BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian Sebagai sebuah research humaniora, penelitian ini berusaha mengungkap inti permasalahan yang sebenarnya (nomena) dari gejala-gejala yang tampak di permukaan (fenomena). Dalam perspektif cultural studies penelitian ini berupaya mengeksplorasi bentuk-bentuk praktek hidup masyarakat yang digambarkan dengan adanya relasi kekuasaan atau hubungan subordinasi-dominasi. Untuk memahami sebuah fenomena sosial masyarakat menurut Durkheim (dalam Pals, 1996:142) kuncinya terletak pada pengumpulan bukti, diikuti perbandingan, pengelompokan dan diakhiri dengan penarikan sebuah kesimpulan yang setiap saat bias dibuktikan validitasnya. Dalam mengungkap fakta atau objek material yang mungkin lebih banyak tersedia dalam bentuk data non numeral maka pendekatan yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Menurut Soedarsono (1999) dan Moleong (2010), metode deskriptif kualitatif mampu menjelaskan fenomena yang terbungkus dalam bentuk persepsi, motivasi, tindakan dan prilaku secara menyeluruh. Zulganaf (2008) beranggapan bahwa tujuan penelitian deskripsi adalah untuk menggambarkan suatu kondisi atau fenomena tertentu dengan tidak memilah-milah atau mencari faktor-faktor tertentu. Melalui medium bahasa atau narasi, gejala-gejala yang terlihat digambarkan dan dianalisis. Dengan demikian semua gejala yang ada dapat dideskripsikan secara total untuk menghindarkan diri dari kemungkinan-kemungkinan yang kontradiktif dan kesalahan intepratif.
37
38
Penelitian ini juga untuk menemukan dan mengungkap makna ataupun ideologi. Makna biasanya tersembunyi dan terpendam di bawah kesadaran. Untuk menemukannya dan mengungkapkannya, dibutuhkan sebuah alat analisis yang dapat menjelaskan secara lengkap dan menyeluruh serta tidak bias. Analisis deskriftif kualitatif mampu mengungkap makna-makna tersembunyi karena kesadaran yang tidak cukup (Bogdan dan Taylor dalam Kutha Ratna, 2010). Penelitian humaniora sama halnya dengan penelitian di bidang sosial lainnya. Secara garis besar penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu Tahap Persiapan, Tahap Kerja Lapangan, dan Tahap Penulisan Laporan (Gorda, 1997). Pada Tahap Persiapan dilakukan beberapa kegiatan yaitu (a) mengadakan studi pendahuluan baik aspek kepustakaan maupun empirik dalam rangka penyusunan Usulan Penelitian, (b) memilih lapangan atau lokasi penelitian (c) mengurus perizinan dan (d) mempersiapkan perlengkapan penelitian. Pada Tahap Kerja Lapangan, kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain (a) menentukan informan, (b) melakukan pengumpulan data, (c) mengolah dan menganalisis data (d) membuktikan atau menjawab pertanyaan penelitian dan (d) melakukan diskusi dalam forum seminar untuk melakukan perbaikan. Pada tahap Penulisan Laporan peneliti harus memperhatikan pedoman penulisan laporan sesuai dengan sistematika penulisan yang ditentukan oleh perguruan tinggi.
3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Denpasar. Pemilihan Kota Denpasar sebagai lokasi penelitian dilakukan melalui berbagai pertimbangan.
39
1) Masyarakat Kota Denpasar adalah masyarakat yang majemuk dan sangat jelas terlihat pengaruh globalisasinya. Karena fokus penelitian ini adalah produksi yang ditentukan oleh konsumsi maka yang menjadi informan adalah masyarakat konsumen yang menjadi karakteristik khusus daerah urban. 2) Kota Denpasar adalah daerah urban dengan pertumbuhan sektor ekonomi masyarakatnya sangat cepat, dalam hal ini selera masyarakat yang sudah berubah dapat ditangkap dengan jelas. Selain itu secara teknis, Kota Denpasar memenuhi katagori yang dinilai efektif dan efisien dalam meyelenggarakan penelitian yang relevan mengingat Kota Denpasar menjadi pelopor dalam ajang Fashion Week di Indonesia. 3) Hassal, Scott, dan Furphy (dalam Pitana: 2002) mengatakan bahwa Denpasar adalah barometer Bali, pemberi kesan pertama atau first images , mengenai Bali secara keseluruhan.
