3.5 Rekapitulasi Butir Kuesioner variabel mitos Sebelum dan Setelah Ujicoba Sebelum Ujicoba
Setelah Uji Coba
No
Indikator
Nomor Butir
1
Tirakat atau kesaktian
1
1
2,3
2
2
Penyakit warisan Jumlah Butir
Jumlah Butir
3
Indikator Kebersihan handuk Kebersihan pakaian Jumlah Butir
Nomor Butir Yang Tidak Valid
Jumlah Butir
-
--
-
-
H. Proses Pengumpulan Data Jenis data yang diperlukan adalah : 1. Data primer Pengumpulan data dilakukan secara langsung, yaitu data mengenai perilaku hidup bersih dan sehat yang diperoleh melalui alat bantu kuesioner.
-
63
2. Data sekunder Data sekunder yang didapatkan yaitu tentang kejadian penyakit skabies santri melalui data rekam medis dari klinik Asyfa pada tahun tahun 2014 – 2015. I. Etika Penelitian Dalam penelitian, penulis berusaha untuk memperhatikan etika yang harus dipatuhi dalam pelaksanaanya, mengingat bahwa penelitian kesehatan akan berhubungan dengan manusia. Masalah etika dalam kesehatan meliputi sebagai berikut: 1. Right to full disclosure (hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan) Peneliti akan memberikan penjelasan secara rinci tentang penelitian yang akan dilakukan serta akan bertanggung jawab kepada subyek penelitian jika ada sesuatu yang terjadi akibat penelitian yang dilakukan. 2. Informed consent (lembar persetujuan) Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan sebelum penelitian dilakukan. Tujuannya adalah agar responden mengerti maksud dan
tujuan
penelitian,
mengetahui
dampaknya.
Jika
responden
menyetujui maka harus menandatangani lembar persetujuan. Beberapa informasi yang harus ada dalam lembar persetujuan tersebut adalah
64
partisipasi responden, tujuan dilakukan tindakan, jenis data yang diperlukan, komitmen, prosedur pelaksanaan, kerahasiaan. 3. Anonimity (tanpa nama) Masalah etika memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang dilakukan. 4. Confidentiality (kerahasiaan) Masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah lainnya. Semua informasi yang telah di kumpulkan oleh peneliti dijamin kerahasiaannya, hanya data kelompok tertentu yang dilaporkan pada hasil riset J. Teknik Pengolahan Data Setelah data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang sebelumnya sudah diberi kode, maka perlu dilakukan pengolahan data. Dalam pengolahan data ada beberapa langkah yang dilakukan yaitu : 1. Editing (pemeriksaan data) Memeriksa Data yang dikumpulkan melalui kuesioner diperiksa kembali satu persatu dengan maksud untuk memastikan kuesioner telah diisi sesuai dengan petunjuk pengisian. Jika terdapat kuesioner yang
65
belum diisi atau pengisian belum sesuai dengan petunjuk dan tidak relevan pertanyaan dengan jawaban maka jawaban kuesioner diperbaiki lagi dengan cara mencari responden semula (Alimul, 2007). 2. Coding (pemberian kode) Pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan diberi kode untuk mempermudah pada saat tabulasi dan analisa data. Tanda-tanda kode disesuaikan dengan pengertian yang dibuat peneliti (Alimul, 2007). 3. Tabulating (tabulasi data) Yaitu kegiatan untuk meringkas data yang telah diberikan kode dipindahkan ke dalam tabel-tabel yang telah dipersiapkan dengan menggunakan program yang ada di komputer (Alimul, 2007). K. Analisis Data Untuk menguji menggunakan
kebenaran model pengukuran, penelitian ini
analisis faktor konfirmatori, sedangkan untuk menguji
kebenaran model struktural, penelitian ini menggunakan analisis jalur. Model pengukuran menggambarkan variabel laten yang ditunjukkan oleh variabel teramati, sedangkan model struktural menggambarkan hubungan antara variabel laten ( Noor, 2014). Proses penelitian ini menggunakan metode analisis jalur model trimming, dimana model ini digunakan untuk memperbaiki model struktur analisis jalur dengan menggunakan variabel eksogen yang koefisian jalurnya
66
