BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan Kelas atau (Classroom Action Research) adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Suharsimi Arikunto,2010:8). Sedangkan menurut Pardjono dkk (2007:12), peneltian tindakan kelas merupakan salah satu jenis penelitian tindakan yang dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dikelasnya. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar didalam kelas secara bersama untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran. Peneliti memilih metode penelitian tindakan kelas karena mempertimbangkan : a.
Masalah yang dihadapi adalah masalah yang timbul dalam proses pembelajaran
b.
Tidak mengganggu jalannya pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang diajarkan
48
c.
Ingin melihat perkembangan siswa sampai adanya peningkatan kemampuan membuat pola dasar yang digunakan sebagai subjek peneliti.
Ciri khas lainnya dari penelitian tindakan kelas, yaitu: a. PTK merupakan kegiatan penelitian yang tidak saja berupaya untuk memecahkan masalah,tetapi sekaligus mencari dukungan ilmiahnya. b. Hal yang dipermasalahkan bukan dari hasil kajian teoritis atau dari hasil penelitian terdahulu, tetapi berasal dari adanya perasalahan yang nyata dan aktual yang terjadi dalam pembelajaran di kelas. c. PTK hendaknya dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata,jelas, dan tajam mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas. d. Adanya kolaborasi (kerja sama) antara praktisi (guru, kepala sekolah, siswa dan lain-lain) dan penelitian dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan,pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan persamaan tindakan (action). (Suharsimi Arikunto,2010:65) Sedangkan tujuan penelitian tindakan kelas (PTK), antara lain: a. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah. b. Membentu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan di luar kelas. c. Meningkatkan sikap profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan. d. Menumbuh kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable). (Suharsimi Arikunto,2010:61) Pemilihan metode ini berdasarkan atas asumsi untuk untuk memperbaiki proses kegiatan belajar belajar di sekolah. Selain itu juga penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan sebagai strategu pemecahan masalah dengan manfaat tindakan nyata, kemudian melakukan refleksi terhadap hasil tindakan. Khusus untuk penelitian tindakan kelas (classroom action research) akhir-akhir ini mendapat prioritas dikalangan dunia pendidikan karena kelas merupakan unit terkecil dalam sistem pembelajaran, sehingga semua guru perlu mendalami dan berperilaku kritis terhadap apa yang sebenarnya dilakukan oleh siswa maupun guru dan apa
49
yang sebenarnya terjadi. Dengan demikian guru akan dapat menentukan sendiri
bagaimana
strategi
mengubah
dan
meningkatkan
proses
pembelajaran di kelasnya secara konsektual. 2. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian model Kemmis dan Mc Taggart. Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda, menurut Suharsimi Arikunto (2010:131) secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang disajikan dalam bagan 2 berikut ini :
Bagan 2. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc. Taggart ( suharsimi, 2010:132). Menurut
Kemmis
dan
Mc.
Taggart
dalam
suharsimi
(2010:138-
140).Penelitian ini direncanakan dalam 3 tahap yaitu 1 tahap pra siklus dan dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahapan-tahapan sebagai berikut :
50
a. Penyusunan Rencana (Planning) Rencana PTK disusun berdasarkan pada hasil pengamatan awal sehingga
mampu
mengungkap
faktor
pendukung
dan
penghambat
pelaksanaan tindakan. Dalam tahap perencanaan kegiatan yang dilakukan adalah :1) mengidentifikasi masalah; 2) mencari penyebab masalah; 3) memilih masalah yang ada, dan 4) merancang tindakan yang akan dilakukan. Rencana PTK hendaknya cukup fleksibel untuk dapat diadaptasi dengan pengaruh dan kendala yang belum atau tidak dapat diduga. b. Tindakan (Acting) Pada tahap tindakan dilaksanakan tindakan sebagaimana yang telah direncanakan. Tindakan ini dilaksanakan berdasarkan pada perencanaan yang telah dibuat. Perencanaan yang dibuat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan dalam pelaksanaannya. Jadi, tindakan bersifat dinamis dan fleksibel yang memerlukan pertimbangan yang matang untuk menghasilkan perbaikan. c. Observasi Observasi atau pengamatan adalah proses untuk mengamati pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh guru dan interaksi dengan siswa. Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait. Observasi dilakukan sedini mungkin bersamaan dengan implementasi tindakan. Hal ini untuk mengetahui: 1) apakah tindakan yang dilakukan sudah sesuai dengan rencana yang telah disepakati dan 2) apakah telah terjadi perubahan, perkembangan atau peningkatan dalam pembelajaran sesuai dengan yang diinginkan. Observasi dilakukan terhadap tindakan yang sedang dilaksanakan dengan tujuan untuk mencatat pengaruhnya terhadap
51
perilaku siswa. Proses tindakan, pengaruh tindakan yang sengaja atau tidak sengaja, perubahan perilaku dan situasi tempat tindakan dilakukan serta kendala tindakan dalam konteks terkait seluruhnya dicatat dalam kegiatan observasi yang terencana secara fleksibel dan terbuka. d. Refleksi Refleksi adalah mengingat dan merenungkan suatu tindakan yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi merupakan kegiatan analisis, interpretasi, dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari observasi atas pelaksanaan tindakan. Kegiatan dalam tahap refleksi yaitu:
1) Merenungkan kembali mengenai kelebihan dan kekurangan dari tindakan yang telah dilakukan
2) Menjawab tentang penyebab situasi dan kondisi yang terjadi selama pelaksanaan tindakan
