BAB III METODE PENELITIAN
3.1.
Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
yang berbentuk studi kasus dengan menggunakan pendekatan metode kontak langsung, yakni wawancara. Kasus (Punch, 1998) adalah fenomena khusus yang hadir dalam suatu konteks yang terbatasi (bounded context) yang berupa individu, peran, kelompok kecil, organisasi, komunitas atau bangsa. Kasus dapat juga berupa keputusan, kebijakan, proses atau suatu peristiwa khusus tertentu. Menurut Dariyo (2007), studi kasus ialah jenis penelitian perkembangan yang berupaya meneliti satu kasus, terbatas dan mendalam. Menurut Kirk dan Miler (dalam Moeloeng, 2004) definisi studi kasus adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut. Dengan pendekatan studi kasus, penelitian ini mendapatkan penjelasan tentang suatu fenomena dan pandangan-pandangan dari suatu komunitas subyek sendiri yang dalam penelitian ini komunitas subyek yang diambil adalah yang berlatarbelakang karyawan pekerja kantoran fulltime yang menjadi mahasiswa dan sedang proses penyusunan skripsi. Di samping itu, peneliti ingin melihat lebih jelas proses dan gambaran dalam penelitian tentang bagaimana mahasiswamahasiswi tersebut bisa berhasil menjalani perannya sebagai makhluk sosial.
34
35
3.1.1. Metode Kualitatif Punch (1998) menggolongkan tipe penelitian dalam desain penelitian kualitatif, studi kasus, etnografi dan grounded theory. Denzin dan Lincoln (1994) membagi tipe penelitian dalam antara lain, studi kasus, etnografi dan observasi partisipatif, fenomenologi, etnometodologi, praktek interpretif, metode biografi dan penelitian klinis. Dengan berdasarkan suatu fenomena di suatu komunitas tertentu, peneliti menggunakan tipe penelitian jenis Fenomenologi. Tujuan metode ini adalah menangkap arti pengalaman hidup manusia tentang suatu gejala. Peristiwa yang dialami tidak mungkin dimengerti tanpa memahami konteks disekelilingnya. Dalam konteks tersebut peristiwa atau gejala itu terjadi dan memberi makna. 3.1.2. Metode Pengumpulan Data Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam, karena dapat mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan yang muncul tanpa rencana dalam benak peneliti. Wawancara mendalam (in–depth interview) (Hariwiaya 2007:73-74) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara peneliti dengan subyek, dengan menggunakan pedoman (guide) wawancara di mana peneliti dan subyek terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dari fenomena yang terjadi dalam diri subyek, semua akan lebih jelas dan terperinci dalam menguak suatu fenomena. Kelebihan wawancara mendalam adalah peneliti bisa menanyakan pertanyaan yang lebih rinci kepada subyek, lebih mendalam mengungkap segala
36
sesuatu yang dilakukan subyek sehingga dapat mendapatkan data yang lebih jelas. Bisa menjalani hubungan yang lebih mendalam, sehingga subyek dapat mengungkap jawaban lebih bebas.
3.2.
Instrumen Penelitian
3.2.1. Pedoman Wawancara Pada penelitian ini, wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. Banister, dkk (1994), wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara kualitatif dilakukan bila peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subyektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut. Pedoman wawancara dengan menggunakan pertanyaan yang bersifat terbuka agar dapat memancing jawaban secara lebih bebas berdasarkan kaca mata pengalaman dan keinginankeinginan subyek yang diteliti. Yang harus diperhatikan dalam menyusun pertanyaan menurut Smith (Smith et al, 1995) adalah pertanyaan harus bersifat netral, tidak diwarnai nilainilai tertentu dan tidak mengarahkan dan peneliti menghindari penggunaan istilahistilah yang canggih, resmi ataupun tinggi, karena akan membingungkan subyek yang bukan dari kalangan ilmiah atau professional. 3.2.2. Pedoman Observasi Pedoman observasi digunakan agar peneliti dapat melakukan pengamatan sesuai dengan tujuan penelitian. Tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting
37
yang dipelajari, aktifitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktifitas dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Pedoman observasi disusun berdasarkan hasil observasi terhadap perilaku subjek selama wawancara dan observasi terhadap lingkungan atau setting wawancara, serta pengaruhnya terhadap perilaku subjek dan informasi yang muncul pada saat berlangsungnya wawancara.