tidak signifikan. Sedangkan menurut Jonathan (2007) prinsip dasar yang sebaiknya dipenuhi dalam analisis jalur yaitu adanya linearitas dan aditivitas. Hanya sistem kausa ke satu arah, data berskala interval, apabila belum dalam skala interval maka diubah dahulu menggunakan metode suksesive interval (MSI). Terdapat ukuran sampel yang sesuai diatas 100. Variabel diukur tanpa kesalahan sehingga instrumen penelitian harus valid dan reliabel. Model yang dianalisis dispesifikasikan dengan benar berdasarkan teori-teori dan konsepkonsep yang relevan. Data yang digunakan harus terdistribusi
normal
multivariat serta terjadi multi kolinieritas antara variabel eksogen. Langkah pertama yang dilakukan yaitu menyusun kuesioner berskala likert, selanjutnya kuesioner tersebut di uji coba kepada 30 responden dan dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Karena dalam analisis jalur diperlukan data interval maka dilakukan transformasi dari data yang berskala likert menjadi data interval menggunakan metode MSI. Metode sucessive interval (MSI) adalah metode untuk meningkatkan skala data penelitian yang mempunyai skala data ordinal, menjadi skala interval sehingga analisis regresi dapat dilakukan. Analisis regresi hanya dapat dilakukan jika skala data yang mempunyai skala interval dan rasio. Sedangkan jika data yang ada berskala ordinal atau nominal maka analisis regresi tidak dapat dilakukan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam metode sucessive interval adalah sebagai berikut:
67
1. Memperhatikan nilai jawaban dari setiap pernyataan dalam kuesioner. 2. Untuk setiap jawaban pertanyaan dilakukan penghitungan frekuensi responden yang menjawab dengan skor 1,2,3,4, dan 5 (f). Menentukan berapa responden yang memperoleh skor yang sudah ditentukan (frekuensi). 3. Setiap frekuensi pada responden yang disesuaikan dengan respon yang dijawab dibagi dengan banyak respon total dan hasilnya = (p). 4. Menentukan proporsi kumulatif = (pk) (proporsi kumulatif mendekati distribusi normal baku) 5. Dengan menggunakan tabel normal (tabel Z), menghitung Z untuk setiap proporsi kumulatif. 6. Menentukan densitas normal (fd) yang sesuai dengan nilai Z yang diperoleh 7. Menentukan interval (scale value) untuk setiap skor jawaban dengan rumus sebagai berikut : Density at Lower Limit - Density at Lower Upper Limit Scale Value: Area Below Upper Limit - Area Below Lower Limit
68
8. Menyesuaikan nilai skala ordinal ke interval, yaitu skala value (SV) yang nilainya terkecil (harga negatif yang terbesar) diubah menjadi = jawaban responden yang terkecil melalui transformasi skala value : SV= MinZ│+ MInZ + 1│ 9. Menyiapkan data variabel bebas dan variabel terikat dari semua sampel penelitian untuk pengujian hipotesis. Kemudian data tersebut diuji kenormalanya dan uji multikolinieritas antar variabel eksogen. Langkah selanjutnya adalah merumuskan hipotesis, menggambarkan jalur lengkap, merumuskan persamaan struktural. Dari variabel yang telah dirumuskan berdasarkan perhitungan regresi maka akan diperoleh koefisien jalur. Koefisien jalur tersebut diuji secara simultan dan parsial yang masing-masing menggunakan uji F
dan uji t
serta antara
variabel eksogen dilakukan analisis koreksi PPM. Dari Model hasil analisis sebelumnya maka diuji kesesuaian model dengan uji kesesuaian koefisien Q. Apabila Q < 1, maka koefisien Q perlu di uji dengan statistik Chi Kuadrat. Langkah terakhir dilakukan intrepretasi hasil dan kesimpulan. G. Analisis Jalur Analisis jalur digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh suatu variabel lainya baik pengaruh secara langsung maupun tidak langsung. Besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat disebut koefisien jalur. Sedangkan koefisien jalur sendiri tidak memiliki satuan jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar koefisien jalur maka akan semakin besar
69