3) Memperkirakan solusi atas keluhan yang muncul 4) Mengidentifikasi kendala atau ancaman yang mungkin dihadapi 5) Memperkirakan akibat dan implikasi atas tindakan yang direncanakan Berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan, dalam tahap refleksi terdapat tahap evaluasi dan revisi. 1) Tahap Evaluasi Kegiatan evaluasi merupakan proses yang sangat penting dan bermanfaat untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang dilaksanakan. Apabila tujuan belum sesuai dengan kriteria keberhasilan, maka perlu dilakukan perubahan untuk menysusun program baru sesuai dengan hambatan-hambatan yang ada dilapangan yang dapat dilaksanakan pada
52
silkus berikutnya. Kriteria evaluasi bersifat absolute sebagai acuan dalam mempertimbangkan dan memberikan makna terhadap pencapaian setelah proses tindakan, yaitu bahwa hasil tindakan diukur dari pengamatan dan dibandingkan dengan standar minimal yang ditentukan. Apabila setelah dilaksanakan tindakan terjadi perubahan perilaku belajar lebih baik dari sebelumnya, maka tindakan tersebut dinyatakan berhasil tetapi apabila perilaku belajar lebih buruk, maka tindakan dinyatakan belum berhasil. Sehubungan dengan itu, maka perlu langkah revisi untuk memperbaiki atau menyusun rencana program baru, yang akan dilaksanakan pada program siklus II. 2) Tahap Revisi Pada tahap revisi, peneliti dan guru mendiskusikan hasil pengamatan yang dilakukan berdasarkan hasil evaluasi. Selanjutnya diperoleh temuan tingkat keefektifan disain pembelajaran (dengan menggunakan cooperative learning tipe jigsaw dan permasalahan yang muncul di lapangan. Temuan ini dapat dipakai sebagai dasar melakukan perancangan ulang untuk penyempurnaan serta merevisi rancangan yang akan dilakukan pada tindakan selanjutnya.
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMK Pelita Buana , yang beralamatkan di Garon, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta. Sekolah ini dipilih sebagai objek penelitian karena salah satu SMK yang menyelenggarakan pembelajaran ketrampilan Busana Butik dan penelitian dasar pola dengan
53
teknik konstruksi. Penelitian ini berbantuan dengan media pembelajaran yang belum pernah dilakukan di sekolah tersebut. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 5 Maret sampai dengan 19 Maret 2014 pada semester genap.
C. Subyek Penelitian Subyek yang diambil adalah populasi pada kelas X di SMK Pelita Buana. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:61). Sedangkan menurut Saifudin Azwar (2012:77) populasi adalah sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto (2010:173) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang ada dalam wilayah penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X SMK Pelita Buana dengan jumlah 16 siswa. Dalam penetapan populasi dilakukan dengan asumsi bahwa kelas X busana perlu mendapat perlakuan ini, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian populasi adalah keseluruhan yang akan diselidiki dalam suatu tempat.
D. Jenis Tindakan Penelitian ini mengambil jenis tindakan kolaboratif. Kolaboratif adalah dimana anggota kelompok peneliti atau orang lain yang mampu secara kritis memberikan masukan selama peneliti melakukan tindakan dan pada tahap
54
analisis serta refleksi (Pardjono dkk,2007:10). Jadi, kolaboratif artinya peneliti berkolaborasi
atau
berkerjasama
dengan
guru
dalam
pembelajaran
pembuatan dasar pola, tergabung dalam satu tim untuk melakukan penelitian dengan tujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam praktik pembelajaran. Sehingga dalam penelitian ini peneliti bekerjasama dengan guru mata diklat Pola Dasar kelas X di SMK Pelita Buana. Prosedur dalam tindakan penelitian kolaboratif ini sebagai berikut
:
1. Peneliti bersama guru kelas saling tukar pendapat untuk menentukan persiapan diadakannya pembelajaran (action) di kelas dengan maksud agar tidak mengganggu jadwal pembelajaran sesuai dengan program sekolah. 2. Peneliti melakukan observasi pra siklus untuk mengetahui kelemahan dari pembelajaran yang guru sampaikan sebelum dilakukan tindakan siklus I. 3. Peneliti dan guru kelas secara bersama-sama membuat persiapan pembelajaran (skenario) yang meliputi : persiapan bahan ajar, pembuatan satuan pelajaran, dan persiapan pembuatan media yang digunakan, serta penyusunan tes. 4. Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti bersama guru kelas berdiskusi menentukan hal-hal (indikator) yang akan diobservasi pada saat kegiatan pembelajaran. 5. Pelaksanaan tindakan pertama, guru kelas mengajar sebagaimana adanya sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah ditentukan. 6. Diskusi untuk membicarakan hasil temuan/refleksi dan menentukan rencana tindakan selanjutnya yaitu tindakan kedua. Dan begitu terus pelaksanaan selanjutnya.
55
E. Teknik dan Instrumen penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data Menurut Nana Syaodah (2012:151) teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas hanya satu, tetapi menggunakan multi teknik atau multi instrumen. Menurut Wolcott (Nana Syaodah,2012:151) ada tiga kelompok teknik pengumpulan data, yang disebutnya sebagai strategi pekerjaan lapangan primer. Dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data antara lain a. Observasi Menurut Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2009:70) observasi atau pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki. Menurut Sutrisno Hadi (2000:136) observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Menurut Suharsimi Arikunto (2010:199) observasi merupakan pengamatan yang meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan cara mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dilakukan untuk mengamati dan mencatat aktivitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar dengan pendekatan
kooperatif
Student
Teams
Achievement
Division
(STAD).Observasi dilakukan juga untuk mengetahui tindakan guru selama proses
pembelajaran
dasar
pola.
