BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian kualitatif karena kajian seni budaya ini memperhatikan aspek kontekstual. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan multi disiplin yakni dengan pendekatan dari berbagai ilmu yang menggunakan perspektif manajemen, antropologi, sosiologi, dan seni pertunjukan (performance studies). Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moeleong mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata secara tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati.1 Melalui metode kualitatif memunculkan data yang dapat menggambarkan, menjelaskan dan membangun hubungan dari kategori-kategori. Metode kualitatif dilakukan sebagai upaya untuk menemukan konteks dari suatu gejala dan bukan sebagai upaya untuk menemukan hukum yang berlaku umum. Hal ini sesuai pendapat Pertti Alassutari yang dikutip oleh R.M. Soedarsono yang mengatakan bahwa penelitian kualitatif ibarat sebuah teka-teki yang harus dicermati daripada hanya mendapat seperangkat ukuran-ukuran.2 A. Objek dan Latar Penelitian Objek yang menjadi fokus penelitian ini pada dasarnya adalah mengkaji
pola
manajemen
pertunjukan
1
tayub
di
Kabupaten
Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : Buku Baik, 1998), 3. R.M. Soedarsono, Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa (Bandung: MSPI, 1999), 46. 2
10
Grobogan. Berkenaan dengan fokus penelitian tersebut, maka latar penelitian dapat ditentukan secara purposif dengan pertimbangan kelayakan
informasi
yang
diperlukan
yaitu
memilih
wilayah
Kabupaten Grobogan. Daerah tersebut dipilih sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan; (1) dikenal sebagai sentra seni pertunjukan tayub; (2) terdapat sejumlah ledhek yang dianggap tersohor dan memiliki penghasilan yang baik; (3) telah menjadi tuan rumah Festival Tayub Nusantara pada tanggal 1-2 November 2013 yang lalu. B. Sumber Data Dalam penelitian kualitatif ini sumber data dapat diperoleh dari: sumber tertulis, sumber lisan, dan rekaman. Dalam mengumpulkan data dari sumber tertulis diperlukan metode penelitian perpustakaan (library research), sedangkan untuk mendapatkan sumber lisan dilakukan metode observasi dan wawancara. Sumber data tersebut dapat di bagi dua yaitu: a. Sumber primer: yaitu sumber-sumber asli baik berupa dokumen maupun peninggalan lain yang masih orisinal dari data sejarah mengenai objek kajian. Sumber primer didapatkan saat penelitian berlangsung. b. Sumber sekunder: yaitu penggunaan sumber-sumber lain yang dapat menunjang data primer berupa sertifikat atau dokumen tertulis yang telah ada sebelum penelitian berlangsung.
11
Sumber yang termasuk kategori primer yaitu hasil wawancara langsung dari informan yang dianggap terpercaya terhadap peristiwa pertunjukan yang diteliti. Dengan demikian peneliti memiliki peluang untuk menginterpretasikan sendiri, dan bukan hanya meminjam interpretasi peneliti lain. C. Proses Penelitian Ada
tiga
proses
penelitian
yang
juga
dilakukan
yaitu
pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data. 1. Pengumpulan data merupakan cara untuk menghimpun data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. Untuk itu dilakukan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Studi Pustaka Studi
Pustaka
dilakukan
sebelum
penelitian
berlangsung. Beberapa sumber tertulis antara lain : (1) buku; (2); jurnal; (3) ensiklopedia dan kamus, (4) brosur; (5) surat kabar; (6) surat-surat berharga, arsip dan dokumen. Selain keenam yang telah tersebut, sumber tertulis lainnya, (1) laporan periodik; (2) buletin; (3) majalah; (4) laporan penelitian; (5) sirkular atau artikel yang diterbitkan secara tidak teratur; (6) leaflet; dan (7) annual review atau kumpulan resensi. b. Observasi Observasi merupakan upaya pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara cermat di lapangan. Observasi telah dilakukan sebanyak 3 kali pementasan tayub, pada 12
tanggal 12, 18, dan 27 Mei 2014 di beberapa lokasi kecamatan di Kabupaten Grobogan. c. Wawancara Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan dan sebagainya. Wawancara dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) dan yang
diwawancarai
(interviewee).
