BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan dasar tentang bagaimana melakukan penelitian. Desain penelitian memberikan kerangka dan prosedur bagaimana mendapatkan informasi yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian. Menurut Hartono (2014), desain penelitian adalah rancangan struktur penelitian yang mengarahkan pada proses dan hasil riset yang valid, objektif, efisien dan efektif. Berdasarkan
masalah
penelitian
dan
kerangka
konseptual
yang
dikemukakan sebelumnya, tipe penelitian ini adalah penelitian kausalitas (causality research), karena penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel dengan melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Dari jenis datanya, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif.
3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 3.2.1. Populasi Menurut Sugiyono (2014), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek tertentu yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan
oleh
peneliti
untuk
53
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
54
kesimpulannya. Secara lebih singkat, Arikunto (2010) menjelaskan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian Populasi pada penelitian ini mencakup seluruh auditor inspektorat yang dilengkapi dengan surat keputusan penetapan Jabatan Fungsional Auditor dan penempatannya pada kantor-kantor inspektorat provinsi, kabupaten dan kota di daerah Nusa Tenggara Barat. Alasan penulis memilih wilayah tersebut dikarenakan derajat efektivitas kinerja auditor inspektorat sebagai pengawas pemerintah belum efektif dan masih relatif rendah. Hal itu ditunjukkan oleh adanya peningkatan jumlah kasus korupsi yang melibatkan aparat penyelenggara pemerintahan di daerah NTB sejak tahun 2011-2014.
3.2.2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Menurut Arikunto (2010), sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Bila dalam suatu penelitian terdapat populasi yang besar dan tidak memungkinkan peneliti untuk meneliti keseluruhan populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Sampel dipilih dari auditor yang bekerja pada kantor-kantor inspektorat di daerah Nusa Tenggara Barat. Teknik penentuan sampel menggunakan metode sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan
55
kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain untuk sampel jenuh adalah sampel sensus (Sugiyono, 2014). Jumlah populasi yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Jumlah Responden No. Inspektorat 1 Prov. Nusa Tenggara Barat 2 Kota Mataram 3 Kabupaten Lombok Utara 4 Kabupaten Lombok Barat 5 Kabupaten Lombok Tengah 6 Kabupaten Lombok Timur 7 Kabupaten Sumbawa Barat 8 Kabupaten Sumbawa 9 Kabupaten Bima 10 Kota Bima 11 Kabupaten Dompu Jumlah
Auditor 20 8 3 6 25 17 6 10 28 10 14 147
Sumber: Data primer diolah (2015).
3.3. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya. Data primer secara khusus dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data primer diperoleh dari survei lapangan yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner. Kuesioner merupakan gabungan dari pertanyaan yang terstruktur untuk mendapatkan informasi dari responden. Pertanyaan yang terstruktur bermanfaat agar data yang didapat dari responden dapat dibandingkan dengan responden lain,
56
mempercepat proses pengambilan informasi dan memudahkan dalam memproses data-data tersebut. Menurut Sugiyono (2014), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner penelitian terdiri dari dua bagian, pada masing-masing bagian berisikan instrumen terkait topik penelitian. Bagian pertama berisi identitas untuk mengetahui karakteristik individu setiap responden, dan bagian kedua berisi pertanyaan dan pernyataan terkait efektivitas audit internal pemerintah, independensi dan budaya lenge rasa. Kuesioner disusun menggunakan skala likert untuk masing-masing variabel. Instrumen disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan dan pernyataan yang bersifat positif dan negatif yang berhubungan dengan seluruh variabel penelitian. Responden diminta untuk menjawab pertanyaan dan menjawab dengan memilih dari sejumlah alternatif. Kuesioner disampaikan langsung disertai dengan surat permohonan serta penjelasan tentang tujuan penelitian yang dilakukan. Petunjuk pengisian kuisioner dibuat sederhana dan sejelas mungkin untuk memudahkan pengisian jawaban sesungguhnya dengan lengkap. Kuesioner juga disampaikan melalui contact person (perantara). Kuesioner yang dibagikan telah dirancang untuk tetap terjaga kerahasiaan identitas responden.