56
Menurut
Patton
dalam
Nasution
sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyono (2006:228) bahwa manfaat observasi antara lain
:
1) Dengan observasi dilapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh. 2) Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. 3) Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu. 4) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkap atau yang bersifat sensitif karena dapat merugikan nama lembaga. 5) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif. 6) Melalui pengamatan dilapangan, dapat memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti. b. Metode wawancara Menurut Sutrisno Hadi (2000:193) wawancara merupakan metode pengumpulan data denga cara tanya-jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan. Sedangkan menurut Sugiyono (2012:137) wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya (2010:198)
sedikit/kecil.
wawancara
pewawancara
untuk
Sedangkan
adalah
sebuah
memperoleh
menurut dialog
informasi
dari
Suharsimi yang
Arikunto
dilakukan
oleh
terwawancara
yang
digunakan untuk menilai keadaan seseorang,misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu.
57
Menurut Lincoln and Guba dalam Sanapiah Faisal yang dikemukakan oleh Sugiyono(2006:235) ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data antara lain
:
1) Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan. 2) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi 3) 4) 5) 6) 7)
bahan
pembicaraan. Mengawali atau membuka alur wawancara. Melangsungkan alur wawancara. Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh. Wawancara dilakukan terhadap siswa dengan cara bertanya secara
langsung kepada siswa bagaimana pendapat mereka tentang penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dalam pembelajaran dasar pola. c. Metode dokumentasi Menurut Suharsimi Arikunto(2010:202) dokumentasi berasal dari kata dukumen, yang artinya barang-barang tetulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan-peraturan,
notulen
rapat,
catatan
harian,
dan
sebagainya. Dokumentasi digunakan untuk menyelidiki benda-benda tertulis seperti
buku,
majalah,
dokumen,
catatan
harian
dan
sebagainya.
Dokumentasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mencari data-data atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Dokumen yang digunakan dalam penelitian
ini
adalam
dokumen-dokumen
yang
mendukung
dalam
pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar seperti, foto-foto hasil pembuatan tugas dasar pola dan nilai praktik pertama dan kedua. Dokumentasi dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat hasil belajar siswa melelui nilai praktek yang dinilai oleh guru berdasarkan unjuk kerja pembuatan dasar pola.
58
d. Angket Kata angket berasal dari bahasa latin, inquerere atau inquiro yang artinya bertanya, mencari, memeriksa, meneliti, mengusut atau mencari bukti. Sementara itu kata kuisioner dari berasal dari kata latin, question yang artinya suatu angket atau kuisioner adalah instrumen penelitian yang berisi serangkaian pertanyaan yang akan dijawab oleh responden mengenai kehidupan, kenyataan atau sikap mereka. Angket yang telah dipersiapkan dibagikan kepada semua siswa, kemudian diisi oleh siswa. Angket / kuisioner adalah merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data yang digunakan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono,2006:142). Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2010:194) angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia diketahui. Menurut Uma Sekaran yang dikemukakan oleh Sugiyono (2006:142-144) ada beberapa prinsip dalam penulisan angket sebagai teknik pengumpulan data antara lain
:
1) Isi dan tujuan pertanyaan harus berskala pengukurannya dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti. 2) Bahasa yang digunakan dalam penulisan kuesioner(angket) harus disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden. 3) Tipe pertanyaan dalam angket terstruktur atau tidak terstruktur, dan bentuknya dapat menggunakan kalimat positif atau negatif. 4) Pertanyaan tidak mendua atau tidak menggunakan kata “dan” karena dapat menyulitkan responden untuk memberikan jawaban. 5) Tidak menanyakan hal yang sekiranya responden sudah lupa, atau pertanyaan yang memerlukan jawaban dengan berfikir berat. 6) Pertanyaan dalam angket sebaiknya juga tidak menggiring ke jawaban yang baik saja atau ke yang jelek saja. 7) Pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang. 8) Urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum menuju ke hal yang spesifik.
59
9) Angket yang diberikan kepada responden adalah merupakan instrumen penelitian, yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. 10) penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi respon atau keseriusan responden dalam mengisi angket. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2010:268) pengambilan data dengan angket harus melalui prosedur sebagai berikut : 1) Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner. 2) Mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner. 3) Menjabarkan setiap variabel menjai sub-variabel yang lebih spesifik dan tunggal. 4) menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk menentukan teknik analisisnya. Dari kedua pendapat tersebut, untuk menyaring data dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode angket, metode angket digunakan untuk mengetehui pendapat siswa tentang pelaksanaan pembelajaran pola dasar di SMK Pelita Buana e.