Wawancara
dilakukan
kepada para informan. Wawancara dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Wawancara mendalam ditujukan kepada tokoh kunci seperti tuan rumah (penyelenggara), penari (ledhek), pemusik (karawitan), dan pengundang. Wawancara telah dilakukan sebelum, saat dan setelah kegiatan pertunjukan berlangsung. d. Dokumentasi Dokumentasi adalah pengambilan data yang berupa dokumen, baik dokumen yang memang sudah ada maupun yang
ditemukan
saat
penelitian
berlangsung.
Pendokumentasian dilakukan dengan menggunakan kamera, handycam, cassete recorder dan catatan lapangan. 2. Pengolahan Data Setelah data kualitatif terkumpul dari hasil wawancara, rekaman, dokumen-dokumen tertulis, foto-foto dan catatan lapangan, maka data tersebut diidentifikasi dan dipolakan sesuai 13
dengan karakteristiknya dan direlasikan atau dihubungkan dengan fenomena-fenomena yang dikaji.
3. Analisis Data Dalam melakukan analisis terhadap suatu fenomena sosial budaya diperlukan cara berfikir secara rasional dan sistematis.3 Untuk itu data kualitatif dianalisis dengan teknik analisis deskriptif, yaitu dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis.4 Analisis data kualitatif dilakukan secara induktif sebagai konsekuensi penelitian kualitatif.5 Deskripsi analisis ini sesuai untuk diterapkan dalam penelitian seni pertunjukan.6 Deskripsi sifatnya memotret kejadian baik yang telah berlangsung atau sudah berlangsung. Seni pertunjukan yang berada dalam dimensi ruang, bentuk dan waktu maka dibutuhkan teknik yang cermat dan tepat pada waktu pertunjukan berlangsung.
3
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (ed), Metode Penelitian Survai (Jakarta: LP3ES, 1989), 31. 4
Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra (Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar, 2004), 53. 5
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PR Remaja Rosdakarya,
1993), 5. 6
Subandi, “Deskripsi Kualitatif sebagai Satu Metode dalam Penelitian Pertunjukan” dalam Harmonia: Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni (Vol. 11 No. 2, Edisi Desember 2011, Unnes Semarang), 173-179.
14
D. Metode Pelaksanaan Penelitian ini mengacu pada mata kuliah yang diampu oleh ketua peneliti, yaitu mata kuliah Seni Pertunjukan Indonesia, Manajemen Seni, dan Metode Penelitian. Tim peneliti terdiri dari satu dosen yang sekaligus Ketua Peneliti, Rachel Mediana Untung, S.Sos., M.A. dengan anggota empat mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan UKSW yaitu Anastasia Anggia Anggun (NIM 852009019), Windarti Puji Hastuti (852011011), Abraham Stefanus Widodo (NIM 852011003) dan Sean Sebastian Widodo (NIM 852010035).
Penelitian dirancang selama empat
bulan (Mei-Agustus 2014) yang hasilnya akan menjadi dokumentasi fakultas dan akan diberikan kepada dinas yang terkait (Disporabudpar Kabupaten Grobogan). Selain terdokumentasi dalam bentuk laporan, hasil penelitian akan diterbitkan dalam bentuk jurnal ilmiah. E. Identitas Informan Di bawah ini akan dipaparkan profil informan yang diwawancarai. Wawancara ada yang dilakukan sebelum, saat atau setelah kegiatan pertunjukan berlangsung. Wawancara ditujukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam penyelenggara pertunjukan tayub, yang meliputi tuan rumah, penari (ledhek), pengatur tamu (pengarih tamu), pengelola karawitan, pengelola tata suara, tamu (pengibing), dan pembawa acara. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data persiapan dan operasional dari para pihak berkepentingan dalam penyelenggaraan
acara.
