BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Kerlinger (Takona, 2002: 47) mengartikan eksperimen sebagai “A scientific investigation in which an investigator manipulates and controls one or more independent variables and observes the dependent variable or variables for variation concomitant to the manipulation of the independent variables.” Pada penelitian eksperimen, terdapat dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kontrol. Kelompok eksprimen adalah
kelompok
yang
mendapatkan perlakuan sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak menerima perlakuan. Kelompok eksperimen dalam penelitian ini adalah kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Brain Based Learning dan kelompok kontrolnya adalah kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran secara konvensional.
B. Desain Penelitian Desain eksperimen yang digunakan pre-test post-test control group design dengan pola: Pre-Test Experimental group
:A
O
Post-Test X
O
28
Control group
:A
O
O
(Ruseffendi, 2001: 45)
Keterangan: A = sampel O = pre-test = post-test X = Pengajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Brain Based Learning. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pre-test untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pre-test yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan.
C. Populasi dan Sampel Penelitian Menurut Hasan (2003: 12) Populasi adalah keseluruhan nilai yang mungkin, hasil pengukuran ataupun perhitungan, kualitatif maupun kuantitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. Dengan kata lain, populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan diteliti. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Purwakarta. Menurut Hasan (2003: 12) Sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang di anggap dapat mewakili populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dipilih secara acak. Kelas yang dijadikan sebagai kelas eksperimen adalah kelas VII G sedangkan kelas kontrol adalah kelas VII H. 29
D. Variabel Penelitian Penelitian eksperimen ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Menurut Sukmadinata (2008), variabel bebas adalah variabel yang memberi pengaruh, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang diukur sebagai akibat dari variabel yang memberi pengaruh. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan metakognisi siswa, dan variabel bebasnya adalah penggunaan pendekatan Brain Based Learning dalam pembelajaran matematika.
E. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan metakognisi yang terdiri dari pre-test dan post-test, angket, lembar observasi, lembar target dan refleksi, jurnal harian. 1.
Tes Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan metakognisi siswa meliputi pre-test dan post-test. Pre-test diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol di awal penelitian untuk mengetahui kemampuan awal metakognisi siswa. Sedangkan post-test diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol di akhir penelitian untuk mengetahui kemampuan siswa dari kedua kelas dalam kemampuan metakognisi. Bentuk pre-test dan post-test adalah tes uraian. Ruseffendi (2006: 104) menyatakan bahwa dengan tipe tes uraian akan terlihat hanya siswa yang telah menguasai materi secara betul-betullah yang dapat memberikan
30
jawaban baik dan benar. Sedangkan menurut Suherman (2003) penyajian soal tipe uraian mempunyai beberapa kelebihan diantaranya dapat mengevaluasi proses berpikir, ketelitian, dan sistematika penyusunan karena siswa dituntut untuk menjawabnya secara rinci. 2.
Angket Angket adalah sekumpulan pernyataan atau pertanyaan yang harus dilengkapi oleh responden dengan memilih jawaban atau menjawab pertanyaan melalui jawaban yang sudah disediakan atau melengkapi kalimat dengan jalan mengisi (Ruseffendi, 2001: 107). Angket digunakan untuk mengumpulkan data mengenai respons siswa terhadap mata pelajaran matematika dan kemampuan metakognisi siswa tersebut. Untuk melihat bagaimana respons siswa dan pihak sekolah terhadap kemampuan metakognisi setiap siswa. Sehingga angket hanya diberikan pada akhir seluruh kegiatan pembelajaran
3.
Lembar Observasi Kegiatan observasi dilakukan untuk mengamati perilaku siswa pada kelas eksperimen. Observasi dilaksanakan setiap pertemuan, aspek-aspek yang diamati pada kegiatan observasi meliputi pembelajaran emosional, pembelajaran sosial, pembelajaran kognitif, pembelajaran fisik dan pembelajaran reflektif. Sama halnya dengan angket dan wawancara, instrumen ini digunakan untuk memperkuat data hasil penelitian.
31
4.
Lembar target dan refleksi Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran matematika. Pada lembar target dan refleksi siswa mencatat apa saja yang telah dicapai dan tidak dicapai selama pembelajaran berlangsung.
5.
Jurnal harian Jurnal harian digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai respons siswa terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan, jurnal diberikan kepada siswa setiap akhir pembelajaran yang berisi pertanyaan mengenai apa yang mereka peroleh setelah pembelajaran. Tes yang diberikan kepada kelas eksperimen, baik pre-test maupun posttest. Tes kemampuan metakognisi dibuat oleh penulis dengan bimbingan dan arahan dari dosen pembimbing. Tes diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui validitas tes, validitas tiap butir soal, reliabilitas tes, daya pembeda tiap butir soal, serta indeks kesukaran tiap butir soal. a.