3.3.
Pedoman Wawancara
3.3.1. Alat Bantu Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data-data, peneliti membutuhkan alat bantu (instrumen) penelitian. Peneliti menggunakan alat bantu berupa alat perekam suara, yang berada pada kondisi yang baik. Bila diperlukan membawa kaset ekstra sebagai cadangan. Alat tersebut diperlukan karena adanya keterbatasan kecepatan peneliti untuk mencatat berbagai informasi yangdikemukakan oleh subyek. Hasil rekaman tersebut dibuatkan verbatimnya yang terdapat pada lampiran.
3.3.2. Tahap Persiapan Pengumpulan Data Tahap persiapan pengumpulan data dimulai dengan memilih topik yang tepat untuk penelitian, kemudian peneliti membuat instrumen penelitian. Instrumen peneliti dibuat agar memudahkan peneliti untuk menjalankan proses penelitian dengan sempurna. Pertanyaan dalam pedoman wawancara dapat meluas., tergantung kepada jawaban subyek. Kemudian peneliti mempersiapkan alat-alat yang mendukung dalam proses penelitian tersebut (seperti kertas, alat
38
tulis,
alat
perekam).
Subjek
diperoleh
peneliti
dengan
cara
mencari
mahasiswa/mahasiswi di sebuah universitas tempat peneliti menyelesaikan pendidikan tingginya di program kelas karyawan dan yang juga bekerja kantoran dengan sistem fulltime Peneliti kemudian bertemu dengan subjek dengan meminta izin terlebih dahulu untuk melakukan wawancara dalam rangka proses penelitian. Kemudian peneliti membuat janji untuk proses penelitian selanjutnya.
3.3.3. Tahap Pelaksanaan Pengumpulan Data Setelah melakukan wawancara dengan partisipan pertama sampai ke tiga, kemudian peneliti membuat verbatim (kata demi kata) dari hasil wawancara dengan subyek. Proses membuat verbatim hasil wawancara dilakukan sesegera mungkin agar jika peneliti menemukan hal-hal yang kurang jelas dapat ditanyakan kembali pada pertemuan selanjutnya. Begitu pula dengan hasil rekaman wawancara, transkrip verbatim dan catatan observasi disimpan dan diorganisasi dengan baik sehingga memudahkan proses analisa data.
3.4.
Subyek Penelitian
3.4.1. Subyek Subjek penelitian umumnya disebut dengan istilah partisipan. Partisipan yang dipilih dalam penelitian ini berdasarkan kriteria tertentu yang sudah sangat spesifik. Menurut Raco (2010) yang termasuk partisipan : 1.
Mereka yang memiliki informasi yang dibutuhkan sesuai dengan topik
39
penelitian. Dalam penelitian ini subjek adalah mahasiswa kelas karyawan yang sedang menghadapi tugas akhir / skripsi. 2.
Mereka yang memiliki kemampuan untuk menceritakan pengalamannya atau memberikan informasi yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini, subjek adalah mahasiswa kelas karyawan tersebut, bersedia untuk menceritakan dan memberikan informasi sebagai data penelitian.
3.
Benar-benar terlibat dalam gejala, peristiwa atau masalah dalam arti mereka mengalami secara langsung.
4.
Bersedia untuk ikut serta diwawancarai. Mahasiswa kelas karyawan yang bersedia diwawancarai dan diobservasi serta memberikan izin sebagai subjek penelitian.
5.