Tes Tes adalah serentetan pernyataan atau latihan serta alat lain yang
digunakan
untuk
mengukur
ketrampilan
pengetahuan
intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2010:193). Tes yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar siswa, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seorang setelah mempelajari sesuatu. 2. Instrumen Penelitian a. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian mempunyai kegunaan untuk memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada langkah pengumpulan informasi di lapangan. Instrumen adalah alat/fasilitas yang digunakan untuk peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
60
hasilnya lebih baik yaitu lebih cermat, lengkap dan sistimatis sehingga lebih mudah diolah (Sukardi, 2003:75). Menurut Suharsimi Arikunto (2010:203) Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah. Menurut Medi Yanto (2013:60) instrumen penelitian merupakan alat pengumpulan data berupa tes hasil belajar, angket, pedoman wawancara, catatan lapangan, alat perekam elektronik suara, dan gambar. Menurut Suharsimi Arikunto (2010:209) prosedur yang ditempuh dalam pengadaan instrumen yang baik adalah
:
a. Perencanaan,meliputi perumusan tujuan, menentukan variabel, kategorisasi variabel. b. Penulisan butir soal atau item kuisioner, menyusun skala, penyusunan pedoman wawancara. c. Penyuntingan,yaitu melengkapi instrumen dengan pedoman mengerjakan, surat pengantar, kunci jawaban dan lain-lain yang perlu. d. Uji coba baik dalam skala kecil maupun besar. e. Penganalisaan butir, analisis item, melihat pola jawaban peninjau, saransaran dan sebagainya. f. Mengadakan revisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik, dengan mendasarkan diri pada data yang diperoleh sewaktu uji coba. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah penelitian, instrumen dibuat sebagai alat/fasilitas untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Selain itu instrumen juga dapat mempermudah dalam mengumpulkan data agar hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen penelitian mempunyai kegunaan untuk memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada langkah pengumpulan informasi di lapangan. Pada penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, data yang dikumpulkan selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan
61
statistik diskriptif. Pada umumnya terdapat dua macam instrumen, yaitu instrumen yang bentuknya tes untuk mengukur prestasi belajar dan instrumen nontest untuk mengukur sikap. Instrumen yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini lembar penilaian unjuk kerja, lembar observasi, dan angket. Penyusunan instrumen penelitian ini adalah menjabarkan ubahan obyek penelitian berlandaskan kajian teori kemudian menjadi indikator. Indikator ini menjadi tolak ukur dari butir-butir instrumen dalam mengukur responden. Agar lebih terarah diperlukan kisi-kisi, sebagai berikut : b. Tes/ lembar penilaian unjuk kerja Tes adalah serentetan pertanyaan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu. Tes dalam hal ini peneliti juga menjadikan sebagai instrumen penelitian. Instrumen penelitian diambil dari kajian teori Muhibbin Syah (2007:151) dengan beberapa ranah yang dipakai untuk mengukur hasil belajar siswa antara lain, ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Dari kajian tersebut kemudian peneliti mengkaji secara dalam dengan membuat kisi-kisi instrumen tes digunakan pada tes terhadap hasil belajar pola dasar, yang berbentuk tes essay dan lembar unjuk kerja. Jumlah soal tes sebanyak 10 butir. Berikut ini merupakan kisi-kisi instrumen tes :
62
Tabel 6. Kisi-Kisi Instrumen Tes Aspek Afektif
Indikator
Sub indikator
Penilaian 1) sikap dan 2) karakter, 3) 4) 5)
Kognitif
Pengetahu an tentang pola dasar rok
1) 2)
3)
4)
5)
1)
Persia pan
2)
Proses
Psikom otor
3)
Hasil
Siswa dapat menggunakan alat dengan benar. Siswa dapat menggunakan bahan dengan benar. Siswa dapat membuat macam macam-pola rok. Siswa mampu menggunakan waktu sesuai ketentuan. Siswa teliti dalam mengerjakan tugas. Menjelaskan pengertian rok. Menjelaskan pengertian rok dengan siluet lurus dan perbedaan rok lipit hadap dengan rok lipit sungkup. Menjelaskan langkah mengukur badan yang di perlukan dalam pembuatan pola dasar rok. Menjelaskan rumus mencari garis lingkar panggul pada pola rok bagian belakang. Menjelaskan mengapa dalam pembuatan pola dasar rumus rok bagian muka selalu ditambah 1 cm.
Kelengkapan alat dan bahan : Alat : a) Pensil 2B b) Pensil merah biru c) Penghapus d) Penggaris pola e) Skala Bahan : a) Buku pola b) Kertas merah biru Mengukur: a) lingkar pinggang b) lingkar panggul c) tinggi panggul d) panjang rok Menggambar garis lengkung: a) lingkar pinggang b) garis panggul Garis lurus : a) Garis TM dan TB b) Garis sisi a) Kesesuaian pola dengan desain b) Ketepatan ukuran c) Ketepatan tanda pola d) Kelengkapan tanda pola e) Keluwesan garis gambar pola f) Kerapian hasil jadi pola g) Kebersihan hasil jadi pola
63
Alat ukur Kegiatan unjuk kerja
Sumber data Guru dan Siswa
Post test
Siswa
Post test
Siswa
Tabel 7. Kisi-Kisi Instrumen Ranah Afektif Indikator 1)
Penilaian 2) sikap dan karakter, 3) 4) 5)
Sub Indikator Siswa dapat menggunakan alat dengan tepat. Siswa dapat menggunakan bahan dengan benar. Siswa dapat membuat macam macam-pola rok. Siswa mampu menggunakan waktu sesuai ketentuan. Siswa teliti dalam mengerjakan tugas.
Bobot 5
Bentuk Soal
5 5 Sikap siswa dalam mengerjakan tugas
5 5
TOTAL
25
Tabel 8. Kisi-Kisi Instrumen Soal Post Test (Kognitif ) Indikator
Sub Indikator
No Soal 1
Jumlah Soal 1
2) Menjelaskan pengertian rok Menjelas dengan siluet lurus dan kan perbedaan rok lipit hadap pengetah dengan rok lipit sungkup. uan dalam 3) Menjelaskan langkah pembuat mengukur badan yang di an dasar perlukan dalam pembuatan rok pola dasar rok.
2
1
3
1
4) Menjelaskan mengapa dalam pembuatan pola dasar rumus rok bagian muka selalu ditambah 1 cm.
4
1
5) Menjelaskan rumus mencari garis lingkar panggul pada pola rok bagian belakang.
5
1
1) Menjelaskan pengertian rok.