57
3.4. Variabel Penelitian Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain. Variabel juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu (Sugiyono, 2014). Penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu variabel independen, variabel intervening dan variabel dependen. Adapun penjelasan dari masingmasing variabel itu adalah sebagai berikut.
3.4.1. Variabel Dependen Variabel dependen sering juga disebut sebagai variable output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Menurut Sugiyono (2014), variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah efektivitas audit internal pemerintah (Y).
3.4.2. Variabel Intervening Variabel intervening (mediasi) adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela yang terletak antara variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi
58
berubahnya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2014). Variabel intervening dalam penelitian ini adalah budaya lenge rasa auditor.
3.4.3. Variabel Independen Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2014). Menurut Sekaran (2013), variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik secara positif maupun negatif. Variabel independen dalam penelitian ini adalah independensi auditor (X1) dan karakteristik individu (X2).
3.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian Menurut Sugiyono (2014), variabel penelitian adalah suatu atribut, sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar.
59
3.5.1. Efektivitas Audit Internal Pemerintah Variabel efektivitas audit internal pemerintah mengukur seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah tercapai oleh inspektorat dalam menjalankan fungsinya sebagai audit internal pemerintah untuk menguji, mengevaluasi dan memastikan bahwa kegiatan organisasi yang diperiksanya telah dilaksanakan secara efisien, efektif dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (Hidayat, 2009). Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel ini disusun berdasarkan sembilan dimensi efektivitas audit internal yang dikemukakan oleh Tugiman (2006), yaitu sebagai berikut. 1.
Kelayakan dan arti penting temuan pemeriksaan beserta rekomendasinya (reasonable and meaningful findings and recommendations).
2.
Respon dan objek yang diperiksa (auditee’s response and feedback).
3.
Profesionalisme auditor (profesinalism of the internal audit department).
4.
Peringatan dini (absence of surprise).
5.
Kehematan biaya pemeriksaan (cost effectiveness of internal audit department).
6.
Pengembangan personil (development of people).
7.
Umpan balik dari manajemen lainnya (operating management’s feedback).
8.
Meningkatnya jumlah pemeriksaan (number of request for audit work).
9.
Tercapainya program pemeriksaan. Masing-masing dimensi akan diberikan tiga pertanyaan. Indikator-indikator
ini diukur menggunakan skala interval dengan rentang satu sampai dengan lima. Pengukuran dinyatakan dalam bentuk skor, setiap pertanyaan diberi lima alternatif
60
pilihan jawaban yang disusun secara bertingkat dan diberi skor satu sampai lima, sesuai dengan sifat pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan
Skor
Sangat Tidak Setuju (STS)
1
Setuju (S)
2
Ragu-ragu (RR)
3
Tidak Setuju (TS)
4
Sangat Setuju (SS)
5
3.5.2. Budaya Lenge Rasa Variabel budaya lenge rasa dalam penelitian ini mengukur seberapa besar perasaan lenge rasa atau rasa sungkan auditor inspektorat dalam mengungkapkan hasil temuan audit atas organisasi pemerintah yang diperiksa. Indikator yang digunakan untuk mengukur budaya lenge rasa disusun berdasarkan dimensi budaya yang dikemukakan oleh Hofstede, Gray, dan Schwartz, yaitu sebagai berikut. 1.
Individualism (individualitas) rendah,
2.
Power Distance (rentang kekuasaan) tinggi,
3.
Uncertainty Avoidance (menghindari ketidakpastian) tinggi,
4.
Masculinity (maskulinitas) rendah,
5.
Mastery (penguasaan) rendah,
6.
Harmony (keselarasan) tinggi,
7.
Embeddedness (keterikatan) rendah,
61
8.