3.3 Jenis dan Sumber Data 3.3.1 Jenis data Data adalah bahan atau keterangan yang berupa himpunan fakta-fakta, angka-angka, huruf-huruf, kata-kata, grafik, tabel, gambar, dan lambang-lambang yang menyatakan sesuatu pemikiran (ide), objek, koordinasi, dan situasi. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Menurut Norman K.Denzim (2000) data kualitatif merupakan pemahaman-pemahaman yang dimediumi oleh bahasa berupa kata-kata, kalimat, uraian, narasi dan sebagainya. Data dihimpun dengan terencana dan sistematis, data yang relevan atau bertalian,
40
berkaitan, mengena dan tepat (Kartono, 1996). Data kuantitatif dibutuhkan untuk mendukung dan memberi penjelasan khususnya yang berkaitan dengan aspek ekonomi dari pariwisata dan industri kreatif.
3.3.2 Sumber data Sumber data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yakni sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer merupakan data yang dikumpulkan dari tangan pertama dan diolah oleh organisasi atau perorangan berupa teks hasil wawancara yang diperoleh melalui wawancara dengan informan yang dijadikan sampel penelitian. Data ini dapat direkam atau dicatat oleh peneliti (Sarwono dan Lubis, 2007). Di samping itu, dilakukan pengumpulan data primer diperoleh
dari pelaku pembuat kain tenun songket yang diproduksi di Bali,
desainer, pedagang, dan konsumen, di mana semua pihak-pikah tersebut dapat memberikan informasi yang diperlukan. Data yang tersedia untuk penelitian ini adalah berupa simbol, gambar, motif ragam hias, prilaku, dan motivasi. Data ini di dapatkan melalui observasi terhadap artefak budaya berupa motif ragam hias songket Bali, dan melakukan interview mendalam dengan narasumber. Pencatatan yang lengkap merupakan keharusan untuk mendapatkan analisis secara komprehensif. Mengkoleksi berbagai bentuk ragam hias songket Bali merupakan salah satu langkah kerja yang harus dipenuhi. Cara ini adalah untuk mengkaji konsep bentuk motif-motif hias kain tenun songket dan menemukan makna didalamnya. Selain data kualitatif, data kuantitatif berupa angka-angka statistik yang juga dapat dilibatkan untuk melengkapi dan memberi penjelasan yang menyeluruh. Data primer juga
41
diperoleh dari hasil pengamatan atau observasi terhadap “motif-motif kain tenun songket” baik yang belum maupun yang sudah mengalami proses kreatif atau modifikasi. Data sekunder diperoleh dari sumber-sumber yang tersedia dalam referensi bacaan, media cetak, media online dan televisi, pertujukan fashion show, ekshibisi industri kreatif (Sarwono dan Lubis, 2007). Data sekunder yang dikumpulkan berupa data yang diperoleh dari literatur yang ada hubungannya dengan judul penelitian, baik diperoleh dari perpustakaan, buku, dokumen, surat kabar, maupun secara online yang dapat dimanfaatkan sebagai penunjang penelitian.
3.4 Penentuan Informan Penentuan obyek penelitian dilakukan secara penilaian (judgement), yaitu memilih
sampel
didasarkan
pada
informasi
yang
tersedia
sehingga
keterwakilannya dapat dipertanggungjawabkan (Sarwono dan Lubis, 2007). Sampel dalam penelitian ini adalah teks kain tenun songket yang diproduksi di Bali. Sampel diwakili oleh beberapa kain tenun songket Bali sesuai dengan jenis pengelompokan motifnya (fauna, floral, wayang, geometri, dan campuran) Penentuan informan dilakukan secara purposive yaitu penetuan yang dirancang secara sengaja dengan kriteria tertentu (Sarwono dan Lubis, 2007). Subyek yang diambil dalam penelitian ini adalah para informan yang mengetahui mengenai bentuk, fungsi dan makna simbolis yang terkandung dalam kain tenun songket dalam perpektif budaya. Karena itu penelitian ini membutuhkan informan yang berkemampuan sebagai pakar songket Bali (1 orang). Kemudian, informan yang diharapkan mampu juga menangkap perubahan-perubahan trend busana dan
42
yang berkemampuan sebagai pemerhati busana (2 orang). Penelitian ini juga membutuhkan informasi mengenai komodifikasi kain songket Bali dari pihak pertama dalam industri fesyen. Mereka memiliki kemampuan sebagai perancang busana (3 orang). Untuk memberikan sudut pandang yang lebih lengkap, penelitian ini juga membutuhkan informasi yang diperoleh dari „informan sambil lalu‟ seperti ibu rumah tangga, karyawan/karyawati dan konsumen songket Bali (4 orang) untuk memberikan gambaran yang lengkap mengenai konsumsi dan preferensi mereka terhadap produk-produk songket Bali.