Jumlah Soal
64
Bentuk Soal
Essay
5
Tabel 9. Kisi-Kisi Instrumen Soal Unjuk Kerja (Psikomotor) Indikator
Sub Indikator 1) Mengukur badan teman sekelompok siswa untuk membuat pola dasar rok
Menjelaskan 2) Membuat pola dasar rok pembuatan dengan ukuran yang dasar rok telah ditentukan dan langkah-langkah yang telah ditentukan.
No Soal 1,2
1,2
Jumlah Soal 2
2
Bentuk Soal
Essay atau unjuk kerja
4
Jumlah Soal
c. Lembar observasi Lembar observasi dilakukan sebagai pedoman untuk melakukan pengamatan yang ditujukan untuk mendapatkan data yang diinginkan oleh peneliti. Lembar observasi untuk aktivitas belajar siswa berisi aspek-aspek aktivitas belajar siswa yang disusun peneliti pada tahap perencanaan penelitian dalam proses belajar mengajar dengan pendekatan metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Berbasis Media Powerpoint. Aspek-aspek untuk aktivitas belajar siswa yang tercantum dalam lembar observasi adalah aspek afektif dalam aktivitas belajar siswa dan guru. Observasi dilakukan juga untuk mengetahui tindakan guru selama proses pembelajaran dasar pola. Dalam kegiatan ini peneliti melakukan pengamatan mencatat hal-hal yang diperlukan selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Berikut kisi-kisi observasi dalam kegiatan pembelajaran pola dasar di kelas disajikan dalam tabel 10.
65
Tabel 10. Kisi-Kisi Instrumen Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis Media powerpoint. Aspek yang Indikator Sub Indikator di Ambil pelaksanaan Pendahuluan 1) Menyiapkan media dan materi pembelajaran pembelajaran yang akan menggunakan disampaikan. model 2) Menyiapkan lembar penilaian pembelajaran untuk siswa kooperatif tipe Pembukaan 3) Guru mengucap salam dan STAD memeriksa kehadiran siswa. berbasis 4) Siswa siap mengikuti media pembelajaran membuat pola powerpoint dasar. 5) Guru menciptakan suasana kelas yang religius dengan menunjuk ketua kelas memimpin berdoa untuk memulai pembelajaran. 6) Guru memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin. 7) Guru memeriksa kebersihan dan kerapian kelas sebagai wujud kepedulian lingkungan. 8) Guru memotivasi siswa agar siap dan serius dalam mengikuti pembelajaran.(fase I) 9) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.(fase I) 10) Siswa memperhatikan saat guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Inti 11) Guru membagikan jobsheet.(fase II) 12) Siswa dikelompokkan menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 4 siswa berdasarkan tingkat kemampuan berfikir.(fase III)
66
Jumlah Item 2
8
12
Aspek yang di Ambil pelaksanaan pembelajara n menggunaka n model pembelajara n kooperatif tipe STAD berbasis media powerpoint
Indikator Inti
Penutup
Sub Indikator 13) Siswa diminta memperhatikan dan mengikuti pembuatan pola dasar rok dengan animasi animation of shapes power point pembuatan pola dasar rok yang ditampilkan oleh guru di depan kelas untuk menumbuhkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi dalam pembelajaran.(fase II) 14) Siswa diharapkan gemar bertanya jawab dengan guru selama guru menjelaskan materi pembelajaran untuk menumbuhkan rasa gemar membaca. 15) Setelah selesai siswa mengerjakan tugas individu pembuatan pola dasar siswa membentuk kelompok, siswa berkerjasama dengan kelompoknya untuk mengukur badan temannya satu sama lain untuk pembuatan pola dasar rok. 16) Siswa mengerjakan secara kelompok dengan ukuran teman masing-masing. 17) Guru memantau dan mengamati kerja siswa selama pembelajaran yang menjadi tolak ukur penerimaan materi yang ditelaah siswa.(fase IV) 18) Siswa dengan bimbingan guru mengumpulkan hasil kerja siswa. 19) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dimengerti.(fase IV) 20) Guru melengkapi jawaban siswa yang menjawab pertanyaan dari siswa yang bertanya.(fase V) 21) Siswa dengan bimbingan guru mempresentasikan salah satu hasil pembuatan pola dasar yang mereka buat di depan kelas.(fase IV) 22) Guru memberikan latihan soal essay terkait pembelajaran pola dasar yang telah diberikan sebagai nilai kognitif siswa.(fase V) 23) Guru menampilkan hasil sementara nilai kelompok yang sudah dikumpulkan pada pertemuan hari ini sebagai penghargaan hasil belajar.(fase V) 24) Guru memberikan tugas kepada masingmasing kelompok untuk membenahi hasil tugas hari ini yang masih kurang baik sebagai evaluasi. .(fase V) 25) Guru memberikan dorongan dan motivasi kepada siswa dalam mengerjakan tugas baik secara individu maupun kelompok dengan sebuah penghargaan.(fase VI)
67
Jumlah Item 12
3
d. Pedoman Wawancara Wawancara dilakukan terhadap siswa dengan cara bertanya secara langsung kepada siswa bagaimana pendapat mereka tentang penerapan metode pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) Berbasis Media Powerpoint dalam pembelajaran dasar pola, dan disusun untuk menanyakan dan mengetahui hal-hal yang kurang jelas selama proses penelitian. Berikut kisi-kisi yang digunakan sebagai pedoman wawancara. Tabel 11. Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Aspek Pendapat guru dan siswa tentang metode pembelajar an Student Teams Achieveme nt Division (STAD) berbasis media proyeksi animation of shapes
Indikator 1) Aspek materi
e) Aspek model pembelajar an
f)
Aspek media pembelajar an
Sub indikator a) Kesesuaian dengan materi b) Memperjelas materi c) Pembelajaran lebih menarik d) Mengandung wawasan produktivitas a) Memudahkan siswa dalam belajar b) Menumbuhkan keaktifan siswa c) Meningkatkan hasil belajar siswa d) Pembelajaran efektif e) Pengerjaan tugas secara efisien a) Memperjelaskan penyajian materi b) Meningkatkan aktivitas dalam belajar c) Memudahkan siswa dalam belajar d) Memberikan pengalaman kepada siswa