Autonomy (otonomi) rendah,
9.
Professionalism (profesionalitas) rendah. Pengukuran variabel ini menggunakan instrumen pertanyaan yang
digunakan peneliti sebelumnya (Soeharjono, 2011) dan dimodifikasi sesuai kebutuhan penelitian. Masing-masing dimensi akan diberikan tiga pertanyaan. Indikator-indikator ini diukur menggunakan skala interval dengan rentang satu sampai dengan lima. Pengukuran dinyatakan dalam bentuk skor, setiap pertanyaan diberi lima alternatif pilihan jawaban yang disusun secara bertingkat dan diberi skor satu sampai lima, sesuai dengan sifat pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan
Skor
Sangat Tidak Setuju (STS)
1
Setuju (S)
2
Ragu-ragu (RR)
3
Tidak Setuju (TS)
4
Sangat Setuju (SS)
5
3.5.3. Independensi Auditor Variabel independensi dalam penelitian ini mengukur sejauh mana auditor inspektorat dapat menjalankan fungsinya sebagai audit internal pemerintah secara independen, tidak memihak serta bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi.
62
Berdasarkan pernyataan standar umum kedua SPKN (BPK RI, 2007), independensi adalah kebebasan auditor dalam sikap mental dan penampilan dari tiga macam ganguan terhadap independensi, yaitu: 1.
gangguan pribadi,
2.
gangguan ekstern,
3.
gangguan organisasi. Instrumen yang digunakan disusun berdasarkan kriteria independensi
SPKN. Masing-masing kriteria akan diberikan tiga pertanyaan. Indikatorindikator ini diukur menggunakan skala interval dengan rentang satu sampai dengan lima. Pengukuran dinyatakan dalam bentuk skor, setiap pertanyaan diberi lima alternatif pilihan jawaban yang disusun secara bertingkat dan diberi skor satu sampai lima, sesuai dengan sifat pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan
Skor
Sangat Tidak Setuju (STS)
1
Setuju (S)
2
Ragu-ragu (RR)
3
Tidak Setuju (TS)
4
Sangat Setuju (SS)
5
3.5.4. Karakteristik Individu Variabel karakteristik individu dalam penelitian ini mengukur seberapa besar karakter personal (individu) auditor inspektorat dapat menjalankan fungsinya sebagai audit internal pemerintah secara efektif. Untuk mengukur
63
variabel ini, instrumen yang digunakan disusun berdasarkan indikator karakter personal (individu) dari Robbins (2006) yang meliputi usia, jenis kelamin, status perkawinan, banyaknya tanggungan dan masa kerja dalam organisasi. Pengukuran indikator-indikator variabel ini menggunakan instrumen pertanyaan yang digunakan peneliti terdahulu (Rafael, 2013) dengan dua jenis skala yang berbeda, yaitu skala interval dan skala nominal. Skala interval digunakan untuk mengukur tiga indikator, yaitu usia, masa kerja dan jumlah tanggungan. Indikator usia dengan interval satu sampai dengan tiga (1 = 25-34 tahun, 2 = 35-44 tahun, 3 = ≥ 45 tahun), indikator masa kerja dengan interval satu sampai dengan tiga (1 = ≤ 2 tahun, 2 = 3-5 tahun, 3 = ≥ 6 tahun), dan indikator jumlah tanggungan dengan interval satu sampai dengan tiga (1 = tidak ada, 2 = 13 orang, 3 = ≥ 4 orang). Skala nominal digunakan untuk mengukur dua indikator, yaitu jenis kelamin dan status perkawinan. Pengukuran dinyatakan dalam bentuk skor, setiap pertanyaan diberi dua alternatif pilihan jawaban. Indikator jenis kelamin dibedakan menjadi dua kategori laki-laki dan perempuan (1 = laki-laki dan 0 = perempuan) dan indikator status perkawinan yang dibedakan menjadi kawin dan belum kawin (1 = kawin dan 0 = belum kawin). Secara lebih jelas gambaran variabel-variabel tersebut dapat dilihat pada Table 3.2. berikut.