Tidak berada dibawah tekanan, tetapi penuh kerelaan dan kesadaran akan keterlibatannya, dengan senang hati tanpa ada beban. Jadi syarat atau ketentuan bagi individu yang dapat menjadi partisipan dalam penelitian ini adalah kredibel dan kaya akan informasi yang dibutuhkan.
3.4.2. Karakteristik Subyek Dipilih dengan menyesuaikan dengan karakteristik subyek yang menjadi dasar pada topik penelitian ini, sehingga dapat mendukung jalannya proses penelitian. Karakteristik subyek dalam penelitian ini adalah: -
mahasiswa Universitas X, Jakarta
-
berprofesi sebagai karyawan kantoran fulltime
40
-
berada pada semester akhir dan dalam proses penyusunan tugas akhir/skripsi
3.5.
Teknik Penentuan Subyek Teknik pengambilan subyek atau partisipan dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling memiliki pengertian penentuan sampel atau subyek sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Sampel pada metode kualitatif tidak menekankan pada jumlah atau keterwakilan, tetapi lebih kepada kualitas informasi, kredibilitas dan kekayaan informasi yang dimiliki oleh subyek (Raco, 2010). Dengan kata lain, peneliti kualitatif lazimnya menggunakan subjek dalam jumlah kecil : 1.
Jumlahnya kecil, karena dengan jumlah kecil peneliti akan mampu mengumpulkan data yang mendalam. Asalkan informasi yang didapat peneliti cukup untuk bahan penelitian ini.
2.
Jumlahnya bisa bervariasi. Tetapi karena penekanannya pada informasi yang rinci dan kaya, maka jumlah yang besar akan menjadi masalah, karena akan terjadi pengulangan informasi (Raco, 2010).
3.6.
Pelaksanaan Analisis Data Tahapan analisis yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah:
a)
Membuat transkrip wawancara Peneliti membuat transkrip wawancara berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan baik wawancara pertama dan lanjutan dari subjek penelitian.
41
b)
Menuliskan interpretasi sementara Peneliti menggunakan satu lagi kolom tambahan untuk menuliskan apapun yang muncul saat peneliti membaca transkrip tersebut. Peneliti menuliskan kesimpulan sementara, interpretasi sementara, maupun suatu hal yang tibatiba muncul di pikiran.
c)
Membuat rangkuman kasus tiap partisipan Pembuatan rangkuman kasus tiap partisipan bertujuan untuk mendapat gambaran umum dari masing-masing partispan.
d)
Membuat analisis intrakasus Dalam analisis intrakasus peneliti menganalisis hal-hal yangterjadi dalam masing-masing partisipan dan penyebab dari kejadian tersebut. Dengan analisis intrakasus, peneliti dapat menemukan penjelasan yang logis terhadap terjadinya suatu kasus pada tiap-tiap partisipan. Analisis dilakukan terhadap masing-masing partisipan berdasarkan data yang diperoleh. Dalam penyajiannya analisis akan diuraikan ke dalam bentuk : i)
Gambaran dalam seorang mahasiswa bekerja yang mengambil kuliah lagi
ii)
Self-efficacy dalam menjalankan peran sebagai karyawan kantoran yang kuliah
iii)
Sumber-sumber Self-efficacy yang digunakan - Enactive Mastery Experience - Vicarious Experience - Social Persuassion
42
- Physiological and Affetive State iv)
Proses psikologis self efficacy yang digunakan - Proses kognitif - Proses motivasi - Proses afeksi - Proses seleksi
v)
Membuat analisis interkasus Setelah analisis intrakasus selesai dilakukan, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis interkasus, yaitu dengan membandingkan persamaan dan perbedaan yang dimiliki oleh masing-masing subjek.
vi)
Menuliskan hasil penelitian Hasil penelitian dituliskan dalam bentuk narasi deskriptif. Selain itu, data-data yang didapat melalui wawancara maupun observasi juga dimasukkan dalam analisis intrakasus maupun interkasus.