68
Alat ukur Wawancara terstruktur
Sumber data Guru
e. Angket Angket ini digunakan untuk mengetahui pendapat siswa tentang penerapan metode cooperative learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Berbasis Media Powerpoint dalam pembelajaran pemeliharaan dasar pola. Instrumen peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dasar pola dengan metode pembelajaran tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Berbasis Media Powerpoint dengan tipe pilihan yang berisi pertanyaan yang dilengkapi dengan jawaban berskala likert. Setiap butir pertanyaan dilengkapi dengan alternatif jawaban yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (RR), dan Tidak Setuju (TS). Tabel 12. Kisi-Kisi Instrumen Pendapat Siswa Aspek
Indikator
Pendapat 1) Aspek siswa tentang materi penerapan metode pembelajaran Student Teams Achievement 2) Aspek Division metode (STAD) pembelajar berbasis an media powerpoint
3) Aspek media
Sub Indikator
No Item
a) Kesesuaian dengan materi b) Memperjelas materi c) Pembelajaran lebih menarik d) Membantu pengembangan wawasan a) Memudahkan siswa dalam belajar b) Menumbuhkan keaktifan siswa c) Meningkatkan hasil belajar siswa d) Pembelajaran efektif e) Pengerjaan tugas secara efisien f) Meningkatkan kerjasama a) Memperjelas penyajian materi b) Menumbuhkan aktivitas c) belajar d) Memudahkan siswa dalam belajar e) Memberikan pengalaman kepada siswa
1
69
Sumber Data
2,3 4 5 6,7 8,9 Siswa 10,11 12,13 14 15 16,17 18 19 20
Tabel 13. Penskoran Butir Angket Pendapat Siswa Alternatif Jawaban Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju
f.
Skor 4 3 2 1 (Sugiyono,2006:93)
Dokumentasi Studi dokumen dilakukan dengan cara mengambil foto siswa pada
saat proses pembelajaran berlangsung dan mengumpulkan hasil tes yang telah diberikan. g. Catatan lapangan Catatan lapangan adalah sumber informasi yang sangat penting dalam penelitian tindakan kelas yang dibuat oleh peneliti atau mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi Rochiati Wiriatmadja (2006:125). .Sedangkan menurut Lexi J. Moeleong (2008:209), catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan dalam rangka pengumpulkan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian. Catatan lapangan digunakan untuk mencatat atau merekam kejadian dan peristiwa selama proses belajar mengajar di dalam kelas, di luar dari kriteria pengamatan yang telah dibuat dalam lembar observasi. Kegiatan pencatatan lapangan dilakukan oleh peneliti selaku pengamat pada proses pembelajaran. 3. Validitas dan Reabilitas Instrumen Ada dua hal yang penting dalam uji coba instrumen, yaitu validitas dan reabilitas. Suatu instrumen dinyatakan valid apabila sesuai untuk mengukur apa yang hendak di ukur dan hasilnya akan sesuai dengan
70
keadaan sebenarnya. Sedangkan instrumen dinyatakan reliabel apabila instrumen tersebut jika digunakan pada tempat dan waktu yang lain hasilnya tetap sama. Dalam uji coba instrumen yang dilakukan adalah mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen. Dalam penelitian ini untuk uji coba instrumen menggunakan responden sebanyak 16 siswa. a. Validitas Instrumen Validitas adalah alat ukur yang menunjukan tingkatan-tingkatan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 2010:211). Menurut Saifudin Azwar (2012:8) validitas mempunyai arti sejauh mana akurasi suatu tes atau skala dalam menjalankan fungsi pengukurannya. Suatu instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya instrumen menujukan sejauh mana data yang tidak menyimpang dari variabel yang dimaksud. Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah validitas konsrtuksi (construct validity). Menurut Sugiyono (2006:125-129) ada beberapa cara untuk menguji validitas instrumen antara lain
:
1) Pengujian validitas konstruksi (construct validity) Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment experts), jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang. Mungkin para ahli akan memberi keputusan: instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirombak total. 2) Pengujian validitas isi (content validity) Untuk instrumen berbentuk tes, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang seharusnya. Artinya, tes tersebut mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak di ukur. 3) Pengujian validitas eksternal Pengujuan dengan cara membandingkan untuk mencari kesamaan antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta- fakta empiris yang terjadi di lapangan. Bila telah terdapat kesamaan antara kreteria dalam
71
instrumen dengan fakta di lapangan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut mempunyai validitas eksternal yang tinggi. Suatu instumen yang valid memiliki validitas tinggi sebaliknya instrumen yang kurang valid memiliki validitas yang rendah. Dalam penelitian ini pengujian validitas instrumen menggunakan validitas konstrak (construct validity). Untuk menguji validitas konstrak, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment experts), jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang. Mungkin para ahli akan memberi keputusan: instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirombak total. Kriteria pemilihan judgement expert dalam penelitian ini adalah seorang yang ahli dalam bidangnya. Validasi instrumen yang dilakukan untuk mengungkap aspek kognitif dapat dilihat dari beberapa indikator seperti kesesuaian dengan materi, keterbacaan dan ketepatan pembobotan nilai. Instrumen penelitian yang dibuat awalnya masih terdapat kekurangan, kemudian telah diperbaiki sesuai saran dari judgement expert. Dari hasil judgement expert menyatakan bahwa model dan media pembelajaran sudah layak digunakan dalam penelitian. Instrumen yang digunakan terdiri dari lembar penilaian unjuk kerja, tes uraian, lembar penilaian sikap dan wawancara atau angket dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam penelitian. Kriteria pemilihan judgement expert dalam penelitian ini adalah seorang yang ahli dalam bidangnya. Para ahli dari dosen Teknik Busana dalam bidang pola dan media pembelajaran serta guru mata diklat di SMK Pelita Buana Sewon. Setelah pengujian dari ahli selesai maka diteruskan pengujian instrumen. Instrumen yang telah disetujui para ahli kemudian diujicobakan pada sampel dari mana populasi itu diambil. Jumlah anggota yang digunakan adalah 16 orang. Instrument yang telah disusun dalam