64
Tabel 3.2. Instrumen Penelitian No. Variabel 1 Endogen
Konstruk Efektivitas Audit Internal Pemerintah
2 Intervening Budaya Lenge Rasa
Dimensi dan Indikator Pertanyaan Kelayakan dan arti penting temuan pemeriksaan beserta rekomendasinya Tiga (reasonable and meaningful findings and recommendations) Respon dari objek yang diperiksa (auditee’s Tiga response and feedback) Profesionalisme auditor (profesinalism of the Tiga internal audit department) Peringatan dini (absence Tiga of surprise) Kehematan biaya pemeriksaan (cost Tiga effectiveness of internal audit department) Pengembangan personil Tiga (development of people) Umpan balik dari manajemen lainnya Tiga (operating management,s feedback) Meningkatnya jumlah pemeriksaan (number of Tiga request for audit work) Tercapainya program Tiga pemeriksaan Individualism (individualitas) Power Distance (rentang kekuasaan) Uncertainty Avoidance (menghindari ketidakpastian) Masculinity (maskulinitas) Mastery (penguasaan) Harmony (keselarasan)
Skala
Interval
Interval
Interval Interval
Interval
Interval
Interval
Interval
Interval
Tiga
Interval
Tiga
Interval
Tiga
Interval
Tiga Tiga Tiga
Interval Interval Interval
65
No. Variabel
Konstruk
Dimensi dan Indikator Embeddedness (keterikatan) Autonomy (otonomi) Professionalism (profesionalitas)
3
Eksogen
Independensi
Gangguan pribadi Gangguan ekstern Gangguan organisasi
4
Eksogen
Karakteristik Individu
Usia
Jenis Kelamin Status Perkawinan Masa Kerja Jumlah Tanggungan Sumber: Data yang diolah (2015).
Pertanyaan
Skala
Tiga
Interval
Tiga
Interval
Tiga
Interval
Tiga Tiga Tiga
Interval Interval Interval
Satu
Interval
Satu Satu Satu Satu
Nominal Nominal Interval Interval
3.6. Teknik Analisis Data Analisis data adalah cara yang digunakan dalam mengolah data yang diperoleh sehingga mendapatkan suatu hasil analisis. Hal ini disebabkan karena data yang diperoleh dari penelitian tidak dapat digunakan secara langsung tetapi perlu diolah agar data tersebut dapat memberikan keterangan yang dapat dipahami, jelas, dan teliti. Penelitian ini menggunakan alat analisis Partial Least Square (PLS) dengan bantuan software SmartPLS versi 2.0 M3. Peneliti menggunakan PLS sebagai analisis data, karena PLS memiliki beberapa keunggulan, antara lain: mampu memodelkan banyak variabel dependen dan independen, mampu mengelola masalah multikolinearitas antar variabel independen, hasil tetap kokoh walaupun terdapat data yang tidak normal dan hilang, menghasilkan variabel laten independen secara langsung berbasis cross-product yang melibatkan variabel
66
laten dependen sebagai kekuatan prediksi, dapat digunakan pada konstruk reflektif dan formatif, dapat digunakan pada sampel yang kecil, tidak mensyaratkan data berdistribusi normal, dapat digunakan pada data dengan tipe skala yang berbeda (nominal, ordinal, dan kontinus). Evaluasi model PLS dilakukan dengan mengevaluasi model pengukuran (outer model) dan model struktural (inner model) (Hartono dan Abdillah, 2014).
3.6.1. Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model) Suatu kosep dan model penelitian tidak dapat diuji dalam suatu model prediksi hubungan relasional dan kausal jika belum melewati tahap perifikasi dalam model pengukuran. Model pengukuran digunakan untuk menguji validitas konstruk dan reliabilitas instrumen. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan instrumen penelitian mengukur apa yang seharusnya diukur (Cooper dan Schindler, 2006). Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi alat ukur dalam mengukur suatu konsep atau dapat juga digunakan untuk mengukur konsistensi responden dalam menjawab item pertanyaan dalam kuesioner atau instrumen penelitian. Berikut penjelasan tentang konsep uji validitas dan reliabilitas dalam model pengukuran PLS.