Selain 15
kepada
pihak-pihak
di
atas,
wawancara ditujukan pula kepada informan yang dituakan dan mengetahui tentang keberadaan pertunjukan tayub. Mbak Giantini, penari senior (ledhek mbok-mbokan), 32 tahun. Mbak Giantini tinggal di Desa Tambakrejo, Kecamatan Pulokulon. Telah 17 tahun menjadi ledhek. Mbak Giantini dikenal sebagai primadona ledhek karena kualitas suara dan perilakunya yang rendah hati. Selama menjadi ledhek, mbak Giantini dibantu oleh suaminya Dwi Purnomo yang sekaligus menjadi manajernya. Mas Dwi Purwanto, manajer ledhek, 44 tahun. Mas Dwi mengatur jadwal pementasan istrinya sejak istrinya menjadi ledhek 17 tahun yang lalu. Mas Dwi sering menerima tawaran pentas bagi istrinya dan mencatat dalam buku. Mbak Yati, penari pemula (ledhek wurukan), 23 tahun. Mbak Yati yang tinggal di Pulokulon, telah tiga tahun belakangan ini menjadi ledhek. Selama ini dia diajak pentas oleh penari senior (ledhek mbok-mbokan). Tidak ada pelatihan khusus menjadi ledhek sehingga selama mendampingi penari senior, dia selalu belajar dari pengalaman. Mas Bambang, Penata tata suara, 28 tahun. Selama bulan Jumadil Akhir hingga Rejeb (April-Mei), pihak tata suara telah melayani kebutuhan tata suara untuk kegiatan pertunjukan baik untuk tayub, campur sari, ketoprak, dan lain-lain. Bapak Hartoyo, pengatur tamu (pengarih tamu) atau manajer panggung (stage manager), 55 tahun. Pak Hartoyo tinggal di Wangon.
16
Walaupun dia tidak tinggal di desa saat tayub dilangsungkan, Pak Hartoyo diminta secara khusus untuk menjadi pengarih tamu oleh tuan rumah. Pak Nardi, pengelola karawitan Margi Laras, Karawitan Margi Laras bersekretariat di Dusun Jajakan, Desa Sindurejo, Kecamatan Toroh. Pak Karno, tuan rumah (penyelenggara tayub), 50 tahun. Tinggal di Desa Genuksuran, Kecamatan Purwodadi. Pak Karno sebagai petani dan peternak sapi menyelenggaran tayub sebagai bagian dari kegiatan pernikahan anaknya. Ibu Endah Fitriana, mantan pembawa acara, 45 tahun. Tinggal di kota Purwodadi dan menjadi pegawai Dinas Perhubungan yang bertugas sebagai penyiar bahasa Jawa di radio pemerintah. Pak Budi Pasminto, sesepuh desa, 60 tahun. Tinggal di Genuksuran, Kecamatan Purwodadi. Pak Budi secara lancar menjelaskan tentang pertunjukan tayub. Sebagai orang yang dituakan dan sekaligus memiliki pengetahuan yang luas terhadap keberadaan pertunjukan di Kabupaten Grobogan, maka tepat menunjuk pak Budi sebagai narasumber terpercaya. Pak Marwoto, Ketua Dinas Kebudayaan Kabupaten Grobogan, 55 tahun. Pak Marwoto yang bertugas sebagai Kadis Kebudayaan menjadi informan penting, khususnya dalam mengetahui pemetaan perkembangan tayub di Kabupaten Grobogan. Pak Bambang Adhiyono, Ketua UPTD Kecamatan Purwodadi, 56 tahun. Selain sebagai Ketua UPTD (Unit Pelayanan Terpadu), pak 17
Bambang juga menjadi pelaku pertunjukan tayub, yaitu sebagai pembawa acara.
18