3.5. Instrumen Penelitian Untuk melakukan penelitian ini dibutuhkan beberapa instrument penelitian. Pada hakekatnya instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan kualifikasi dan pengetahuannya tentang songket Bali dan fesyen beserta alat yang digunakan untuk mengumpulkan informasi. Data-data kualitatif dicatat dan didokumentasikan dengan alat-alat pendukung penelitian, seperti alat tulis menulis, dan kamera digital. Dalam memperoleh data tersebut dibutuhkan sebuah pedoman wawancara yang memandu peniliti dan informan dalam sebuah percakapan yang terarah. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan pokok yang bersifat terbuka, informasi dari informan dan pertanyaan yang dapat kemungkinan dikembangkan.
3.6 Teknik Pengumpulan Data Ada dua teknik
yang digunakan dalam pengumpulan data, yakni (1)
teknik observasi, dan (2) teknik wawancara.
43
(1) Teknik observasi Kegiatan observasi meliputi pencatatan secara sistematis atas kejadiankejadian, prilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan guna mendukung penelitian yang sedang dilakukan (Sarwono, 2007). Peneliti melakukan pengamatan terhadap motif-motif hias kain tenun songket yang diproduksi di Bali yang meliputi wujud dan tampilan kain tenun, bentuk-bentuk motif hias yang terdapat dalam kain tenun. Metode observasi digunakan untuk mengecek keabsahan data yang diperoleh dari informan atau responden tentang kenyataan di lapangan. Dalam kaitannya dengan komodifikasi, observasi dilakukan pada lokasi penelitian dengan mengamati aktivitas para perancang busana, pengrajin songket Bali dan turunannya. Selain itu pengamatan dilakukan pula pada ajang-ajang peragaan busana atau fashion show, festival karya seni budaya Bali, ekspo kain tradisional Bali dan sebagainya. Pada saat melakukan pengamatan, dilakukan pencatatan dan pemotretan fenomena-fenomena mengenai komodifikasi kain tenun songket Bali baik dalam tampilannya maupun fungsinya.
(2)
Teknik wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Moleong, 2002).
Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data lewat wawancara langsung dengan informan (Singarimbun, 2006). Menurut Natsir (1988) pengumpulan data melalui wawancara adalah proses percakapan dalam bentuk tanya jawab antara peniliti dan informan. Pertanyaan kepada informan diajukan, baik secara lisan maupun tertulis dengan teknik tanya yang terstruktur dan tak terstruktur. alat bantunya berupa daftar pertanyaan, alat perekam, dan alat tulis. Wawancara
44
dilakukan secara mendalam dengan panduan instrumen pedoman wawancara. Wawancara dilakukan untuk menggali informasi tentang bentuk komodifikasi kain tenun songket Bali, faktor-faktor penyebab komodifikasi dan dampak dari komodifikasi kain tenun songket Bali.
3.7. Teknik Analisis Data Teknnik analisis data dilakukan secara deskriftif kualitatif dan intepretatif untuk menjelaskan bagian-bagian dari keseluruhan data. Analisis data mulai dilakukan sejak observasi dan pengumpulan data dilakukan. Setelah data terkumpul, kemudian diolah dan diklasifikasikan sesuai dengan keperluan penelitian. Klasifikasi data disesuaikan dengan sifat penelitian kualitatif. Peneliti mengumpulkan data dengan mencatat semua informasi dari informan yang mengetahui mengenai seluk beluk kain tenun songket secara objektif dan apa adanya sesuai dengan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di lapangan. Data yang berupa bentuk-bentuk visual yang terdapat dalam motif-motif hias kain tenun songket diklasifikasi berdasarkan teori komodifikasi dan estetika. Selanjutnya dilakukan penafsiran terhadap fungsi dan makna yang dikandung bentuk-bentuk visual dalam kain tenun tersebut dengan menggunakan teori estetika, dan semiotika. Setelah diperoleh bentuk, dilakukan tafsiran terhadap fungsi dan makna dalam kain tenun, yakni untuk mengetahui berfungsinya tampilan terhadap konsumen penikmatnya. akhirnya dilakukan usaha cross check antara tafsiran dan kenyataan yang ada di lapangan.
45
3.8. Penyajian Hasil Analisis Data Penyajian hasil penelitian akan disampaikan secara terstruktur dengan mengikuti kerangka penulisan secara sitematik berupa laporan hasil penelitian formal dan informal, maksudnya disamping dilaporkan dengan menggunakan lambang atau gambar juga laporan ini dilengkapi dengan uraian deskriptif kualitatif. Secara informal, hasil analisis disajikan dalam bentuk uraian narasi atau deskriptif. Pendukungnya secara formal menggunakan medium gambar, tabel dan lainnya. Kedua bentuk pendekatan ini dituangkan dalam delapan bab. Bab-bab awal terdiri dari tiga bab memuat perencana penelitian, kemudian diikuti oleh satu bab yang mendeskripsikan gambaran umum tentang songket Bali, tiga bab tentang hasil penelitian dan diakhiri dengan bab penutup memuat kesimpulan dan saran.