3.6.1.1. Uji Validitas Menurut Hartono dan Abdillah (2014), Uji validitas terdiri atas validitas eksternal dan validitas internal. Validitas eksternal menunjukkan bahwa hasil dari suatu penelitian adalah valid yang dapat digeneralisir ke semua objek, situasi dan
67
waktu yang berbeda. Validitas internal menunjukkan kemampuan dari instrumen penelitian mengukur apa yang seharusnya diukur dari suatu konsep. Validitas internal terdiri dari validitas kualitatif dan validitas konstruk. Validitas konstruk menunjukkan seberapa baik hasil yang diperoleh dari penggunaan suatu pengukuran sesuai teori-teori yang digunakan untuk mendefinisikan suatu konstruk. Korelasi yang kuat antara konstruk dan item-item pertanyaannya dan hubungan yang lemah dengan variabel lainnya merupakan salah satu cara untuk menguji validitas konstruk (construct ability). Validitas konstruk terdiri atas validitas konvergen dan validitas diskriminan. Validitas konvergen berhubungan dengan prinsip bahwa pengukurpengukur dari suatu konstruk seharusnya berkorelasi tinggi. Validitas konvergen terjadi jika skor yang diperoleh dari dua instrumen yang berbeda yang mengukur konstuk yang sama mempunyai korelasi tinggi. Rule of thumbs yang digunakan untuk validitas konvergen adalah outer loading ˃ 0.7, communality ˃ 0.5 dan Average variance extracted (AVE) ˃ 0.5. Validitas diskriminan berhubungan dengan prinsip bahwa pengukurpengukur konstruk yang berbeda seharusnya tidak berkorelasi dengan tinggi. Validitas diskriminan terjadi jika dua instrumen yang berbeda yang mengukur dua konstruk yang diprediksi tidak berkorelasi menghasilkan skor yang tidak berkorelasi. Rule of thumbs validitas diskriminan dinilai berdasarkan cross loading pengukuran dengan konstruknya (Hartono dan Abdillah, 2014).
68
Tabel 3.3. Parameter Uji Validitas dalam Model Pengukuran PLS Uji validitas Konvergen
Diskriminan
Parameter
Rule of Thumbs
Outer loading
Lebih dari 0,7
Average variance extracted (AVE)
Lebih dari 0,5
Communality
Lebih dari 0,5
Akar AVE dan korelasi
Akar AVE > Korelasi
variabel laten
variabel laten
Cross loading
Lebih dari 0,7 dalam satu variabel
Sumber: Diadaptasi dari Chin (1995) dalam Hartono dan Abdillah (2014).
3.6.1.2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur konsistensi internal alat ukur. Hartono dan Abdillah (2014) menjelaskan bahwa reliabilitas menunjukkan akurasi, konsistensi dan ketepatan suatu alat ukur dalam melakukan pengukuran. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu cronbach’s alpha dan composite reliability. Composite reliability adalah teknik statistik untuk uji reliabilitas yang sama dengan cronbach’s alpha. Namun, composite reliability mengukur nilai sesungguhnya dari suatu variabel sedangkan cronbach’s alpha mengukur nilai terendah (lower bound) reliabilitas suatu variabel, sehingga nilai composite reliability selalu lebih tinggi dibandingkan nilai cronbach’s alpha (Hartono dan Abdillah, 2014).
69
Rule of thumb nilai alpha atau composite reliability harus lebih besar dari 0.7 meskipun nilai 0.6 masih dapat diterima (Hair et al., 2012). Namun, sesungguhnya uji konsistensi internal tidak mutlak untuk dilakukan jika validitas konstruk telah terpenuhi, karena konstruk yang valid adalah konstruk yang reliable, sebaliknya konstruk yang reliable belum tentu valid (Cooper dan Schindler, 2006).