Validitas Tes Suatu teknik evaluasi dikatakan mempunyai validitas yang tinggi
(disebut valid) jika teknik evaluasi atau tes itu dapat mengukur apa yang sebenarnya akan diukur. Cronbach (Purwanto, 2008: 138): “How well a test or evaluative technique does the job that it is employed to do”. Validitas bukanlah suatu ciri atau sifat yang mutlak dari suatu teknik evaluasi; ia merupakan suatu ciri yang relatif terhadap tujuan yang hendak dicapai oleh pembuat tes. Agar dapat mengevaluasi dengan tepat
32
sesuatu yang dievaluasi, maka soal tes kemampuan metakognisi tersebut sebelumnya diuji cobakan. Uji coba soal tes tersebut dilakukan di kelas yang berbeda. Validitas yang dihitung dalam penelitian ini terdiri dari validitas keseluruhan tes dan validitas tiap butir soal. Cara menentukan tingkat validitas, baik validitas tes secara keseluruhan maupun validitas tiap butir soal adalah dengan cara menghitung koefisien korelasi yang dihitung dengan menggunakan rumus product moment sebagai berikut
(∑ X )(∑ Y ) − (∑ X ) N ∑ Y − (∑ Y )
N ∑i =1 X i Yi − N
rxy =
N N X 2 ∑i =1 i
2
N
i =1
N
i =1
i
N i =1 i
i
N
i =1 i
2
N
2
i =1 i
(Agisti, 2009: 33)
Keterangan (validitas keseluruhan tes): rxy : koefisien korelasi antara X dan Y N : banyak siswa peserta tes Xi : skor siswa ke-i untuk keseluruhan tes Yi : nilai harian ke-i Keterangan (validitas per butir soal): rxy : koefisien korelasi antara X dan Y N : banyak siswa peserta tes Xi : skor yang diperoleh siswa ke-i per butir soal Yi : skor siswa ke-i untuk keseluruhan tes
33
Kemudian,
koefisien
korelasi
yang
telah
diperoleh
diinterpretasikan menurut klasifikasi berikut. Tabel 3.1 Klasifikasi Koefisien Korelasi Menurut Guilford (Suherman, 2003: 112) Koefisien Korelasi
Interpretasi
0,90 ≤ rxy ≤ 1,00
Validitas Sangat Tinggi
0,70 ≤ rxy < 0,90
Validitas tinggi
0,40 ≤ rxy < 0,70
Validitas sedang
0,20 ≤ rxy < 0,40
Validitas rendah
0,00 ≤ rxy < 0,20
Validitas sangat rendah
rxy < 0,00
Tidak valid
Setelah dilakukan uji coba instrumen, diperoleh bahwa validitas keseluruhan tes adalah tinggi dengan koefisien korelasi sebesar 0,85. Sedangkan validitas per butir soal disajikan dalam Tabel 3.2. Tabel 3.2 Validitas Per Butir Soal Tes Metakognisi No. Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Koefisien Korelasi (rxy) 0,84 0,83 0,81 0,74 0,79 0,77 0,79 0,82 0,69 0,83
Interpretasi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi
Perhitungan validitas keseluruhan tes dan validitas per butir soal selengkapnya dapat dilihat di Lampiran C.1.
34
b. Reliabilitas Tes Reliabilitas adalah ketetapan atau ketelitian suatu alat evaluasi. Suatu tes alat evaluasi dikatakan andal jika ia dapat dipercaya, konsisten, atau stabil dan produktif. Jadi, yang dipentingkan di sini ialah ketelitiannya: sejauh mana tes atau alat tersebut dapat dipercaya kebenarannya. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas suatu instrumen, digunakan rumus Alpha sebagai berikut. n 2 n ∑i =1 si r11 = 1 2 st n − 1
n∑i =1 xi − n
s2 =
2
(∑ x )
n(n − 1)
2
n
i =1
i
(Suherman, 2003: 154)
Keterangan: r11 : koefisien reliabilitas n : banyak butir soal si2 : varians skor setiap butir soal st2 : varians skor total s2 : varians x : data skor Kemudian, koefisien reliabilitas yang telah diperoleh diinterpretasikan menurut klasifikasi pada Tabel 3.3 berikut ini.