pula pengaruh yang diberikan dari variabel itu. Syarat-syarat yang diperlukan adalah hubungan antara variabel merupakan hubungan linier, semua variabel residu tidak mempunyai korelasi satu sama lain, pola hubungan antar variabel adalah rekursif, skala pengukuran baik variabel bebas maupun variabel terikat sekurang-kurangnya adalah interval. Menurut Murti (2015) langkah-langkah dalam melakukan analisis data dengan menggunakan analisis jalur, yaitu sebagai berikut: 1. Spesifikasi model Didalam spesifikasi model digambarkan hubungan antara variabelvariabel yang akan diteliti. Variabel yang diteliti dibedakan menurut variabel endogen dan eksogen. Variabel endogen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain, dalam penelitian ini terdiri dari 3 variabel endogen (perilaku hidup bersih dan sehat, kontak dengan penderia, Kejadian Skabies). Variabel eksogen adalah variabel yang didalam model tidak dipengaruhi variabel lain, dalam penelitian ini variabel eksogenya yaitu mitos kesehatan, pengetahuan kebersihan kesehatan, keadaan sosial ekonomi Dalam penelitian ini terdapat enam variabel yang terukur (observed variable) yaitu perilaku hidup bersih dan sehat, kontak dengan penderia, kejadian skabies, mitos kesehatan, pengetahuan kebersihan kesehatan, keadaan sosial ekonomi
70
Model analisis jalur tersebut dispesifikasikan sesuai dengan teori Woo dan Mc Eneaney, 2010; Price dan Wilson, 2006; Perry dan Potter, 2006; Varney, 2006; Mandhubala dan Jyoti, 2012; Kordi et al, 2003, termasuk hubungan antara variabel yang mempengaruhi maupun variabel yang dipengaruhi, serta variabel yang berkorelasi atau berkovariasi. 2. Identifikasi model Disini dilakukan identifikasi jumlah variabel yang terukur, jumlah variabel endogen, variabel eksogen, dan parameter yang akan diestimasi. Pada tahap ini dihitung degree of freedom (df) yang menunjukan analisis jalur bisa dilakukan. Rumus degree of freedom sebagai berikut : df = ( jumlah variabel terukur x ( jumlah variabel terukur + 1) / 2 – ( variabel endogen + variabel eksogen + jumlah parameter) Analisis jalur bisa dilakukan apabila df ≥ 0, jika df = 0 maka model analisis jalur disebut identified. Sedangkan apabila df > 0 maka model analisis jalur disebut over identified dan jika df < 0 maka dikatakan model analisis jalur tersebut under identified. 3. Kesesuaian model Model analisis jalur yang dibuat oleh peneliti berdasarkan teori dicek/ dites kesesuaianya dengan model hubungan variabel yang terbaik menurut komputer (SPSS Versi 18) disebut model saturasi, yang dibuat berdasarkan data sampel yang dikumpulkan peneliti. Jika tidak ada perbedaan yang secara statistik signifikan antara kedua model tersebut
71
maka model yang dibuat oleh peneliti merupakan model yang sesuai dengan data yang mencerminkan realitas hubungan antara variabel. Indikator yang menunjukan kesesuaian model analisis jalur yang dibuat peneliti dan model saturasi sebagai berikut: 1) Chi kuadrat (CMIN) bernilai kecil, dengan p ≥ 0,05 2) GFI, NFI, CFI masing-masing bernilai ≥ 0,90 3) RMSEA bernilai ≤ 0,05
4. Estimasi parameter Hubungan sebab akibat variabel ditunjukan oleh koefisien regresi (b), baik yang belum terstandarisasi (unstandardized) maupun yang sudah distandarisasi (standardized). Koefisien regresi yang belum terstandarisasi menunjukan hubungan variabel independen dan dependen dalam unit pengukuran yang asli. Koefisien regresi dengan standarisasi telah memperhitungkan standard error masing-masing sehingga besarnya estimasi koefisien regresi antara satu variabel independen dengan variabel yang lain bisa dibandingkan kepentingan relatifnya. 5. Respesifikasi model Jika model yang dibuat peneliti tidak sesuai dengan data sampel sebagai mana ditunjukan oleh model saturasi dan juga terdapat koefisien regresi yang bernilai sangat kecil mendekati nol serta secara statistik tidak signifikan, maka perlu dibuat ulang model analisis jalur sehingga diperoleh model yang sesuai dengan data sampel.