3.6.2. Evaluasi Model Struktural (Inner Model) Model struktural atau inner model dalam PLS dievaluasi dengan menggunakan R2 untuk konstruk dependen dan nilai koefisien path atau t-values tiap path untuk menguji signifikansi hubungan antar konstruk dalam model struktural. Nilai R2 digunakan untuk mengukur tingkat variasi perubahan variabel independen terhadap variabel dependen. Menurut Ghozali (2012), Perubahan nilai R2 dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten independen tertentu terhadap variabel laten dependen apakah mempunyai pengaruh yang substantif. Semakin tinggi nilai R2 berarti semakin baik model prediksi dari model penelitian yang diajukan. Nilai R-Square 0.67, 0.33 dan 0.19 dapat disimpulkan bahwa model kuat, moderate/cukup dan lemah. Nilai koefisien path menunjukkan tingkat signifikansi dalam pengujian hipotesis. Skor koefisien path yang ditunjukkan oleh nilai t-statistik harus di atas nilai t-tabel, yaitu 1,64 (Hartono dan Abdillah, 2014).
70
3.6.3. Pengujian Hipotesis Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada pengujian inner model. 1.
Pengujian Signifikansi Hubungan Path Coefficients Nilai path coefficients menunjukkan koefisien hubungan antara variabel laten dengan variabel
laten lainnya.
menunjukkan
yang
koefisien
lebih
Apabila koefisien t-statistik besar
dari
t-tabel,
hasil
ini
menggambarkan variabel tersebut signifikan, maka dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh variabel laten terhadap variabel laten lainnya. Variabel eksogen dinyatakan signifikan pada variabel endogen apabila skor path coefficients yang ditunjukkan oleh nilai t-statistik lebih besar dari t-tabel. Nilai t-tabel yang disarankan adalah 1,64 (Hartono dan Abdillah, 2014). 2.
Pengujian Variabel Intervening Menurut Sugiyono (2014), variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen menjadi hubungan yang tidak langsung. Variabel ini merupakan variabel penyela/antara variabel independen dengan variabel dependen. Berikut adalah gambar untuk mengetahui posisi dari variabel intervening. Gamber 3.1 Posisi Variabel Intervening
Path a Variabel Independen
Variabel Intervening
Path c
Path b Varibel Dependen
71
Pada pengujian efek mediasi, output parameter uji signifikansi dilihat pada tabel total effect tidak pada tabel koefisien, karena pada efek mediasi tidak hanya dilakukan pengujian efek langsung variabel independen ke variabel dependen, tetapi juga hubungan tidak langsung antar variabel independen dengan variabel dependen (indirect effect) melalui variabel mediasi. Oleh karena itu, total effect digunakan untuk melihat efek total prediksi (direct dan indirect effect) (Hartono dan Abdillah, 2014). Menurut Hair et al. (2014), tahapan analisis yang melibatkan variabel intervening adalah dengan menjawab tiga pertanyaan penelitian berikut ini. 1. Apakah efek langsung variabel independen terhadap variabel dependen signifikan ketika variabel intervening dikeluarkan dari path model, 2. Apakah pengaruh tidak langsung melalui variabel intervening signifikan setelah variabel intervening dimasukkan dalam path model, dan 3. Berapa besar perbandingan efek langsung variabel independen terhadap variabel dependen dan efek tidak langsung melalui variabel intervening? Untuk mengetahui nilai variabel mediator pada model diperoleh melalui pengujian relatif size atau variance accounted for (VAF). (a * b) VAF = (a * b + c) Kriteria nilai relatif size atau variance accounted for (VAF): VAF ˂ 20% (no mediating), 20% ≤ VAF ≤ 80% (partial mediating), VAF ˃ 80% (full mediating) (Hair et al. 2014).