35
Tabel 3.3 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Menurut Guilford (Suherman, 2003:139) Koefisien Reliabilitas 0,90 ≤ rxy ≤ 1,00 0,70 ≤ rxy < 0,90 0,40 ≤ rxy < 0,70 0,20 ≤ rxy < 0,40 r11 < 0,20
Interpretasi Derajat reliabilitas sangat tinggi Derajat reliabilitas tinggi Derajat reliabilitas sedang Derajat reliabilitas rendah Derajat reliabilitas sangat rendah
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan (dapat dilihat di Lampiran C.2), diperoleh bahwa reliabilitas tes kemampuan metakognisi adalah sebesar 0,91 yang berarti derajat reliabilitasnya sangat tinggi. c. Daya Pembeda Daya pembeda setiap butir soal adalah kemampuan
butir soal
tersebut untuk membedakan siswa yang kemampuannya tinggi dengan siswa yang kemampuannya rendah. Untuk mengetahui daya pembeda setiap butir soal, digunakan rumus berikut. DP =
XA−XB SMI (Agisti, 2009: 36)
Keterangan: DP
: daya pembeda
XA
: rata-rata skor kelompok atas
XB
: rata-rata kelompok bawah
SMI
: Jumlah keseluruhan dari skor maksimum ideal
36
Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda Suherman (2003: 161) Daya Pembeda 0,70 < DP ≤ 1,00 0,40 < DP ≤ 0,70 0,20 < DP ≤ 0,40 0,00 < DP ≤ 0,20 DP ≤ 0,00
Interpretasi Sangat baik Baik Cukup Jelek Sangat jelek
Berdasarkan perhitungan daya pembeda tiap butir soal yang telah dilakukan (selengkapnya dapat dilihat di Lampiran C.3), diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 3.5 Daya Pembeda Per Butir Soal Tes Metakognisi No. Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Daya Pembeda 0,49 0,41 0,56 0,53 0,58 0,37 0,46 0,32 0,32 0,46
Interpretasi Baik Baik Baik Baik Baik Cukup Baik Cukup Cukup Baik
d. Indeks Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Jika soal yang diberikan terlalu sukar siswa menjadi putus asa dan dapat mengakibatkan menurunnya motivasi siswa terhadap kemampuan yang mereka miliki, sedangkan jika soal yang diberikan terlalu mudah tidak akan merangsang siswa untuk berpikir tingkat tinggi sehingga kurang
37
merangsang untuk meningkatkan motivasi belajarnya. Derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut Indeks kesukaran (Difficulty Index). Untuk mengetahui indeks kesukaran setiap butir soal digunakan rumus berikut. IK =
X SMI (Agisti, 2009: 38)
Keterangan: IK
: Indeks kesukaran
X
: rata-rata skor
SMI
: skor maksimum ideal Tabel 3.6 Klasifikasi Indeks Kesukaran Menurut Guilford (Suherman, 2003: 170) Indeks Kesukaran IK = 0,00 0,00 < IK ≤ 0,30 0,30 < IK ≤ 0,70 0,70 < IK ≤ 1,00 IK = 1,00
Interpretasi Soal terlalu sukar Soal sukar Soal sedang Soal mudah Soal terlalu mudah
Indeks kesukaran soal per butir soal tes kemampuan metakognisi hasil uji coba disajikan dalam Tabel 3.7. Perhitungan mengenai indeks kesukaran per butir soal selengkapnya dapat dilihat di Lampiran C.4.
38
Tabel 3.7 Indeks Kesukaran Per Butir Soal Tes Kemampuan Metakognisi No. Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Indeks Kesukaran 0,46 0,39 0,55 0,51 0,52 0,71 0,64 0,36 0,76 0,61
Interpretasi Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang Mudah Sedang
F. Prosedur Penelitian Langkah-langkah yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tahapan Persiapan a. Melakukan seminar proposal penelitian. b. Membuat surat izin penelitian. c. Menghubungi guru matematika di tempat penelitian untuk menetapkan pokok bahasan yang akan digunakan dalam penelitian. d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. e. Membuat instrumen penelitian. f. Melakukan uji coba tes.
39
2. Tahap Pelaksanaan a. Menentukan sampel penelitian. b. Memberikan pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. c. Melaksanakan pembelajaran. Di kelas eksperimen, dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Brain Based Learning, sedangkan di kelas kontrol menggunakan pembelajaran secara konvensional. d. Memberikan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 3. Analisis Data a. Mengolah data hasil penelitian. b. Menganalisis data hasil penelitian. c. Menyimpulkan hasil penelitian.
G. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari tes, yaitu pre-test dan post-test yang berupa soal uraian. Data-data yang diperoleh diolah sebagai berikut : 1. Analisis data hasil tes awal (Pre-test) Data berupa nilai pre-test siswa kelas kontrol maupun kelas eksperimen dianalisis menggunakan bantuan software SPSS versi 16.0 for windows dengan langkah-langkah sebagai berikut. a. Menghitung statistika deskriptif nilai pre-test kedua kelas.
40
b. Uji normalitas data hasil pre-test kedua kelas dengan uji ShaphiroWilk. c. Melakukan uji U Mann-Whitney. 2. Analisis data peningkatan kemampuan metakognisi Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan peningkatan kemampuan metakognisi siswa dilakukan langkah-langkah sebagai berikut. a. Menghitung nilai indeks gain kedua kelas. b. Uji normalitas data indeks gain kedua kelas dengan uji ShaphiroWilk. c. Melakukan uji U Mann-Whitney.
41