72
penelitian ini selanjutnya dikonsultasikan kepada ahli dalam hal ini adalah dosen. Setelah itu, dilakukan uji keterbacaan terhadap 8 orang. Tujuan uji keterbacaan ini adalah untuk mengetahui keterbacaan materi dapat dipahami dan dimengerti oleh responden dalam mengisi angket instrumen. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas dilakukan dengan
penghitungan
computer
SPSS
for
windows,
yaitu
dengan
mengkorelasikan antar skor item instrumen. Validitas item ditunjukkan dengan adanya korelasi atau dukungan terhadap item total(skor total). Dari perhitungan korelasi akan didapat suatu koefisien korelasi yang digunakan untuk mengukur tingkat validitas suatu item dan menentukan apakah suatu item layak digunakan atau tidak. Menurut Jiko Sulistyo(2010:40) dalam menentukan layak atau tidaknya suatu item yang digunakan, biasanya digunakan uji signifikasi koefisien korelasi pada taraf signifikasi 5%, artinya suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total. Pada program SPSS teknik pengujian yang digunakan pada penelitian ini untuk uji validitas adalah menggunakan korelasi produk momen person. Berikut rumus product moment rumus tiga menurut Suharsimi Arikunto(2010:317) : {
}{
Keterangan : r
y
= koefisien korelasi X dan Y
N
= jumlah responden
X
= skor tiap butir soal
Y
= skor total
X = jumlah skor tiap butir soal
73
}
X² = jumlah X kuadrat Y = jumlah skor total Y² = jumlah Y kuadrat b. Reliabilitas Instrumen Menurut
Saifudin
Azwar
(2012:7)
reliabilitas
merupakan
penerjemahan dari kata reliability. Suatu pengukuran yang mampu menghasikan data yang memiliki tingkat reliabilitas tinggi disebut pengukuran yang reliabel (reliable). Reliabilitas berkenaan dengan tingkatan keajegan atau ketepatan hasil pengukuran. Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak dikur. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang. Pada penelitian ini uji reliabilitas menggunakan metode Cronbach’s Alpha dengan kasus jumlah item tidak dapat dibagi menjadi dua atau menjadi tiga sama panjang, seperti bilamana skala berisi sebanyak 19 item, atau 24 item, atau 41 item atau semacamnya. Menurut Syaifuddin Azwar (2012:70) bila item tidak dapat dibagi sama banyak maka koefisien alpha dapat langsung diproses dengan SPSS dari data distribusi skor itrm tanpa membelah atau membagi item menjadi kelompok-kelompok. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut
:
1) Setelah data file diaktifkan, mengeklik menu Analyze,kemudian memilih Scale, dan mengeklik submenu Reliability Analysis.
2) Pada kotak dialog Reliability Analysis yang muncul, kemudian memindahkan semua item dari kotak kiri ke kotak kanan sebelah kanan, kemudian mengeklik tombol Statistics. 3) Setelah kotak dialog Statistics terbuka, kemudian menandai atau mengeklik kotak F-test, kemudian mengeklik tombol Continue.
74
4) Setelah kembali ke kotak dialog Reliability Analysis, kemudian mengeklik tombol Ok. Maka muncul hasil analisis berupa koefisien Alpha Corbach. Tabel 14. Inteprestasi Besarnya Koefisien Realibilitas Antara 0,800 sampai dengan 1,000
Sangat Kuat
Antara 0,600 sampai dengan 0,799
Kuat
Antara 0,400 sampai dengan 0,599
Sedang
Antara 0,200 sampai dengan 0,399
Rendah
Antara 0,00 sampai dengan 0,199
Sangat rendah (Sugiyono,2006:184)
Reliabilitas ditunjukkan oleh konsistensi skor yang diperoleh subyek dengan memakai alat yang sama. Menurut Saifuddin Azwar (2012:13) hal tersebut dinyatakan dalam koefisien reliabilitas
1,0 berarti adanya
konsistensi yang sempurna pada hasil ukur yang bersangkutan. Sebaliknya reliabilitas rendah ditunjukkan dengan koefisien reliabilitas yang mendekati angka 0.
F. Teknik Analisis Data
1. Pengertian Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara peneliti merefleksikan
hasil
observasi
terhadap
proses
pembelajaran
yang
dilaksanakan oleh guru dan siswa didalam kelas. Data yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas ada dua macam yaitu
:
a. Data kuantitatif Analisa data secara kuantitatif berupa analisis statistik deskriptif. Analisis
deskriptif
adalah
bagian
statistik
yang
mempelajari
cara
pengumpulan dan penyajian data sehingga mudah dipahami. Dengan demikian analisis data deskriptif ini hanya berhubungan dengan hal yang
75
menguraikan atau memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu data atau keadaan atau fenomena. Analisis datanya berupa susunan angka-angka yang memberikan gambaran tentang data yang disajikan dalam bentuk tabel atau diagram. b. Data kualitatif Teknik analisa data kualitatif mengacu pada model analisis yang dilakukan dalam tiga komponen yang berurutan. Teknik analisis kualitatif mengacu pada metode analisis yang dilakukan dalam tiga komponen yang berurutan yaitu
:
1) Reduksi data Proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan, dan mengabstraksikan data mentah menjadi informasi.
2) Paparan data Data–data hasil reduksi kemudian dipaparkan dalam
bentuk
paragraf–paragraf yang saling berhubungan (narasi) yang diperjelas melalui matriks, grafik dan diagram. Pemaparan data berfungsi untuk membantu merencanakan tindakan selajutnya.
3) Verifikasi atau pengambilan keputusan Verifikasi adalah menghubungkan hasil analisa data-data secara integral kemudian mencocokkan dengan tujuan yang ditetapkan. Kesimpulan diambil
dengan
mempertimbangakan
perbedaan
atau
persamaaan,
penjelasan, dan gambar data seluruhnya.
2. Analisis Data Hasil Belajar Siswa Data dalam penelitian tindakan kelas ini berupa data kuantitatif yaitu tentang data hasil belajar siswa yang disajikan dalam bentuk skor nilai atau
76
angka, maka menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Sugiyono (2011:29) mengemukakan bahwa analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat
kesimpulan
yang
berlaku
untuk
umum
atau
generalisasi. Menurut Sri Wening (1996:74) pengolahan data kompetensi dilakukan dengan membuat suatu distribusi nilai dan selanjutnya dicari besarnya indeks tendensi sentral suatu distribusi. Indek tendensi sentral yang banyak digunakan adalah mean, median, modus dan simpangan baku (standard deviation). Berdasarkan pada bentuk distribusi nilai maka dapat dibuat suatu interpretasi tentang pencapaian kompetensi siswa. Untuk menghitung nilai rata-rata (mean) dari seluruh siswa, dapat digunakan rumus sebagai berikut
:
Keterangan
:
Me
: mean ( rata – rata )
∑
: Epsilon ( baca jumlah ) : Nilai X ke 1 sampai ke N
N
: Jumlah individu Untuk menghitung harga modus pada nilai hasil belajar adalah
dengan mencari frekuensi yang terbesar yang terdapat dalam tabel distribusi atau sering disebut nilai yang sedang populer atau yang sering muncul. Sedangkan untuk mencari nilai median berdasarkan nilai tengah dari kelompok data yang telah disusun urutannya dari terkecil sampai terbesar atau sebaliknya dari terbesar sampai terkecil. Agar lebih memudahkan untuk
77
memahami data hasil belajar siswa berdasarkan kriteria ketuntasan minimal disajikan berdasarkan dua kategori yaitu tuntas dan belum tuntas. Berikut kriteria ketuntasan yang sudah ditentukan. Tabel 15. Kriteria Ketuntasan Minimal Nilai < 75 >75
Kategori Belum Tuntas Tuntas
Keterangan :
a. Jika nilai yang diperoleh siswa kurang dari 75 maka siswa dikatakan belum tuntas.
b. Jika nilai yang diperoleh siswa lebih dari atau sama dengan 75 maka siswa dikatakan tuntas.
3. Analisis Data Angket Pendapat Siswa Menurut Saifudin Azwar (2012:109) Instrumen angket pada penelitian ini untuk mengetahui kecenderungan atau pendapat siswa tentang pelaksanaan
pembelajaran
pola
dasar
dengan menerapkan
metode
pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis media proyeksi animation of shapes. Menurut Sugiyono (2006:94-95) analisis data dari instrumen angket tersebut kemudian diklasifikasikan dalam kategori, dengan langkah perhitungan sebagai berikut : Tabel 16. Kategori Pendapat Siswa Skor Siswa 4 x 20 = 80 3 x 20 = 60 2 x 20 = 40 1 x 20 = 20
Kategori Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju
78
Secara kontinum dapat digambarkan seperti berikut
:
TS
RR
S
SS
20
40
60
80
Gambar 8. Kontinum Analisis Data Angket Pendapat Siswa
4. Analisis
Data
Hasil
Lembar
Observasi
dan
Keterlaksanaan
Pembelajaran Instrumen lembar observasi pada penelitian ini untuk mengetahui kecenderungan atau pendapat observer tentang pelaksanaan pembelajaran membuat pola dasar rok dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis media proyeksi animation of shapes. Agar lebih memudahkan untuk memahami data hasil observasi pelaksanaan pembelajaran diperlukan perhitungan dengan cara ::
Kemudian untuk analisis keterlaksanaan pembelajaran diambil dari peningkatan hasil observasi pembelajaran pada pra siklus sampai dengan siklus
II,
dan
dikelompokkan
berdasarkan
kriteria
keterlaksanaan
pembelajaran. Pengukuran kriteria keterlaksaan pembelajaran menggunakan skala Likert yang dikemukakan oleh Sugiyono (2006:93-95) yang diterapkan pada tabel 17. Tabel 17. Kriteria Keterlaksanaan Pembelajaran No 1 2 3 4
Keterlaksanaan Pembelajaran Sangat tidak baik (STB) Tidak baik (TB) Baik (B) Sangat baik (SB)
79
Kelas Interval 0 % – 25 % 26 % – 50% 51 % – 75 % 76 % - 100 %
Secara kontinum dapat digambarkan seperti berikut
:
STB
TB
B
SB
25
50
75
100
Gambar 9. Kontinum Analisis Data Hasil Lembar Observasi dan Keterlaksanaan Pembelajaran
80